Anda di halaman 1dari 5

Refleksi Pemahaman Teaching at The Right Level

A. Tantangan sekolah dan solusi dalam melakukan assessment awal terkait dengan kemampuan
literasi dasar siswa, dalam pelaksanaan assessment awal terdapat tantangan yang dihadapi
oleh guru dan siswa.
1. Guru
Kurang profesionalisme guru dalam melakukan assessment ditandai dengan adanya siswa
yang ditempatkan pada level yang tidak tepat. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran
sesuai level tidak terlaksana dengan efektif. Solusi yang dilakukan adalah mengulang
asessment kembali kepada siswa tersebut dengan benar-benar memperhatikan prosedur
penilaian yang sudah ditetapkan.
2. Siswa
Ketika melakukan penilaian siswa merasa takut, cemas sehingga pelaksanaan penilaian
tidak berjalan lancar karena hasil penilaian kemampuan literasi diindikasikan
kemampuan level literasi yang tidak tepat. Solusi yang dilakukan adalah penilaian
ditunda dan penilaian dilakukan pada hari yang berbeda dengan cara melihat kondisi
siswa dan guru memberikan motivasi sehingga tidak terkesan siswa sedang dinilai seperti
diajak ngobrol dan diberikan kegiatan bermain.

B. Tantangan sekolah dalam melakukan pengelompokan


Pada tahapan pengelompokan terdapat tantangan yang dihadapi oleh guru, siswa, dan orang
tua.
a) Guru
 Guru merasa tidak siap ditempatkan mengajar literasi di kelompok
tertentu karena merasa memiliki tanggung jawab yang besar.
 Jika terdapat anak berkesulitan fungsional belajar guru merasa tidak siap
karena tidak memiliki kemampuan khusus untuk melayani siswa sesuai
kebutuhannya. Solusi yang dilakukan adalah Fasilitator Daerah
memberikan motivasi kepada guru dan berkomitmen untuk membantu
dalam proses pelaksaan pembelajaran dan melibatkan relawan literasi.
b) Siswa
 Terdapat beberapa siswa yang tidak ingin dikelompokkan secara lintas
kelas
 Ketika siswa yang berasal dari kelas III misalnya setelah dilakukan
penilaian literasinya berada di level kata sehingga siswa tersebut berada di
kelompok 2 sehingga siswa merasa diturunkan kelasnya.
 Di awal pembelajaran siswa kurang aktif, semangat untuk belajar karena
merasa asing pada kelompoknya. Solusi yang dilakukan adalah guru
memberikan motivasi dan pendekatan kepada siswa dengan cara
memberikan penjelasan kepada anak tentang pengelompokan tersebut.
c) Terdapat orang tua siswa tidak menerima pembelajaran literasi berdasarkan level
kemampuan belajar siswa karena orang tua beranggapan bahwa anak tersebut
terganggu psikologinya digabungkan dengan siswa yang berbeda (turun kelas).
Solusi yang dilakukan adalah guru menjalin komunikasi dengan orang tua dan
menjelaskan prosedur pelaksanaan pembelajaran sesuai level kemampuan siswa.

C. Tantangan sekolah dalam implementasi pembelajaran literasi dasar.


Ada bebrapa tantangan yang ditemukan di sekolah ketika mengimplementasikan pendekatan
TaRl dalam literasi dasar seperti:
1) Guru tidak bisa mengontrol siswa pada level yang banyak siswanya seperti pada level
pemula
2) Kurangnya buku bacaan literasi di sekolah
3) Kurangnya kreaktif guru dalam mengembangkan media pembelajaran sehingga siswa
cepat merasa bosan
4) Ada beberapa guru yang kurang setuju jika literasi dilakukan setiap hari karena akan
mengurangi jam pelajaran yang lainnya.

Solusi yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1) Melakukan pembelajaran dengan melibatkan team teaching atau guru
pendamping.
2) Sekolah harus menyediakan fasilitas pojok baca literasi.
D. Teaching at the Right Level (TaRL) merupakan pendekatan belajar yang lebih berfokus pada
tingkat kemampuan peserta didik dibandingkan tingkatan kelasnya. Dengan demikian,
pendekatan ini dapat membantu guru merancang pembelajaran sesuai tahap pencapaian setiap
peserta didik, terutama dalam meningkatkan kemampuan numerasi dan literasi. Bagaimana
cara menerapkan Teaching at the Right Level (TaRL) di kelas? penerapan teaching at the
Right Level (TaRL) di dalam kelas berdasarkan beberapa tahapan berikut:
1. Asesmen
Pada awal proses pembelajaran, guru melakukan asesmen untuk mengenali potensi,
karakteristik, kebutuhan dan perkembangan peserta didik. Dari hasil asesmen tersebut,
peserta didik kemudian akan dikelompokan berdasarkan level tingkat capaian dan
kemampuan yang serupa.
2. Perencanaan
Pada tahap ini, guru diberi keleluasaan untuk merancang berbagai aktivitas pembelajaran
dengan menggunakan berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan
dengan level tingkat capaian dan kemampuan peserta didik tidak hanya melihat usia dan
tingkatan kelasnya.
3. Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru perlu memperhatikan kemajuan level tingkat capaian
dan kemampuan dasar peserta didik dengan melakukan asesmen secara berkala yang
dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas.
Di dalam kelas tentu saja mungkin kerap kali menemui berbagai karakteristik siswa, tidak
terkecuali karakteristik perkembangan akademiknya. Ada peserta didik yang cepat belajar dan
ada juga yang sedikit lambat dalam menerima pelajaran yang disampaikan guru. Salah satu
faktor penyebabnya yaitu karena level siswa tersebut belum tepat dengan level atau capaian
belajar yang ditetapkan. Teaching at the Right Level merupakan pendekatan pedagogis yang
memperhatikan persamaan level kemampuan berdasarkan evaluasi. Siswa dikelompokkan
berdasarkan tingkat pembelajaran dari usia dan kelas. Selanjutnya guru harus secara konsisten
mengukur kemampuan membaca, menulis dan memahami. Jika dalam prosesnya siswa
tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka guru harus menyiapkan program remedial.

Refleksi Pemahaman Culturally Responsive Teaching


A. Pendekatan Culturally Responsive Teaching melibatkan pertimbangan dari lingkungan
kelas. Dalam rangka memfasilitasi gaya belajar yang berbeda-beda, maka ada 5 (lima)
prinsip yang harus diperhatikan, yakni:

1. Mengakui adanya warisan budaya dari berbagai kelompok etnik yang berbeda,
baik sebagai sesuatu yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik, pendekatan
untuk belajar, serta konten untuk diajarkan sesuai dengan kurikulum,

2. Membangun hubungan yang bermakna antara pengalaman yang peserta didik di


rumah dengan pengajaran akademik di sekolah,

3. Menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang terhubung dengan berbagai


gaya belajar yang berbeda pada setiap peserta didik,

4. Mengajarkan peserta didik untuk mengetahui dan mencintai warisan budaya


mereka sendiri serta menghargai budaya orang lain,

5. Menggabungkan informasi multikultural, sumber daya, serta keterampilan.

B. Peran Guru dalam Pembelajaran Multikulturalisme

Hindarilah pernyataanseperti orang Cina pelit, orang Jawa manutan, siswa kelas bawah
memang sulit maju, dan sebagainya. Perluaslah pengetahuan guru juga harus didalami
dengan kehidupan masyarakat lain yang berbeda latar belakang etnis, agama, jenis
kelamin, dan status sosial ekonomi. Hal ini sangat diperlukan guru untuk lebih efektif
dengan pendekatan multikultural. Guru juga membawa citra positif tentang berbagai
perbedaan. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan nyata, seperti majalah dinding,
poster, dan kalender yang memperlihatkan perbedaan ras, gender, agama, dan status
sosial ekonomi sehingga siswa terbiasa melihatnya. Guru juga harus sensitiflah pada
perilaku dan sikap siswa yang berbeda. Guru juga membimbing dan yakinkan siswa agar
dapat menerima perbedaan sebagai hal wajar dan anugerah yang memperkaya budaya
manusia. Media dalam penyampaian pesan dalam perbedaan dapat menggunakan buku,
film, vidio, CD, dan rekaman untuk melengkapai buku teks agar dapat memperkaya
pengetahuan siswa tentang keragaman budaya yang ada di masyarakat di tanah air
ataupun di dunia.

C. Perspektif Guru Sebagai Akomodator

Guru cenderung menunjukkan rasa adil tidak membeda-bedakan terhadap para semua
siswa yang beragam sehingga guru memberikan contoh langsung dalam proses
pembelajaran. Siswa juga menganggap diri mereka saling menghargai dalam perbedaan.
Guru agama juga memberikan informasi bahwa ruang kelas itu memiliki minat dan
perkembangan anak sebagai komitmen utamanya, bukan pelestarian budaya dominan,
yang dipandang sebagai persaingan dengan budaya mikro lainnya. Peran guru bukanlah
sebagai membedakan budaya, tetapi bahwa seorang pendidik, teman, sehabat bagi
pelajar, yang sedang dalam perjalanan menuju pengembangan diri dan realisasi diri.

D. Perspektif Kepala Sekolah terhadap Konsep Pendidikan Multikultural

Sekolah harus memberikan kontribusi dalam penerapan pendidikan multikultural, yaitu


dengan:

1) menyiapkan guru yang berkualitas dan memahami benar tentang berbedaan dari suku

yang beragam dari siswa,

2) sarana yang diberikan sekolah juga harus mendukung proses pembelajaran siswa
dengan keberagaman, misalkan saat siswa bermain basket dengan teman yang beragam,
dari kegiatan bermain bersama siswa juga dapat memahami dari latar belakang siswa
sehingga terbiasa dalam perbedaan yang terjadi,

3) mengarahkan kepada guru dalam pembuatan RPP yaitu dengan memberikan gambaran
di setiap pertemuan melakukan diskusi kecil dari setiap keberagaman siswa, dan pasti nya
menggunakan metode yang inovatif untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran yang
Maximal.

Anda mungkin juga menyukai