LANDASAN TEORI
1. Pengertian Bank
Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai
penghimpun dana masayarakat yang kemudian menyalurkannya
kembali berupa pinjaman maupun pembiayaan. Bank juga menjadi
jalur lintas pembayaran yang dilakukan masyarakat.
Menurut Kasmir (2015:11) pengertian tentan bank adalah
lemabaga keuangan yangg bertugas sebagai penghimpun dana
masyarakat berupa simpanan yang lalu di salurkan kembali berupa
kredit ataupun pinjaman ataupun dalam bentuk lainnya.
Dalam pengoperasiannya, bank memiliki dua sistem, yakni bank
konvensional yang menerapkan sistem bunga dan bank syariah yang
menggunakan sistem bagi hasil. Terlepas dari itu, fungsi utama bank
masih sama sebagai penghimpun dana dan penyalur dana masyarakat.
Bank konvensional merupakan lembaga keuangan yang
menghimpun dana dari masyarakat sebagai bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali sebagai kredit atau pinjaman, dengan
menerapkan sistem bunga dalam memperoleh keuntungan. Bunga
adalah kewajiban yang dibayar oleh nasabah terhadap bank karena
sudah melakukan simpanan terhadap bank.
Bank syariah adalah suatu instansi keuangan yang beroperasi
sebagai penghimpun dana dari masayarakat sebagai simpaanan dan
menyalurkannya kembali berupa pembiayaan, yang dalam kegiatan
operaionalnya harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat dan
menggunakan akad-akad yang ada dalam kegiatan transaksinya. Dalam
hal ini, bank syariah menerapkan konsep bagi hasil untuk memperoleh
keuntungan, yang dimana konsep ini tidak ada salah satu pihak yang
diberatkan, karena dalam pelaksanaannya, kedua belah pihak antara
nasabah dan bank sama-sama sepakat dengan presentase dari
pembagian keuntungan maupun kerugian (Firdaus,dkk, 2005:18).
Dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah lembaga keuangan
penghimpun dana dan menyalurkannya kembali kepada msyarakat,
dengan mematuhi syariat-syariat islam dalam pengoperasiannya, serta
menggunakan sistem bagi hasil bukan dengan bunga.
2.1.3 Pengertian Bagi Hasil
1. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil juga dikenal dengan istilah profit sharing, yakni adalah
proses pemabagian hasil atau laba dari sebuah transaksi antara nasabah
dan bank. Bagi hasil adalah hasil usaha baik berupa laba maupun
kerugian yag dibagikan menurut perjanjian yang telah di sepakati
tentang porsi pembagian antara pemilik modal dan pengelola. Pada
penentuan presentase bagi hasil, kedua belah pihak harus sama-sama
setuju dengan presentase yang telah di tetapkan, tanpa adanya paksaan
di antara kedua belah pihak, dan sama-sama rela. menurut aturan
syarit, penentuan bagi hasil harus dilakukan ketika di awal, yakni saat
terjadinya kontrak atau akad, presentase tersebut tidak dapat berubah
sampai pembagian hasil usaha terjadi (Andrianto dan Firmansyah,
2019:469).
Dalam konsep bagi hasil yang di praktikan oleh bank syariah, shohibul
mall melakukan perjanjian dengan menggunakan akad yang ada
dengan mudharib, yang kemudian dalam akad tersebut disebutkan
presentase dari bagi hasil yang nantinya akan di bagikan, dan hal
tersebut harus sama-sama di setujui tanpa adanya paksaan. Dalam
konteks perbankan syariah, penerepan nisbah bagi hasil dapat
dilakukan melalui transaksi yang menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah.
Dalalam perhitungan pemabagian hasil, terdapat dua metode konsep
perhitungan, yakni dengan menggunakan konsep revenue sharing dan
profit atau loss sharing. Konsep revenue sharing adalah perhitungan
bagi hasil yang dilakukan dengan pendapatan kotor yang masih belom
di kurangi oleh beban biaya. Sedangkan untuk profit atau loss sharing,
adalah perhitungan bagi hasil yang telah di kurangi biaya, dalam hal
ini laba yang diperoleh akan di bagi anatar shohibul maal dan
mudharib, begitu juga dengan kerugian yang di dapat akan di bagi
sesuai presentase yang telah di tetapkan di awal (Andrianto dan
Firmansya, 2019:473).
2. Akad-akad dalam penerapan konsep bagi hasil
Dalam perbankkan syariah, dalam melakukan transaksi antara nasabah
dan bank, menggunakan akad-akad yang di perbolehkan dalam syariat.
Pada umumnya, bank syariah dalam menerepkan bagi hasil
menggunakan dua akad, yakni akad mudharabah dan akad
musyarakah.
a. Akad Mudharabah
Akad mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik dua
belah pihak, dimana pihak penyedia moda (shohibul mall)
memberikan modal 100% untuk di kelola kepada pengelola
(mudharib) agar nantinya mendapatkan keuntungan yang
nantinya akan di bagi antara kedua belah pihak. Pembagian
keuntungan disini, harus di setujui oleh kedua belah pihak
tentang presentase besaran bagi hasil. Sedangkan apabila
mengalami kerugian akan di tanggung oleh sohibul mall,
kecuali mudharib melakukan kesalahan atau kelalaian yang di
sengaja maka kerugian akan di tanggunng oleh mudharib.
Dalam produk bank syariah, akad mudharabah bisa berupa
simpanan deposito, pengajuan pembiaayan atau modal kerja
(Andrianto dan Firmansyah, 2019:339).
b. Akad Musyarakah
Akad musyarakah adalah akad kerja sama anatara dua belah
pihak untuk menajalankan sebuah usaha yang dimana masing-
masing belah pihak menyertakan kontribusi pemberian modal
dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko yang akan di
tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan yang telah di
setujui di awal perjanjian. Dalam akad musyarakah ada pihak
yang berperan ganda, yakni sebagai penyerta modal sekaligus
sebagai pengelola usaha (Andrianto dan Firmansyah,
2019:340).
2.1.4 Pengertian Bunga
Bunga adalah sebuah imbalan jasa yang diberikan karena telah
menggunakan uang pinjaman dari orang lain. Dalam dunia perbankan,
bunga merupakan timbal balik yang diberikan oleh peminjam uang
kepada pemilik karena telah menggunakan uang tersebut yang
penentuan besaraannya di tentukan oleh pemilik uang. dalam
perbankan bunga ada dua yakni bunga simpanan dan bunga pinjaman.
Bunga simpanan adalah balas jasa yang diberikan oleh bank
kepada pihak nasabah, karena bank telas menggunakan uang nasabah
seperti pengguanaan produk deposito ataupun giro. Bunga pinjaman
adalah beban bunga yang diberikan kepada peminjam atau nasabah
yang harus dibayar sesuai dengan besaran bunga yang di tetapkan.
perbedaan bunga dengan bagi hasil terletak pada penetapan
besaraanya, pada bunga penetapannya di tentukan sebelah pihak,
sedangkan bagi hasil di tentukan oleh kesepakatan kedua belah pihak
(andrianto dan Firmansyah, 2019:66).
Dari uraian tentang bunga di atas, dapat kita simpulkan bahwa
penerapan bunga sama halnya dengan penerapan riba. Yang dimana
konsep tersebut dalam penerapannya, melebihkan sauatu pinjaman
pokok yang harus di bayar kepada pemilik dana dengan besaran bunga
yang telah di tetapkan.
Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam agam islam,
bahwasannya riba adalah perbuatan yang dilarang karena merugikan
salah satu pihak. Riba merupakan tambahan pengembalian uang pokok
yang dibebankan kepada peminjam sesuai dengan presentase yang di
berikan yang harus di kemablikan sesuai jatuh tempo yang telah di
sepakati.
Dalam islam, pelarang adanya riba berdasarkan firman Allah SWT,
yang dimana di jelaskan dalam surat Al-Imran ayat 130 dan An-Nisa
ayat 161, yang berbunyi
Fokus Penelitian
Bagaimana pemahaman masyarakat Desa Sukogidri Kecamatan
Ledokombo Kabupaten Jember terhadap konsep bagi hasil dan bunga
di bank syariah?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa paham masyarakat Desa Sukogidri
Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember terhadap konsep bagi hasil
dan bunga di bank syariah
Landasan Teori
a. Kajian Teori
b. Penelitian Terdahulu
Lokasi Penelitian
Desa Sukogidri Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember
Analisis Data
a. Penelitian Kualitatif
b. Observasi
c. wawancara
d. dokumentasi
Kesimpulan
Saran