Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU) UAS

TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : Andika Saputra


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 042357997
Tanggal Lahir : 3 September 1990
Kode/Nama Mata Kuliah : BING4437/Trasnlation 7
Kode/Nama Program Studi : Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemah
Kode/Nama UPBJJ : 14/Padang
Hari/Tanggal UAS THE : Kamis/22 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Andika Saputra


NIM : 042357997
Kode/Nama Mata Kuliah : BING4437/Trasnlation 7
Fakultas : FIHSIP
Program Studi : Sastra Inggris Bidang Minat Penerjemah
UPBJJ-UT : 14/Padang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada
laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal
ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan
aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun,
serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas
Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi
akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.

Payakumbuh, 22 Desember 2022


Yang Membuat Pernyataan

Andika Saputra
1. Terjemahkan teks di bawah ini ke bahasa Indonesia secara wajar, akurat dan berterima. Setelah
saudara menerjemahkan, perhatikan bagian yang dicetak tebal dan diberi garis bawah!

Before Mohammed, before Jesus, before Buddha, there was Zoroaster. Some 3,500 years ago,
in Bronze Age Iran, he had a vision of the one supreme God. A thousand years later,
Zoroastrianism, the world’s first great monotheistic religion, was the official faith of the mighty
Persian Empire, its fire temples attended by millions of adherents. A thousand years after that, the
empire collapsed, and the followers of Zoroaster were persecuted and converted to the new faith
of their conquerors, Islam. Another 1,500 years later – today – Zoroastrianism is a dying faith, its
sacred flames tended by ever fewer worshippers. We take it for granted that religions are born,
grow and die – but we are also oddly blind to that reality. When someone tries to start a new
religion, it is often dismissed as a cult. When we recognise a faith, we treat its teachings and
traditions as timeless and sacrosanct. And when a religion dies, it becomes a myth, and its claim
to sacred truth expires. Tales of the Egyptian, Greek and Norse pantheons are now considered
legends, not holy write. Even today’s dominant religions have continually evolved throughout
history. Early Christianity, for example, was a truly broad church: ancient documents include
yarns about Jesus’ family life and testaments to the nobility of Judas. It took three centuries for
the Christian church to consolidate around a canon of scriptures – and then in 1054 it split into the
Eastern Orthodox and Catholic churches. Since then, Christianity has continued both to grow and
to splinter into ever more disparate groups, from silent Quakers to snake-handling
Pentecostalists. if you believe your faith has arrived at ultimate truth, you might reject the idea that
it will change at all. But if history is any guide, no matter how deeply held our beliefs may be
today, they are likely in time to be transformed or transferred as they pass to our descendants –
or simply to fade away. If religions have changed so dramatically in the past, how might they
change in the future? Is there any substance to the claim that belief in gods and deities will die out
altogether? And as our civilisation and its technologies become increasingly complex, could
entirely new forms of worship emerge?

(Modified from https://www.bbc.com/future/article/20190801-tomorrows-gods-what-is-the-future-


of-religion)
Zoroaster ada sebelum Muhammad, Yesus, Buddha. 3.500 tahun yang lalu, Zoroaster memiliki visi tentang
tuhan yang maha tinggi di Zaman Perunggu Iran. Setelah seribu tahun, Zoroastrianisme, agama monoteistik
besar pertama, menjadi agama resmi penguasa. Kekaisaran Persia, dengan jutaan pengikut berbondong-
bondong ke kuil apinya. Seribu tahun setelah kekaisaran digulingkan, penganut Zoroaster dianiaya dan ditekan
untuk masuk Islam, agama baru penakluk mereka. Setelah 1.500 tahun berikutnya, Zoroastrianisme sekarang
menjadi agama yang sekarat, dengan semakin sedikit orang yang menyembah api sucinya. Kita menerima
begitu saja bahwa agama diciptakan, dikembangkan, dan dihancurkan, tetapi kita juga tampaknya tidak
menyadari fakta ini. Sebuah agama baru yang dicoba sering dicemooh sebagai aliran sesat. Ketika seseorang
mulai menganut suatu keyakinan, kita menganggap tradisi dan ajarannya abadi dan tidak dapat diganggu
gugat. Dan ketika sebuah agama musnah, ia berubah menjadi mitos dan kehilangan haknya untuk menyatakan
tentang kebenaran. Legenda dari panteon Mesir, Yunani, dan Norse sekarang dianggap sebagai mitos daripada
sebagai teks suci. Bahkan agama yang dominan saat ini telah berkembang dari waktu ke waktu. Kekristenan,
misalnya, awalnya adalah agama yang sangat beragam; catatan sejarah berisi cerita tentang masa kecil Yesus
dan kebangsawanan Yudas. Setelah gereja Kristen membutuhkan waktu sekitar tiga abad untuk menyatukan
kanon kitab suci, gereja itu terpecah menjadi gereja Ortodoks Timur dan Katolik pada tahun 1054. Sejak saat
itu, agama Kristen telah berkembang dan terpecah menjadi kelompok yang semakin beragam, mulai dari
Quaker yang bisu hingga Pentakosta yang menangani ular. Jika menurut Anda kepepercayaan Anda telah
mencapai kebenaran absolut, Anda mungkin menolak anggapan bahwa kepercayaan itu dapat berubah.
Namun, jika sejarah merupakan indikasi, tidak peduli seberapa kuat keyakinan kita saat ini, keyakinan itu
kemungkinan besar akan berubah seiring waktu karena diwariskan kepada keturunan kita atau menghilang
begitu saja. Bagaimana agama bisa berubah di masa depan jika mereka telah berubah secara drastis di masa
lalu? Benarkah orang tidak akan percaya sama sekali pada dewa lagi? Dan ketika peradaban dan teknologi kita
menjadi semakin kompleks, dapatkah bentuk kepercayaan yang baru muncul?

(Modified from https://www.bbc.com/future/article/20190801-tomorrows-gods-what-is-the-future-


of-religion)
Anotasi
a. there was Zoroaster - Zoroaster ada sebelum
Penerjemahan frasa ini dilakukan dengan mempertahankan istilah asli. Zoroaster merupakan istilah untuk
sebah agama/kepercayaan. Menurut sumber Zoroaster merupakan agama pertama di dunia sebelum agama-
agama lain.
Referensi
https://nationalgeographic.grid.id/read/132196422/mengenal-zoroastrianisme-agama-monoteistik-pertama-di-
dunia?page=all
b. Supreme - maha tinggi
Penerjamahan kata ini dilakukan dengan metode harfiah. Kata supreme memiliki arti agung/tinggi. Untuk
menyesuaikan konteks bacaan, maka diplihlah padanan kata ‘tinggi’. Penambahan kata maha memberikan
konteks mengenai ketuhanan yang dilambangkan dengan sesuatu yang paling dari segala-galanya. Padanan
kata maha tinggi memberikan gambaran konteks ketuhanan yang hanya satu yang paling tinggi.
Refereni
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+inggris-bahasa+indonesia/supreme?search=supreme
c. also oddly blind - tampaknya tidak menyadari
Untuk tahap awal penerjemahan frasa ini dilakukan dengan metode harfiah. Hasil terjemahan fasa menjadi
‘juga aneh menutup’. Dengan memperhatikan konteks, frasa ini merupakan sebuah idiom. Jika diterjemahkan
demikian farasa ini tidak dapat menunjukan maknanya. Maka dilakukan metode idiomatis yang diseuaikan
dengan konteks sehingga terjemahan menjadi ‘tampaknya tidak menyadari’.
https://xerpihan.id/blog/945/penerjemahan-bahasa-pengertian-jenis-dan-metode-penerjemahan/
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+inggris-bahasa+indonesia/also+oddly+blind+?search=also+oddly+blind+
d. Start – mulai
Kata ini diterjamahkan menjadi ‘mulai’. Kata diterjemahkan dengan metode harfiah menggunakan kamus
Inggris-Indonesia. Terjemahakn kata dapat dimengerti dengan baik. Konteks yang ada tersampaikan tanpa
kerancuan.
https://xerpihan.id/blog/945/penerjemahan-bahasa-pengertian-jenis-dan-metode-penerjemahan/
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+inggris-bahasa+indonesia/start?search=start
e. Took – membutuhkan
Terjemahan kata ini dilakukan dengan metode harfiah. Padanan kata yag dipilih adalah ‘membutuhkan’ .
Padanan kata ini diplih diekrenakan ada konteks rentang waktu dibelakangnya yang menyatakan durasi waktu
yang dibutuhkan.
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+inggris-bahasa+indonesia/took?search=took
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+inggris-bahasa+indonesia/took?search=took

2. Terjemahkan teks di bawah ini ke bahasa Indonesia secara wajar, akurat dan berterima. Setelah
saudara menerjemahkan, perhatikan bagian yang dicetak tebal dan diberi garis bawah!

Dalam perjalanan menuju candi, wisatawan akan disuguhkan pemandangan memesona hamparan kebun Teh
Kemuning. Karena keberadaannya di kawasan lereng pegunungan, udara tempat ini sejuk dan segar. Dengan
suhu rata-rata 20⁰ Celsius dan sering kali berkabut, wisatawan disarankan memakai pakaian hangat. Di sisi
timur teras paling bawah terdapat gapura yang merupakan pintu gerbang Candi Cetho. Setelah membayar tiket
masuk, wisatawan akan diminta memakai kain poleng. Kain sarung kotak hitam-putih yang biasanya dijumpai
di Bali ini wajib dikenakan setiap pengunjung. Laporan ilmiah pertama mengenai Candi Cetho dibuat oleh
Van de Vlies pada 1842. Sedangkan penggalian untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali tahun
1928 oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda. Candi ini diperkirakan dibangun sekitar abad XV pada masa
pemerintahan Prabu Brawijaya V. Pada dinding gapura teras ke-VII terdapat prasasti yang ditulis dengan huruf
Jawa kuno. Bunyinya “Pelling padamel irikang buku, tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh
anaut iku 1397”. Ditafsirkan sebagai “peringatan pendirian tempat peruwatan (membebaskan kutukan),
didirikan tahun 1397 Saka (1475 M)”. Wisatawan akan menemukan sisi romantisme dan eksotisme di area
Candi Cetho. Bermula dari akses menuju candi dengan pemandangan perkebunan Teh Kemuning yang
melegenda. Berada di ketinggian 1496 mdpl, suhu di kawasan ini sejuk cenderung dingin dan acap kali
berkabut. Nama Candi Cetho diambil dari nama tempatnya berada, yaitu Dusun Cetho. Dalam bahasa Jawa,
‘cetho’ berarti jelas karena saat cerah pemandangan dari ketinggian terlihat jelas. Saat ditemukan, Candi Cetho
merupakan reruntuhan batu pada 14 dataran bertingkat. Memanjang dari barat ke timur, strukturnya berkonsep
punden berundak. Saat ini tinggal 13 aras (teras) candi dan pemugaran dilakukan pada sembilan teras saja.
Bangunan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka dan bangunan-bangunan pertapaan kayu. Juga
patung-patung Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, phallus, dan bangunan kubus pada puncak punden.
Masing-masing halaman teras dihubungkan tangga yang seolah membagi halaman teras menjadi dua bagian.
Situs Candi Cetho sampai saat ini tetap digunakan umat Hindu untuk melaksanakan peribadatan. Lokasi ini
merupakan tempat pemujaan dan pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Patung Dewi Saraswati bergaya
seni arca Bali ditempatkan sebagai objek pemujaan di teras terakhir. Saat-saat tertentu masyarakat sekitar yang
merupakan penganut agama Hindu melakukan ritual di tempat ini. Wisatawan dapat menyaksikan ritual
keagamaan dengan tidak mengganggu aktivitas ibadah. Dalam kunjungan pun dapat ditemukan sesajen
persembahan di sekitar kompleks candi.

(Modified from https://travelspromo.com/htm-wisata/candi-cetho-karanganyar/


Tourists will be treated to a stunning view of the expanse of the Kemuning Tea gardens on the way to the
temple. The area has cool, fresh air because it is situated on a mountain slope. Tourists are advised to dress
warmly because the average temperature is 20 degrees Celsius and it is frequently foggy. The gate leading into
the Cetho Temple is located on the east side of the lowest terrace. The wearing of Poleng clothing is required
of visitors after they have paid their entrance fee. Every tourist to Bali is required to wear this black-and-white
sarong. Van de Vlies published the first study on Cetho Temple in 1842. Meanwhile, the Dutch East Indies
Antiquities Service began conducting excavations for reconstruction purposes in 1928. The construction of
this temple is thought to have begun in the XV century, during the reign of King Brawijaya V. There is an
inscription in ancient Javanese script on the gate wall of the VII terrace. The text on the page reads, "Pelling
Padamel Irikang Book, Tirtasunya Hawakira Ya Lost When Wiku Goh Anaut Iku 1397." The phrase is
translated as "a commemoration of the founding of a place of healing (freeing the curse), founded in 1397
Saka (1475 AD)." Tourists will find a side of romance and exoticism in the Cetho Temple area. beginning
with the entrance to the temple and views of the legendary Kemuning Tea plantation. At 1496 meters above
sea level, the area has a cool, typically cold climate and is frequently foggy. The name of Cetho Temple is
taken from the name of the place where it is located, namely Cetho Hamlet. Because the view from a height is
clear when it is clear, the Javanese word "cetho" means clear. Cetho Temple was a 14-tiered stone ruin when it
was first found. The structure has a stepped punden concept and extends from west to east. The temple has 13
levels (terraces), but only nine of them are currently undergoing restoration. The new building as a result of
the restoration is a magnificent gate in front and wooden hermitage buildings. Additionally, the phallus, cube
building, Sabdapalon, Nayagenggong, Brawijaya V, and statues are located at the top of the punden. Each
terrace yard is connected by a staircase that seems to divide the terrace yard into two parts. The Cetho Temple
site is still used by Hindus to carry out worship. This location is a place of worship and implementation of
religious ceremonies. The statue of Dewi Saraswati in the style of Balinese sculpture is placed as an object of
worship on the last terrace. Hindu rituals are conducted in this location on specific occasions by the local
Hindu community. Tourists can watch religious rituals without disturbing worship activities. During visits,
offerings can be found around the temple complex.
Anotasi
a. disuguhkan – will be treated
Untuk tahap awal terjemahan kata ini dilakukan dengan metode harfiah menggunakan kamus Indonesia-
Inggris. Suguhan diterjemahkn menjadi treat. Untuk menyesuaikan dengan bentuk kalimat dan tenses maka
dilakukan penambahan will be dan +ed. Penambahan dilakukan untuk mengikuti konteks kata dan kalimat
yang bersifat kata pasif.
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+indonesia-bahasa+inggris/suguhan?search=suguhan
b. disarankan - are advised
Untuk tahap awal terjemahan kata ini dilakukan dengan metode harfiah menggunakan kamus Indonesia-
Inggris. Saran diterjemahkan menjadi advise. Untuk menyesuaikan dengan bentuk kalimat dan tenses maka
dilakukan penambahan to be are dan +ed. Penambahan dilakukan untuk mengikuti konteks kata dan kalimat
yang bersifat kata pasif.
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+indonesia-bahasa+inggris/saran?search=saran
c. ditafsirkan - is translated as
Bagian awal terjemahan kata ini dilakukan dengan metode harfiah menggunakan kamus Indonesia-Inggris.
ditafsirkan diterjemahkan menjadi translate. Untuk menyesuaikan dengan bentuk kalimat dan tenses maka
dilakukan penambahan to be is, +ed as. Penambahan dilakukan untuk mengikuti konteks kata dan kalimat
yang bersifat kata pasif. Kemudian diberi penekatan dengan kata as, sehingga kata translated tidak
disimpulakn menjadi terjemahkan melainkan ditafsirkan.
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+indonesia-bahasa+inggris/tafsirkan?search=tafsirkan
d. diambil – is taken
Bagian awal terjemahan kata ini dilakukan dengan metode harfiah menggunakan kamus Indonesia-Inggris.
diambil diterjemahkan menjadi take. Untuk menyesuaikan dengan bentuk kalimat dan tenses maka dilakukan
penambahan to be is. Penambahan dilakukan untuk mengikuti konteks kata dan kalimat yang bersifat kata
pasif. Kemudian kata take dirubah kebentuk Verb 3 untuk menyesuaikan konteks tobe dan V3 sebagai tatanan
tenses untuk kalimat pasif yang kata kerjenya tergolong iiregular verb.
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+indonesia-bahasa+inggris/diambil?search=diambil
e. lokasi ini - This location
penerjemahan kata ini dilakukan dengan metode kata per kata menggunakan kamus Indonesia-Inggris. Kata
lokasi ini diterjemahkan menjadi this location. Terjemahan mudah dimengerti, bersifat umum dan wajar.
https://tr-ex.me/terjemahan/bahasa+indonesia-bahasa+inggris/lokasi+ini?search=lokasi+ini

Anda mungkin juga menyukai