A. Latar belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan gangguan
persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik
diri terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga
semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktifitas kelompok (TAK)
klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah
mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat berkerja sama dan
tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
B. Tujuan ujuan
1.Tujuan umum
2.Tujuan khusus
D. Metode
F. Setting tempat
L CL O
P F
F P
P F
G. Pembagian tugas
1. Leader
a. Tugas:
a. Memimpin jalannya TAK
b. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
d. Memimpin diskusi kelompok
2. CO Leader Tugas:
a. Membuka acara
b. mendampingi leader
c. mengambil alih posisi leader jika leader bloking
d. meneyerahkan kembali posisi kepada leader
e. menutup acara diskusi
3. Fasilitator Tugas:
Memberikan stimulus dan memotifator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalan terapi
4. Observer Tugas:
H. Pasien
1. Kriteria pasien
2.Proses seleksi
I. Susuna pelaksanaan
1.Susunan perawat pelaksanaan TAK
a. Leader
Putri Pameliyah Harahap
b. CO Leader
Intan Sari Siagian
c. Fasilitator
1. Imel Agustika Tanjung
2. Yustika Sumarlin Harahap
3. Indah Lestari
4. Mona Fitriah
5. Minarti
d. Observer
1.Langga Sari Daulay
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak nyata
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
C. Tujuan
Ajarkan cara mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
b. Fase kerja
”kalau ibu mendengar suara yang kata ibu kemarin mengganggu dan membuat ibu
jengkel. Apa yang ibu lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan kemarin
apakah sudah dilakukan?”
”cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau ibu mulai mendengar suara-suara,
langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan
ibu. Contohnya begini : ... tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol
dengan saya! Atau ibu bisa langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa ibu mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak ibu mengobrol
sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya
senang sekali ibu mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan
ibu setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang ibu katakan tadi, cara yang ibu pilih
untuk mengontrol halusinasinya adalah dengan cara bercakap-cakap.
Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, ibu terus praktekkan cara
yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran ibu.”