Anda di halaman 1dari 17

Aksiologi Administrasi

Filsafat dan Etika Administrasi


Pertemuan 4

Muhamad Imam Alfie Syarien


(imam.alfie@ui.ac.id)
Commitment, Integrity, Transformative, Accountable | fia.ui.ac.id
Mari Diskusikan Ini
• Intelligent People Fail Socially (http://www.shynessanxietyhub.com/four-main-
reasons-intelligent-people-fail-socially/)
o Intelligent People Tend to Look for Information, NOT Skills
o Thinking too much
o They Psych Themselves Out
o Being Unable to Deal With Fear and Their Emotions
• Benarkah makin cerdas, makin pandai menemukan
kebenaran, makin baik perbuatan?
• Benarkah makin tinggi penalaran, makin berbudi?
Aksiologi
ἀξία (axia) = nilai λογία (logia/logos) = ilmu/studi
• Istilah ”Aksiologi” baru berkembang di abad ke-19, namun demikian
studi tentang nilai sebenarnya telah dilakukan sejak era Plato (ca 375
SM)
• Aksiologi dipahami sebagai teori tentang nilai (theory of value), dalam
hal ini terkait dengan segala sesuatu yang menarik bagi manusia
(kebaikan, keindahan, kewajiban, kebenaran, kebahagiaan, dan
sebagainya)
• Ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya
ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992)
• teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh (Suriasumantri, 2009)
Cabang Kajian Aksiologi
Estetika

Aesthetic
Expression

Moral Social- Filsafat


Etika
Conduct Political Life Politik
Pertanyaan Pokok dalam Aksiologi
• Apakah nilai bersifat subjektif atau objektif, bersifat
personal atau impersonal?
• Apakah ada nilai yang bersifat universal?
• Apakah nilai bersifat berubah atau tetap?
• Apakah ada hirarki/urutan-urutan nilai?
• Apakah X lebih baik daripada Y?
Aksiologi dalam Kehidupan Sehari-hari

Apa pendapat Anda Have you ever HEARD of Menurut Anda, apakah Apakah Anda pernah
tentang gambar ini? the Golden Ratio of Face? dakwaan Jaksa benar? mengalami/melakukan ini?
Beberapa Klaim Utama dalam Teori Nilai
• Fakta selalu mendahului nilai
• Nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, namun dapat diketahui
melalui pengalaman, dapat dipahami
• Nilai berkaitan dengan subyek, jika tidak ada subyek maka tidak ada nilai
• Nilai sebagai objek suatu kepentingan, yaitu setiap individu punya kepentingan terhadap
sesuatu yang mempunyai nilai
• Nilai dipandang sebagai hal yang pragmatis karena terjadi sebagai akibat sesuatu hal
• Nilai sebagai esensi, tidak selalu dapat ditangkap melalui indrawi seperti memahami
warna
Mari Diskusi:
Dalam situasi kapal yang sedang tenggelam, ada sepuluh orang yang tersisa:
• Profesor, laki-laki, 34 th
• Guru agama, laki-laki, 35 th
• Penyanyi, wanita, 30 th
• Polisi, laki-laki, 39 th
• Ibu rumah tangga, hamil, 35 th
• Petani, wanita, pemabuk, 37 th
• Dokter, homoseks, 46 th
• Hakim kredibel, wanita, 47 th
• Tentara baru kembali dari perang, 37 th
• Politisi, laki-laki 38 th

HANYA 6 yang dapat diselamatkan, siapa yang harus dipilih?


Hakikat Nilai dapat Dijawab Melalui:
Hakikat Subjektif
Nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia berdasarkan pengalamannya

Hakikat Objektif
Nilai merupakan esensi logis yang dapat diketahui mealui akal

Hakikat Objektif Metafisik


Nilai merupakan unsur objektif yang menyusun kenyataan
Nilai Atributif dan Predikatif
• Kata “baik” dapat digunakan secara predikatif maupun secara atributif
• Contoh 1: Rajin belajar itu baik (predikatif)
• Contoh 2: Julia adalah seorang pegawai yang baik (atributif)
• Dalam penyematan nilai sebagai predikat, sebuah konsep diasumsikan diterima secara universal sebagai sesuatu yang bernilai,
tanpa harus mempertimbangkan terlalu jauh deskripsi/spesifikasi dari nilai tersebut (good in itself)  contoh: jujur, berani,
sabar, rendah hati, bijaksana
• Nilai yang disematkan secara predikatif cenderung tidak menggunakan pendekatan evaluatif (thin evaluations) karena nilai
dianggap berlaku universal
• Sebaliknya, dalam penyematan nilai secara atributif, suatu objek membutuhkan pendeskripsian/spesifikasi tertentu sehingga
dapat memenuhi kualifikasi “bernilai”  contoh: Mark adalah pemimpin yang baik karena dia memiliki visi, mampu
mempengaruhi orang lain, dan memiliki keteladanan perilaku (artinya, tanpa ketiga ukuran tersebut, tidak dianggap sebagai
pemimpin yang baik)
• Nilai yang disematkan secara atributif cenderung menggunakan pendekatan evaluatif (thick evaluations) karena sesuatu
dianggap bernilai secara pro tanto (sejauh relevan)
Makna dari “Nilai”
Berguna Benar
“Mengandung Nilai” “Merupakan Nilai”

Berkualitas Baik
”Mempunyai Nilai” “Memberi/Menggambarkan Nilai Tertentu”

Keempat pemakanaan ini dapat dilihat sebagai sebuah spektrum thin – thick evaluations di mana
“Benar” merupakan ekstrem thin evaluations, diikuti oleh ”Berguna”, “Baik”, dan ”Berkualitas” sebagai
gradasi menuju thick evaluations
Dua Pandangan terkait Tanggung Jawab Ilmuwan
atas Nilai

Tanggung Jawab Tanggung


Profesional Jawab Sosial
Netralitas ilmu secara total: Netralitas ilmu secara pragrmatis:
tugas ilmuwan adalah menemukan ilmu harus ditujukan untuk kebaikan
pengetahuan dan terserah kepada orang manusia tanpa merendahkan martabat,
lain untuk menggunakannya mengubah hakikat manusia,
memperhatikan lingkungan, dan
indiskriminatif
Di Mana Letak Tanggung Jawab Ilmuwan?
Nilai Moral
• Salah Benar
• Baik Buruk
• Manusia sendiri yang akan menjadi
penentu, terkait dengan hati nurani
• Tidak bisa ditawar
• Bersifat formal
• Menjaga aspek etika dari ilmu nilai moral
luhur
Sikap Seorang Ilmuwan
• Perlu berhati-hati dengan rasionalisasi
• Berpikir dengan teratur dan teliti
Mari Diskusi:
• Jika ada ilmuwan yang tidak jujur atau salah, apakah ada
SANKSI MORAL bagi ilmuwan?
Mari Diskusi:
• Apabila Anda adalah seorang pemimpin organisasi,
tindakan dan nilai mana yang akan Anda dahulukan?

Efisien:
mengurangi
pegawai Mengurangi
pengangguran
Referensi
• Makmur, 2006, Filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara.
• Orsi, Francesco, 2015, Value Theory, New York: Bloomsbury
Academic.
• Suriasumantri, Jujun S., 2009, Filsafat Ilmu: Sebuah
Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai