Anda di halaman 1dari 47

MATERI

PERTEMUAN
51-55

AUDIO
KE 51-55
Kitab Shifatu Sholatin
Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi
Wa Sallam Minattakbiri
ilattaslim ka-annaka
Taroha (Sifat Shalat Nabi
mulai dari Takbir sampai
Salamnya seakan-akan
Anda Melihatnya) karya
Asy Syekh Al-Albani -
Rahimahullah.

GRUP ISLAM SUNNAH | GiS

PEMATERI KANTOR PUSAT GiS, HTJ FOUNDATION &

Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A GBS (SUNNAH STORE, SAYAROH)


Jl. Curug Raya No.12. RT.01 / RW.02.
Hafidzahullahu Ta’ala
Pondok Kelapa. Duren Sawit.
Jakarta Timur 13450
1
KATA PENGANTAR

╭────────── • ༄༂ • ──────────╮
Ahlan wa Sahlan wa Marhaban
Di
Gʀuᴘ ιsʟᴀм Suɴɴᴀн
╰────────── • ༄༂ • ──────────╯

Pembina:
👤 Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A. ‫حفظه هللا تعاىل‬

َّ ‫الر ْح َمن‬ ‫ه‬ ْ


‫الر ِح ْيم‬ ِ
َّ ‫اّلل‬
ِ ‫بس ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ِـم‬

ُُ َ ‫َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ ُ ه‬
‫اّلل َو َب َركاته‬
ِ ‫لسالم عل ْيك ْم ورح َمة‬‫ا‬

Segala puji bagi Allāh 'Azza wa Jalla, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada Rasūlullāh ‫ﷺ‬.

Di Grup WhatsApp GiS ini in syaa Allāh kita akan mendapatkan materi berupa:
● Audio
● Teks
● Poster Dakwah
yang akan disampaikan oleh para Asatidzah Ahlusunnah wal Jama'ah pembina dan
pembimbing Grup Islam Sunnah | GiS di antaranya:

2
◢ Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, M.A.
◢ Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny, M.A.
◢ Ustadz Abdullah Taslim, M.A.
◢ Ustadz Azhar Khalid bin Seff, M.A.
◢ Ustadz Ahmad Zaenuddin, Lc.
◢ Ustadz Yudi Kurnia, Lc.
◢ Ustadz Zainuddin Khuzairi, Lc.
◢ Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc.
◢ dan Asatidzah lainnya.

Materi yang disampaikan meliputi pembahasan tentang Aqidah, Manhaj, Fiqih Ibadah,
Adab, Akhlaq, Muamalah dan hal lain yang wajib diketahui dan diyakini oleh seorang
Muslim.

Disampaikan secara ringkas, terstruktur dan in syaa Allāh mudah dipahami oleh semua
kalangan.

Sistem grup materi ini dibuat satu arah, di mana hanya admin yang dapat memposting
materi. In syaa Allāh materi akan dibagikan setiap hari Senin - Jumat dalam rentang waktu
pukul 06.00 - 12.00 WIB dengan pembahasan kitab yang telah dipilih oleh para Asatidzah
Grup Islam Sunnah | GiS.

Materi yang dibagikan di grup ini kami arsip pula pada link berikut:
🌐 https://grupislamsunnah.com/

Sehingga memudahkan para Sobat GiS untuk memuraja'ah materi yang telah
disampaikan tanpa khawatir memori HP menjadi penuh.

3
Semoga dengan kemudahan yang diberikan ini dapat membuat semangat kita dalam
menuntut ilmu semakin bertambah dan kita dapat amalkan sebaik-baiknya.

Saat ini, anggota yang telah bergabung belajar bersama dengan GiS Angkatan 1 dan
Angkatan 2 lebih dari tujuh puluh ribu (70.000) Sobat GiS Ikhwan & Akhwat yang tersebar
di dalam dan luar negeri. in syaa Allāh nantinya akan terus bertambah dengan dibukanya
pendaftaran baru setiap periodenya biidznillah.

Selamat menyimak dan semoga bermanfaat In syaa Allāhu Ta’āla.

‫خيا وبارك هللا فيكم‬


‫جزاكم هللا ر‬.

༺Grüp ïsläm Sünnäh༻

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════

📣 Official Account Grup Islam Sunnah

🌏 WebsiteGIS: https://grupislamsunnah.com/
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube: bit.ly/grupislamsunnah

4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 5

PERTEMUAN 51
Pembahasan Membaca Al Fatihah |
Merupakan Rukun Shalat & Keutamaannya Bag 03 ................................................... 6

PERTEMUAN 52
Pembahasan Membaca Al Fatihah |
Penjelasan Tentang Membaca Basmallah Dipelankan Dalam Shalat Jahriyyah ........ 13

PERTEMUAN 53
Pembahasan Membaca Al Fatihah | Penjelasan Tentang Membaca Basmallah
Dipelankan Dalam Shalat Jahriyyah Bag 02 ............................................................... 20

PERTEMUAN 54
Pembahasan Membaca Al Fatihah | Dihapuskannya Kewajiban Membaca
Al-Faatihah di belakang Imam pada Shalat Jahriyyah ................................................ 26

PERTEMUAN 55
Pembahasan Membaca Al Fatihah | Dihapuskannya Kewajiban Membaca
Al-Faatihah di belakang Imam pada Shalat Jahriyyah Bag 02 ................................... 38

5
PERTEMUAN 51
Senin, 20 Rabi'ul Akhir 1444 H / 14 November 2022 M
Audio ke-51: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Merupakan Rukun Shalat &
Keutamaannya Bag 03

══════════════════

ُ ُ َ ‫َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫السَلم عليكم ورحمة‬

ُ ‫ُ ا‬ ‫ْ ا‬ ْ َ‫ا‬ ‫ه‬ ْ ُ ‫ا َّ ا ُ ا َّ ا ُ ا َ ا‬ ُ ْ ‫ْ ا‬
‫ اوعَل ِآل ِه او اصح ِب ِه او امن ت ِب اع هداه‬، ‫اّٰلل‬
ِ ‫ والصَلة والسَلم عَل رسو ِل‬، ‫ّٰلل‬
ِ ِ ‫ الحمد‬.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS
-Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab
yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat
Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir
sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

▫️

Syaikh Albani rahimahullah menjelaskan tentang:

‫ا ا ُا‬ ‫ا ا‬ ُ ْ
[ ‫] ُرك ِن َّية { الف ِاتح ِة } اوفض ِائلها‬

6
Tentang masalah bahwa:
"Al-Fatihah ini rukun shalat, dan keutamaan-keutamaan dari surat Al-Fatihah"

Ketika kita mengatakan:

‫َّ ا ا ۡ ُ ُ ا َّ ا‬
ُ ‫اك ان ۡس اتع‬
{‫ی‬ ِ ‫} ِإیاك نعبد و ِإی‬

"Hanya kepada-Mu kami beribadah ya Allah dan hanya kepada-Mu kami meminta
pertolongan"

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawabnya:

‫اا اْ ْ ا اْ ا ا‬
( ‫ی ع ْب ِد ْي‬ ‫) فه ِذ ِه بي ِ ين وب‬

"Ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku"


-> Ini antara Aku (antara Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan hamba-Ku.
َ
( ‫) او ِل اع ْب ِد ْي اما اسأ ال‬

"Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta"

Seorang hamba kemudian mengatakan,

{ ‫یم‬ ِ ‫ٱه ِد انا ِ ا‬


‫ٱلّص ٰ⁠ اط ۡٱل ُم ۡس اتق ا‬ ۡ
}

Ini permintaan.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"

Allah Subhanahu wa Ta’ala tadi mengatakan:

7
َ
( ‫) او ِل اع ْب ِد ْي اما اسأ ال‬

"Dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta"

Kemudian kita meminta:

{ ‫یم‬ ِ ‫ٱه ِد انا ِ ا‬


‫ٱلّص ٰ⁠ اط ۡٱل ُم ۡس اتق ا‬ ۡ
}

"Tunjukilah kami jalan yang lurus"

‫ٱلض ۤا ِّل ا‬
َّ ‫ا‬ َ‫ا‬ ُ ۡ ‫ا ا َّ ا َ ۡ ا ۡ ا ا َ ۡ ۡ ا ۡ ۡ ا‬
{‫ی‬ ‫وب عل ۡی ِه ۡم اوَل‬
ِ ‫ض‬ ‫} ِِص ٰ⁠ط ٱل ِذین أنعمت علی ِهم غ ری ٱلمغ‬

"Yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri kenikmatan kepada mereka, bukan orang-
orang yang Engkau murkai dan juga bukan orang-orang yang Engkau sesatkan (bukan
orang-orang yang tersesat)"
َ ‫اا ُا‬
( ‫) فهؤَل ُء ِل اع ْب ِد ْي او ِل اع ْب ِد ْي اما اسأ ال‬

"Perkataan-perkataan itu adalah untuk hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia
minta."

Kita selalu berdoa meminta kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar diberikan petunjuk
jalan yang lurus.
Jalan yang lurus itu jalan siapa?
Jalan orang-orang yang diberikan kenikmatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala; (1) bukan
jalannya orang yang dimurkai, (2) bukan jalannya orang yang tersesat.

Siapa yang dimurkai?


Kaum Yahudi.
Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain.
Kenapa mereka dimurkai?

8
Karena mereka mengetahui sesuatu tapi tidak diamalkan. Punya ilmunya; mereka tahu
bahwa Islam itu haq, agama yang haq.

ُ ۤ ‫َّ ا ا ا ۡ ا ٰ ُ ُ ۡ ا ٰ ا ا ُ ا ُ َ ا ُ ا َ ۡ ا‬
{ ‫ب ی ۡع ررفونهۥك اما ی ۡع ررفون أبنا اءه ۡم‬ ‫} ٱل ِذین ءاتینـهم ٱل ِكتـ‬

"Mereka adalah orang-orang yang Kami beri kitab, yang mereka tahu kitab tersebut
sebagaimana mereka tahu anak-anak mereka."

Ini orang-orang Yahudi, tapi mereka tidak mau masuk Islam. Tidak mau menerima
kebenaran Islam, padahal mereka tahu Islam ini yang benar. Makanya Allah murka
kepada mereka.

Kalau kita tidak ingin dimurkai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, berusahalah untuk
mengamalkan ilmu kita; yang sampai kepada kita, kita amalkan. Semangatlah untuk
beramal, semangatlah untuk menerapkan ilmu, semampu kita tentunya. Tapi ada
semangat, ada usaha. Kalau mampu, kita lakukan. Kalau memberatkan, kita lihat apakah
itu wajib ataukah sunnah.

Kalau kita mampu, walaupun sunnah, kita lakukan dan kita semangat untuk
melakukannya. Baru ketika kita merasa berat, sangat memberatkan kita, baru kita lihat.
Kalau wajib tetap kita lakukan; kalau sunnah maka bisa kita tinggalkan untuk kita lakukan
di kesempatan yang lain, yang di kesempatan tersebut kita mudah atau ringan dalam
menjalankannya.

Orang Yahudi (adalah) orang-orang yang sudah tahu ilmunya tapi mereka tidak mau
mengamalkannya.

Yang kedua, jalan orang-orang yang tersesat. Kita meminta kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala agar kita dijauhkan dari jalan orang-orang yang tersesat.

Siapakah mereka?
Mereka kaum Nasrani.

9
Kenapa dikatakan tersesat?
Karena mereka tidak tahu ilmunya, tapi menjalankannya. Beramal tidak berdasarkan
ilmu.

Ini kebalikan dari orang-orang Yahudi. Ini menunjukkan bahwa kaum Nasrani tidak
sepintar kaum Yahudi dalam masalah-masalah agama. Makanya di dalam agama Nasrani
kita akan menemukan banyak sekali masalah-masalah dalam kaidah-kaidah agama
mereka yang sangat prinsipil sekali.

Seperti misalnya kaidah ketuhanan. Prinsip ketuhanan mereka, itu sangat tidak masuk
akal, berbeda dengan prinsip ketuhanan di kaum Yahudi. Sangat tidak masuk akal dan
banyak hal-hal yang menjadi tanda tanya besar di dalam agama Nasrani apabila kita
menelitinya. Misalnya perbedaan antara kitab Injil yang satu dengan kitab Injil yang
lainnya, perbedaannya besar. Kalau kitab Injil itu benar-benar dari Nabi Isa, masih murni,
benar-benar dari Nabi Isa, harusnya tidak ada perbedaan seperti itu. Kenapa
perbedaannya banyak sekali dan perbedaannya sangat bertentangan antara satu dengan
yang lainnya.

Ini isyarat ya dalam surah Al-Fatihah, bahwa bahwa orang-orang Yahudi lebih pintar
dalam masalah agamanya daripada orang-orang Nasrani.

Makanya orang Yahudi disebut di dalam Al-Fatihah, mereka kaum yang dimurkai, karena
mereka mengetahui ilmunya tapi tidak mengamalkannya. Sedangkan kaum Nasrani
mereka tidak tahu ilmu, mereka jahil, tapi melakukan sesuatu tanpa dasar-dasar ilmu.

Kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keadaan-keadaan ini.

Kita sebagai kaum muslimin, kita ambil kebaikan dari keduanya dan kita buang keburukan
dari keduanya. Kita ambil ilmunya, kita mencari ilmu sebaik sekuat mungkin dan kita
beramal sekuat mungkin. Inilah cara kita mengambil kebaikan dari dua kaum ini dan
membuang keburukan dari dua kaum ini. Yang baik-baik kita ambil, yang buruk-buruk
kita hilangkan.

10
Jadilah seorang muslim yang sejati, seorang muslim yang semangat dalam menuntut
ilmu, sehingga bertambah ilmunya, dan ilmu tersebut kita berusaha untuk
menjalankannya dengan sekuat tenaga.

▫️

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

ُ ُ َ ‫ا َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫والسَلم عليكم ورحمة‬.

11
12
PERTEMUAN 52
Selasa, 21 Rabi'ul Akhir 1444 H / 15 November 2022 M
Audio ke-52: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Penjelasan Tentang Membaca
Basmallah Dipelankan dalam Shalat Jahriyyah

══════════════════

ُ ُ َ ‫َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫السَلم عليكم ورحمة‬

ُ ‫ُ ا‬ ‫ْ ا‬ ْ َ‫ا‬ ‫ه‬ ْ ُ ‫ا َّ ا ُ ا َّ ا ُ ا َ ا‬ ُ ْ ‫ْ ا‬
‫ اوعَل ِآل ِه او اصح ِب ِه او امن ت ِب اع هداه‬، ‫اّٰلل‬
ِ ‫ والصَلة والسَلم عَل رسو ِل‬، ‫ّٰلل‬
ِ ِ ‫الحمد‬

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota
GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab
yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat
Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir
sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

▫️

Pada kesempatan yang telah lalu kita sudah menyelesaikan pembahasan tentang bahwa
Al-Fatihah adalah rukun dalam shalat kita. Kita juga sudah membahas tentang
keutamaan-keutamaan surat Al-Fatihah. Kita juga sudah menyinggung bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu ketika membaca Al-Fatihah Beliau memelankan
bacaan "bismillah"nya dalam shalat jahriyyah (shalat yang dikeraskan bacaannya).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dahulu tidak mengeraskan bacaan basmalahnya,
13
karena memang ada perbedaan pendapat di tengah-tengah kaum muslimin tentang hal
ini.

Apabila kita melihat dalil-dalil yang ada, kita akan berkesimpulan bahwa pendapat yang
mengatakan bahwa membaca basmalah itu sunahnya dipelankan. Ini adalah pendapat
yang paling kuat dalam masalah ini, karena dalilnya sangat banyak dan mayoritas ulama
juga mengatakan demikian.

Mayoritas ulama, mereka mengatakan bahwa membaca basmalah sunahnya


dipelankan, tapi bukan berarti kita merendahkan pendapat lain atau mencela pendapat
lain karena ini adalah perbedaan pendapat yang terjadi di tengah-tengah para Imam.
Dan perbedaan pendapat ini sudah sangat lama sehingga yang bisa kita lakukan adalah
menguatkan mana pendapat yang dalilnya lebih kuat, memilih pendapat mana yang
dalilnya lebih kuat.

Pendapat yang dalilnya lebih kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa
memelankan basmalah di dalam shalat jahriyyah, itu yang lebih kuat. Di antara dalilnya
adalah atsar dari Anas bin Malik. Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab
shahihnya.

Anas bin Malik mengatakan:

ِ ُ ْ ‫ْ ا‬ ‫ُ ا َ ْ ا ا َّ ا ا َ ا ا ْ ا ُ ا ا ا ُ ْ ا ا ا ا ُ ا ْ ُ ْ َ ُ ا ْ ا ُ ا َّ ا ا‬ َّ ‫َ َّ َّ َّ ا‬
‫ّٰلل ارب‬
ِ ِ ‫ض هللا عنهم كانوا يفت ِتحون الصَلة ِب الحمد‬
‫ي‬ ِ ‫ر‬ ‫ان‬ ‫م‬ ‫ث‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ر‬‫م‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ر‬
ٍ ‫ك‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ب‬‫أ‬‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬‫س‬‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ‫ل‬‫ع‬ ‫هللا‬ ‫َل‬ ‫أن الن ِ ين اص‬
‫ ْال اع َالم ا‬.
‫ی‬ ِ

"Sungguh, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat Abu Bakar, sahabat
‘Umar, sahabat ‘Utsman, dahulu mereka membuka shalatnya dengan bacaan
‫) ْال اح ْم ُد ّٰلل ار ِب ْال اع َالم ا‬."
"alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin" (‫ی‬ ِ ِ ِ

14
Di sini tidak disebutkan

[ ‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬ ْ
ِ ‫هللا الرحم رن الر ِح‬
ِ ‫] ِبس ِم‬

/bismillaahirrahmaanirrahiim/

tapi membuka bacaannya dengan

‫] ْال اح ْم ُد ّٰلل ار ِب ْال اع َالم ا‬


[‫ی‬ ِ ِ ِ

/alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin/.

Dan ini dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dilakukan oleh sahabat
Abu Bakar, sahabat ‘Umar, sampai sahabat ‘Utsman, sebagaimana dikatakan oleh
sahabat Anas bin Malik yang shalat bersama mereka semuanya sebagai makmum.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Ini menunjukkan kekuatan
sanad dari hadits ini.

Sebagian orang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan membuka shalatnya dengan

َ ‫ا ِ ْا‬ ُ ْ ‫ْ ا‬
[‫ی‬
‫ر‬ ‫م‬
ِ ‫ال‬ ‫ع‬‫ال‬ ‫ب‬‫ر‬ ‫ّٰلل‬
ِ ِ ‫د‬ ‫] الحم‬

ini maksudnya adalah membuka shalatnya dengan Al-Fatihah. Karena kebiasaan orang,
ْ ‫َ َ ْ ا ْْ ا‬
mereka menyebut nama surat dengan awal ayatnya. Seperti misalnya surat [ ‫شح‬ ‫ ] ألم ن‬,
ْ َّ ‫ا‬ ْ َّ ‫ا‬
surat [ ‫س‬
‫ ْ] و َالشم ر‬, surat ُ[ ‫اللي ِل‬ ‫ ] و‬. Sehingga yang dimaksud dengan membuka shalatnya
ْ
‫] ال اح ْمد ّٰلل ار ِب ال اعالم ا‬
dengan [ ‫ی‬ ِ ِ ِ
kemungkinan maksudnya adalah membuka shalatnya dengan Al-Fatihah.

Ada kemungkinan itu memang, tapi ada riwayat lain yang menafikan kemungkinan ini.
Riwayat dari Anas juga. Sahabat Anas bin Malik mengatakan (dan ini riwayatnya juga
shahih) diriwayatkan oleh Imam Muslim:

15
َّ ْ ْ ْ ‫ُ ا َ ْ ا ا َّ ا ا َ ا ْ ا ُ ا ا ُ ْ ا ا ا َ ْ َ ْ ا ْ َ ا ً ْ ُ ْ ا‬ َّ ‫َّ ا‬ ُ ‫ا َّ ْ ُ ا ا ا‬
ِ ‫اّٰلل صَل هللا علي ِه وسلم وأ ِ يب بك ٍر وعم ار وعثمان فلم أسمع أحدا ِمنهم يق ارأ ِبس ِم‬
‫اّٰلل‬ ِ ‫ول‬
ِ ‫صليت مع رس‬

‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬
ِ ‫الرحم رن الر ِح‬.

"Aku telah shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu pula bersama
sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman dan aku tidak pernah mendengar
sekali pun dari mereka, mereka membaca: [ ‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬ ْ
ِ ‫هللا الرحم رن الر ِح‬
ِ ‫] ِبس ِم‬."

Ini sangat tegas menyebutkan bahwa mereka semuanya ketika shalat jahriyyah tidak
terdengar dari mereka bacaan [ ‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬ ْ
ِ ‫هللا الرحم رن الر ِح‬
ِ ‫ ] ِبس ِم‬.
Ini menunjukkan bahwa mereka membacanya dengan cara sir ( ‫س‬ ‫ ; ِ ر‬dengan cara pelan).

Di dalam riwayat lain dengan lafaz:

‫ا‬ ‫َ َّ ْ ا ا ا ا‬ َّ ‫الر ْح امن‬


َّ ‫هللا‬ ‫ا اْ ُُ ا‬
ْ ‫ون ب‬
‫آخ ررها‬
ِ ‫يم ِ يف أو ِل ال ِقراء ِة وَل ِ يف‬
ِ ‫ح‬
ِ ‫الر‬ ‫ر‬ ِ ‫م‬ِ ِ ‫َل يذكر‬.
‫س‬

"Mereka semuanya (yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat Abu Bakar,
sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman radhiyallahu 'anhum ajmain) tidak menyebut [ ‫هللا‬ ْ
ِ ‫ِبس ِم‬
‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬
ِ ‫ ] الرحم رن الر ِح‬baik di awal bacaan ataupun di akhir bacaan."

‫] ْال اح ْم ُد ّٰلل ار ِب ْال اع َالم ا‬


Ini menunjukkan bahwa sebelum membaca [ ‫ی‬ ِ ِ ِ
tidak terdengar dari mereka bacaan

[ ‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬ ْ
ِ ‫هللا الرحم رن الر ِح‬
ِ ‫] ِبس ِم‬.

Kemudian, ketika akan membaca surat setelahnya, juga tidak terdengar dari mereka
bacaan [ ‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬ ْ
ِ ‫هللا الرحم رن الر ِح‬
ِ ‫ ] ِبس ِم‬.
Sehingga ketika kita akan membaca

‫] ْال اح ْم ُد ّٰلل ار ِب ْال اع َلم ا‬


[‫ی‬ ِ ِ ِ

16
sunahnya dipelankan, "bismillah". Begitu pula ketika membaca surat setelah itu,
sunahnya dipelankan basmalahnya.

Dalam riwayat lain dari sahabat Anas juga (riwayatnya banyak sekali sehingga lafalnya
atau redaksinya juga banyak dan setiap redaksi saling melengkapi) sahabat Anas
mengatakan:

َّ ‫الر ْح امن‬
َّ ‫هللا‬ ً ‫اَ ْ َ ْ ا ْ َ ا‬
ْ ‫دا م ْن ُه ْم اي ْج اه ُر ب ب‬
‫يم‬ ‫ح‬
ِ ِ ‫الر‬ ‫ر‬ ِ ‫م‬ ‫س‬
ِ ِ ِ ِ ‫فلم أسمع أح‬.

"Tidak pernah aku mendengar satu pun dari mereka menjaharkan atau mengeraskan
َّ ‫الر ْح امن‬
bacaan [ ‫الر ِحيم‬ َّ ‫هللا‬ ْ
ِ ‫ ] ِبس ِم‬."
‫ر‬

Ini dari sahabat Anas bin Malik.

Ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya
dahulu, mereka tidak mengeraskan bacaan basmalah-nya sehingga kita juga harusnya
mengikuti mereka.

▫️

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

ُ ُ َ ‫ا َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫والسَلم عليكم ورحمة‬.

17
18
19
PERTEMUAN 53
22 Rabi'ul Akhir 1444 H / 16 November 2022 M
Audio ke-53: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Penjelasan Tentang Membaca
Basmallah Dipelankan dalam Shalat Jahriyyah Bag 02

══════════════════

ُ ُ َ ‫َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫السَلم عليكم ورحمة‬

ُ ‫ُ ا‬ ‫ْ ا‬ ْ َ‫ا‬ ‫ه‬ ْ ُ ‫ا َّ ا ُ ا َّ ا ُ ا َ ا‬ ُ ْ ‫ْ ا‬
‫ اوعَل ِآل ِه او اصح ِب ِه او امن ت ِب اع هداه‬، ‫اّٰلل‬
ِ ‫ والصَلة والسَلم عَل رسو ِل‬، ‫ّٰلل‬
ِ ِ ‫ الحمد‬.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota
GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab
yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat
Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir
sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

▫️

(Ada yang bertanya) Ustadz, apa dalil pendapat yang mengatakan bahwa basmalah itu
dianjurkan untuk dikeraskan? Atau apa dalil mereka dalam mengeraskan bacaan
Bismillah-nya?

20
Dalil mereka di antaranya adalah hadits Abu Hurairah, bahwa suatu ketika sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu anhu pernah shalat mengimami para sahabat. Ketika itu sahabat
Abu Hurairah mengeraskan bacaan basmalah-nya. Dan setelah shalat sahabat Abu
Hurairah mengatakan: "Aku telah shalat di depan kalian sebagaimana shalatnya
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam." Sehingga mereka berkesimpulan bahwa di
antara contoh shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mengeraskan
bacaan basmalah-nya.

Dalil ini sanadnya kuat namun bisa dijawab dengan beberapa jawaban.

Jawaban yang pertama: Sahabat Abu Hurairah tidak tegas mengatakan bahwa bacaan
basmalah-nya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu keras. Sahabat Abu Hurairah
hanya mengatakan, "Saya shalat di depan kalian sebagaimana shalatnya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam." Sehingga bisa jadi kerasnya bacaan basmalah sahabat Abu
Hurairah keluar dari sifat shalat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Bisa jadi demikian, karena sahabat Abu Hurairah tidak dengan tegas mengatakan bahwa
dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengeraskan bacaan basmalah-nya. Tapi
sahabat Abu Hurairah hanya mengatakan bahwa, "Saya tadi shalat di depan kalian
sebagaimana shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam."

Jawaban yang kedua: Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu dahulu selalu bersama
Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ada kemungkinan besar beliau
shalatnya dekat dengan Nabi 'Alaihish-shalaatu wassalam sehingga walaupun Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca basmalah dalam keadaan pelan, beliau masih
mendengarnya. Berbeda dengan sahabat; mungkin sahabat Anas bin Malik agak jauh
sehingga tidak mendengarnya. Ada kemungkinan ini, sehingga sahabat Abu Hurairah
mengeraskan bacaan basmalah-nya karena dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam membaca basmalah tersebut walaupun dalam keadaan pelan.

21
Jawaban yang ketiga: Bahwa apa yang dilakukan oleh sahabat Abu Hurairah
bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
sahabat Abu Bakar, sahabat ‘Umar, dan sahabat ‘Utsman, dan mereka jauh lebih kuat
daripada sahabat Abu Hurairah. Apabila dibandingkan, maka jelas Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam saja sudah tidak mungkin dikalahkan, contohnya. Apalagi ditambah
dengan sahabat Abu Bakar, ditambah dengan sahabat ‘Umar, ditambah dengan sahabat
‘Utsman bin ‘Afwan.

Kita wajib mengikuti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
begitu pula kita wajib mengikuti apa yang dicontohkan oleh para khulafaur rasyidin.

‫ا ْ اْ ِ ا ْ ا‬ ‫ا َ ْ ُ ْ ُ َّ ا ُ َّ ْ ُ َ ا‬
❲ ‫ی ِمن ب ْع ِد‬ َّ
ِ ‫❳ عليكم ِبسن ِ ين وسن ِة الخلف ِاء الر‬
‫اش ِدين المه ِدي‬

"Kalian diwajibkan untuk mengikuti sunnahku, tuntunanku, begitu pula tuntunan para
khulafaur rasyidin."

Ini menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa [ ‫يم‬ َّ ‫َّ ْ ا‬ ْ


ِ ‫هللا الرحم رن الر ِح‬
ِ ‫ ] ِبس ِم‬sebelum Al-
Fatihah dan sebelum surat yang dibaca setelah Al-Fatihah ketika shalat jahriyyah
hendaknya dipelankan.

Di antara penjelasan yang mengatakan bahwa pendapat memelankan bacaan basmalah


ini adalah pendapat mayoritas ulama, adalah perkataan Imam at-Tirmidzi dalam kitab
sunannya (kitab Sunan at-Tirmidzi). Beliau mengatakan:

َّ َ‫ُ ا‬ َّ ِ َّ ‫ْ َ ْ ا‬ ْ ْ ْ َ ‫ْ ا َ ْ َا‬ َْ‫ا ْا ا ُ ا‬


‫هللا عل ْي ِه او اسل ام‬ ‫ن اصَل‬ ‫الن‬
‫ِ ِي‬ ‫اب‬ ‫ح‬ ‫ص‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫م‬ِ ِ ‫والعمل علي ِه ِعند أ ك ری أه ِل ال ِع‬.
‫م‬ ‫ل‬

"Mengamalkan pendapat ini -yaitu memelankan bacaan basmalah sebelum Al-Fatihah-


itulah yang dipilih oleh sebagian besar ahli ilmu dari para sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam (pendapat mayoritas sahabat Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam)."

22
ْ ‫ْ ُ َُ ا‬
‫منه ْم أبو بك ٍر‬.ِ

"Di antara mereka adalah sahabat Abu Bakar."

ُ ‫ُْ ُ ا‬ ُ
‫وع ام ُر اوعث امان اوغ ْ ُیه ْم‬.‫ا‬

"Begitu pula sahabat ‘Umar, sahabat ‘Utsman, dan sahabat-sahabat yang lainnya."

َّ ‫ا ا ْ ا ْ ا ُ ْ ا‬
‫التابع ا‬
‫ی‬ ِ ِ ‫ومن بعدهم ِمن‬.

"Begitu pula para ahli ilmu setelah mereka dari kalangan tabi’in."

ُ ‫ا‬ ُ ْ َ ْ ُ ْ َّ ُ ْ ُ ُ ‫ا ا‬
‫ول ُسف ايان الث ْو رر ُّي اوابن ال ُم اب اار ِك اوأح امد او ِإ ْسحاق‬ ‫و ِب ِه يق‬.

"Begitu pula hal itu dikatakan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri, Imam Ibnu Mubarak, Imam
Ahmad, Imam Ishaq."

‫يم‬ ‫ح‬ َّ ‫الر ْح امن‬


‫الر‬ َّ ‫هللا‬ ‫م‬ ‫س‬ْ ‫ اَل اي ار ْو ان َأ ْن اي ْج اه ار ب ب‬.
ِ ِ ‫ر‬ ِ ِ ِ ِ

َّ ‫الر ْح امن‬
"Mereka tidak memandang untuk mengeraskan bacaan [ ‫الر ِحيم‬ َّ ‫هللا‬ ْ
ِ ‫" ] ِبس ِم‬
‫ر‬
ْ‫ا‬ ‫اُ ُا‬ ُ ‫ا‬
‫ اويقولها ِ يف نف ِس ِه‬: ‫قالوا‬.

"Mereka mengatakan: Dan seseorang membaca basmalah tersebut di dalam dirinya."


-> maksudnya memelankan bacaan Bismillah-nya.

Inilah dalil. Dalil yang menunjukkan bahwa pendapat yang mengatakan memelankan
bacaan basmalah sebelum membaca Al-Fatihah itu disunahkan. Itu yang sunah, dan
inilah pendapat yang paling kuat dalam masalah ini.

▫️

23
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

ُ ُ َ ‫ا َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫والسَلم عليكم ورحمة‬.

24
25
PERTEMUAN 54
Kamis, 23 Rabi'ul Akhir 1444 H / 17 November 2022 M
Audio ke-54: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Dihapuskannya Kewajiban
Membaca Al-Fatihah di Belakang Imam pada Shalat Jahriyyah

══════════════════

ُ ُ َ ‫َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫السَلم عليكم ورحمة‬

ُ ‫ُ ا‬ ‫ْ ا‬ ْ َ‫ا‬ ‫ه‬ ْ ُ ‫ا َّ ا ُ ا َّ ا ُ ا َ ا‬ ُ ْ ‫ْ ا‬
‫ اوعَل ِآل ِه او اصح ِب ِه او امن ت ِب اع هداه‬، ‫اّٰلل‬
ِ ‫ والصَلة والسَلم عَل رسو ِل‬، ‫ّٰلل‬
ِ ِ ‫ الحمد‬.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota
GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab
yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat
Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir
sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

▫️

Kita sampai pada pembahasan: "Dihapuskannya Kewajiban Membaca Al-Fatihah di


belakang Imam pada Shalat Jahriyyah."

Ini juga permasalahan yang diperselisihkan oleh para ulama.

26
Apakah makmum ketika berada di belakang imam yang membaca Al-Fatihah dengan
suara yang keras, makmum masih wajib membaca Al-Fatihah?
Ataukah wajibnya makmum adalah mendengarkan bacaan Al-Fatihah imam dan juga
bacaan surat yang dibaca oleh imam setelahnya, sehingga dia tidak wajib membaca Al-
Fatihah?

Ini ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama.

1) Ada yang mengatakan bahwa wajib bagi makmum untuk membaca Al-Fatihah
walaupun makmum tersebut shalat di belakang imam yang mengeraskan bacaan Al-
Fatihahnya, dan kalau tidak membaca maka shalatnya batal.

Kalau tidak membaca secara sengaja shalatnya batal karena Al-Fatihah adalah rukun
shalat. Sebagaimana ketika kita tidak sujud, maka shalat kita akan batal karena sujud
adalah rukun shalat. Kalau kita tidak rukuk, shalat kita batal, karena rukuk adalah rukun
shalat. Begitu pula ketika kita tidak membaca Al-Fatihah, walaupun sedang berada di
belakang imam.

Dalil mereka adalah sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam:

‫ا ا ا ا ا ْ َ ْ اْ اْ ا ا ْ ا‬
❲ ‫اب‬
ِ ‫❳ َل صَلة ِلمن لم يقرأ ِبف ِاتح ِة ال ِك‬
‫ت‬

"Tidak ada shalat (maksudnya tidak sah shalat seseorang) apabila dia tidak membaca Al-
Fatihah."

Tidak sah shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah. Ini pendapat yang pertama.

2) Pendapat yang kedua adalah pendapat yang mengatakan bahwa apabila imam
memberikan kesempatan untuk membaca Al-Fatihah, maka wajib membaca Al-Fatihah.
Apabila imam tidak memberikan kesempatan, maka gugur kewajiban itu.

27
Kapan Ustadz, imam memberikan kesempatan?

Setelah membaca Al-Fatihah, ada imam-imam yang berhenti, diam agak lama untuk
memberikan kesempatan kepada makmum dalam membaca Al-Fatihah. Kalau imamnya
melakukan ini maka makmum wajib membaca Al-Fatihah.

Mereka memakai dalil yang tadi, bahwa shalat tidak sah kecuali dengan bacaan Al-
Fatihah. Dan ini umum, tidak ada batasan apakah makmum apakah imam, tidak dibatasi
oleh Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga hukumnya umum, baik
untuk imam maupun untuk makmum.

Kemudian mereka mengatakan, kenapa khusus ketika imam memberikan kesempatan


untuk membaca? Karena di dalam Al-Qur'an disebutkan:

ُ َ ‫ا ا ُ ا ُْْا ُ ا ْ ا‬
{ ‫است ِم ُعوا له‬ ‫} و ِإذا ق ررئ القرءان ف‬

"Apabila Al-Qur'an dibacakan maka dengarkanlah"

ُ َْ
{ ‫} اوأن ِصتوا‬

"dan diamlah"

Di dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam disebutkan:

ُ َْ ‫ا ا َ ا‬
❲ ‫❳ او ِإذا ق ارأ فأن ِصتوا‬

"Apabila imam membaca, maka diamlah."

Sehingga apabila imam memberikan kesempatan untuk membaca, maka wajib


membaca Al-Fatihah berdasarkan hadits tadi:

28
‫ا ا ا ا ا ْ َ ْ اْ اْ ا ا ْ ا‬
❲ ‫اب‬
ِ ‫❳ َل صَلة ِلمن لم يقرأ ِبف ِاتح ِة ال ِك‬
‫ت‬

Tapi kalau imam tidak memberikan kesempatan, maka tidak wajib membaca karena ayat
ُ َْ ‫ا ا َ ا‬ ُ ‫ئُ ا ا‬ ْ
tadi dan hadits tadi ❲ ‫ ❳ او ِإذا ق ارأ فأن ِصتوا‬hadits tentang [ ‫ن اصَلته‬ ‫] ال ُم ِس‬
"apabila imam membaca maka diamlah".
Ini pendapat yang kedua.

3) Pendapat yang ketiga mengatakan bahwa apabila imam membaca dengan keras Al-
Fatihahnya, maka makmum tidak wajib membaca Al-Fatihah, bahkan
diperintahkan/diwajibkan untuk mendengarkan bacaan imam.

Dalilnya apa Ustadz?

Dalilnya adalah ayat Al-Qur'an dan hadits tadi.

ُ َْ ُ َ ‫ا ا ُ ا ُْْا ُ ا ْ ا‬
{ ‫است ِم ُعوا له اوأن ِصتوا‬ ‫} و ِإذا ق ررئ القرءان ف‬

"Apabila Al-Qur'an dibacakan maka dengarkanlah"

ُ َْ
{ ‫} اوأن ِصتوا‬

"dan diamlah"

Dan ayat ini sebab turunnya adalah tentang bacaan Al-Qur'an di dalam shalat. Dan ketika
Allah Subhanahu wa Ta'ala mengatakan:

ُ ُْ ‫ا ُ ا‬
{ ‫} او ِإذا ق ررئ الق ْر اءان‬

"Apabila Al-Qur'an dibacakan"

29
Kata-katanya "Al-Qur'an" sehingga mencakup semua surat dalam Al-Qur'an baik surat
Al-Fatihah ataupun surat yang setelahnya. Sehingga walaupun imam sudah selesai
membaca Al-Fatihah dan imam membaca surat yang lainnya, maka kita tetap harus diam
dan mendengarkan bacaan imam.

Begitu pula hadits Nabi yang tadi:

ُ َْ ‫ا ا َ ا‬
❲ ‫❳ او ِإذا ق ارأ فأن ِصتوا‬

"Apabila imam membaca, maka diamlah."

Di sini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan objek bacaannya,


"Apabila imam membaca." Membaca apa? Tidak disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam. Menunjukkan bahwa ini makna umum. Membaca apapun maksudnya,
karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan objek bacaannya.
Sehingga baik bacaan tersebut adalah bacaan Al-Fatihah maupun bacaan surat setelah
Al-Fatihah, maka dia harus diam.

Ustadz, bagaimana kalau imam memberikan kesempatan?


Kenapa kita tidak wajib membaca Al-Fatihah?

Dijawab oleh mereka, bahwa riwayat yang menjelaskan bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dahulu berdiam setelah selesai membaca Al-Fatihah dan berdiam
setelah selesai membaca surat, riwayatnya lemah. Riwayatnya lemah, sehingga tindakan
imam memberikan kesempatan kepada makmum untuk membaca Al-Fatihah ini tidak
sesuai dengan sunah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sehingga imam
ketika shalat itu sunahnya diamnya hanya dua tempat saja atau dua waktu saja, bukan
tiga tapi dua waktu.

• Yang pertama adalah sebelum membaca Al-Fatihah.

30
Dan ini disebutkan dalam sebuah hadits ketika seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: "Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
apa yang engkau baca dalam diammu sebelum Al-Fatihah yang sebentar itu?" Berarti
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum membaca Al-Fatihah beliau diam
sebentar. Ini diam yang pertama.

• Kemudian diam yang kedua adalah setelah membaca surat, sebelum rukuk.

Dan ini jarang dilakukan oleh para imam, padahal ini sunah Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam yang kuat, sanadnya kuat, sanadnya bisa dijadikan sebagai hujjah.

Setelah membaca surat, selesai membaca surat dan akan rukuk, seorang imam atau
seorang yang shalat sendirian, disunahkan untuk berdiam sementara, kemudian setelah
itu baru rukuk. Kebanyakan imam, saya melihat tidak menjalankan sunah ini. Walaupun
tidak wajib, tapi kalau dilakukan mendapatkan pahala.

• Diam yang ketiga, yang tadi, antara bacaan Al-Fatihah dan surat setelahnya.

Ini riwayatnya lemah, sehingga itu berarti bahwa dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak pernah memberikan kesempatan untuk membaca Al-Fatihah bagi
makmumnya. Sehingga ini menunjukkan bahwa membaca Al-Fatihah di belakang imam
bagi seorang makmum yang imamnya mengeraskan bacaannya, tidak wajib. Bahkan
seorang makmum harusnya mendengarkan bacaan imamnya.

Inilah tiga pendapat yang ada dalam masalah ini. Dari tiga pendapat ini yang paling kuat
adalah pendapat yang ketiga.

Kenapa demikian?

Karena, ayat tadi mengatakan:

31
ُ َْ ُ َ ‫ا ا ُ ا ُْْا ُ ا ْ ا‬
{ ‫است ِم ُعوا له اوأن ِصتوا‬ ‫} و ِإذا ق ررئ القرءان ف‬

"Apabila Al-Qur'an dibacakan maka dengarkanlah (dengarkanlah Al-Qur'an itu) dan


diamlah kalian."

Ini sebagai dalil yang mengkhususkan sabda Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wasallam,

‫ا ا ا ا ا ْ َ ْ اْ اْ ا ا ْ ا‬
❲ ‫اب‬
ِ ‫❳ َل صَلة ِلمن لم يقرأ ِبف ِاتح ِة ال ِك‬
‫ت‬

"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah."

Ayat tersebut mengkhususkan hadits ini. Walaupun makna hadits ini umum "tidak sah
shalat siapa pun yang tidak membaca Al-Fatihah" tapi kita khususkan dengan ayat tadi.

Berarti makna hadits tersebut adalah bagi orang yang menjadi imam; dan yang kedua
bagi orang yang shalat sendiri.

Adapun makmum, maka dikhususkan oleh ayat tadi:

ُ َْ ُ َ ‫ا ا ُ ا ُْْا ُ ا ْ ا‬
{ ‫است ِم ُعوا له اوأن ِصتوا‬ ‫} و ِإذا ق ررئ القرءان ف‬

Ini bagi seorang makmum yang imamnya mengeraskan bacaan Al-Fatihahnya; atau
dikhususkan dengan hadits yang tadi:

ُ َْ ‫ا ا َ ا‬
❲ ‫❳ او ِإذا ق ارأ فأن ِصتوا‬

"Apabila imam membaca (bacaan apapun) maka diamlah."

Yang kedua, syariat Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memberikan
kesempatan kepada seorang makmum untuk membaca Al-Fatihah.

32
Ketika tidak ada kesempatan, bagaimana dikatakan itu wajib? Tidak ada kesempatan
untuk membaca Al-Fatihah. Imam disunahkan untuk membaca Al-Fatihah, kemudian
setelah itu segera membaca surat-surat setelahnya. Rasulullah dahulu
mencontohkannya demikian. Kemudian setelah itu diam sebentar, langsung rukuk.

Tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa seorang makmum diberikan kesempatan
untuk membaca Al-Fatihah. Ini menunjukkan bahwa membaca Al-Fatihah bagi seorang
makmum tidak wajib.

Kemudian yang ketiga, imam tidaklah membaca Al-Fatihah dengan keras kecuali agar
makmum mendengarkannya, kecuali agar didengarkan oleh makmum dan setelah itu
makmum sudah membaca "Aamiin" ( ‫آمی‬ ِ ).

Kita semuanya ketika menjadi makmum, kita membaca/mengaminkan Al-Fatihahnya


imam; maka seakan-akan kita sudah membaca Al-Fatihah karena "Aamiin" maksudnya
ْ ‫اس اتج‬ َّ
ْ ‫الل ُه َّم‬
adalah: [ ‫ب ِ يل‬ ِ ] (Yaa Allah, ijabahilah permintaanku) dan inti dari Al-Fatihah
adalah meminta apa? Hidayah.

‫الض ِّآل ا‬
َّ ‫ا َ ْ ا ا‬ ُ ْ ‫ا ا َّ ا َ ْ ا ْ ا ا َ ْ ْ ا ْ ْ ا‬ ‫اه ِد انا ِ ا‬
‫الّص ااط ْال ُم ْس اتق ا‬ ْ
{‫ی‬ ‫يهم وَل‬
ِ ‫ل‬‫ع‬ ‫وب‬
ِ ‫ض‬ ‫ ِِصاط ال ِذين أنعمت علي ِهم غ ری المغ‬.‫يم‬ ِ }

"Tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalannya orang-orang yang Engkau berikan
kenikmatan (kaum mukminin), bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai (orang-
orang Yahudi) ataupun orang-orang yang sesat (yaitu kaum Nasrani)."

‫ِ ا ا ْ ا‬ ‫ْ ا‬
Sebelum { ‫الّصاط ال ُم ْست ِقيم‬ ‫ } اه ِدنا‬adalah mukadimah untuk berdoa. Ada pujian, ada
sanjungan untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala, kemudian berdoa. Kemudian makmum
mengatakan "Aamiin" seakan-akan makmum sudah membaca doa tersebut. Maka
bacaan imam sudah cukup bagi seorang makmum, apabila demikian. Ini, dalil yang
menguatkan bahwa seorang makmum ketika imamnya menjaharkan atau mengeraskan
bacaannya, maka seorang makmum wajibnya adalah mendengarkan.

▫️

33
Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

ُ ُ َ ‫ا َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫والسَلم عليكم ورحمة‬.

34
35
36
37
38
PERTEMUAN 55
Jum’at, 24 Rabi'ul Akhir 1444 H / 18 November 2022 M
Audio ke-55: Pembahasan Membaca Al-Fatihah ~ Dihapuskannya Kewajiban
Membaca Al-Fatihah di Belakang Imam pada Shalat Jahriyyah Bag 02

══════════════════

ُ ُ َ ‫َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫السَلم عليكم ورحمة‬

ُ ‫ُ ا‬ ‫ْ ا‬ ْ َ‫ا‬ ‫ه‬ ْ ُ ‫ا َّ ا ُ ا َّ ا ُ ا َ ا‬ ُ ْ ‫ْ ا‬
‫ اوعَل ِآل ِه او اصح ِب ِه او امن ت ِب اع هداه‬، ‫اّٰلل‬
ِ ‫ والصَلة والسَلم عَل رسو ِل‬، ‫ّٰلل‬
ِ ِ ‫ الحمد‬.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota
GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa
Ta'ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab
yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syekh Al-Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat
Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam Minattakbiri Ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi mulai dari Takbir
sampai Salamnya seakan-akan Anda Melihatnya).

▫️

Syaikh Albani rahimahullah mengatakan di dalam kitab ini (Kitab Sifat Shalat Nabi) di
terjemahannya: "Dihapuskannya atau mansukh-nya kewajiban membaca Al-Fatihah di
belakang Imam pada shalat jahriyyah." Ini pendapat dari Syaikh Albani. Beliau
mengatakan bahwa, dahulu di awal-awal, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan kepada makmumnya untuk membaca Al-Fatihah. Kemudian setelah itu

39
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang membaca Al-Fatihah. Ini penjelasan
dari Syaikh Albani rahimahullah.

Semula Beliau membolehkan para makmum untuk membaca Al-Fatihah di belakang


imam pada saat shalat jahriyyah, dimana pada waktu shalat Subuh Beliau membaca Al-
Fatihah lantas merasa berat melafalkan dan mengeraskan bacaan Beliau. Ketika shalat
usai, Beliau bersabda:

‫َ ا َّ ُ ْ ا ْ ا ُ ا ا ْ ا ا ُ ْ ُ ْ ا ا ا ْ ا ّ ً ا ا ُ ا َّ ا ا ا ا ْ ا ُ َّ َ ْ ا ْ ا َ َ ا ُ ُ ْ ا ا ْ ا‬
❲ ‫اب‬
ِ ‫ َل تفعلوا ِإَل أن يقرأ أحدكم ِبف ِاتح ِة ال ِك‬:‫ قال‬،‫اّٰلل‬
‫ت‬ ِ ‫ نعم هذا يا رسول‬:‫ قلنا‬،‫لعلكم تقرؤون خلف ِإم ِامكم‬

‫ا ا ْ َ اْ ْ ا‬ ‫ا َّ ُ ا‬
‫❳ ف ِإنه َل اصَلة ِل امن ل ْم يق ارأ ِبها‬

"Sepertinya kalian membaca surat di belakang imam kalian."


Kami menjawab, "Benar, dengan bacaan yang cepat, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam."
Beliau bersabda, "Jangan kalian lakukan ini, jangan kalian lakukan itu kecuali salah
seorang di antara kalian membaca surat Al-Fatihah (kecuali dalam bacaan Al-Fatihah
saja) sebab tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah ini."

Kemudian Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mereka membaca bacaan


apapun pada shalat jahriyyah dimana ketika selesai melaksanakan shalat yang di situ
Beliau membaca dengan bacaan yang keras -dalam sebuah riwayat itu adalah shalat
Subuh- Beliau bersabda:

ُ ‫ً ا ا ا ا ُ ٌ ا ا ْ َ ا ا ا ُ ا َّ ا ا ا ِ َ ُ ُ ا ُ ا ا‬ ٌ ‫ْ ُْ َ ا‬ ‫❳ اه ْل اق ارَأ ا‬
❲ ‫ال أنازع‬
‫ِي‬ ‫م‬ ‫ول‬ ‫ق‬‫أ‬ ‫ب‬ ‫إ‬
‫ِ ي‬ :‫ال‬ ‫ق‬‫ف‬ ،‫اّٰلل‬
ِ ‫ول‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫أ‬ ،‫م‬ ‫ع‬‫ن‬ :‫ل‬ ‫ج‬‫ر‬ ‫ال‬ ‫ق‬‫ف‬ ،‫؟‬‫فا‬‫آن‬
ِ ‫د‬ ‫ح‬ ‫أ‬ ‫م‬ ‫ك‬‫ن‬ ‫م‬ ‫ع‬
ِ ‫ِي‬ ‫م‬

"Apakah tadi ada yang ikut membaca bersamaku?"


Seorang laki-laki berkata, "Ya, akulah orangnya, wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam."
Kemudian Beliau bersabda, "Aku mengatakan kenapa aku diganggu oleh bacaan lain"

40
Lantas orang-orang pun berhenti membaca bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam pada shalat yang di situ Beliau membaca dengan keras. Hal itu mereka lakukan
ketika mereka mendengar ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan
selanjutnya mereka pun membaca dalam diri, maksudnya membaca untuk dirinya
sendiri. Kalau membaca dalam hati, ini tidak membaca namanya. Membaca dengan
sendiri: membaca untuk dirinya sendiri, maksudnya adalah demikian.

ًّ ِ ‫او اق ار ُءوا ف َأ ْن ُف ِسه ْم‬


‫سا‬ ِ ‫ِي‬

Makanya ada kata-kata sir [ ‫سا‬ ًّ ِ ]. Kalau membaca dalam hati dengan sir, ini
bertentangan. Bagaimana membaca dalam hati dengan pelan? Ini bukan membaca
dalam hati, (tapi) membaca untuk dirinya sendiri dengan cara pelan, pada saat, pada
shalat yang imam tidak membaca dengan keras.

Membaca dalam hati ini bisa membatalkan shalat, karena tidak dianggap sebagai
membaca.
Kalau ada orang shalat, sendiri dia, kemudian dia membaca Al-Fatihah dalam hati,
shalatnya batal, tidak sah, karena membaca dalam hati ini tidak dianggap sebagai
bacaan, itu bukan bacaan.

Bacaan itu adalah dengan menggerakkan lisan dan mengeluarkan suara walaupun
suaranya kecil. Dan di dalam shalat terutama shalat-shalat yang sirriyyah (yang
bacaannya dipelankan) kita harus mewujudkan bacaan ini. Jadi lisan kita harus bergerak.
Begitu pula ada suara, tapi jangan keras-keras. Cukup suara tersebut adalah suara yang
bisa kita dengar ketika kita sedang shalat sendiri dan suasananya suasana yang hening.
Itu sudah dianggap sebagai bacaan dan itulah yang harusnya kita lakukan.

Jangan membaca dengan hati karena dalih "Saya tidak boleh mengganggu orang lain"
dan jangan juga sebaliknya, membaca dengan keras, "Saya takut bacaan saya tidak sah"
karena kalau bacaannya terlalu keras akan mengganggu banyak orang.

41
Pernah ada pertanyaan, "Ustadz, ada orang, dia kalau shalat bacaannya didengar oleh 5
orang setelahnya ustadz."
Jadi yang di sampingnya, di sampingnya lagi, di sampingnya lagi, 5 orang setelah dia
masih mendengar bacaan dia, seakan-akan dia seorang imam. Tidak boleh terlalu keras,
tapi jangan dibaca di hati, karena yang diwajibkan dalam shalat kita adalah "membaca",
bukan membaca dalam hati, tapi membaca dengan lisan.

Thoyyib.

ًّ ِ ‫و اق ار ُءوا‬.‫ا‬
‫سا‬

Mereka pun membaca untuk diri mereka dengan cara pelan pada shalat yang imamnya
tidak membaca dengan keras.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan diam untuk menyimak bacaan imam
sebagai bentuk kesempurnaan bermakmum. Beliau bersabda:

‫ْا‬ ْ ُ َّ
❲ ‫❳ ِإن اما ج ِع ال ِاْل ام ُام ِل ُيؤت َّم ِب ِه‬

"Imam, dijadikan sebagai imam adalah untuk diikuti."

ُ َْ ‫ا ا َ ا‬ َ ‫ا َ ا‬
❲ ‫❳ او ِإذا ك َّ ای فك ِ ُیوا او ِإذا ق ارأ فأن ِصتوا‬

"Apabila imam bertakbir maka ikutilah takbirnya dengan takbir kalian. Apabila imam
membaca maka diamlah."

Ini kesempurnaan bermakmumnya seseorang sebagaimana Beliau juga menjadikan


mendengarkan bacaan imam cukup bagi makmum sehingga tidak perlu membaca Al-
Fatihah dan surat lain di belakangnya.

42
Beliau bersabda:

ٌ ُ َ ْ ُ‫ا ْ َ ا َ ُ ا ٌ ا ا ا‬
❲ ‫اْل ام ِام له ِق ار ااءة‬
ِ ‫❳ من كان له ِإمام ف ِقراءة‬

"Barang siapa yang shalat mengikuti imam maka bacaan imam adalah bacaannya juga."

Ketika imam membaca Al-Fatihah, itu seakan-akan makmum membaca Al-Fatihah.


Ketika imam membaca surat, seakan-akan makmum juga membaca surat. Makmum
sudah mendengarkan, itu sudah cukup, walaupun hadits ini diperselisihkan oleh para
ulama tentang kuatnya hadits ini, tentang sanadnya. Syaikh Albani menghasankan hadits
ini.

Kalau kita melihat perkataan imam-imam yang lain, mereka banyak yang melemahkan
hadits ini. Tapi dari sisi makna, hadits ini shahih. Apalagi seorang makmum sudah
mengaminkan bacaan Al-Fatihahnya imam, sehingga seakan-akan makmum sudah
membaca Al-Fatihah.

Pendapat Syaikh Albani yang mengatakan bahwa wajibnya membaca Al-Fatihah di


belakang imam ini "mansuukh". Ini sebenarnya pendapat yang kurang kuat. Mansuukh-
nya, yang tidak kuat mansuukh-nya, bukan tidak wajibnya seorang makmum membaca
di belakang imam. Kalau tidak wajibnya seorang makmum membaca di belakang imam,
ini pendapat yang paling kuat. Tapi dikatakan bahwa: asalnya wajib kemudian diganti,
maka ini yang tidak kuat.

Kenapa demikian?
Karena ketika kita mengatakan bahwa hadits ini mansuukh (dihapus), ini membutuhkan
dalil. Dakwaan atau pernyataan atau kesimpulan bahwa hadits ini sudah di-nasakh, ini
harus ada penjelasannya. Mana yang me-nasakh-nya; kenapa itu dikatakan "yang
menghapus" yang ini yang dihapus, ini membutuhkan dalil. Dan di sini tidak ada
penjelasan tentang itu sama sekali. Dan Syaikh Albani rahimahullah, beliau mengakui hal
ini.

43
Di dalam kitab asalnya:

َّ َ ‫َّ ِ ا َّ َّ ُ ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ َ


[ ‫اّٰلل عل ْي ِه او اسل ام‬ ‫] أ ْص ُل ِصف ِة اصَل ِة الن ِ ين صَل‬

beliau mengatakan, "Memang saya tidak menemukan ada penjelasan bahwa hadits yang
tidak mewajibkan untuk membaca Al-Fatihah atau hadits larangan Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca Al-Fatihah bagi makmum." Ini yang akhir.
Kemudian yang memerintahkan membaca Al-Fatihah di belakang makmum itu yang
awal; tidak ada penjelasan masalah ini.

Kemudian beliau mengatakan, "Tetapi secara logika itu masuk, secara logika kesimpulan
saya ini masuk. Kenapa? Karena tidak mungkin sebaliknya. Tidak mungkin Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mereka membaca Al-Fatihah, kemudian setelah
itu para sahabat membacanya. Yang mungkin adalah sebaliknya."

Inilah satu-satunya kemungkinan, beliau mengatakan demikian. Kemungkinan satu-


satunya adalah asalnya para sahabat membaca, kemudian Rasulullah hanya membatasi
Al-Fatihah saja, kemudian setelah itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang
semuanya. Ini kemungkinan yang paling masuk akal, sehingga beliau berkesimpulan
bahwa hadits yang melarang makmum membaca Al-Fatihah di belakang imam, ini me-
nasakh (menghapus) hadits yang sebelumnya, bahwa makmum membaca Al-Fatihah
kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang mereka kecuali bacaan Al-
Fatihah.

Namun saya katakan, tetap pendapat yang mengatakan "ini nasakh", "ini mansuukh", ini
tidak bisa dengan logika, tidak bisa kita ambil dari logika, tapi harus kita dapatkan
penjelasan tersebut dari para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam
yang mengatakan bahwa ini mansuukh, atau ijma’ para ulama (kesepakatan para ulama)
bahwa hadits ini mansuukh.

44
Kalau tidak ada dua ini maka tidak bisa kita memakai logika kita. Kalau kita memakai
logika, ini mansuukh, maka ini sangat membahayakan. Logika siapa yang kita jadikan
sebagai sandaran. Kalau ada orang yang mengatakan "Logika saya", yang sebaliknya
yang lebih masuk akal, bisa jadi seperti itu.

Maka yang lebih kuat dalam masalah ini adalah kita melemahkan hadits (yang kata
ٌ َّ
Syaikh Al-Albani di-mansuukh/dihapus). Itu haditsnya ada 'illat nya (‫)علة‬.ِ Hadits tersebut
telah dilemahkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dan yang lainnya. Hadits tersebut juga
dilemahkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah. Hadits tersebut dikatakan
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ada banyak 'illat-nya.
-> Hadits yang ada makmum; sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca
Al-Fatihah dan membaca surat-surat yang lainnya. Kemudian Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam mengatakan kepada mereka. "Kayaknya kalian tadi ada yang membaca
surat sehingga aku terganggu bacaanku."
Kemudian Rasulullah mengatakan, "Jangan kalian lakukan lagi kecuali Al-Fatihah saja."

Hadits ini hadits yang lemah, banyak 'illat-nya sebagaimana disebutkan oleh Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah. Di antara 'illat-nya adalah Maqhuul yang merupakan perawi hadits
tersebut, menyelisihi Ibnu Syihab dalam meriwayatkan hadits tersebut, menyelisihi Ibnu
Syihab dalam riwayatnya. Ini 'illat, ini cacat yang ada di hadits itu yang bisa melemahkan
hadits tersebut.

Kalau hadits tersebut sudah lemah, maka tidak perlu kita mengatakan hadits tersebut
di-nasakh, karena memang seakan-akan hadits tersebut tidak ada. Untuk mengatakan
bahwa hadits tersebut mansuukh, ini membutuhkan dalil, ini membutuhkan penjelasan
dari sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam atau dari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam atau ijma’ para ulama.

Kalau tidak ada ini, kita tidak bisa mengatakan dengan logika kita. Ini penjelasan dari sisi
Ushul Fiqh bahwa kita tidak bisa mengatakan ini nasakh dengan akal kita, dengan logika
kita, tapi itu harus melalui penjelasan baik dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi

45
wasallam sendiri, atau dari perawi hadits itu sendiri, dari sahabat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wasallam yang meriwayatkan hadits itu, atau dari ijma’ para ulama.

▫️

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa 'Alaa.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

ُ ُ َ ‫ا َّ ا ُ ا َ ْ ُ ْ ا ا ْ ا ُ ه ا‬
‫اّٰلل اوب اركاته‬
ِ ‫والسَلم عليكم ورحمة‬.

46
KANTOR PUSAT GiS, HTJ FOUNDATION &
GBS (SUNNAH STORE, SAYAROH)
Jl. Curug Raya No. 12. RT. 01 / RW. 02.
Pondok Kelapa. Duren Sawit.
Jakarta Timur 13450

📣 Official Account Grup Islam Sunnah


🌏 WebsiteGIS: https://grupislamsunnah.com/
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 WebsiteGBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
YouTube: bit.ly/grupislamsunnah
47

Anda mungkin juga menyukai