Anda di halaman 1dari 2

Nama: ......................... Kelas: ..............

Beberapa Gaya Bahasa (Majas)

A. Gaya Bahasa Perbandingan


a. Alegori – menyatakan melalui deskripsi (Burung merpati menggambarkan perdamaian).
b. Alusio – ungkapan yang tidak diselesaikan karena ungkapannya sudah dikenal atau memang
seseorang ingin menyampaikan maksudnya secara tersembunyi (Ah, kau ini, seperti kura-kura
dalam perahu.) Lengkapnya: Ah, kau ini, seperti kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak
tahu.
c. Simile – perbandingan dengan menyampaikan secara eksplisit menggunakan kata
“bagaikan”, “seperti”, atau “bagai” (Dan dia pun bercerita, betapa dia selalu memimpikan
hidupnya mengalir seperti sebuah bozzanova. Rendezvous, Agus Noor)
d. Metafora – perbandingan analogis tanpa kata “bagaikan”, “seperti”, atau “bagai” (Generasi
muda adalah tulang punggung Negara).
i. Antropomorfisme – metafora yang menggunakan kata yang berhubungan dengan
bagian tubuh manusia (Sampailah kita di kaki gunung, mari kita duduk di mulut
sungai yang mengering ini.)
ii. Sinestesia – metafora yang berhubungan dengan indra manusia (Kata-katanya
[untuk telinga] memang terkenal pedas [untuk lidah]).
e. Litotes – mengecilkan makna dengan tujuan merendahan diri (Mampirlah ke rumahku yang
tak berapa luas.)
f. Hiperbola – melebih-lebihkan kenyataan sehingga tidak masuk akal (Hatiku hancur
mengenang dikau, berkeping-keping jadinya).
g. Personifikasi – menjadikan benda mati seperti manusia (Angin mendesah, petir berteriak,
akupun takut.)
h. Sinekdoke – ungkapan perwakilan
i. Pars pro toto – sebagian mewakili keseluruhan objek (Kemana dia? Dari kemarin
tidak tampak batang hidungnya.)
ii. Totum pro parte – keseluruhan padahal yang dimaksud adalah sebagian (Indonesia
memenangkan piala Thomas dan Uber).
i. Eufemisme – mengganti yang tabu atau kasar dengan yang lebih pantas atau dianggap lebih
halus (Maaf Pak, bolehkan saya ke belakang?).
j. Defemisme – mengungkapkan yang tabu atau kurang pantas dengan apa adanya (Pak,
bolehkan saya kencing?)
k. Simbolik – melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk
menyatakan maksud (Lelaki, buaya darat, aku tertipu lagi.)

1
B. Gaya Bahasa Sindiran
a. Ironi – sindiran dengan mengatakan kebalikan dari fakta (Tulisan Anda besar sekali, sehingga
saya tidak bisa membacanya.)
b. Sarkasme – sindiran langsung dan kasar
c. Sinisme – mencemooh pikiran atau tindakan (Tak usah kau menyanyi lagi, suaramu yang
merdu itu memecahkan telingaku).
d. Satire – sarkasme atau ironi untuk mengecam atau menertawakan kebiasaan, tindakan, atau
gagasan.
e. Innuendo – sindiran yang mengecilkan fakta (Ia rajin emberikan serupiah dua rupiah upeti
kepada bosnya.)

C. Gaya Bahasa Penegasan


a. Apofasis – menegaskan dengan cara seolah-olah dirinya menyangkal (Saya tidak mau
mengatakan bahwa Anda telah mengorupsi uang kami.)
b. Pleonasme – menambahkan keterangan yang sudah jelas (Silakan maju ke depan.)
c. Repetisi – mengulang kata atau frase yang sama dalam kalimat (Salah, salah, bukan yang
itu, tapi yang ini).
d. Aliterasi – repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan (Keras-keras kerak kena air
lunak juga).
e. Paralelisme – menggunakan kata atau frase yang sejajar (Dia telah berpengalaman dengan
kegetiran hidupnya, dengan kondisi hidup yang bersahaja, dengan ketabahannya...)
f. Tautologi – mengulang dengan sinonimnya (Aku sedih dan duka ketika dia memutuskan
hubungan cinta kami).
g. Retoris – pertanyaan yang jawabannya ada dalam pertanyaan itu, sehingga tidak
membutuhkan jawaban (Bisakah berhasil hanya dengan balajar dalam satu hari?).

D. Gaya Bahasa Pertentangan


a. Paradoks – seolah-olah bertentangan, tetapi keduanya benar (Aku menderita dalam
pertemuan yang membahagiakan ini.)
b. Oksimoron – paradoks dalam satu frase (Ada ketegangan yang mengasyikkan dalam
pertandingan sepak bola tadi malam).
c. Antitesis – menggunakan kata-kata berlawanan arti pada saat bersamaan (Ia disukai oleh
orang tua atau anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak, laki-laki dan perempuan, sebab dia
orang baik).
d. Kontradiksi interminus – menyangkal bagian sebelumnya (Semua sudah membayar,
kecuali kamu.)
e. Anakronisme – tidak sesuai antara peristiwa dan waktu (Patih Gadjah Mada terbangun ketika
sirine itu berbunyi [tidak ada sirine pada waktu Gadjah Mada hidup]).

Disarikan dari Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Indonesia Tera: Yogyakarta. 2007.

Anda mungkin juga menyukai