Oleh:
NAMA : Fahri Dwi Nugraha
NIM : D1A020158
KELOMPOK : 6D
ASISTEN : M. Bayhaqi Demaral Siregar
III.1 Materi
III.1.1 Alat
1. Panci
2. Lap kain/tisu
3. Kompor + gas
4. Timbangan
5. Saringan
6. Pengaduk
7. Termometer
8. Pisau/cutter
9. Cup
III.1.2 Bahan
1. Susu sapi segar (sudah dipasteurisasi/dipanaskan terlebih dahulu)
2. Enzim papain
3. Garam dapur
Susu segar dipanaskan sampai suhu 40o, kemudian ditambahkan ditambahkan enzim
papain.
Dipanaskan susu yang sudah dicampur enzim papain hingga suhu 95oC.
Curd disaring dan dimasukkan ke dalam cetakan sambal ditekan-tekan agar whey
yang tersisa keluar.
IV.1 Hasil
Kode Sampel 4D 5D 6D
Rasa 2 1 1
Aroma 3 3 2
Tekstur 3 2 2
Warna 2 2 2
IV.2 Pembahasan
Pembuatan dangke berhasil dan tidak mengalami kegagalan berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan. Suhu dan pemanasan adalah beberapa variabel yang dapat
mempengaruhi berhasil atau tidaknya dangke. Kualitas dangke dapat dipengaruhi oleh
pemanasan atau suhu yang berlebihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Malaka et al.,
(2015) yang menyatakan bahwa Mekanisme penggumpalan yang diawali dengan proses
gelatinasi, akibat penambahan enzim yang dalam penelitian ini menggunakan getah
papaya (Carica papaya), dengan berbagai pengaruh prosesing seperti suhu pemanasan
dan konsentrasi bahan penggumpal akan menentukan dalam kualitas produk akhir.
Diketahui warna pada dangke menunjukkan nilai 1 yang berarti berwarna putih,
dangke juga dapat berwarna kuning yang disebabkan oleh pengaruh dari warna
kandungan lemak yang terdapat dalam susu. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
(Muchtadi dan Sugiyono, 1992) bahwa warna susu sapi segar putih kebiruan sampai putih
kekuningan. Warna air susu dapat berubah dari satu warna ke warna yang lain
tergantung dari bangsa ternak, jenis pakan, jumlah lemak, bahan padat dan bahan
pembentuk warna. Warna air susu berkisar dari putih kebiruan hingga putih keemasan.
Nilai tekstur yang didapatkan berdasarkan uji organoleptik berkisar diantara nilai 1
sampai 2, yang menunjukkan bahwa dangke tersebut sangat kenyal dan kenyal.
Kekenyalan pada dangke dipengaruhi oleh tingginya kadar air yang terdapat pada dangke
tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Faridah et al., (2022) yang menyatakan bahwa
Meningkatnya kadar air berbanding terbalik dengan tingkat kehalusan dan kekenyalan,
artinya semakin tinggi kadar air maka kekenyalan produk semakin menurun.
Rasa yang didapat dari uji organoleptik berkisar antara 1,2, dan 3 yang berarti
terdapat rasa dangke yang pahit. Rasa pahit tersebut berasal dari enzim papain,
penambahan yang terlalu banyak dari enzim tersebut dapat berdampak pada rasa dangke
yang menjadi pahit. Hal ini sesuai dengan pendapat Musra et al., (2021) yang menyatakan
bahwa Penambahan enzim yang terlalu banyak juga berdampak pada rasa asin dangke
dan sebagian berpendapat pahit yang kurang disukai.
Hasil dari uji organoleptik aroma dangke didapat nilai 2 dan 3 yang berarti bahwa
dangke yang dibuat beraroma kuat dan agak kuat. Aroma pada dangke dipengaruhi oleh
jenis susu yang digunakan dalam pembuatan dangke. Hal ini sesuai dengan pendapat
Pancawati (2015) yang menyatakan bahwa Analisis ragam menunjukkan bahwa jenis susu
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap aroma dangke. Aroma susu dangke susu segar lebih
tinggidaripada aroma dangke susu pasteurisasi dan relatif sama dengan aroma
dangkesusu sterilisasi. Hasil ini disebabkan karena pengaruh enzim yang ada pada
sususegar lebih banyak dibanding susu pasteurisasi dan sterilisasi. Aroma (bau) khas susu
disebabkan oleh beberapa senyawa yang mempunyai aroma spesifik dansebagian bersifat
volatil, oleh sebab itu setelah pemanasan atau setelahpenyimpanan, aroma khas susu
banyak berkurang.
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Dangke adalah salah satu keju tradisional yang teksturnya mirip tahu berwarna
putih kekuningan yang bahannya dari susu kerbau dari Sulawesi Selatan.
2. Suhu dan pemanasan adalah beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
berhasil atau tidaknya dangke.
3. Rasa pahit pada dangke berasal dari enzim papain, penambahan yang terlalu
banyak dari enzim tersebut dapat berdampak pada rasa dangke yang menjadi
pahit.
5.2 Saran
Praktikum berjalan dengan baik dan materi yang disampaikan mudah dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
Faridah, R., Armayanti, A. K., & Astuti, T. (2022). Kualitas Organoleptik Dangke dengan
Penambahan Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) pada Level yang Berbeda. Anoa:
Journal of Animal Husbandry. Vol 1(2): 70-75.
Hatta, W. 2013. Survei Potensi Pengembangan Dangke Susu Sapi Sebagai Alternatif
Dangke Susu Kerbau Di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Malaka, R., Baco, S., & Prahesti, K. I. 2015. Karakteristik dan Mekanisme Gelatinasi Curd
Dangke melalui Analisis Fisiko Kimia dan Mikrostruktur. Buletin Ilmu & Teknologi
Peternakan. Vol. 4(2): 56-62.
Marzoeki, M. H., dan Jufri, A. Madjid. 1978. Penelitian Peningkatan Mutu Dangke. Balai
Penelitian Kimia. Departemen Perindustrian. Makassar.
Muchtadi, TR dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: IPB.
Musra, N. I., Yasni, S., & Syamsir, E. (2021). Karakterisasi Keju Dangke Menggunakan
Enzim Papain Komersial dan Perubahan Fisik Selama Penyimpanan. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan. Vol 32(1): 27-35.
Pancawati, Andi. 2015. Kualitas Dangke pada Penggunaan Berbagai Produk Susu Cair
Komersial sebagai Bahan Baku. Universitas Hasanuddin.
Puspitasari, R, Santosa, S dan Sulistyowati, M. 2013. Pengaruh Lama Pemanasan Dan
Pemberian Level Papain Terhadap Kekenyalan Dan Kesukaan Tahu Susu. Jurnal
Ilmiah Peternakan 1(2): 501-506.
Suryani, T dan Niswah, F. 2015. Pemanfaatan Susu Kambing Etawa Dan Kedelai Sebagai
Bahan Dasar Dangke (Keju Khas Indonesia) Dengan Koagulan Ekstrak Jeruk Nipis.
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi. Vol. 1(2): 45--52.
Sutrisno. 2007. Tepung Papain Kasar, Pengempuk Daging. Ebook Pangan.com. Jakarta.
LAMPIRAN