Anda di halaman 1dari 45

HUKUM SYARA’

ULC INTERMEDIATE
PURWAKARTA, FEBRUARI 2022
MENGAPA
HARUS HUKUM SYARA’ ?

Berawal dari Allah Sang Maha Pencipta (Al Khaliq), maka Allah juga Maha
Pengatur (Al Mudabbir)

Bahwa Allah Sang Pemilik/Penguasa, Allah sebagai AL MALIKUL MULK

Bukti Maha Cinta Allah kepada ciptaanNya

Segala sesuatu di langit dan di bumi adalah milik Allah


QS Al Baqarah (2) : 284 QS Ali Imran (3) : 109
QS Ali Imran (3) : 129 QS Ali Imran (3) : 180
QS Ali Imran (3) : 189 QS An Nisa (4) : 126 QS An Nisa (4) : 131
Allah mengulang-ulang pernyataan
AGAR MENJADI PERHATIAN

MENGAPA BUKAN
ATURAN MANUSIA ?
 Manusia minim pengetahuan atas hakekat dirinya
 Manusia minim pengetahuan atas hakekat dirinya
 Penyebab kerusakan di muka bumi
HUKUM SYARA’
PASTI MENGANDUNG MASLAHAT

Makna maslahat adalah membawa manfaat dan mencegah mudarat


 QS Al Anbiya(21) : 107
 QS Yunus (10) : 57
 QS Al An’am (6) : 157

Segala sesuatu pada suatu kondisi hanya mempunyai satu kemungkinan yaitu
mafsadat atau maslahat. Tidak mungkin keduanya bertemu dalam satu
kondisi. Jika tidak, berarti maslahat yang ditentukan itu bukan maslahat yang
sesungguhnya, tetapi hanya maslahat yang relatif (nisbi)
Jadi, maslahat harus didasarkan pada syara’, bukan pada akal !
Dimana ada syara’ disitu ada maslahat ….
HUKUM SYARA’
TIDAK BERUBAH KARENA WAKTU DAN TEMPAT

Kaidah yang salah :


“Tidak bisa ditolak adanya perubahan hukum karena perubahan zaman”

 Syariat mengharuskan manusia untuk mempelajari fakta atas problem,


kemudian mencari hukum Allah yang berkaitan dengan masalah tersebut
dengan cara menggalinya dari sumber Al Qur’an dan As Sunnah atau dari
sumber yang telah disahkan dari keduanya
 Ketika menerapkan syariat Islam di tengah masyarakat, setiap individu
Muslim wajib mempelajari fakta masyarakat itu dengan teliti, kemudian
dipecahkan dengan syariat Allah
 Kaum Muslim tidak boleh menyesuaikan tindakannya dengan waktu dan
tempat, tetapi harus selalu merujuk kepada Kitabullah dan Sunnah Rasul-
Nya

Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah,
maka …
QS Al Maidah (5): 44 - 50
AQIDAH VS HUKUM SYARA’

Pemikiran (ide) yang bersifat menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan
kehidupan

Contoh :
Tauhid, kebenaran Rasul, keberadaan Al Quran sebagai kalam Allah, adzab, dll

Seruan Allah yang berhubungan dengan seluruh perbuatan hamba


Contoh :
 Ijarah
 Jual beli
 Shalat
 Riba
HUKUM SYARA’
Rumusan aturan-aturan Allah SWT bagi manusia sebagai khalifah (pemimpin)
di muka bumi, yang menjadi pedoman untuk mengatur makhluk dan alam
semesta ciptaanNya, agar bisa bersinergi dan tidak saling merusak atau
mengganggu.

MUJTAHID - MUQOLLID

KATEGORI MANUSIA
BERDASARKAN KEILMUAN
 MUJTAHID, siapa saja yang mengambil hukum sendiri langsung dari dalil (Al
Quran dan Al Hadist)
 MUQALLID, siapa saja yang bertanya kepada mujtahid tentang hukum
syara’ sebuah masalah
MUJTAHID : orang yang menggali status hukum

MUJTAHID

MAS’ALAH
MUTLAK Menetapkan spesifik satu
menetapkan semua hal ilmu atau beberapa
masalah
Muqallid : orang yang MENGIKUTI MUJTAHID

MUQALLID

MUTABI’
‘AWM
Masih tau dalil,
tidak tau dalil, tanpa ilmu
pertimbangan keilmuan
TAQLID

 Mengikuti orang lain tanpa berpikir ( menurut bahasa );


 Melakukan suatu perbuatan / tindakan berdasarkan perkataan orang lain
tanpa memiliki hujjah ( menurut syara’ )

MUKALLAF : orang yang memikul beban hukum syara’

WAJIB bagi setiap muslim untuk memahami sendiri hukum syara’, karena
seruan ini diarahkan langsung oleh Allah untuk semua manusia, bukan
diarahkan bagi para mujtahid atau ulama saja, melainkan untuk seluruh
mukallaf
MA’SUM NYA RASULULLAH SAW
 Proses penetapan hukum syara’ murni harus melalui ijtihad (penggalian
status hukum) ;
 Rasulullah SAW bukan seorang mujtahid, namun beliau adalah ma’sum
(bebas dari dosa) ;
 Maksum-nya Rasulullah dilihat dari dua sisi :

Sebagai penyampai risalah ; Risalah yang dibawa Rasul tidak ada cacat sama
sekali. Dan yakin ketika Rasul berbuat salah, Allah akan langsung tegur pada
saat itu juga, termasuk keluarganya.

Dari perbuatan Rasul, beliau maksum dari dosa-dosa besar atau status hukum
yang haram ataupun meninggalkan yang wajib.
 Kalau terjadi satu saja cacat yang berpotensi menyebabkan hilangnya
kema’suman, sekalipun hanya dalam satu kasus saja, niscaya akan terjadi
cacat pada semua kasus
 Kema’suman Nabi dan Rasul dalam menyampaikan risalah bersifat pasti,
maka mengingkarinya sama dengan mengingkari risalah atau kenabian
yang ditetapkan Allah
 Rasulullah SAW tidak pernah menyampaikan suatu hukum pun, kecuali
bersumber dari hukum Allah

Rasulullah SAW hanyalah mengikuti wahyu….


QS Al Anbiya’(21) : 45
QS An Najm (53) : 3-4
QS Shad (38) : 70
QS Al Ahzab (33) : 21
QS Al A’raf (7) : 203
HUKUM PERBUATAN
Hukum asal perbuatan manusia adalah hukum syara’, bukan mubah atau
haram

AHKAMUL KHOMSAH
WAJIB
SUNNAH
MUBAH
MAKRUH
HARAM
Bukan istilah-istilah dalam Al Quran, melainkan hasil kesimpulan para
mujtahid
Menjadi pola untuk selalu dikaitkan dengan pemikiran yang menghasilkan
perilaku
HUKUM SYARA’ DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN
WAJIB PAHALA SANKSI
SUNNAH / PAHALA TIDAK ADA SANKSI

MANDUB

MAKRUH TIDAK ADA SANKSI PAHALA (JIKA ADA PELUANG)


MUBAH BISA ADA PAHALA TIDAK ADA PAHALA

BISA ADA SANKSI TIDAK ADA SANKSI

HARAM SANKSI PAHALA


3 HAL YANG TERIKAT DENGAN
HUKUM SYARA’

PERBUATAN
PERKATAAN
((QS.
(QS.Al-Infithaar:
Qaaf: 17-18) 11-12))
GERAK HATI (QS Al Baqarah : 284)
HUKUM BENDA

Hukum asal benda


adalah Mubah

HALAL VS HARAM

…Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu,


dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Timbulnya takwa setelah ber-ilmu !


QS Al Baqarah : 282
SUMBER-SUMBER HUKUM SYARA’

 AL QURAN : sumber dari segala sumber hukum baik secara BAHASA


maupun KANDUNGAN
 SUNNAH / HADIST : perkataan, perbuatan dan diamnya Rasul
 IJMA’ SAHABAT : kesepakatan atas suatu hukum bahwa hukum itu adalah
hukum syariat
 QIYAS : aturan-aturan baru yang tidak ada pada jaman Rasulullah

(1) AL QUR’AN
Sumber dari segala sumber hukum, baik secara BAHASA maupun secara
KANDUNGANN
 QS Al Baqarah : 23
 QS Ali Imran : 7
Ayat Dalam Al Qur’an

MUHKAMAT MUTASYABIHAT
Ayat-ayat yang sudah jelas maksu Ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetahui maksudnya p
dnya  pokok-pokok Al Qur’an erlu penjelasan

Zina (QS 24:2) QS 2:228 tentang quru’
Al Quran (QS 2:101) Ada 2 pendapat tentang quru’ , yaitu : 3x haid vs 3x bersih&h
aid (imam Syafi’i)
Potong tangan untuk pencuri (QS 
5:38) - dijelaskan oleh hadist
Riba (2:275)
(2) AS-SUNNAH /AL-HADIST

 SUNNAH adalah perbuatan, perkataan dan diamnya Rasulullah. - Segala


sesuatu yang dicontohkan oleh Rasulullah. Jatuh pula status hukum atas
perbuatan tersebut.
 MANDUB adalah status hukum
 Contoh : sholat, status hukumnya wajib, perbuatannya mengikuti sunnah
Rasul

PERBUATAN RASULULLAH

 JIBILIYAH----------Berdasarkan wahyu
 NON JIBILIYAH---Sebagai manusia biasa
FUNGSI SUNNAH / HADIST (1)

 Menjelaskan detail tentang hal-hal wajib yang disebutkan dalam Al Quran


- Contoh : puasa, zakat,dll
 Mengkhususkan kepada siapa perintah tersebut diberikan (tentang
keumuman Al Quran) - Contoh : hukum waris (QS An Nisa (4):11), cukup
detail namun masih dikhususkan lagi oleh sunnah ; anak hasil zina, meski
orangtuanya menikah secara hukum Islam, bapaknya tetap tidak sah untuk
menikahkan.
 Syarat terhadap ayat Al Quran - Contoh : QS Al Maidah (5): 38 hukum
potong tangan terhadap pencuri. Tidak serta merta main potong, namun
yang melakukan harus seorang Khalifah dan dengan proses yang panjang ;
HR Ahmad batasan ¼ dinar ; 1 dinar +/- 4,25 gram emas
FUNGSI SUNNAH / HADIST (2)

 Pelengkap dari sebagian hukum-hukum AL Quran.--> QS An Nisa(4):3


tentang poligami, terkait Rasulullah SAW banyak hal (misalnya poligami)
bukan keinginan beliau tetapi perintah Allah.
 Penetap hukum yang baru yang tidak ada dalam Al Quran. - QS Al Maidah
(5):3 tentang makanan haram, kalau terpaksa menjadi halal. Secara detail
dijelaskan oleh hadist; objek haram semakin luas kalau tidak disebutkan
dalam hadist, cari dalam ijma sahabat.
(3) IJMA’ SAHABAT
Mengapa harus
ijma’ sahabat ?
 BUKAN IJMA’ ULAMA
 BUKAN IJMA’ AHLUL BAIT
 BUKAN IJMA’ AHLUL MADINAH

MENGAPA BUKAN YANG LAIN ?


 Mengapa bukan ijma’ ahlul bait ? Karena lisannya Rasulullah mengutamakan para
sahabat daripada ahlul bait
 Mengapa bukan ijma’ ulama ? Ulama yang mana? Ulama pun makhluk biasa yang
memiliki kepentingan
 Mengapa bukan ijma’ ahlul Madinah ? Karena terlalu luas, meski saat itu banyak
hukum syara’ yang diturunkan di Madinah karena saat itu Islam sudah ditetapkan
sebagai sistem
TENTANG SAHABAT

Para sahabat seperti bintang-bintang. Dengan sahabat-sahabat manapun


kalian mengarahkan pandangannya, maka keberadaan sahabat tersebut
menjadi petunjuk bagi kalian (HR Ibnu Abdil Bark)
  Terutama Khulafaur Rasyidin
Sesungguhnya aku telah memilih para sahabatku di atas segenap makhluk
selain para nabi (HR Ath Thabrani, Al Baihaki)
★ Jumlah sahabat : kurang lebih 114.000 orang
KRITERIA “SAHABAT” MENURUT
SAID BIN MUSAIR
(TABI’IN, FAQIH FID DIEN)
Sahabat tidak pernah diperhitungkan kecuali bersama Rasulullah SAW selama
satu sampai dua tahun dan pernah turut berperang selama satu sampai dua
kali bersama Rasulullah SAW-------(Sangat jelas keberpihakannya)

KRITERIA “SAHABAT” MENURUT


AL MAZINI (TABI’IN YANG MENULIS BUKU KITAB SYARAH AL BURHAN)
Di kitabnya disebutkan bahwa sahabat adalah orang yang mengikuti dan
bersama-sama Rasulullah SAW, menolong beliau dan mengikkuti cahaya (Al
Quran) yang diturunkan Allah
CONTOH IJMA (1) :
AL QUR’AN-1

 Para sahabat menghafal al quran, bukan menulis al quran. Namun


Rasulullah SAW ada sekretaris yang menuliskan Al Quran di pelepah kurma.
 Pada masa khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq, Al Qur’an mulai dikumpulkan.
 Pada masa khalifah Umar bin Khattab, banyak futuhat negeri-negeri Isalam.
Sehingga banyak para sahabat penghafal Al Qur’an yang syahid. Hal ini
membawa kekhawatiran Abu Bakar bahwa Al Qur’an akan punah. Pada
saat itulah mulai dikumpulkan di Habsah (puteri Abu Bakar) tulisan-tulisan
tangan Al Qur’an.
CONTOH IJMA (1) :
AL QUR’AN-2
Utsman bin Affan adalah sahabat yang sangat mutqin , hafal Al Qur’an tingkat tinggi
karena langsung di-talaki oleh Rasulullah. Pada masa kekhalifahan Utsman-lah Al
Qur’an terwujud. Awalnya Al Qur’an berhuruf gundul, namun karena sulit
membacanya maka muncullah sakhal (tanda baca).

CONTOH IJMA (2) :


PEMILIHAN KHALIFAH
Pada saat Rasulullah SAW wafat, jenazah beliau tidak langsung dimakamkan. Wafat di
hari Senin, namun baru dimakamkan pada hari Rabu. Mengapa ? Karena para sahabat
sibuk mencari pengganti beliau sebagai pemimpin. Terpilihlah Abu Bakar sebagai
khalifah. Setelah ada khalifah, barulah Rasulullah dikebumikan.

IJMA’ SAHABAT BAHWA KETIDAKBERADAAN KHALIFAH DIPERBOLEHKAN PALING
LAMA TIGA HARI
(4) QIYAS

Qiyas adalah aturan-aturan batu yang tidak ada pada jaman Rasulullah. Salah
satu sumber aturan Islam karena dari aturan-aturan yang ada di atasnya akan
muncul aturan baru.

Contoh :
Ada kejadian yang tidak ada dalilnya sehingga kejadian tersebut disamakan
dengan kejadian yang ada dalilnya.

Untuk menyamakan suatu kejadian yang tidak ada dalilnya dengan satu
kejadian yang sudah ada dalilnya dengan adanya kesamaan ilat (sebab
munculnya status hukum).
CONTOH QIYAS

QS Al Jumu’ah : 9
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan
shalat pada hari Jum‘at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
-----Menurut Al Qur’an, jual beli melalaikan sholat. Namun qiyas ulama
menyatakan bukan hanya jual beli namun segala aktifitas menjadi haram
pada saat waktu sholat Jum’at. 
KHITTABU SYAR’I

Jazm
Perintah
Ghoiru Jazm
Seruan Allah
Jazm
Larangan
Ghoiru Jazm

⌘ Jazm = Pasti ⌘ Ghoiru Jazm = Tidak Pasti


PERINTAH

JAZM WAJIB

PERINTAH
GHOIRU SUNNAH
JAZM
MUBAH
Seruan Allah :“Dirikanlah…” “Bacalah…” “Ingatlah…” Tidak selalu ada kalimat perintah
PERINTAH

PERINTAH DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

JAZM PAHALA SANKSI


(WAJIB)

GHOIRU JAZM PAHALA (SUNNAH) TIDAK ADA SANKSI (MUBAH)


ATAU

TIDAK ADA PAHALA (MUBAH)
LARANGAN

Seruan Allah :“Janganlah…” “Jauhilah…” Tidak selalu ada kalimat larangan

Pasti mengandung ;
 Mudharat
 Celaan
 Ancaman
LARANGAN

LARANGAN DILAKUKAN TIDAK DILAKUKAN

JAZM SANKSI PAHALA


(HARAM)
GHOIRU JAZM TIDAK ADA SANKSI ADA PAHALA
(MAKRUH)
QORINAH
(= Indikasi )
Case 1 :
Qorinah suatu ayat di surat lain

 QS Al Isra(17) : 32 Janganlah mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah


suatu jalan yang buruk.
 “Suatu jalan yang buruk” mengandung mudhorot dan celaan, namun tidak
ada sanksi (belum jatuh hukumnya)
 Qorinahnya : QS An Nur(24) : 2 Cambuklah pezina perempuan dan pezina
laki-laki sebanyak 100x …
 Jadi, berzina adalah sesuatu yang dilarang, ada sanksi pelanggarannya.
Jelas bahwa status hukumnya adalah HARAM
Case 2 :
Qorinah suatu ayat di satu surat

 QS AT Taubah (9) : 29 Perintah melindungi kafir zimmy, dilindungi khilafah


dan wajib membayar pajak --> belum ada status hukumnya
 Qorinahnya : QS At Taubah (9) : 39 Kalau tidak mau berangkat berperang,
akan diberi adzab
 Status hukumnya menjadi WAJIB
Case 3 :
Dalam satu ayat ada 2 status hukum
QS Al Maidah (5) : 2 Larangan berburu :
 sebelum ihram (HARAM),
 setelah ihram (MUBAH)
Case 4 :
Status Mubah
QS Al Jumuah (62) : 10 Bertebaranlah setelah shalat jumat. - Meski memakai
kata perintah, statusnya MUBAH
Jadi kalau “bertebaran” pada saat sholat Jumat, hukumnya HARAM.
-- Ini adalah ijtihad para mujtahid
Case Hukum Syara’ (1)

Case 1 :
HR Imam Malik & Ahmad : Sholat berjamaah adalah 27 derajat lebih baik
daripada sholat sendirian.
- Perintah ini tidak ada sanksi, maka status hukumnya SUNNAH
Case 2 :
Berziarah pernah dilarang Rasulullah, namun sekarang disarankan
“berziarahlah”
- Dulu dilarang, sekarang boleh. Namun tidak ada pahala. Status hukumnya
MUBAH
Case Hukum Syara’ (2)

Hadist : menikah adalah sunnahku; barangsiapa yang tidak mengikuti


sunnahku maka ia bukan golonganku.
- Dilarang tidak menikah, namun tidak ada sanksi. Status hukumnya adalah
MAKRUH.
- Imam Syafi’ie tidak menikah
HR Bukhari Muslim : sesungguhnya seseorang dijadikan imam itu untuk
diikuti.
- QS Al Baqarah (2) : 43 Dirikanlah sholat …. > WAJIB
- Jadi ketika kita menunjuk imam untuk sholat, maka imam wajib diikuti
Case Hukum Syara’(3)

HR Ahmad : Barangsiapa tidak ada baiat di pundaknya khalifah, maka matinya


dalam keadaan jahilliyah (shahih)
 Baiat adalah diambil janjinya untuk menegakkan agama Allah
 Untuk masa sekarang tidak ada khalifah, maka upaya kita adalah
mengupayakan adanya khilafah! (KEWAJIBAN BAGI SETIAP MUSLIM)
 Ketika belum ada khalifah, status hukumnya FARDLU KIFAYAH untuk
menegakkan Khilafah; Ketika belum terwujud, hukumnya FARDLU AIN. Kalo
tidak dilaksanakan berdosa

LABORATORIUM HUKUM SYARA’

Anda mungkin juga menyukai