Anda di halaman 1dari 9

8

UJI CARA APLIKASI MIKORIZA PADA EMPAT VARIETAS JAGUNG TERHADAP


PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG DI LAHAN KERING

THE EXPERIMENT OF MICORIZA APPLICATION AT FOUR CORN VARIETY TO THE GROWTH AND
CORN PRODUCT IN DRY LAND

Irniatun Hasanah, I Made Sudantha dan Suwardji


Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mataram

ABSTRAK

Di Indonesia, tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan terpenting kedua setelah padi.
Kebutuhan jagung meningkat setiap tahun sebesar 7%. Dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas
jagung maka perlu pengelolaan tanaman jagung secara terpadu, yaitu dengan menggunakan teknologi yang
memberikan pengaruh sinergistik yaitu dengan menggunakan mikoriza. Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi
simbiotik antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium cendawan tertentu. Jamur mikoriza telah diketahui
mampu menstimulir tanaman dalam penyerapan unsur immobil seperti P, Zn, dan Cu serta unsur-unsur yang
mobil seperti S, Ca, K, Fe, Mg, Mn, Cl, Br dan N dari tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
cara aplikasi mikoriza dan varietas jagung terhadap pertumbuhan dan hasil jagung di lahan kering. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design)
dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu petak utama yang terdiri atas 4 aras perlakuan. Perlakuan terdiri atas
varietas Lamuru (V1), varietas Srikandi (V2), varietas Sukmaraga (V3), varietas Genotipe C2 (galur lokal Unram)
(V4). Faktor kedua yaitu anak petak yang terdiri atas 4 aras perlakuan. Perlakuan terdiri atas tanpa Mikoriza (m0),
aplikasi mikoriza dengan cara di tugal (m1), aplikasi mikoriza dalam larikan (m2), aplikasi mikoriza saat
pengolahan tanah (m3). Hasil kombinasi dari varietas jagung (V) dengan aplikasi mikoriza (M) adalah 16
perlakuan. Masing – masing perlakuan di ulang 3 kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. Perlakuan dengan
menggunakan mikoriza memberikan hasil produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa
mikoriza.

Kata kunci: Mikoriza, Rancangan Petak Terbagi dan Tanaman jagung.

ABSTRACT

In Indonesia, corn crop (Zea mays L) is the second importance food plant after rice. The corn necessity
raises 7% every year. In increasing the production and productivity of corn needs integrated management of corn
plant that is by using technology which gives synergetic influence by using Mikoriza. Mikoriza is a kind of
symbiotic association between root of high level plant and certain fungi Miselium. Mikoriza fungus can stimulate
the plants in absorption of immobile element such as P, Zn, and Cu as well as from soil.ell as mobil element such
as S, Ca, K, Fe, Mg, Mn, Cl, Br and placation and corn from soil. The research aim to know the influence of
Mikoriza and corn variety to the growth and corn production in dry area. This research use experimental method
with two factors of split plot design. The firt factor is that main plot consists of four border treatment. The
treatment consist of Lamuru variety (V1), Srikandi variety (V2), Sukmaraga variety (V3),Genotipe C2 variety
(V4). Second factor is that another plot consists of four border treatment. The treatment consist without Mikoriza
(m0), Mikoriza application by dibbling (m1), Mikoriza application in row (m2), Mikoriza application while soil
processing (m3). The result of corn variety combination (V) by Mikoriza application (M) is 16 treatment. Each
treatment repeated three times, so there are 48 unit of trial. The treatment by using Mikoriza gives more result
than by using treatment without Mikorioza.

Key words: Mikoriza, Split Plot Design and Corn plant

PENDAHULUAN kering merupakan unggulan dan andalan masa depan


Provinsi NTB, karena 84 % dari luas wilayah NTB
Sektor pertanian masih merupakan salah satu yaitu sekitar 1,8 juta ha merupakan lahan kering yang
sektor andalan pembangunan di Provinsi Nusa mempunyai potensi dikembangkan menjadi lahan
Tenggara Barat (NTB). Pembangunan pertanian lahan pertanian yang produktif untuk berbagai komoditas

Irniatun Hasanah, dkk.: Uji Cara Aplikasi Mikoriza …


9

pertanian tanaman pangan dan hortikultura (Suwardji, dalam jaringan tanaman, efisiensi penyerapan P,
2007). mempercepat umur berbunga tanaman jagung,
Salah satu komoditas tanaman pangan yang meningkatkan N tanah setelah percobaan, dan
cocok dan banyak diusahakan petani di lahan kering meningkatkan hasil tanaman jagung ( Bintoro, 2000).
adalah jagung. Tanaman ini sangat bermanfaat bagi Mikoriza adalah suatu bentuk asosiasi simbiotik
kehidupan manusia dan pengembangan ternak antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan miselium
(Deptan, 2008). cendawan tertentu. Jamur mikoriza telah diketahui
Di Indonesia, tanaman jagung (Zea mays L.) mampu menstimulir tanaman dalam penyerapan unsur
merupakan tanaman pangan terpenting kedua setelah immobil seperti P, Zn, dan Cu serta unsur-unsur yang
padi. Jagung banyak digunakan sebagai bahan pangan, mobil seperti S, Ca, K, Fe, Mg, Mn, Cl, Br dan N dari
bahan baku pakan ternak dan sebagai bahan baku tanah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman
industri. Dengan semakin pesatnya jumlah penduduk, menjadi lebih cepat dan lebih sehat dibandingkan
berkembangnya usaha peternakan dan industri yang dengan tanaman yang tidak bermikoriza, terutama
menggunakan bahan baku jagung, mendorong pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah
peningkatan kebutuhan jagung nasional. Jagung (Linderman, 1988).
memiliki kandungan gizi yang tidak kalah tinggi bila Akar tanaman yang bermikoriza akan
dibandingkan dengan beras (Soepraptohardjo, 1978). terlindungi dari serangan patogen akar karena akar
Jagung merupakan salah satu tanaman palawija tanaman yang bermikoriza akan menjadi lebih keras
yang paling utama di Indonesia. Selain sebagai sehingga lebih sulit ditembus oleh patogen (Fakura
sumber kalori utama bagi sebagian penduduk dan Setiadi, 1986). Akar tanaman yang bermikoriza
Indonesia, jagung juga merupakan penyumbang lebih tahan terhadap kekeringan pada musim kemarau
karbohidrat selain beras (Subandi, 1988). Tanaman dari pada tanpa mikoriza, selain itu dengan adanya
jagung dapat tumbuh baik hampir di semua jenis mikoriza dapat meningkatkan toleransi tanaman
tanah, salah satunya adalah tanah alluvial yang terhadap kekeringan (Manan, 1976 ; Nuhamara,
memiliki sifat fisik : tekstur liat, berwarna kelabu, 1980). Dengan adanya mikoriza pertumbuhan
memiliki konsistensi yang plastis di waktu basah, dan tanaman menjadi lebih cepat (Fakura dan Setiadi,
keras di waktu kering (Soepraptohardjo, 1978). 1986).
Kebutuhan jagung meningkat setiap tahun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sebesar 7%, untuk kebutuhan industri pakan ternak pengaruh cara aplikasi mikoriza pada empat varietas
saja membutuhkan 6 juta ton per tahun, dan pada jagung terhadap pertumbuhan dan hasil di lahan
tahun 2011 pemerintah mengimpor jagung sebanyak kering
3 juta ton, karena produksi jagung nasional belum
mampu menjamin kebutuhan untuk konsumsi dan METODELOGI PENELITIAN
industri pakan ternak. Dari aspek agronomi
produktivitas jagung di NTB masih sangat rendah dan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
secara teknis masih sangat mungkin untuk adalah metode eksperimental yang dilakukan di Desa
ditingkatkan dengan penerapan Iptek, ditargetkan Akar-Akar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok
peningkatan produktivitas jagung di NTB menjadi Utara yang merupakan sentra penanaman jagung.
lebih dari 40 – 50 kuintal/hektar (Dinas Pertanian TPH Adapun bahan dan alat yang digunakan dalam
NTB, 2010 dalam Grand Strategi Pengembangan penelitian ini adalah benih jagung varietas Lamuru,
Agribisnis Jagung di NTB (2009-2013). Srikandi, Sukmaraga varietas genotipe C2 (Galur
Dalam upaya peningkatan produksi dan Lokal UNRAM), pupuk, mikoriza, cangkul, sekop,
produktivitas jagung dan efisiensi pengairan dengan ember, tugal, springkle big gun, tali, timbangan
sistem sprinkler big gun di lahan kering sekaligus analitik, penggaris/meteran, dan alat tulis menulis.
dalam upaya untuk memperbaiki kondisi fisik dan Rancangan percobaan yang digunakan yaitu
biologis lahan menuju pertanian yang berkelanjutan, Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan
maka perlu pengelolaan tanaman jagung secara dua faktor yaitu : Petak Utama : Varietas Jagung (V)
terpadu, yaitu dengan menggunakan teknologi yang dengan 4 aras perlakuan yaitu : v1 (varietas Lamuru)
memberikan pengaruh sinergistik yaitu dengan v2 (varietas Srikandi) v3 (varietas Sukmaraga) v4
menggunakan mikoriza. (genotipe C2). Anak Petak : Aplikasi Mikoriza (M)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman dengan 4 aras perlakuan yaitu : m0 (tanpa mikoriza)
yang diinokulasikan dengan mikoriza memberikan m1 (aplikasi mikoriza dengan cara di tugal) m2
hasil yang terbaik terhadap hampir semua parameter (aplikasi mikoriza dalam larikan) m3 (aplikasi
pengamatan yaitu dapat meningkatkan kandungan P mikoriza saat pengolahan tanah). Hasil kombinasi dari

Crop Agro Vol. 5 No.2 – Juli 2012


10

Varietas Jagung (v) dengan Aplikasi Mikoriza (m) demikian ini mungkin disebabkan karena antara
adalah 16 perlakuan. Masing – masing perlakuan di varietas yang satu dengan varietas yang lainnya
ulang 3 kali sehingga terdapat 48 unit percobaan. memiliki faktor genetik yang berbeda-beda sehingga
Pelaksanaan Penelitian yaitu persiapan pada pengamatan 5 MST V4 memiliki daya tumbuh
mikoriza (Mikoriza Tecnovert mengandung jamur yang jauh lebih baik dibandingkan dengan ke-3
Glomus sp. yang diperoleh dari balai pengkajian varietas yang lain.
bioteknologi, badan pengkajian dan penerapan
teknologi kawasan Puspiptek Serpong Tangerang), Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman berdasarkan pengaruh
pengolahan tanah (Pengolahan dilakukan dengan varietas
meratakan tanah untuk membuat petak/bedengan Pengamatan umur
dengan ukuran 3 x 3,5 meter setiap petak perlakuan) Perlakuan 4 MST
5 MST (cm)
penanaman (Penanaman dilakukan dengan tugal, (cm)
dengan menempatkan 3 biji dalam setiap lubang dan (V1) Lamuru 85.267 a 118.88 a
dilakukan penjarangan setelah tanaman berumur 1 (V2) Srikandi 87.05 ab 121.25 a
minggu dengan meninggalkan 2 tanaman yang (V3) Sukmaraga 89.733 ab 129.13 ab
tumbuh sehat, jarak tanam jagung yang digunakan (V4) C2 Unram 94.65 b 138.13 b
adalah 20 x 70 cm ) pengairan (menggunakan BNJ 5% 8,29 14,51
sprinkler big gun), pemupukan (Pemupukan dilakukan Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang diikuti
dengan Urea dan Ponska dengan dosis masing-masing oleh huruf yang sama dalam masing-
masing perlakuan tidak berbeda nyata
225 kg per hektar) dan teknik dan dosis aplikasi
pada uji BNJ taraf 5%.
mikoriza (aplikasi mikoriza per lubang tanam : 6.9 gr
per larikan : 86,25 gr dan saat pengolahan tanah : 345
Hasil analisis pada Tabel 2 menunjukkan
gr pengendalian hama (penyemprotan insektisida).
bahwa aplikasi mikoriza secara umum dapat
Pengamatan yaitu: tinggi tanaman dengan
meningkatkan tinggi tanaman jagung secara nyata,
melakukan pengamatan 5 tanaman secara acak.
kecuali pada pengamatan 3 MST pada perlakuan M1
Pengamatan dilakukan pada umur tanaman 2, 3, 4, dan
(Aplikasi mikoriza dengan cara di tugal) yang
5 minggu setelah tanam (mst) dan Hasil tanaman yaitu
menunjukkan tidak berbeda nyata dengan M0 (tanpa
: Berat 1000 butir benih, berat tongkol, berat
mikoriza). Hal ini mingkin disebabkan karena
berangkasan basah dan kering tanaman.
perlakuan M1 merupakan cara aplikasi mikoriza yang
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan
kurang efisien sehingga hasil rata-rata yang diperoleh
Analisis Keragaman pada taraf nyata 5 % dan
tidak berbeda nyata dengan perlakuan M0 (tanpa
dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf nyata yang
mikoriza).
sama.
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN aplikasi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung secara nyata. Hasil ini menunjukkan
Tinggi Tanaman bahwa rata-rata tinggi tanaman yang diaplikasikan
Hasil pengamatan dan analisis keragaman dengan mikoriza cenderung lebih tinggi dibandingkan
pengaruh aplikasi mikoriza terhadap pertumbuhan dengan kontrol (tanpa mikoriza). Hal ini disebabkan
tinggi tanaman jagung dapat dilihat pada lampiran 6 – karena mikoriza dapat menyerap dan mengumpulkan
9. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa tidak Nitrogen, Fosfor, Kalium dalam mantel lebih cepat
ada interaksi antara varietas dengan mikoriza. Hasil dan menyimpannya dalam periode waktu yang lebih
rata-rata tinggi tanaman jagung berdasarkan varietas lama dibandingkan dengan akar yang tidak
ditunjukkan pada Tabel 1. bermikoriza sehingga mikoriza dapat memacu
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi pertumbuhan tanaman jagung. Hal tersebut didukung
tanaman dari berbagai varietas: Lamuru (V1), oleh Fakura dan Setiadi (1986) yang menyatakan
Srikandi (V2), Sukmaraga (V3) dan C2 galur lokal bahwa dengan adanya mikoriza pertumbuhan tanaman
Unram (V4) pada pengamatan 4 MST( Minggu dapat menjadi lebih cepat.
Setelah Tanam) V2 dan V3 tidak berbeda nyata
dengan V1 tetapi berbeda nyata dengan V4. Varietas
V4 menunjukkan rata-rata tinggi tanaman yang paling
tinggi yaitu 94.65 cm dan diikuti oleh varietas V3, V2
dan V1 dengan tinggi tanaman rata-rata berturut-turut
89.733 cm, 87.05 cm dan 85.267 cm. Hasil yang

Irniatun Hasanah, dkk.: Uji Cara Aplikasi Mikoriza …


11

fosfatase. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian


Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh aplikasi Caris et al. (1998) mengemukakan bahwa fungi
mikoriza mikoriza mempunyai hifa yang dapat menjangkau
Pengamatan umur matriks tanah yang tidak terjangkau oleh akar tanaman
Perlakuan
2 mst 3 mst 4 mst 5 mst dan melalui hifanya hara dapat ditransfer ke dalam
M0 (tanpa 26.617 a 47.6 a 71.033 a 108.88 a tanaman. Peran FMA seperti yang dijelaskan di atas
mikoriza) tersebut menjadi penting bagi penyerapan unsur-unsur
M1 (aplikasi 31.05 b 53.383 a 88.783 b 124.87 b hara yang mobilitasnya rendah dalam tanah seperti P
mikoriza (Shibata dan Yano, 2003 : Zhu et al., 2003). Lebih
dengan cara jauh Bintoro (2000) juga mengemukakan bahwa
di tugal) tanaman yang diinokulasikan dengan mikoriza
M2 (aplikasi 33.533 b 61.717 b 99.267 c 137.83 b memberikan hasil yang terbaik terhadap hampir untuk
mikoriza
semua parameter pengamatan yaitu dapat
dalam
larikan)
meningkatkan kandungan P dalam jaringan tanaman,
M3 (aplikasi 33.683 b 60.75 b 97.617 c 135.82 b efisiensi penyerapan P, mempercepat umur berbunga
mikoriza saat tanaman jagung, meningkatkan N tanah setelah
pengolahan percobaan, dan meningkatkan hasil tanaman jagung.
tanah)
BNJ 5% 2.92 5,99 8,29 14,51 Berat Berangkasan Basah dan Kering
Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang diikuti Hasil pengamatan dan analisis keragaman
oleh huruf yang sama dalam masing-masing pengaruh aplikasi mikoriza terhadap berat
perlakuan tidak berbeda nyata pada uji BNJ berangkasan basah dan kering dapat dilihat pada
taraf 5%. lampiran 10 dan 11. Hasil analisis keragaman
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara varietas
Pada pengamatan 2, 4 dan 5 MST hasil yang dengan mikoriza terhadap berat berangkasan basah
paling tinggi diperoleh pada perlakuan M3 (aplikasi dan kering. Hasil rata-rata berat berangkasan basah
mikoriza saat pengolahan tanah) kemudian diikuti berdasarkan varietas ditunjukkan pada Tabel 3.
oleh M2 (aplikasi mikoriza dalam larikan), M1
(Aplikasi mikoriza dengan cara di tugal) dan M0 Tabel 3. Rata-rata berat berangkasan basah berdasarkan
(tanpa mikoriza). Pada 3 MST hasil yang paling tinggi varietas
terdapat pada M2 diikuti oleh M3, M1 dan M0. Hal ini Perlakuan Berat berangkasan basah(kg)/ petak
mungkin disebabkan karena perlakuan dengan aplikasi
mikoriza saat pengolahan tanah mikoriza yang (V1) Lamuru 3.2708 b
diaplikasikan mikoriza dapat bercampur dengan tanah (V2) Srikandi 2.3833 a
lebih baik dam mikoriza dapat beradaptasi dengan (V3) Sukmaraga 2.5867 ab
lingkungan sehingga dapat berkembang dengan lebih (V4) C2 Unram 1.9692 a
baik sehingga terjadi peningkatan serapan hara P dan
BNJ 5% 0,69
N serta daya menyerap air yang lebih baik. Oleh
karena itu mikoriza yang diaplikasikan saat Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang
pengolahan tanah dapat menghasilkan tinggi tanaman diikuti oleh huruf yang sama dalam
yang jauh lebih baik dibandingkan dengan aplikasi masing-masing perlakuan tidak berbeda
mikoriza dengan cara di tugal, aplikasi mikoriza nyata pada uji BNJ taraf 5%.
dalam larikan dan tanpa aplikasi mikoriza. Hasil
penelitian ini sejalan dengan Bolan (1991) yang Tabel 3 menunjukkan bahwa berat berangkasan
menyatakan bahwa adanya mikoriza akan memperluas basah varietas V1 tidak berbeda nyata dengan V3 akan
volume tanah yang dapat dijelajah oleh akar tanaman, tetapi berbeda nyata dengan V2 dan V4. Varietas V1
sehingga akan menurunkan jarak antara fosfor yang menunjukkan rata-rata berat berangkasan basah yang
harus didifusikan ke akar tanaman. Selain itu juga paling tinggi yaitu 3.2708 kg/ petak dan diikuti oleh
dengan adanya mikoriza akan menurunkan afinitas V3 (2.5867 kg)/ petak, V2 (2.3833 kg)/ petak dan V4
titik ambang konsentrasi terendah untuk serapan (1.9692 kg)/ petak. Hasil yang demikian ini salah
fosfor, sehingga akan terjadi peningkatan serapan P satunya mungkin disebabkan karena varietas V1
oleh tanaman. Pelarutan fosfor tanah dapat memiliki daya hasil yang lebih tinggi sehingga
ditingkatkan dengan adanya mikoriza karena mikoriza mendapatkan berat berangkasan basah yang jauh lebih
mampu melepaskan asam-asam organik dan enzim tinggi dibandingkan dengan varietas yang lainnya dan

Crop Agro Vol. 5 No.2 – Juli 2012


12

varietas V1 secara genetik tampak mewarisi sifat yang perlakuan M3, M2 dan M0 dengan berat berangkasan
dapat menghasilkan berat berangkasan basah yang basah berturut-turut 2.8258 kg/ petak, 2.6533 kg/
lebih tinggi. petak dan 1.6825 kg/ petak.
Hasil rata-rata berat berangkasan basah akibat Seiverding (1991) menyatakan bahwa akar
pengaruh aplikasi mikoriza disajikan pada Tabel 4. tanaman yang diinfeksi mikoriza akan memperluas
bidang kontak akar dengan tanah hal ini disebabkan
Tabel 4. Rata-rata berat berangkasan basah akibat mokoriza dengan hifa eksternalnya akan dapat kontak
pengaruh aplikasi mikoriza langsung dengan tanah di sekitarnya. Selanjutnya
Berat berangkasan berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan
Perlakuan bahwa mikoriza dapat meningkatkan hara yang tidak
basah (kg)/ petak
mobil seperti P (Bolan, 1991). Sedangkan Burbey dan
M0 (tanpa mikoriza) 1.6825 a
Simanungkalit (1989) menyatakan bahwa selain unsur
M1 (aplikasi mikoriza
P unsur hara lain yang dapat dipengaruhi serapannya
dengan cara di tugal) 3.0483 b
adalah N, P, K, Zn, Cu, Cl, Fe, Mo, S dan B.
M2 (aplikasi mikoriza
Selanjutnya Linderman 1988 menyatakan bahwa
dalam larikan) 2.6533 b
jamur mikoriza telah diketahui mampu menstimulir
M3 (aplikasi mikoriza
tanaman dalam penyerapan unsur immobil seperti P,
saat pengolahan tanah) 2.8258 b
Zn, dan Cu serta unsur-unsur yang mobil seperti S,
BNJ 5% 0, 69
Ca, K, Fe, Mg, Mn, Cl, Br dan N dari tanah. Hal ini
Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang
yang mungkin dapat menyebabkan pertumbuhan
diikuti oleh huruf yang sama dalam
tanaman jagung menjadi lebih cepat dan lebih sehat
masing-masing perlakuan tidak berbeda
dibandingkan dengan tanaman yang tidak
nyata pada uji BNJ taraf 5%
bermikoriza, terutama pada tanah dengan tingkat
kesuburan rendah seperti di lahan kering. Selaras
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam maka
dengan itu akar tanaman yang bermikoriza akan
dapat diketahui bahwa pemberian mikoriza secara
terlindungi dari serangan patogen akar karena akar
umum dapat meningkatkan berat berangkasan basah
tanaman yang bermikoriza akan menjadi lebih keras
secara nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata
sehingga lebih sulit ditembus oleh patogen akar
berat berangkasan tanaman yang diperlakukan dengan
tanaman, dengan adanya mikoriza pertumbuhan
mikoriza memiliki berat yang lebih tinggi
tanaman menjadi lebih cepat (Fakura dan Setiadi,
dibandingkan dengan kontrol (tanpa mikoriza)
1986).
kemungkinan hal ini disebabkan karena mikoriza
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
mampu menstimulir tanaman dalam penyerapan unsur
tidak ada interaksi antara varietas dengan mikoriza.
hara yang bersifat immobil seperti P, Zn, dan Cu serta
Hasil rata-rata berat berangkasan kering berdasarkan
unsur-unsur yang mobil seperti S, Ca, K, Fe, Mg, Mn,
varietas ditunjukkan pada Tabel 5.
Cl, Br dan N dari tanah. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan tanaman jagung menjadi lebih tinggi. Tabel 5. Rata-rata berat berangkasan kering
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi berdasarkan varietas
mikoriza dengan cara di tugal akar tanaman akan
mudah terinfeksi oleh hifa yang dihasilkan oleh jamur Berat berangkasan kering
Perlakuan
mikoriza karena jarak antara lubang tanam dengan (kg)/ petak
lubang tempat mikoriza yang berdekatan sehingga (V1) Lamuru 1.5758 b
akar tanaman jagung menjadi lebih keras dan tanaman (V2) Srikandi 1.275 b
jagung dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu (V3) Sukmaraga 1.3117 b
mikoriza yang diaplikasikan secara nyata dapat (V4) C2 Unram 1.0925 a
meningkatkan berat berangkasan basah tanaman BNJ 5% 0,39
jagung.cepat dan lebih sehat dibandingkan dengan Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang
tanaman yang tidak bermikoriza sehingga dapat diikuti oleh huruf yang sama dalam
meningkatkan berat berangkasan basah tanaman masing-masing perlakuan tidak
jagung. berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.
Hasil analisis keragaman dan hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa rata-rata berat berangkasan basah Dari hasil analisis pada tabel 5 dapat diketahui
tanaman yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan bahwa rata-rata berat berangkasan kering tanaman
M1 yaitu 3.0483 kg/ petak kemudian diikuti oleh varietas V4 secara umum berbeda nyata dengan

Irniatun Hasanah, dkk.: Uji Cara Aplikasi Mikoriza …


13

varietas yang lain yaitu V1, V2 dan V3. Varietas V4 akses dan jangkauan lebih luas dalam mengeksploitasi
menunjukkan berat berangkasan kering yang paling nutrisi pada suatu area. Selanjutnya Nuhamara (1980)
rendah yaitu 1.0925 kg/ petak kemudian diikuti oleh mengemukakan bahwa manfaat yang dapat diperoleh
V2, V3 dan V1 dengan berat berangkasan berturut- tanaman inang dengan adanya asosiasi mikoriza antara
turut 1.275 kg/ petak, 1.3117 kg/ petak dan 1.5758 kg/ lain : Mikoriza dapat menyerap dan mengumpulkan
petak. Hal ini mungkin disebabkan karena varietas V4 Nitrogen, Fosfor dan Kalium dalam mantel lebih cepat
memiliki daya tumbuh yang lebih rendah sehingga dan menyimpannya dalam waktu yang lebih lama
mendapatkan berat berangkasan kering yang lebih dibandingkan dengan akar yang tidak bermikoriza.
rendah dibandingkan dengan varietas yang lainnya, Lebih jauh Fakura dan Setiadi (1986) berpendapat
secara genetik varietas V4 tampak tidak mewarisi sifat bahwa akar tanaman yang bermikoriza akan
yang dapat menghasilkan berat berangkasan kering terlindung dari serangan patogen akar karena akar
yang tinggi. tanaman yang bermikoriza akan menjadi lebih keras
Hasil rata-rata berat berangkasan kering akibat sehingga lebih sulit ditembus oleh patogen.
pengaruh aplikasi mikoriza disajikan pada Tabel 6. Menurut Wachjar et al ( 2002) , dari hasil
percobaan yang dilakukan bahwa pemberian CMA
Tabel 6. Rata-rata berat berangkasan kering akibat berpengaruh terhadap jumlah daun, bobot kering dan
pengaruh aplikasi mikoriza serapan P pada tajuk bibit kelapa sawit, tetapi tidak
Berat berangkasan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit pada umur
Perlakuan 20 MST.
kering (kg)/ petak
M0 (tanpa mikoriza) 0.8933 a Berat Tongkol dan Berat 1000 Butir Benih
M1 (aplikasi mikoriza 1.5608 b Hasil pengamatan dan analisis keragaman
dengan cara di tugal) pengaruh aplikasi mikoriza terhadap berat tongkol
M2 (aplikasi mikoriza 1.38 b dan berat 1000 butir benih dapat dilihat pada lampiran
dalam larikan) 12 dan 13. Hasil analisis keragaman berat tongkol dan
M3 (aplikasi mikoriza 1.420 b berat 1000 butir benih menunjukkan bahwa tidak ada
saat pengolahan tanah) interaksi antara varietas dengan mikoriza. Hasil rata-
BNJ 5% 0,39 rata berat tongkol berdasarkan varietas ditunjukkan
Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang pada Tabel 7.
diikuti oleh huruf yang sama dalam
masing-masing perlakuan tidak Tabel 7. Rata-rata berat tongkol berdasarkan
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%. varietas
Berat tongkol
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat diketahui Perlakuan
(kg)/ petak
bahwa rata-rata berat berangkasan kering tanaman (V1) Lamuru 44.083 b
yang diaplikasikan dengan mikoriza secara umum (V2) Srikandi 32.875 a
dapat meningkatkan berat berangkasan kering
(V3) Sukmaraga 34.665 ab
tanaman secara nyata. Hasil analisis menunjukkan
(V4) C2 Unram 28.916 a
bahwa berat berangkasan kering yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan M1 yaitu 1.5608 kg/ petak BNJ 5% 0,19
kemudian diikuti oleh M3 yaitu 1.420 kg/ petak, M2 Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang
yaitu 1.38 kg/ petak dan M0 yaitu 0.8933 kg/ petak. diikuti oleh huruf yang sama dalam
Hal ini mungkin disebabkan karena perlakuan M1 hifa masing-masing perlakuan tidak
dari jamur mikoriza akan mudah menginfeksi akar berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.
tanaman jagung lebih baik dan lebih cepat sehingga
penyerapan hara dan air menjadi lebih efisien dan Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa
tanaman jagung dapat tumbuh secara optimal berat tongkol varietas V1 tidak berbeda nyata dengan
sehingga berat berangkasan kering tanaman menjadi V3 akan tetapi berbeda nyata dengan V2 dan V4.
lebih tinggi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Varietas V1 menunjukkan bahwa rata-rata berat
Smith and Read (1997) yang menyatakan bahwa jika tongkol yang paling tinggi yaitu 44.083 kg/ petak
dibandingkan dengan tumbuhan yang tidak memiliki kemudian diikuti oleh V3, V2 dan V4 dengan berat
mikoriza, akar tumbuhan yang memiliki mikoriza tongkol berturut-turut 34.665 kg/ petak, 32.875 kg/
ternyata lebih efisien karena penyerapan air dan hara petak dan 28.916 kg/ petak. Hasil yang demikian ini
dibantu jamur. Benang-benang hifa jamur memiliki mungkin disebabkan karena faktor genetik yang di

Crop Agro Vol. 5 No.2 – Juli 2012


14

bawa oleh masing-masing varietas itu tidak hanya meningkatkan berat tongkol tanaman jagung. Hal ini
tinggi tanaman dan berat berangkasan melainkan berat mungkin disebabkan karena mikoriza yang
tongkol juga , dalam hal ini V1 merupakan salah satu diaplikasikan lebih awal (sebelum penanaman) dapat
varietas jagung yang memiliki berat tongkol yang menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan
paling tinggi karena sifat waris yang di bawa oleh lingkungan sehingga mikoriza dapat bekerja secara
varietas Lamuru itu sendiri. optimal.
Hasil rata-rata berat tongkol akibat pengaruh Akar tanaman yang bermikoriza lebih tahan
aplikasi mikoriza disajikan pada Tabel 8. terhadap kekeringan pada musim kemarau dari pada
tanpa mikoriza, selain itu dengan adanya mikoriza
Tabel 8. Rata-rata berat berangkasan tongkol akibat dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap
pengaruh aplikasi mikoriza kekeringan (Manan, 1976 ; Nuhamara, 1980).
Berat tongkol Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa
Perlakuan tidak ada interaksi antara varietas dengan mikoriza.
(kg)/ petak
Hasil rata-rata berat 1000 butir biji berdasarkan
M0 (tanpa mikoriza) 23.041 a
varietas ditunjukkan pada Tabel 9.
M1 (aplikasi mikoriza dengan
cara di tugal) 41.166 b
Tabel 9. Rata-rata berat tongkol jika dihitung
M2 (aplikasi mikoriza dalam
dalam satuan hektar
larikan) 34.625 b
Berat
M3 (aplikasi mikoriza saat Berat tongkol
tongkol
pengolahan tanah) 41.708 b Varietas Mikoriza basah
kering
BNJ 5% 0,19 (kwintal)/ha
(kwintal)/ha
Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang
(V1) m0 274 190
diikuti oleh huruf yang sama dalam
Lamuru m1 480 438
masing-masing perlakuan tidak
m2 419 404
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.
m3 500 440
(V2) m0 219 190
Dari hasil analisis pada Tabel 8 dapat diketahui
Srikandi m1 395 357
bahwa aplikasi mikoriza secara umum dapat
m2 319 295
meningkatkan berat tongkol tanaman jagung secara
m3 309 285
nyata. Hal ini mungkin disebabkan karena tanaman
(V3) m0 200 190
yang bermikoriza dapat tumbuh lebih baik karena
Sukmaraga m1 376 357
mikoriza secara efektif dapat meningkatkan
m2 309 285
penyerapan unsur hara sehingga dapat menghasilkan
m3 428 395
tongkol yang lebih baik. Hasil penelitian ini sejalan
(V4) C2 m0 180 171
dengan Anas (1997) yang menyatakan bahwa
Unram m1 309 261
tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari
m2 266 233
tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah
m3 342 285
mikoriza secara efektif dapat meningkatkan
Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang
penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun
diikuti oleh huruf yang sama dalam
mikro. Selain daripada itu akar yang bermikoriza
masing-masing perlakuan tidak
dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat dan
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5%.
yang tidak tersedia bagi tanaman
Hasil analisis menunjukkan bahwa berat
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata berat
tongkol yang paling tinggi diperoleh pada perlakuan
1000 butir biji varietas V1 tidan berbeda nyata dengan
M3 yaitu dengan berat 41.708 kg/ petak kemudian
V3 akan tetapi berbeda nyata dengan V2 dan V4. V1
diikuti oleh M1, M2 dan M0 yaitu dengan berat
menunjukkan bahwa hasil rata-rata berat 1000 butir
berturut-turut 41.166 kg/ petak, 34.625 kg/ petak dan
biji yang paling tinggi yaitu 272 g kemudian diikuti
23.041 kg/ petak.
oleh V3, V2 dan V4 dengan berat rata-rata berturut-
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa
turut yaitu 223.98 g, 214.14 g dan 211.18 g.
M3 memperoleh hasil yang lebih tinggi dibandingkan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam maka
dengan perlakuan yang lain. Oleh karena itu aplikasi
dapat diketahui bahwa aplikasi mikoriza secara
mikoriza saat pengolahan tanah (M3) merupakan cara
umum dapat meningkatkan berat tongkol jika dihitung
yang paling cocok digunakan petani dalam rangka
dalam satuan hektar secara nyata. Berat tongkol

Irniatun Hasanah, dkk.: Uji Cara Aplikasi Mikoriza …


15

tertinggi terdapat pada perlakuan Lamuru (V1) dengan mikoriza antara lain : mikoriza dapat menyerap dan
aplikiasi mikoriza saat pengolahan tanah (M3) dengan mengumpulkan Nitrogen, Fospor, dan Kalium dalam
berat 500 kwintal/hektar sedangkan berat tongkol mantel lebih cepat dan menyimpannya dalam periode
terendah terdapat pada perlakuan C2 Unram (V4) waktu yang lebih lama dibandingkan dengan akar
tanpa aplikasi mikoriza (M0) dengan berat 180 yang tidak bermikoriza.
kwintal/hektar. Hal ini menunjukkan bahwa V1, V2, Ketiga perlakuan (M1, M2 dan M3) tersebut
V3 dan V4 merupakan varietas unggul dan cocok memberikan respon yang baik terhadap tanaman
ditanam di lahan kering dengan aplikasi mikoriza baik jagung sehingga petani bisa menggunakannya sebagai
aplikasi dengan cara di tugal, di larikan maupun saat anjuran untuk digunakan di lahan kering.
pengolahan tanah karena selain tahan terhadap kondisi Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian
lingkungan juga dapat memberikan hasil yang lebih (Fujiawati, 2012) yang menyatakan bahwa pemberian
baik dibandingkan tanpa aplikasi mikoriza. mikoriza arbuscular pada tanaman jagung yang
Hasil rata-rata berat 1000 butir biji akibat ditumbuhkan pada media sedimen Danau Limboto.
pengaruh aplikasi mikoriza ditunjukkan pada Tabel 10. Pada dasarnya dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman, khususnya pada penambahan mikoriza
Tabel 10. Rata-rata berat 1000 butir biji berdasarkan arbuscular sebanyak 7,5 gr di bandingkan konsentrasi
varietas yang lain. Pertumbuhan tanaman jagung yang paling
Perlakuan Berat 1000 butir biji (g) baik di capai sampai umur 30 – 40 hst.
(V1) Lamuru 272 b
(V2) Srikandi 214.14 a KESIMPULAN
(V3) Sukmaraga 223.98 ab
(V4) C2 Unram Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan,
211.18 a maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai
BNJ 5% 49,99 berikut:
Keterangan: Angka-angka pada setiap baris yang 1. Aplikasi mikoriza secara umum dapat meningkatkan
diikuti oleh huruf yang sama dalam pertumbuhan tinggi tanaman, berat berangkasan,
masing-masing perlakuan tidak berat tongkol, berat 1000 butir biji dan hasil tanaman
berbeda nyata pada uji BNJ taraf 5% jagung.
2. Aplikasi mikoriza saat pengolahan tanah merupakan
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 10 dapat cara paling efektif dalam meningkatkan produksi
diketahui bahwa aplikasi mikoriza secara umum dapat jagung di lahan kering
meningkatkan berat 1000 butir biji tanaman jagung 3. Varietas Lamuru memperoleh hasil produksi yang
paling tinggi dibandingkan dengan varietas yang lain
secara nyata. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata
sedangkan yang paling rendah diperoleh pada
berat 1000 butir biji yang diaplikasikan dengan Genotipe C2 (galur lokal Unram).
mikoriza memperoleh hasil yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tanpa aplikasi mikoriza. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
mungkin disebabkan karena mikoriza memberikan
pengaruh yang positif bagi tanaman jagung karena Alexopoulus, C. J. and C. W. Mims. 1979.
tingginya serapan P yang dihasilkan. Hal ini erat Introductoriy Mycology Third Edition. Jhon
kaitannya dengan fungsi P yang sangat penting bagi Wiley and Sons, New York, Chichester,
tanaman. mikoriza dapat meningkatkan berat 1000 Brisbane, Toronto, Singapore.
butir biji tanaman jagung. Hasil penelitian ini sejalan Belfield, Stephanie & Brown, Christine. 2008. Field
dengan Jackson (1972) dalam (Simanungkalit, 1994) Crop Manual: Maize (A Guide to Upland
yang menyatakan bahwa jagung yang diinokulasi Production in Cambodia). Canberra.
mikoriza memberikan hasil 50% lebih tinggi daripada Bolan, N.S. 1991. A Critical Review on The Role of
jagung yang tidak diinokulasi mikoriza. Mycorhizal Fungi in The Uptake of
Berdasarkan tabel 8 di atas dapat diketahui Phosphorus by Plant. Plant and Soil 134:
bahwa M3 memperoleh hasil yang paling tinggi jika 189-207.
dibandingkan dengan perlakuan M2, M1 dan M0. Brundrett, M. C,, Bougher, N., Dells, B., Grove, T.,
Adapun rata-rata berat 1000 butir biji pada M3 yaitu dan Malajozuk, N. 1996. Working with
277 g kemudian diikuti oleh M1 yaitu 254.12 g, M2 mycorrhizas in forestry and agriculture.
yaitu 242.6 g dan M0 yaitu 147.58 g. Australian Centre for International
Nuhamara 1980. Menyatakan bahwa manfaat Agricultural Research : Canberra
yang dapat di peroleh tanaman dengan adanya asosiasi

Crop Agro Vol. 5 No.2 – Juli 2012


16

Burbey dan R. D. M. Simanungkalit. 1989. Makalah seminar penggunaan CMA dalam


Tanggapan Padi Gogo Terhadap Inokulasi sistem pertanian organik dan rehabilitas
Mikoriza dengan pupuk P dan Kapur di lahan. Bandung. 21-23 April 2001.
Tanah Ultisol. Risalah Seminar Latihan Seiverding. E. 1991. Vesicular-Arbuscular
Penelitian pertanian dan Bioteknologi Mycorrhiza Management in Tropical
Pertanian III. Sukamandi 13-14 Agrosystems. GTZ, Dag Hammarsjold Weg
Carling, D. E. dan M. F. Brown. 1982. Anatomy 1+2, Eschborn, Germany.
and physiology of vescular abscular and Setiamiardja, R. 2000. Teknik Khusus Pemuliaan
nonmycorrhizal root. Phytopathology 72 (8) : Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas
1108-1114. Padjadjaran. Bandung.
Deptan. 2008. Jagung. Strategi Pengembangan Smith, S. E. dan Read, D. J. 1997 . Mycorrhizal
Agribisnis di NTB. symbiosis. Academic Press, London, etc.
Fakura, Y dan Y. Setiadi, 1986. Peranan Mikoriza Soepraptohardjo, M. 1978. Jenis-Jenis Tanah di
Bagi Tanaman Kehutanan. Dalam diskusi Indonesia. Lembaga Penelitian Tanah. Bogor.
terbatas tentang beberapa aspek Subandi. 1988. Koordinasi Program Penelitian
pembangunan hutan tanaman. Jakarta. Nasional : Jagung. Badan Penelitian dan
Kasryno, F. 2002. Perkembangan Produksi dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Konsumsi Jagung Dunia selama Empat Suprapto, 1998. Bertanam Jagung. Penebar
dekakde yang lalu dan Implikasinya bagi Swadaya. Jakarta. 59 hal.
Indonesia. Makalah disampaikan pada Suwardji, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Lahan
Diskusi Nasional Agribisnis Jagung. Di Kering. Universitas Mataram Press.
Bogor, 24 Juni 2002. Badan Litbang Suwardji, 2007. Survey Kondisi dan Pemanfaatan
Pertanian. Sumur Pompa Air Tanah Dalam di
Linderman, R. G. 1988. Mycorrhizal interaction Kabupaten Lombok Barat. Bappeda
with the rhizosphere microflora: The Kabupaten Lombok Barat.
mycorhizosphere effect. Phytopathology 78 Wirawan dan Wahab. 2007. Morfologi Tanaman
(3): 366 – 371. dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai
Manan, S. 1976. Silvikultur. Fakultas Kehutanan Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
IPB, Bogor.
Mawardi, E. dan S. Edi, 2007. Perbaikan
Komponen Paket Pemupukan Dalam PTT
Jagung Pada Lahan Sawah Tadah Hujan.
Prosiding Lokakarya Percepa-tan Penerapan
IPTEK dan Inovasi Teknologi Mendukung
Ketahanan Pa-ngan Dan Revitalisasi
Pembangunan Pertanian. Jambi.
Muhardji, F. 1988. Karakteristik Tanaman Jagung.
Hal 13-25 Dalam Subandi, M. Syam, A.
Widjono (eds). Jagung. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 423
hal.
Nuhamara, T. 1980. Michoriza problem and
prospect in Indonesia. Biotrop News letter 34
Puslitbang. 2010. Deskripsi Varietas Unggul
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia
Rahmi, et al. 2009. Teknik Budidaya Jagung.
Rukmana, R. 1999. Usaha Tani Jagung. Kanisius,
Yogyakarta.
Sasli, I., 2004. Peranan Mikoriza Vesikula
Arbuskula (MVA) dalam Meningkatkan
Resistensi Tanaman Terhadap Cekaman
Kekeringan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setiadi, Y. 2001. Peranan mikoriza arbuskula
dalam reboisasi lahan kritis di Indonesia.

Irniatun Hasanah, dkk.: Uji Cara Aplikasi Mikoriza …

Anda mungkin juga menyukai