Anda di halaman 1dari 48

“…”

Diajukan untuk memenuhi ketuntasan pembelajaran pada


Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Di SMA Negeri 1 Kota Sukabumi

Di susun oleh:

Kelompok 1

Kelas 10.01

PROJEK PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA

KURIKULUM SEKOLAH PENGGERAK

SMA NEGERI 1 KOTA SUKABUMI

TAHUN 2023
Hak Cipta Laporan

”……”

Oleh:

Kelompok 1

Sebuah laporan kegiatan yang diajukan untuk memenuhi salah


satu syarat ketuntasan pembelajaran Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila

© Penyusun 2023

SMA Negeri 1 Kota Sukabumi

Februari 2023

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Laporan ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau


sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto copy, atau cara lainnya tanpa


izin dari penulis.
LEMBAR PENGESAHAN
“..”

Oleh:

Kelompok 1

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing:

Hj. Rohayati, S.pd., M.M.Pd.


NIP. 196808281992012002

Wakil Kepala Sekolah Ur. Kurikulum:

Fasal Elahi, S.Pd., M.PFis.


NIP. 197508292003121003

Mengetahui:

Kepala SMA Negeri 1 Kota Sukabumi:

Ceng Mamad, S.Pd., M.Pd.


NIP. 197205132000121001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang berjudul “…“
ini dengan baik tanpa ada halangan.
Laporan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila ini
berisi tentang seluruh kegiatan penelitian yang dilaksanakan
kelompok 1 SMAN 1 Kota Sukabumi.
Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Ceng Mamad., S. Pd., M. Pd Sebagai Kepala
Sekolah yang telah memberikan fasilitas dan
mengarahkan dalam penyelesaian makalah ini.
2. Bapak Fasal Elahi., M.P.Fis. Sebagai Waka Kurikulum
yang telah banyak membantu memberikan dorongan moril
kepada kami sehingga kami merasa semangat dan pantang
menyerah.
3. Ibu Rohayati, S.Pd., M.M.Pd. Sebagai Pembimbing
Kelompok 1 yang telah memberikan bimbingan dan saran
serta ide sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini
sesuai waktu yang ditentukan.
4. Seluruh Guru SMA Negeri 1 Kota Sukabumi yang telah
banyak memberikan dorongan dan do’a.
5. Orang tua, Kakak dan Adik tercinta yang selalu memberi
dukungan dan semangat.
6. Rekan-rekan serta semua pihak-pihak yang telah memberi
dorongan moril Berharga kepada kami selaku penulis
makalah ini.
Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Selain itu kami berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi
referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran
yang membangun dan dapat menjadikan laporan ini jauh lebih
baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas kesalahan
maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
Semoga dengan kami membuat laporan ini dapat bermanfaat
bagi para pembacanya, khususnya bagi kami dan bagi para
generasi muda yang akan datang.

Sukabumi, 7 Februari
2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................

DAFTAR ISI .............................................

DAFTAR GAMBAR ...........................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................


B. Rumusan Masalah ....................................
C. Tujuan Penelitian .................................
D. Manfaat Penelitian ................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Batik ....................................


B. Sejarah Batik ......................................
C. Klasifikasi Batik ..................................
D. Ragam Batik Indonesia .............................
E. Proses Pembuatan Batik .............................
F. Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Motif Batik .....
G. Nilai Filosofi Dalam Batik .........................
H. Pemanfaatan Batik ..................................

BAB III METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan .......................


B. Alat dan Bahan ....................................
C. Metode Penelitian .................................
D. Pembagian Tugas Anggota Kelompok ...................
E. Langkah-Langkah Kegiatan ...........................
F. Time Line Kegiatan .................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ......................................


B. Sejarah Padi Pandan Wangi ..........................
C. Mata Pencaharian Masyarakat ........................
D. Kehidupan Sosial Budaya ............................
E. Sistem Pertanian ...................................
F. Keunggulan .........................................
G. Wilayah Pelestarian ................................

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...........................................
B. Implikasi..........................................
C. Rekomendasi ........................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................

LAMPIRAN ...............................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Beras Pulen ............................... 24

Gambar 1.2 Daun Pandan ............................... 24

Gambar 1.3 Beras ..................................... 25

Gambar 1.4 Menteri Pertanian .......................... 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batik adalah salah satu bagian dari karya budaya asli
Nusantara yang banyak dikagumi oleh khalayak dari
berbagai penjuru dunia bahkan telah diakui sebagai
warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan non-bendawi
oleh UNESCO sejak Oktober tahun 2009.
Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai
beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya yang
berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan suatu
cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi
bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang.
Walaupun batik merupakan budaya / warisan yang sangat
berharga bagi bangsa ini, pada masa sekarang ini, sangat
disayangkan ada banyak masalah yang dapat mengancam
eksistensi batik. Salah satunya adalah kurangnya
ketertarikan generasi pada batik . Hal ini tentunya
merupakan masalah serius yang harus segera diatasi.
Bagaimana tidak, kurangnya minat generasi muda
terhadap batik tentunya akan menyebabkan kurangnya tenaga
kerja yang dapat menghasilkan batik. Selain itu kurangnya
minat generasi muda ini juga bisa menyebabkan semakin
redupnya industri batik. Karena tidak adanya generasi
penerus yang mau belajar dan mengembangkan batik itu
sendiri.
Ada banyak faktor yang menyebabkan generasi muda
kurang tertarik dengan batik seperti, batik yang
diidentikan dengan sesuatu yang kuno dan ketinggalan
zaman serta kurangnya rasa bangga terhadap budaya
sendiri.
Selain itu, faktor lainnya bisa juga karna desain yang
kurang cocok dengan minat generasi milenial. Sehingga
mereka lebih memilih untuk membeli produk luar. Selain
kurangnya minat generasi muda terhadap batik, masalah
yang dialami diantaranya fluktuasi dan ketersediaan bahan
baku dan kendala pemasaran.
Maka dari itu, dengan dibuatnya laporan ini kami harap
peserta didik mampu mengembangkan dan ikut serta
melestarikan batik.

B. Rumusan Masalah
Laporan ini membahas tentang “..”. Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini:
1. Mengapa batik menjadi salah satu budaya lokal
diIndonesia?
2. Apa yang menjadi latar belakang terciptanya batik?
3. Nilai filosofi/makna apa yang terkandung di dalam
motif batik?
4. Apa yang menyebabkan eksistensi batik terancam
punah?
5. Mengapa anak generasi milenial merasa kurang
tertarik menggunakan batik?
6. Mengapa generasi muda seperti kita perlu
melestarikan batik?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan mengapa batik menjadi salah
satu budaya lokal yang ada di Indonesia
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang
terciptanya batik
3. Untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah pembuatan
batik
4. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan eksistensi batik
terancam punah
5. Untuk mengetahui alasan mengapa generasi milenial
kurang tertarik menggunakan batik
6. Untuk mengetahui alasan generasi muda perlu
melestarikan batik

D. Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui lebih dalam alasan batik menjadi
salah satu budaya lokal yang ada di Indonesia
2. Dapat mengetahui bagaimana latar belakang terciptanya
batik di Indonesia
3. Dapat mengetahui bagaimana langkah langkah pembuatan
batik
4. Dapat mengetahui alasan yang menyebabkan eksistensi
batik terancam punah
5. Dapat mengetahui alasan generasi milenial dimasa
sekarang kurang tertarik menggunakan batik
6. Dapat mengetahui alasan mengapa generasi muda perlu
melestarikan batik
7. Dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan
penelitian bagi siswa / siswi dimasa yang akan datang
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi Batik
Batik adalah kerajinan lukisan kain dengan
menggunakan canting yang berisi cairan lilin malam,
dengan teknik dan model lukisan bernilai seni tinggi.
Batik adalah seni dalam menghias kain dengan penutup
lilin untuk membentuk corak hiasan tertentu serta
membentuk sebuah bidang pewarnaan.
Dari segi etimologi kata, istilah batik berasal
dari bahasa Jawa yaitu dari kata “mbat” yang artinya
melempar, dan “titik” yang artinya juga titik, jadi
disimpulkan bahwa batik adalah melempar titik berkali-
kali pada kain.
Kain mori atau kain khusus tenun digunakan untuk
membuat batik, digambar dengan teknik khusus yang
selanjutnya diolah melalui proses tertentu sehingga
menjadi pakaian yang bernilai guna tinggi. Teknik seni
kain yang mirip batik dapat ditemukan pada berbagai
kebudayaan di dunia seperti di Nigeria, Tiongkok,
India, Malaysia, Sri Lanka dan daerah-daerah lain di
Indonesia.
Menurut KRT DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2)
dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan
menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan
istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan
kata Batik" akan tetapi seharusnya"Bathik". Hal ini
mengacu pada huruf Jawa "tha" bukan "ta" dan pemakaian
bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang
tepat atau dikatakan salah.
Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik
identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari
mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu
yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara
pengambaran motif pada kain ialah melalui proses
pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang
ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.
Di Indonesia batik sudah ada sejak zaman Majapahit
dan sangat populer pada abad setelahnya. Sampai abad
20 semua batik yang dihasilkan adalah batik tulis,
kemudian setelah itu baru dikenal batik cap. Ada dua
makna besar batik bagi masyarakat Indonesia.
Pertama, batik merupakan warisan kebudayaan dari
nenek moyang bangsa Indonesia. Kedua, sebagai sebuah
karya industri, batik merupakan mata pencaharian atau
lapangan kerja bagi masyarakat yang terlibat di
dalamnya.
Batik pesisir Indonesia dari pulau Jawa memiliki
sejarah akulturasi yang panjang, dengan corak beragam
yang dipengaruhi oleh berbagai budaya, serta paling
berkembang dalam hal pola, Teknik dan kualitas
pengerjaan dibandingkan batik dari daerah lain.
Batik dianggap sebagai ikon budaya penting di
Indonesia. Masyarakat Indonesia mengenakan batik
sebagai busana kasual dan formal yang dapat digunakan
dalam beragam acara. Adapun definisi batik menurut
para ahli:
1. Murtihasi dan Mukminatun (1979)
Batik adalah cara pembuatan bahan sandang berupa
tekstil yang bercorak pewarnaan dengan menggunakan
lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna dari
perembesan warna yang lain dalam pencelupan.

2. Irwan Tirta

Batik adalah teknik menghias kain atau testil


dengan menggunakan lilin dalam proses pencelupan
warna, yang semua proses tersebut menggunakan tangan.

3. Hamzuri

Definisi batik adalah lukisan atau gambar pada mori


yang dibuat dengan menggunakan alat bernama
canting. Orang yang melukis atau menggambar pada mori
memakai canting disebut membatik. Membatik ini
menghasilkan batik yang berupa macam-macam motif dan
mempunyai sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu
sendiri.

4. Afif Syakur

Batik adalah serentang warna yang meliputi proses


pemalaman (lilin), pencelupan (pewarnaan) dan
pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang
halus yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang
tinggi.

5. Santosa Doellah

Batik adalah sehelai kain yang dibuat secara


tradisional dan terutama juga digunakan dalam
matra tradisional, memiliki beragam corak hias dan
pola tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik
celup rintang dengan lilin batik sebagai bahan
perintang warna.
B. Sejarah Batik
Kegiatan Batik tertua berasal dari Ponorogo yang
saat itu daerahnya masih bernama Wengker sebelum abad
ke 7. Begitu pun dengan Kerajaan di Jawa Tengah yang
belajar batik dari Ponorogo. Oleh sebab itu, batik-
batik Ponorogo terkesan memiliki kemiripan dengan
batik yang beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik
ponorogo adalah batik yang dihasilkan dengan warna
rata-rata hitam pekat atau biasa disebut batik irengan
karena diyakini dekat dengan unsur-unsur magis.
Eksistensi Batik Ponorogo hingga abad 20 adalah
surga bagi para pembatik, sebab produksi batik di
Ponorogo sudah melampaui industri batik di Jawa Tengah
ataupun Yogyakarta yang selanjutnya diambil oleh
pengepul batik dari Surakarta dan Pekalongan. Lalu
selain itu, upah pembatik di Ponorogo merupakan upah
tertinggi di Pulau Jawa.
Kesenian batik di Indonesia sudah dikenal sejak
zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga
kerajaan berikutnya. Secara umum, kesenian batik
meluas di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa
setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Teknik
batik sendiri diketahui sudah berusia lebih dari 1.000
tahun, kemungkinan berasal dari Mesir kuno atau
Sumeria.
Teknik batik sendiri menyebar di beberapa negara di
Afrika Barat, antara lain Nigeria, Kamerun, dan Mali,
dan juga di Asia, seperti India, Iran, Sri Lanka,
Bangladesh, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hingga
awal abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik
tulis. Batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I
berakhir atau sekitar tahun 1920.
Motif batik yang dibentuk juga masih belum banyak
variasi. Motif dan coraknya masih didominasi oleh
bentuk binatang dan tanaman. Begitu juga para
pengrajin batik yang belum terlalu banyak. Sebab,
pembuatan batik hanya dianggap sebagai hobi atau
kesenangan si pengrajin batik.
Selanjutnya, dalam perkembangannya jauh sebelum
itu, batik telah menarik perhatian pembesar Kerajaan
Majapahit. Sejak saat itu, pembuatan batik jadi lebih
berkembang. Bahan yang sebelumnya terbuat dari kulit
dan sebagainya, saat ini berganti menjadi kain putih
atau kain yang memiliki warna cerah.
Sebab, kain putih merupakan bahan yang tahan lama
dan baik untuk motif, serta mampu dimanfaatkan untuk
kebutuhan yang lebih banyak. Motifnya juga tidak hanya
terbatas pada hewan dan tumbuhan saja. Namun, ada juga
motif abstrak, motif wayang beber, motif candi, motif
awan, dan lain sebagainya, yang sudah digunakan pada
zaman itu, yaitu pada saat Kerajaan Majapahit
didirikan.
Dari awal sejarah batik tersebut, akhirnya menyebar
luas ke seluruh penjuru kerajaan lain. Karena batik
semakin populer, akhirnya para pembesar dari Kerajaan
Mataram, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan
kerajaan-kerajaan sesudahnya menetapkan batik sebagai
simbol budaya.
Namun, pada saat Islam datang dan memberi pengaruh
yang cukup kuat kepada masyarakat, motif batik yang
berbentuk binatang sudah dihapus. Karena kain batik
yang berbentuk binatang dianggap melanggar syariat
Islam. Kecuali jika pembuatannya disamarkan atau
disiasati menggunakan lukisan-lukisan lain.
Untuk teknik pembuatannya sendiri, pada masa itu
hanya ada teknik batik tulis. Para pembatik umumnya
masih menggunakan teknik tersebut. Karena teknik yang
lainnya masih belum ditemukan. Pengrajin batik pada
masa itu juga masih sangat sedikit.
Di masa tersebut, pengrajin batik masih
memanfaatkan bahan-bahan alami untuk teknik
pewarnaannya. Bahan yang digunakan untuk mewarnai
dalam kegiatan membatik antara lain daun jati tinggi,
pohon nila, mengkudu, dan soga. Sedangkan untuk
sodanya sendiri, para pembatik masih memanfaatkan soda
abu dan tanah lumpur.
Batik sendiri awalnya hanya digunakan oleh kaum
yang memiliki kedudukan tinggi dan bermartabat,
contohnya seperti pembesar-pembesar kerajaan, dan
hanya terbatas dalam ruang lingkup keraton.
Selanjutnya, lambat laun batik mulai berkembang,
sehingga masyarakat bawah juga sudah diperbolehkan
menggunakan batik. Pada masa inilah corak batik makin
memiliki banyak ragam dan motif.
Sebab, pembuatannya juga sesuai dengan minat dan
jiwa seni para pembatik. Seiring perjalanan waktu yang
cukup lama, sejarah batik mengalami perubahan karena
perkembangan teknologi.
Teknik batik yang sebelumnya hanya memanfaatkan
batik tulis, saat ini sudah berkembang dengan
mengunakan teknik batik cap dan batik printing. Cara
pembuatan seperti ini berkembang setelah selesai
perang dunia pertama dan masa modernisasi semakin
menyebar.

C. Klasifikasi Batik
1. Jenis Batik Dilihat Secara Umum

Menurut Murtihadi, sebagaimana yang dikutip oleh


Siswati dalam skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Industri Batik di
Kawasan Sentra Batik Laweyan Solo” berpendapat bahwa
batik digolongkan menjadi 3 macam, Yaitu:

a) Batik tradisional yaitu batik yang corak dan gaya


motifnya terikat oleh aturan-aturan tertentu dan
dengan isen-isen tertentu pula tidak mengalami
perkembangan atau biasa dikatakan sudah pakem.

(Gambar 1.1 Motif Batik Tradisional)


b) Batik modern yaitu batik yang motif dan gayanya
seperti batik tradisional, tetapi dalam penentuan
motif dan ornamennya tidak terikat pada ikatan-
ikatan tertentu dan isen-isen tertentu.
(Gambar 1.2 Motif Batik Modern)
c) Batik kontemporer yaitu batik yang dibuat oleh
seseorang secara spontan tanpa menggunakan pola,
tanpa ikatan atau bebas dan merupakan penuangan
ide yang ada dalam pikirannya. Sifatnya tertuju
pada seni lukis.

(Gambar 1.3 Motif Batik Kontemporer)

2. Jenis-jenis Batik Berdasarkan Motifnya

Secara garis besar, motif batik itu dibedakan hanya


menjadi 2 jenis, yaitu motif batik geometris dan motif
batik non geometris.

a) Motif Batik Geometris

Motif batik geometris adalah jenis motif batik


yang terbuat dari unsur-unsur garis atau bidang
matematik yang disusun secara terstruktur.
Motif batik geometris ini merupakan jenis motif
tertua yang sudah dikenal sejak jaman prasejarah.
Ciri khas dari motif batik geometris yaitu bentuk
dasar yang berupa garis lurus, lengkung, zig-zag,
segiempat, persegi panjang, lingkaran, layang-
layang dan berbagai bentuk lainnya. Contohnya:

 Motif batik swastika

Motif batik swastika adalah sebuah motif batik


yang memiliki bentuk dasar huruf "Z" yang saling
berlawanan. Motif batik satu ini biasanya
digunakan sebagai hiasan pinggir, sedangkan
bagian tengah kain akan diisi dengan aksen-aksen
lain seperti gambar tumbuhan atau binatang.

(Gambar 1.4 Motif Batik Swastika)

 Motif batik banji

Motif batik banji berbentuk balok persegi yang


tampak bersilang dengan garis- garis ujung yang
melingkar. Motif batik banji ini biasanya
digunakan sebagai penghias bidang dan bagian
tengahnya diisi dengan motif bunga atau tanaman.
(Gambar 1.5 Motif Batik Banji)

b) Batik Non Geometris

Batik non geometris ini memiliki bentuk yang


tidak ada ukuran pasti. Motif batik non geometris
ini tentunya berbeda dengan batik geometris yang
memiliki ukuran pasti. Karena itu, bentuk batik ini
lebih fleksibel serta tidak terpaku pada bentuk
baku suatu bangunan. Motif batik ini pun memiliki
bentuk yang cenderung lebih bebas, tetapi
susunannya masih rapi.

Pada jenis batik ini, motif yang banyak digunakan


adalah gambar candi, tumbuhan, atau binatang dengan
susunannya yang tidak teratur. Bentuk tumbuhan yang
biasa digunakan adalah bagian daun, bunga, tangkai,
sulur, dan lain sebagainya. Sedangkan pada motif
binatang bagian yang sering dijadikan inspirasi
adalah bagian kupu-kupu, burung, sayap, kijang, dan
lain sebagainya. Contohnya:

 Motif Batik Singa Barong

Motif batik khas Cirebon yang cukupp terkenal


dengan singa barong pada motifnya. Gambar singa
barong ini merupakan symbol penjaga di Keraton
Kasepuhan Cirebon.
(Gambar 1.6 Motif Batik Singa Barong)

 Motif Batik Lasem

Batik lasem merupakan jenis batik yang berasal


dari Rembang. Motif pada batik ini menggunakan
gambar daun-daunan yang didominasi warna merah.

(Gambar 1.7 Motif Batik Lasem)

3. Jenis-jenis Batik Berdasarkan Geografisnya


a) Batik Pedalaman

Nama batik pedalaman diambil karena batik ini


dihasilkan jauh dari daerah pesisir. Biasanya
batik pedalaman lebih dikenal di beberapa daerah
di Jawa Tengah, seperti Yogyakarta, Surakarta,
dan Kudus. Namun batik jenis ini juga sering
disebut sebagai batik Mataraman atau batik
Keraton karena mengacu pada keraton Surakarta dan
Yogyakarta Berdasarkan jurnal dengan
judul Perancangan Motif Batik Kontemporer
Berbasis Estetika Budaya Motif Batik Lasem, batik
pedalaman memiliki ciri yang khas yang salah
satunya adalah perpaduan warna yang digunakan.

Umumnya pembuat batik pedalaman memakai warna-


warna bumi atau earth tone, yaitu coklat, kuning
kehijauan, dan hitam.

(Gambar 1.8 Motif Batik Pedalaman)

Batik pedalaman memiliki makna filosofis yang


lebih dalam dibandingkan batik pesisir. Dalam hal
ini, batik pedalaman sering dipengaruhi oleh tata
krama budaya Jawa. Adapun batik ini mengarah pada
cara berpikir kepada sebuah perwujudan bentuk
yang jelas, teratur, dan lebih formal.

Batik Keraton di antaranya bermotif geometris


dan non figurative yang dipengaruhi corak gaya
visual budaya Hindu-Buddha dan Islam. Pada motif
ini lebih banyak didominasi warna cokelat, marun-
soga, hitam, kuning pucat, dan biru putih.

b) Batik Pesisir
Berdasarkan jurnal berjudul Komparasi Gaya
Visual dan Makna Pada Desan Batik Tiga Negeri
Dari Solo, Lasem, Pekalongan, Batang, dan
Cirebon, batik ini diproduksi di luar daerah
Keraton atau dibuat langsung oleh rakyat biasa.

Di dalam motifnya tak secara spesifik


berorientasi kepada alam pikiran, feodalisme,
aristokrasi Jawa, dan tata krama Keraton. Berbeda
dengan batik pedalaman, batik jenis pesisir lebih
banyak didapatkan di daerah-daerah pesisir
Indonesia seperti Indramayu, Lasem, Cirebon,
Pekalongan, Madura, dan Sidoarjo.

Motifnya relatif didapatkan dari hasil


pencampuran dua atau lebih budaya dipengaruhi
oleh pendatang di daerah itu.

(Gambar 1.9 Motif Batik Pesisir)

Batik pesisiran banyak disenangi karena


visualnya yang lebih beragam dengan perpaduan
warna yang lebih cerah dibandingkan jenis batik
pedalaman. Umumnya perpaduan warna hijau, kuning,
oranye, merah, biru muda, bahkan merah muda dan
jingga.

4. Jenis-jenis Batik Berdasarkan Teknik Pembuatan nya


a) Batik Tulis

Dipercaya sebagai teknik pembuatan batik tertua


dan paling tradisional yang ada di Indonesia. Hal
ini karena teknik pembuatan batik tulis dilakukan
secara manual dengan menggunakan canting dan malam.

Fungsi malam yang ditorehkan dengan canting


adalah untuk menutup serat kain agar tidak terkena
pewarna. Karena dikerjakan manual dengan sangat
teliti maka pembuatan selembar batik tulis akan
memakan waktu yang cukup panjang dan lama.

b) Batik Cap

Teknik pembuatan batik cap diketahui lebih cepat


dari pada menggunakan batik tulis. Batik cap masih
menggunakan lilin, namun alih-alih menggunakan
canting pembuat batik akan menggunakan alat cap.

Alat cap yang tersedia juga sudah membentuk pola


yang diinginkan sehingga proses pembuatannya jauh
lebih cepat dari pada batik tulis. Selain lebih
cepat, motif yang dihasilkan batik cap juga lebih
konsisten.

c) Batik Lukis
Batik lukis adalah salah satu jenis batik yang
juga dibuat dengan teknik manual. Pembuatan batik
lukis dilakukan dengan melukis motif batik di atas
kain dengan menggunakan kuas dan pewarna. Batik
lukis juga dianggap sebagai teknik lukisan atau
gambar yang dibuat dengan cara membatik.

d) Batik Jumputan

Salah satu cara untuk dalam pembuatan batik


adalah dengan teknik celup ikat. Teknik pembuatan
ini dilakukan dengan mengikat kain batik dengan
benang, tali, atau karet menjadi beberapa bagian.

Ikatan kain bertujuan agar warna tidak terserap


ke bagian kain lainnya ketika dicelup. Hasil dari
metode pembuatan batik dengan teknik celup ikat
dikenal dengan nama batik jumputan.

e) Batik Kombinasi

Ada pula jenis batik tradisional yang dibuat


dengan cara kombinasi antara teknik cap dan tulis.
Batik ini dibuat dengan teknik tulis memakai
canting, sedangkan sisanya menggunakan stempel atau
cap. Motif yang dihasilkan selain lebih konsisten,
hasilnya juga menjadi lebih indah dan detail.

f) Batik Printing

Batik printing menggunakan teknik pembuatan batik


paling modern karena sepenuhnya menggunakan alat.
Alat yang digunakan dalam pembuatan batik printing
bisa berupa alat sablon sederhana hingga alat
printing kain modern.
Teknik ini jauh lebih cepat dan efisien dibanding
teknik pembuatan batik lainnya, karena umumnya
pewarnaan hanya dilakukan di salah satu sisi kain
saja.

D. Ragam Batik Indonesia


Batik merupakan budaya luhur bangsa yang memiliki
keindahan pola dan warna, di mana setiap motif
memiliki filosofi tersendiri. Setiap daerah di
Indoesia memiliki ciri khas moti batik, dari motif-
motif yang khas tersebut kita bisa mengenali dari mana
motif batik itu berasal. Berikut ini adalah contoh
motif batik paling populer dari beberapa daerah di
Indonesia:

1. Motif Batik Tujuh Rupa (Pekalongan)

(Gambar 2.1 Motif Batik Tujuh Rupa)

Motif batik tujuh rupa dari Pekalongan ini sangat


kental dengan nuansa alam. Pada umumnya, batik
Pekalongan menampilkan bentuk motif bergambar hewan
atau tumbuhan. Motif-motif tersebut diambil dari
berbagai campuran kebudayaan lokal dan etnis cina.

Pasalnya, dulu Pekalongan adalah tempat transit


para pedagang dari berbagai negara. Sehingga,
akulturasi budaya itulah yang membuat batik Pekalongan
sangat khas dengan alam, khususnya motif jlamprang,
motif buketan, motif terang bulan, motif semen, motif
pisan bali dan motif lung-lungan.

2. Motif Batik Sogan (Solo)

(Gambar 2.2 Motif Batik Sogan)

Batik Sogan merupakan salah satu jenis batik


bernuansa klasik. Dinamakan batik sogan karena pada
awal mulanya, proses pewarnaan batik ini menggunakan
pewarna alami yang diambil dari batang kayu pohon
soga. Batik Sogan klasik merupakan jenis batik yang
identik dengan daerah keraton Jawa yaitu Yogyakarta
dan Solo, motifnya pun biasanya mengikuti pakem motif-
motif klasik keraton.

Sogan Yogya dan Solo juga dapat dibedakan dari


warnanya. Biasanya sogan Yogya dominan berwarna coklat
tua-kehitaman dan putih, sedangkan sogan Solo berwarna
cokelat-oranye dan cokelat. Warna klasik batik Sogan
sendiri sarat dengan makna.

Ini dijelaskan dalam Serat Wirid Hidayat Jati,


warna kekuningan keemasan merupakan bagian dari simbol
keraton bangsa burung, bangsa makhluk penerbang, warna
lokus dari perjalanan rohani setelah tersingkapnya
alam Siriyah. Corak warna tersebut merupakan simbol-
simbol yang telah dikenal sebelum hadirnya Islam di
tanah Jawa, dan dalam perkembangannya kemudian diolah
kembali oleh para Wali Songo.

3. Motif Batik Gentongan (Madura)

(Gambar 2.3 Motif Batik Gentongan)

Batik gentongan merupakan batik yang proses


perendaman warnanya dengan menggunakan gentong.
Industri batik ini terdapat di Desa Paseseh, Kecamatan
Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan Madura. Dahulu
pembuatan batik ini untuk mengisi waktu luang para
istri nelayan yang menunggu kepulangan suaminya
melaut.
Batik tulis Madura memiliki karakter kuat, dicirikan
secara bebas tanpa menggunakan pola dengan warna yang
berani, merah, kuning, hijau muda. Ada setidaknya
seribu motif batik Madura, satu di antaranya yang
sangat populer adalah motif gentongan.
Motif gentongan menampilkan bentuk abstrak
sederhana, tanaman atau kombinasi keduanya dengan
warna terang, yaitu merah, hijau, kuning, atau ungu.
Nama gentongan diadaptasi dari gentong, yakni gerabah
yang dipakai sebagai wadah untuk mencelup kain batik
pada cairan warna.

4. Motif Batik Mega Mendung (Cirebon)

(Gambar 2.4 Motif Batik Mega Mendung)

Mega mendung menjadi salah satu motif batik khas


Cirebon, Jawa Barat, yang populer di kalangan
wisatawan berkat bentuknya dan perpaduan warnanya yang
unik. Di tangan para perajin batik, lahirlah beragam
kreatifitas warna-warna lembut dari motif mega mendung
ini.
Motif batik Mega Mendung cukup sederhana namun
memberi kesan mewah. Motif mendung di langit mega yang
berwarna cerah inilah yang membuat batik Mega Mendung
sangat cocok dipakai orang tua maupun anak muda, baik
perempuan maupun laki-laki.
Untuk sejarah dari motif batik ini, jika ditinjau
berdasarkan sumber referensi buku dan literatur maka
akan mengarah kepada satu sejarah mengenai kedatangan
bangsa China ke wilayah Cirebon dan merujuk pada
pernikahan Sunan Gunung Jati dengan ratu Ong Tien yang
terjadi pada abad ke 16.
Bentuk awan ini melambangkan dunia atas dan makna
yang transendental menurut paham Taoisme. Para
pembatik keraton mencoba untuk menuangkan budaya dan
tradisi China ke dalam motif batik dengan sentuhan
khas Cirebon.

5. Motif batik Keraton (Yogyakarta)

(Gambar 2.5 Motif Batik Keraton)

Batik keraton adalah batik yang berkembang dalam


lingkungan keraton, baik Yogyakarta maupun Surakarta.
Batik keraton merupakan awal mula dari semua jenis
batik yang berkembang di Indonesia.
Motifnya mengandung beragam makna filosofi hidup
yang banyak terilhami dari kebudayan Hindu-Jawa. Motif
batik Keraton berasal dari kebudayaan jawa yang kental
dengan sistem kekratonan dan kesultanannya.
Batik keraton ini melambangkan kearifan,
kebijaksanaan, dan juga kharisma raja-raja jawa.
Dulunya, batik asal Yogya ini hanya boleh dipakai
warga keraton saja, namun sekarang sudah umum dipakai
siapa saja.
Ciri motif batik Keraton adalah motif bunga yang
simetris atau saya burung yang dikenal sebagai motif
sawat lar. Motif ini bisa dibilang paling banyak
dipakai baik oleh orang Indonesia maupun orang luar
negeri.

E. Proses Pembuatan Batik


Teknik atau proses pembuatan batik adalah proses-
proses pekerjaan dari permulaan, yaitu dari bahan mori
batik sampai menjadi kain batik, dilansir dari buku
Seni Kerajinan Batik Indonesia oleh Susanto & Sewan
(1980). Pengerjaan dari mori batik menjadi kain batik
dibagi menjadi 2 proses yaitu proses persiapan dan
proses pembuatan batik.
 Proses persiapan merupakan rangkaian pengerjaan
pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk
dibuat batik. Pekerjaan persiapan ini meliputi
Nggirah (mencuci) atau Ngetel, Nganji (menganji),
dan Ngemplong (setrika, kalander).
 Proses pembuatan batik merupakan pengerjaan dalam
pembuatan batik sebenarnya. Proses pembuatan
batik secara umum biasanya melalui tahapan-
tahapan berikut, yaitu:
1. Proses Pembuatan Batik Tulis
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna
putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain
mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan
lain seperti sutera, poliester, rayon, dan bahan
sintetis lainnya.
 Proses dan Istilah Pembuatan Batik Tulis:
a) Mengetel: menghilangkan kanji dari mori dengan
cara membasahi mori tersebut dengan larutan
minyak kacang, soda abu, tipol dan air
secukupnya. Lalu mori diuleni setelah rata
dijemur sampai kering lalu diuleni lagi dan
dijemur kembali. Proses ini diulang-ulang
sampai tiga minggu lamanya lalu di cuci sampai
bersih. Proses ini agar zat warna bisa meresap
ke dalam serat kain dengan sempurna.
b) Nglengreng: Menggambar langsung pada kain.
c) Isen-isen: memberi variasi pada ornamen
(motif) yang telah di lengreng.
d) Nembok: menutup (ngeblok) bagian dasar kain
yang tidak perlu diwarnai.
e) Ngobat: Mewarnai batik yang sudah ditembok
dengan cara dicelupkan pada larutan zat warna.
f) Nglorod: Menghilangkan lilin dengan cara
direbus dalam air mendidih (finishing).
g) Pencucian: setelah lilin lepas dari kain, lalu
dicuci sampai bersih dan kemudian dijemur.

2. Proses Pembuatan Batik Cap


Tidak seperti batik tulis yang proses
pembuatannya menggunakan canting, pada proses
pembuatan batik cap alat yang digunakan yaitu cap
(semacam stempel besar yang terbuat dari tembaga)
yang sudah didesain dengan motif tertentu dengan
dimensi 20cm X 20cm. Berikut adalah proses
pembuatan batik cap:
a) Kain mori diletakkan di atas meja dengan alas
di bawahnya menggunakan bahan yang empuk.
b) Malam direbus hingga suhu 60 – 70 derajat
Celsius.
c) Cap dicelupkan ke malam yang telah mencair
tadi tetapi hanya 2 cm saja dari bagian bawah
cap.
d) Kemudian kain mori dicap dengan tekanan yang
cukup supaya rapi. Pada proses ini, cairan
malam akan meresap ke dalam pori-pori kain
mori.
e) Selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan
cara mencelupkan kain mori yang sudah dicap
tadi ke dalam tangki yang berisi cairan
pewarna.
f) Kain mori direbus supaya cairan malam yang
menempel hilang dari kain.
g) Proses pengecapan => pewarnaan => penggodogan
diulangi kembali jika ingin diberikan
kombinasi beberapa warna.
h) Setelah itu, proses pembersihan dan pencerahan
warna dengan menggunakan soda.
i) Penjemuran kemudian disetrika supaya rapih.
Proses pembuatan batik cap ini lebih cepat
dibandingkan dengan proses pembuatan batik tulis
karena pembuatan motifnya dengan menggunakan cap
(stempel) yang lebar. Bandingkan dengan batik tulis
yang menggunakan guratan-guratan canting.

3. Proses Pembuatan Batik Lukis


Untuk membuat batik, bahan dan peralatan yang
diperlukan adalah kain (material) yang diperbuat
daripada sutera, kapas dan rayon/fuji (campuran
kain polyester), lilin dan rozin, canting, warna
(dyestuff), pemati warna dan serbuk soda. Adapun
Proses membuat batik Lukis yaitu:
a) Membuat rekacorak kain batik di atas kain
putih dengan pensil. Motif boleh dipilih
berasaskan tradisional/ethnik, flora fauna,
geometrikal, organic, garisan dan ruang, semi
abstrak dan lain-lain. Dalam penentuan motif,
biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-
beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif
sendiri, namun yang lain lebih memilih untuk
mengikuti motif-motif umum yang telah ada.
Lebih menyenangkan motif boleh dipilih dari
pada koleksi MasterWan Batik.
b) Menggunakan canting yang telah diisi lilin
cair untuk mencorakkan kain. Kepanasan lilin
perlu dikawal agar tidak terlalu panas untuk
mengelakkan garisan lilin kembang dan
sekaligus menghasilkan garisan yang tidak
konsisten. Pelukis terpaksa menuangkan semula
lilin cair ke dalam bekas lilin sebelum lilin
cair itu sejuk. Seterusnya menceduk lilin lain
bagi menjamin aliran lilin cair tersebut dapat
digunakan dengan lancar. Mematikan warna.
Sodium silicate digunakan sebagai bahannya.
Proses ini dilakukan untuk memastikan warna
tidak akan luntur apabila dibasuh seterusnya.
c) Setelah empat jam merendam kain dalam bahan
tersebut, kain tersebut dibasuh dan direbus.
Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan
lilin, sehingga motif yang telah digambar
sebelumnya terlihat jelas. Air panas
dimasukkan serbuk soda bagi memudahkan lilin
ditanggalkan daripada kain.
d) Seterusnya kain tersebut dibasuh sekali lagi
dan dibilas. Paling bagus, kain batik ini
dijemur di tempat teduh agar warnanya dapat
dijamin ketahanan dan kualitasnya.

F. Faktor Yang Mempengaruhi Keragaman Motif Batik


Keanekaragaman bentuk motif pada ragam hias
Nusantara dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain:

1. Faktor alam dan kondisi geografis

Memiliki pengaruh besar pada keragaman bentuk motif


ragam hias Nusantara. Penciptaan bentuk motif daerah
dilatarbelakangi oleh kondisi alam dan kondisi
geografis tempat mereka tinggal. Misalnya masyarakat
yang tinggal di pesisir akan menghasilkan bentuk motif
yang berkaitan dengan laut/pesisir.

Kondisi alam tempat mereka tinggal juga berpengaruh


terhadap penciptaan motif ragam hias, misalnya seperti
di papua, kebanyakan menggunakan motif cenderawasih
yang merupakan binatang endemis di sana.

2. Faktor budaya dan kepercayaan

Memiliki pengaruh terhadap penciptaan bentuk ragam


hias, terutama pada daerah-daerah yang masih menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Seperti contoh
motif awan (mego mendung) pada motif Cirebon
dilatarbelakangi kebudayaan dan kepercayaan Tiongkok.

3. Faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Merupakan pengaruh pembentukan motif ragam hias


yang berkaitan dengan sumber daya manusia pada
masyarakat tersebut. Semakin tinggi sumber daya
manusia disuatu daerah akan berpengaruh besar terhadap
pembentukan motif ragam hiasnya.

G. Nilai Filosofi Dalam Batik


Batik telah mandarah daging di masyarakat Indonesia
sejak zaman nenek moyang. Keragamannya merupakan hasil
dari akulturasi beragam budaya yang ada di Indonesia.
Corak dan motifnya tak pernah sama, batik menyimpan
filosofi dan makna yang mendalam. Setiap gores
simbolnya merupakan manifestasi kekayaan budaya yang
ada di Indonesia. Batik tak hanya dipandang sebagai
sebuah produk melainkan juga menyimpan beragam sisi
sejarah dan filosofi yang terkandung di dalamnya.
Batik bukan hanya perkara fashion, seni tradisi ini
selalu menggambarkan setiap tahapan dalam daur hidup
manusia dan kedekatannya dengan Tuhan. Filosofi dalam
pola batik merupakan harapan dan doa-doa yang
menyebabkan batik selalu dihadirkan dalam berbagai
upacara adat masyarakat Jawa.
Dalam sebuah helai kain batik, motif tersebut
dihiasi dengan warna-warna alam yang cantik. Ada warna
alam yang lembut, bahkan dalam perkembangannya,
warnanya cenderung kontras dan cerah. Pola batik ini
terkesan berantakan. Namun jika sudah diwarnai,
apalagi sudah dijahit dalam bentuk busana, kain batik
akan tampak elegan dipandang.

Dalam sebuah helai kain batik, ada filosofi yang


menjadi pelajaran :
1. Tekun dan ulet ketika menyanting
Cantingan tak selesai dalam waktu sehari,
bahkan ada yang sampai berbulan-bulan untuk
motif yang rumit seperti tiga negeri. Kendati
rumit, para perajin sangat menikmati proses ini.
Hasil dari mencanting hingga proses mewarnai
ini, terciptalah sehelai kain batik yang indah
nan menawan. Sikap para perajin batik
menjalankan tugas, tercermin filosofi ulet dan
telaten, sehingga menghasilkan sebuah pekerjaan
yang memuaskan.
2. Motif batik menunjukkan keberagaman budaya di
Indonesia
Keberagaman motif batik tersebut bukannya
menjadikan kualitas batik semakin rendah, namun
justru semakin tinggi. Dalam sebuah helai kain
batik, bahkan kerap ada perpaduan corak.
Misalkan motif sekar jagad yang berpadi dengan
motif parang rusak atau pring sedapur. Perpaduan
motif ini menjadikan batik semakin indah.
Filosofi dari paduan batik ini adalah, perbedaan
yang ada dalam kehidupan masyarakat kita,
seharusnya menjadikan suasana semakin harmonis.
Perbedaan bukanlah senjata untuk bersengketa
dan memisahkan diri dengan suku atau golongan
lainnya. Atau pun berselisih dan berkonflik atas
nama agama. Perbedaan yang ada di nusantara itu
seharusnya menjadikan kita saling menghargai dan
menghormati.
3. Karakter yang menunjukkan kepribadian bangsa
Kita harus bangga menjadi bangsa Indonesia
yang memiliki budaya luhur dan sikap ketimuran
yang santun. Tak semua negara memiliki budaya
kain Batik. Bahkan, batik sudah menjadi idola
penduduk negara di belahan dunia. Sebaliknya,
masyarakat Indonesia juga menjadi cermin
kepribadian bagi bangsa lain.

H. Kegunaan dan Pemanfaatan Batik

Pada masa depan kreasi dan inovasi harus terus


berjalan termasuk inovasi untuk memunculkan motif-
motif baru serta memaksimalkan kegunaan batik dalam
kehidupan sehari-hari. Penggunaan batik dapat
disesuaikan menurut bahan, motif, dan warna.

Hal ini akan sangat penting karena ketika aspek


kegunaan bekerja, batik harus mampu hadir walaupun
dengan kreasi yang berbeda. Batik mempunyai beberapa
aspek kegunaan yang tentunya bermanfaat bagi manusia.

1. Batik sebagai Busana

Banyak desainer muda yang memulai kiprah desain


bajunya dengan mengambil batik sebagai inspirasi
pembuatan desain baju. Kreatifitas para desainer
muda ini banyak melahirkan beragam desain baju
batik yang sangat elegan dan memenuhi tuntutan gaya
hidup modern.

a) Dress

(Gambar 3.1 Dress Motif Batik)

Kebaya bermotif batik memang sudah biasa


digunakan untuk acara hajatan atau undangan. Tapi
sekarang, ada jenis fashion wanita yang tidak kalah
keren bila menggunakan motif batik, yaitu dress.
Dress memang salah satu jenis pakaian yang
berasal dari budaya luar negeri. Walaupun sangat
identik dengan budaya luar negeri, bukan berarti
kita tidak bisa melestarikan budaya asli Indonesia
ketika menggunakan baju seperti ini.

b) Jas Pria

(Gambar 3.2 Jas Pria Motif Batik)

Selain dress, batik juga sangat cocok untuk


dijadikan sebuah jas untuk pria. Namun porsi motif
batik pada jas tidak sebanyak pada dress wanita.

Jas batik biasanya hanya memiliki motif di bagian


dalam dan kerah tangannya saja. Dalam beberapa
model batik, ada juga yang memiliki motif di daerah
tangan dan badan.

c) Kaos Batik
(Gambar 3.3 Kaos Motif Batik)

Pakaian batik dalam kreasi modern yang satu ini


sebenarnya sudah lama ditemukan. Namun penggunaan
kaos batik menjadi trending kembali akibat kampanye
dari salah satu artis sekaligus musisi yang cukup
terkenal, yaitu Iga Massardi.

Hampir dalam setiap kesempatan, Iga Massardi


menggunakan kaos batik dalam berbagai macam motif.
Termasuk juga ketika sedang tampil di atas
panggung. Hal ini membuat banyak orang sadar bahwa
ternyata kaos batik bisa terlihat casual dan
mengikut zaman.

2. Batik sebagai Bahan Perlengkapan

Hidup Setelah berkembang menjadi bahan sandang


nasional dan sebagai hiasan, kini batik mulai
digunakan untuk membuat perlengkapan dan aksesori
seperti tas, kantong ponsel, sandal, dan kipas.

Perkembangan produk ini memperkuat daya


kreativitas sehingga kegunaan batik pun semakin
luas. Dengan begitu batik menjadi sangat akrab
dalam kehidupan kita.
Sebagai contoh, saat ini sepatu, tas dan produk
lainnya yang dikombinasikan dengan motif batik
tengah digandrungi para wanita. dan penampilan jadi
terlihat lebih fashionable. Selain masyarakat lokal
para turis asing pun juga menyukai barang-barang
tersebut.

Tidak hanya brand lokal saja yang


mengkombinasikan batik dengan bahan perlengkapan
brand internasional pun juga menerapkan hal
tersebut pada produk mereka. Tidak kalah dengan
sepatu bermerk lainnya, sepatu dengan motif batik
pun tidak kalah cantiknya meskipun produk lokal.

Jika dibanding dengan brand luar negri yang


membandrol harganya dengan harga yang bisa berjuta-
juta, sepatu dengan brand lokal yang menghadirkan
produknya tidak kalah menarik dan tentu memiliki
kualitas yang tinggi

3. Batik sebagai Bahan Dekorasi

Dalam ilmu tata ruang dekorasi lebih dikenal


dengan istilah elemen estetis. Batik yang digunakan
sebagai dekorasi dalam ruangan di antaranya bisa
berupa hiasan dinding atau wall hanging, sketsel
atau penyekat ruangan. dan patung. Penggunaan batik
terus berkembang seiring dengan inovasi dan
kreativitas para pengusaha dan desainer batik.

Ditinjau dari segi motif, batik bisa hadir dalam


nuansa klasik atau pun nuansa modern dengan warna
yang menyesuaikan kebutuhan dekorasi. Akan tetapi,
ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu aspek
bahan baku yang digunakan untuk membatik. Media
batik tidak berupa kain mori dan sutra saja. Batik
yang dihadirkan dalam elemen estetis dekorasi harus
mempunyai karakter bahan yang lebih kuat dibanding
dengan bahan yang digunakan sebagai busana. Bahan
untuk batik harus menyesuaikan fungsi pakai dan
kegunaannya. Hal ini harus selalu diperhatikan.

 Adapun Manfaat lain dari batik yaitu:


1. Menciptakan lapangan kerja pada sektor informal.
2. Memberikan kontribusi ekonomi di lingkungan
masyarakat.
3. Mengasah kreatifitas yang akan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, terutama di bidang
industri kreatif.
4. Menambah kebanggaan bagi bangsa Indonesia akan
ciri khas kekayaan budaya yang dimilikinya.
5. Menjadikan kerajinan batik sebagai objek wisata
budaya yang akan menambah penghasilan negara
melalui sektor pariwisata.
6. Meningkatkan nilai ekspor terhadap komoditas kain
batik yang akan berdampak pada penerimaan devisa
negara.
7. Memperluas target pasar penjualan batik yang
dapat meningkatkan kesejahteraan para pengrajin.
8. Batik akan lebih sering digunakan di keseharian
dalam berbagai acara, termasuk pada perlengkapan
rumah tangga.
9. Menciptakan iklim kokmpetitif yang akan mendorong
peningkatan kualitas dan kreatifitas diantara
pengrajin batik.
10. Batik menjadi souvenir yang wajib dibeli oleh
wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
BAB III

METODOLOGI

A. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

B. Alat dan Bahan

Dalam proses pembuatan Batik ini diperlukan beberapa


alat dan bahan. Adapun alat dan bahan yang dipergunakan
dalam proses pembuatan batik tersebut yaitu:

No. Nama Alat Jumlah Nama Bahan Jumlah


1.

C. Metode Penelitian

Dalam penulisan Laporan ini, untuk mendapatkan data


dan informasi yang diperlukan, kami mempergunakan metode
studi literatur.
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca
dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian. Menurut
Danial dan Warsiah (2009:80). Studi Literatur adalah
merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan
mengumpulkan informasi yang bersumber dari buku-buku,
majalah, dan berbagai artikel di internet yang dapat
mendukung penelitian ini.

Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan


berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan rujukan dalam
pembahasan hasil penelitian. Pengertian Lain tentang
Studi literatur adalah mencari referensi teori yang
relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan.

Secara Umum Studi Literatur adalah cara untuk


menyelesaikan persoalan dengan menelusuri sumber-sumber
tulisan yang pernah dibuat sebelumnya. Dengan kata lain,
istilah Studi Literatur ini juga sangat familier dengan
sebutan studi pustaka.

D. Pembagian Tugas Anggota Kelompok

Tabel 1.2 Pembagian Tugas Kelompok

No. Nama Anggota Pembagian Tugas


1. Mendesain Batik
2. Membuat Filosofi Batik
Moch. Rizki
1. 3. Menyusun Latar Belakang
Fadillah Syabah
4. Mengumpulkan Materi Pada
bab 3
2. M. Fahsya Fadillah 1. Dokumentasi Kegiatan
2. Memberikan Warna Batik
3 Survei Tempat Produk
. Batik
1. Menyusun Laporan bab 1
Hingga bab 5
Panji Anugrah 2. Survei Tempat Produk
3.
Pamungkas Batik
3. Mencetak Brosur
4. Mencetak Produk
1. Bendahara Kelompok
2. Membantu Desain Batik
4. Amanda Putri
3. Mengumpulkan Materi
bab 5
1. Mendesain Batik
2. Memberikan Warna Batik
5. Ariny Rahmawati 3. Menyusun Power Point
4. Mencari Materi Pada
bab 4
1. Mendesain Batik
2. Membuat Filosofi Batik
Insani Fazrina 3. Menyusun Power Point
6.
Hanifah 4. Mengumpulkan Materi pada
Tinjauan Pustaka bab 2

7. Reva Raffelina Mengumpulkan Materi


Linaldy 1. Definisi dan Sejarah
Batik pada bab 1
2. Mengumpulkan Materi pada
bab 2
3. Mengerjakan Metode
Penelitian Pada bab 3
4. Mengumpulkan Materi pada
bab 4

E. Langkah-Langkah Kegiatan
F. Time Line Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai