Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PRODUKSI METABOLIT SEKUNDER PADA KULTUR IN VITRO

Tugas Mata Kuliah Bioteknologi Pertanian

Oleh
AHMAD SUFILLAH ZAENI
NIM.2203018004

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Hj. Ellok Dwi Sulichantini, M. Si.

PROGRAM STUDI
MAGISTER PERTANIAN TROPIKA BASAH
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Alloh SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “Produksi Metabolit Sekunder Pada Kultur In Vitro”.
Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini selesai. Penulis menyadari bahwa banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu diperlukan kritik dan
saran membangun dari semua pihak demi memperbaiki makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii


I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
II. PEMBAHASAN................................................................................................. 3
2.1 Produksi Metabolit Sekunder Pada Kultur In Vitro ...................................... 3
2.2 Teknik kultur ................................................................................................. 4
2.3 Metabolit Sekunder ....................................................................................... 6
2.4 Elisitor ........................................................................................................... 7
III. KESIMPULAN ................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

iii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman memiliki peranan yang penting dalam dunia pengobatan modern


maupun tradisional. Hampir 80% penduduk dunia bergantung pada tanaman untuk
mengatasi masalah kesehatannya (Yuan et al., 2016). Tanaman merupakan salah
satu sumber metabolit sekunder yang banyak digunakan sebagai obat (Manalu et
al., 2012). Selain dimanfaatkan sebagai obat, metabolit sekunder juga dimanfaatkan
sebagai pestisida, kosmetik dan perasa makanan (Sharma et al., 2020). Metabolit
sekunder yang dihasilkan oleh tanaman memiliki struktur yang kompleks sehingga
sulit disintesis secara kimia (Sulichantini, 2015). Metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh tumbuhan memiliki kadar yang rendah, sehingga dibutuhan
tanaman dalam jumlah banyak (Manalu et al., 2012). Penggunaan tanaman secara
intensif dapat mengurangi keragaman genetik (Fejér et al., 2018). Selain itu
dibutuhkan budidaya skala besar, proses ekstraksi, isolasi, dan pemurnian yang
juga membutuhkan biaya besar (Ningsih, 2014).
Teknologi kultur jaringan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan
untuk perbanyakan tanaman dan produksi metabolit sekunder (Isah et al., 2018).
Beberapa keuntungan penggunaan teknologi kultur jaringan untuk memproduksi
senyawa metabolit sekunder adalah dapat dilakukan sepanjang waktu, sistem
produksinya dapat diatur, kualitas dan hasil yang konsisten, mengurangi
penggunaan lahan untuk tujuan tersebut (Sulichantini, 2015). Kultur sel dan kultur
suspensi dilaporkan dapat menghasilkan metabolit sekunder lebih besar daripada
mengekstraknya langsung dari tanaman (Efferth, 2019)
Beberapa strategi dapat digunakan untuk meningkatkan produksi
metabolit sekunder antara lain menggunakan elisitor (Baenas et al., 2014).
Tanaman merespon elisitor dengan mengaktifkan serangkaian mekanisme yang
mirip dengan respons pertahanan terhadap infeksi patogen atau rangsangan
2

lingkungan, memengaruhi metabolisme tanaman dan meningkatkan sintesis


metabolit sekunder (Baenas et al., 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud produksi metabolit sekunder tanaman secara in vitro ?


2. Teknik kultur apa saja yang digunakan dalam produksi metabolit sekunder
tanaman secara in vitro ?
3. Apa yang dimaksud dengan elisitor ?
4. Elisitor apa saja yang dapat digunakan dalam produksi metabolit sekunder
tanaman secara in vitro ?

1.3 Manfaat

Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait produksi


metabolit sekunder pada kultur in vitro
3

II. PEMBAHASAN

2.1 Produksi Metabolit Sekunder Pada Kultur In Vitro

Senyawa metabolit sekunder atau yang disebut juga senyawa fitokimia


adalah sumber senyawa aktif yang telah digunakan dalam industri farmasi,
makanan, kosmetik dan industri agrokimia (Krasteva et al., 2021). Metabolit
sekunder memiliki peran utama dalam adaptasi dan interaksi tanaman dengan
lingkungannya dan membantu mereka mengatasi berbagai cekaman biotik dan
abiotik (Chiocchio et al., 2021). Senyawa-senyawa ini biasanya diproduksi dalam
jumlah yang rendah pada tanaman, oleh karena untuk mengekstrak sejumlah besar
senyawa yang diinginkan dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang besar
(Abdulhafiz et al., 2022). Praktik ini dapat menyebabkan pengambilan bahan alam
secara berlebihan dan dapat menyebabkan kepunahan dari spesies tanaman tertentu
(Abdulhafiz et al., 2022). Oleh karena itu, teknologi kultur jaringan dikembangkan
untuk produksi metabolit bernilai tinggi tanpa perlu menggunakan seluruh tanaman
(Shafi et al., 2021).
Budidaya tanaman di lapangan untuk menghasilkan metabolit sekunder
memiliki berbagai kesulitan (misalnya, hasil yang rendah, hasil yang tidak
konsisten karena faktor geografis, musim dan lingkungan) (Fazili et al., 2022).
Teknik kultur jaringan muncul sebagai solusi alternative untuk memproduksi
metabolit sekunder (Ochoa-Villarreal et al., 2016). Perbanyakan tanaman secara
massal dalam kondisi aseptik dengan lingkungan yang terkendali dan produksi
metabolit sekunder berskala besar sepanjang tahun tanpa kendala musiman, adalah
beberapa keuntungan dari teknik kultur jaringan (Isah et al., 2018). Kultur jaringan
dapat dilakukan dimana saja tanpa memperhatikan syarat tumbuh tanaman serta
bebas dari mikroba dan serangga sehingga menghindari penggunaan pestisida dan
herbisida (Ochoa-Villarreal et al., 2016). Penggunaan teknik kultur jaringan untuk
memproduksi metabolit sekunder memungkinan kontrol lebih besar atas produksi
metabolit sekunder dengan mengembangkan protokol langkah-demi-langkah untuk
4

mempercepat akumulasi biomassa segar dan meningkatkan konsentrasi metabolit


sekunder dalam jaringan (Cardoso et al., 2019).

2.2 Teknik kultur

1. Kultur Tunas
Kultur tunas merupakan salah satu teknik mikropropagasi dengan inokulasi
jaringan tanaman dalam media kultur diikuti dengan menginduksi proliferasi tunas,
biasanya dengan menambahkan sitokinin sebagai fitoregulator utama pada media
kultur (Cardoso et al., 2019). Setelah beberapa siklus proliferasi tunas dan
akumulasi massa in vitro, elicitor diterapkan untuk meningkatkan konsentrasi
metabolit sekunder dalam jaringan. Plantlet kemudian digunakan untuk
mengekstrak, mengkarakterisasi, dan mengkuantifikasi metabolit sekunder
(Cardoso et al., 2019).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Haider et al (Haider Abbasi et al.,
2020) beberapa kultur tunas Ajuga integrifolia Buch. Ham. ex D.Don dipaparkan
pada berbagai konsentrasi asam salisilat dan asam giberelat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam salisilat meningkatkan produksi fitokimia dalam kultur
tunas sedangkan asam giberelat menurunkan biosintesisnya. Asam salisilat terbukti
berpengaruh terhadap kandungan fenolik dan flavonoid total.

2. Kultur kalus
Kultur kalus merupakan salah satu tekhnik yang banyak digunakan dalam
produksi metabolit sekunder secara in vitro (Cardoso et al., 2019). Kultur kalus
adalah pendekatan paling efisien untuk memproduksi metabolit sekunder dalam
skala besar bila dibandinkan dengan teknik lainnya, terutama karena kultur kalus in
vitro adalah sistem perbanyakan sel yang mudah dan cepat (Kapoor et al., 2018).
Untuk menginduksi kalus umumnya digukanan ZPT auksin, terutama 2,4-Asam
Diklorofenolik, dan/atau fitoregulator sitokinin dalam media kultur (Ahmad et al.,
2016). Dalam prakteknya, kultur kalus melibatkan pertumbuhan kalus (terdiri dari
sel-sel yang terdiferensiasi dan tidak terdiferensiasi), yang diikuti dengan prosedur
yang menginduksi diferensiasi organ. Berdasarkan struktur fisiknya, kalus dibagi
5

menjadi tiga kategori yaitu kalus kompak, nodular dan friable. Kalus friable lebih
menonjol dan dapat diperoleh pada subkultur berturut-turut. Kalus jenis ini cocok
untuk perbanyakan, pembentukan kultur suspensi sel dan produksi metabolit
sekunder (Abdulhafiz et al., 2022).
Sebagian besar sel kalus terus terbentuk jika kondisi media kultur tetap
menguntungkan. Oleh karena itu, sel mempertahankan siklus pembelahan konstan,
memperpanjang secara signifikan periode yang dikenal sebagai fase eksponensial
pertumbuhan, yang diikuti oleh fase stasioner dengan pertumbuhan yang berkurang
(Cardoso et al., 2019). Kemampuan untuk mempertahankan sel-sel ini dalam
kondisi yang tidak berdiferensiasi membuat prosesnya lebih mudah dikelola dan
menghasilkan produksi massal yang lebih tinggi per unit waktu dan area jika
dibandingkan dengan proses regenerasi jaringan, organ, atau individu lainnya yang
umumnya lebih kompleks dan lebih mahal (Cardoso et al., 2019).

3. Kultur suspensi
Teknologi kultur jaringan memanfaatkan sel tunggal dari tanaman yang
dapat dikultur ke dalam medium cair (suspensi sel) untuk mengoptimalkan produksi
produk alami yang diinginkan (Motolinía-Alcántara et al., 2021). Pembentukan
kultur suspensi dimulai dengan menginokulasi kalus friable (yaitu kalus yang dapat
dipecah menjadi potongan-potongan kecil dengan sangat mudah) ke dalam media
cair dan ditempatkan pada rotary shaker. Saat sel-sel baru terbentuk, sel-sel
menyebar ke seluruh media cair untuk membentuk kultur suspensi sel. Setelah dua-
tiga minggu, sel-sel yang tersuspensi dipindahkan ke media segar sementara
potongan yang lebih besar dibuang. Sel dalam suspensi dapat menunjukkan tingkat
pembelahan sel yang jauh lebih tinggi daripada sel dalam kultur kalus. Oleh karena
itu, suspensi sel adalah teknik yang paling cocok bila diperlukan regenerasi sel
secara cepat dan banyak (Yue et al., 2016).

4. Kultur akar rambut


Kultur akar rambut adalah induksi pembentukan struktur akar rambut
dengan menginfeksikan Agrobacterium rhizogenes pada tanaman yang akan
6

dikultur (Wahyuni et al., 2015). Keunggulan dari kultur akar rambut antara lain
karena stabilitas genetiknya, kemampuannya untuk tumbuh cepat tanpa
memerlukan aplikasi auksin eksogen dan terbukti lebih efektif untuk meningkatkan
hasil metabolit sekunder (Zahra et al., 2012). Kultur akar rambut dapat meniru
tanaman utuh dalam produksi metabolit sekunder dan juga dapat ditingkatkan
dalam bioreactor (Singh et al., 2018).

2.3 Metabolit Sekunder

Tabel 1. Produksi Metabolit Sekunder Pada Jenis Kultur Dan Tanaman


Metabolit
Jenis Tanaman Jenis Kultur Sumber Referensi
Sekunder
Flavonoid Scutellaria lateriflora L. Tunas (Kawka et al., 2017)
Rhododendron (Jesionek et al.,
Terpenoid Tunas
tomentosum 2017)
(Bagheri et al.,
Shikonine Onosma bulbotrichum Kalus
2018)
Glycyrrhiza uralensis Kalus dan
Flavonoid (Guo et al., 2013)
Fisch. suspensi sel
Ginsenosides Panax quinquefolium L. Suspensi sel (Gao et al., 2014)
(Abdelazeez et al.,
Atropine Hyoscyamus muticus L. Suspensi sel
2022)
Rutin and Fagopyrum tataricum Akar
(Huang et al., 2016)
Quercetin Gaertn rambut
Asam amino Fagopyrum esculentum Akar
(Gabr et al., 2019)
dan flavonoids Moench Rubra cultivar rambut
7

2.4 Elisitor

Salah satu metode dalam meningkatkan metabolit sekunder pada kultur


jaringan tanaman adalah melalui elisitasi, dengan cara menambahkan elisitor ke
dalam sel tanaman yang dimaksudkan untuk menginduksi dan meningkatkan
produksi metabolit sekunder (Junairiah et al., 2014). Elisitor adalah molekul signal
yang memacu terbentuknya metabolit sekunder di dalam kultur jaringan (Junairiah
et al., 2014).
Berdasarkan sifatnya, elisitor dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
abiotik dan biotik. Elisitor abiotik adalah substansi yang dihasilkan dari zat non
biologis misalnya garam anorganik, logam berat, pH, dan sebagainya. Elisitor
biotik adalah substansi yang dihasilkan oleh organisme hidup, misalnya zat yang
dihasilkan oleh tanaman atau mikroba (Junairiah et al., 2014).

Tabel 2. Elisitor Abiotik


Metabolit
Elisitor Tanaman Jenis kultur Referensi
sekunder
(Tonelli et
Ozone (O3) Melissa officinalis Rosmarinic acid Tunas
al., 2015)
(Praveen &
Withania
pH Withanolide A Akar rambut Murthy,
somnifera
2012)
(Rahpeyma
Sucrose Corylus avellana Paclitaxel Suspensi sel
et al., 2015)
(Xu et al.,
Ultraviolet Vitis vinifera Stilbene Suspensi sel
2015)
Steviol Kalus dan (Gupta et al.,
Proline Stevia rebaudian
glycoside suspensi sel 2015)
Steviol Kalus dan (Gupta et al.,
PEG Stevia rebaudian
glycoside suspensi sel 2015)
Jasmonic (Silja et al.,
Plumbago rosea Plumbagin Suspensi sel
Acid 2014)
8

Methyl Withania (Sivanandhan


Withanolide A, Akar rambut
Jasmonate somnifera et al., 2013)
Salicylic Suspensi (Chodisetti
Gymnema sylvestre Gymnemic acid
acid sel et al., 2015)
(Li et al.,
Silver (Ag) Salvia castanea Hairy root Tanshinone
2016)

Tabel. 3 Elisitor Biotik


Metabolit
Elisitor Tanaman Jenis kultur Referensi
sekunder
Suspensi (Taurino et
Kitin Vitis vinifera viniferins
sel al., 2015)
Hypericum (Gadzovska
Pektin Hypericin Tunas
perforatum et al., 2014)
Suspensi (Silja et al.,
Yeast Plumbago rosea Plumbagin
sel 2014)
Trichoderma Akar (Ming et al.,
Salvia miltiorrhiza Tanshinone
atroviride rambut 2013)
Aspergillus Gymnema Suspensi (Chodisetti
Gymnemic acid
niger sylvestre sel et al., 2013)
Agrobacterium Gymnema Suspensi (Chodisetti
Gymnemic acid
rhizogenes sylvestre sel et al., 2013)
Gymnema Suspensi (Chodisetti
Bacillus subtilis Gymnemic acid
sylvestre sel et al., 2013)
Gymnema Suspensi (Chodisetti
Escherichia coli Gymnemic acid
sylvestre sel et al., 2013)
9

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Produksi metabolit sekunder tanaman secara in vitro adalah perbanyakan


tanaman secara massal dalam kondisi aseptik dengan lingkungan yang
terkendali untuk menghasilkan metabolit sekunder dengan memanfaatkan
teknik kultur jaringan.
2. Teknik kultur yang digunakan dalam produksi metabolit sekunder tanaman
secara in vitro adalah kultur tunas, kultur kalus, kultur suspense sel, dan
kultur akar rambut.
3. Elisitor adalah molekul signal yang memacu terbentuknya metabolit
sekunder di dalam kultur jaringan.
4. Berdasarkan sifatnya, elisitor dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
abiotik dan biotik. Elisitor abiotik adalah substansi yang dihasilkan dari zat
non biologis misalnya garam anorganik, logam berat, pH, dan sebagainya.
Elisitor biotik adalah substansi yang dihasilkan oleh organisme hidup.

3.2 Saran

Produksi metabolit sekunder dengan teknik in vitro dapat menjadi solusi


untuk menghasilkan produk metabolit sekunder dalam jumlah besar, waktu singkat,
dan tidak memerlukan lahan yang luas.
10

DAFTAR PUSTAKA

Abdelazeez, W. M. A., Anatolievna, K. Y., Zavdetovna, K. L., Damirovna, A. G.,


El-Dis, A., Rayan, G., & Arnoldovna, T. O. (2022). Enhanced productivity of
atropine in cell suspension culture of Hyoscyamus muticus L. In Vitro Cellular
& Developmental Biology-Plant, 58(3), 593–605.
https://doi.org/https://doi.org/10.1007/s11627-022-10262-z
Abdulhafiz, F., Mohammed, A., Reduan, M. F. H., Kari, Z. A., Wei, L. S., & Goh,
K. W. (2022). Plant cell culture technologies: A promising alternatives to
produce high-value secondary metabolites. Arabian Journal of Chemistry,
15(11), 104161. https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2022.104161
Ahmad, N., Rab, A., & Ahmad, N. (2016). Light-induced biochemical variations in
secondary metabolite production and antioxidant activity in callus cultures of
Stevia rebaudiana (Bert). Journal of Photochemistry and Photobiology B:
Biology, 154(1), 51–56.
Baenas, N., García-Viguera, C., & Moreno, D. A. (2014). Elicitation: A tool for
enriching the bioactive composition of foods. Molecules, 19(9), 13541–13563.
https://doi.org/10.3390/molecules190913541
Bagheri, F., Tahvilian, R., Karimi, N., Chalabi, M., & Azami, M. (2018). Shikonin
production by callus culture of Onosma bulbotrichom as active pharmaceutical
ingredient. Iranian Journal of Pharmaceutical Research: IJPR, 17(2), 495.
Cardoso, J. C., de Oliveira, M. E. B. S., & Cardoso, F. de C. I. (2019). Advances
and challenges on the in vitro production of secondary metabolites from
medicinal plants. Horticultura Brasileira, 37(2), 124–132.
https://doi.org/10.1590/s0102-053620190201
Chiocchio, I., Mandrone, M., Tomasi, P., Marincich, L., & Poli, F. (2021). Plant
secondary metabolites: An opportunity for circular economy. Molecules,
26(2), 495.
Chodisetti, B., Rao, K., Gandi, S., & Giri, A. (2013). Improved gymnemic acid
production in the suspension cultures of Gymnema sylvestre through biotic
elicitation. Plant Biotechnology Reports, 7(4), 519–525.
Chodisetti, B., Rao, K., Gandi, S., & Giri, A. (2015). Gymnemic acid enhancement
in the suspension cultures of Gymnema sylvestre by using the signaling
molecules—methyl jasmonate and salicylic acid. In Vitro Cellular &
Developmental Biology-Plant, 51(1), 88–92.
Efferth, T. (2019). Biotechnology applications of plant callus cultures. Engineering,
5(1), 50–59.
Fazili, M. A., Bashir, I., Ahmad, M., Yaqoob, U., & Geelani, S. N. (2022). In vitro
11

strategies for the enhancement of secondary metabolite production in plants: a


review. Bulletin of the National Research Centre, 46(1), 35.
https://doi.org/10.1186/s42269-022-00717-z
Fejér, J., Gruľová, D., De Feo, V., Ürgeová, E., Obert, B., & Preťová, A. (2018).
Mentha× piperita L. nodal segments cultures and their essential oil production.
Industrial Crops and Products, 112, 550–555.
Gabr, A. M. M., Sytar, O., Ghareeb, H., & Brestic, M. (2019). Accumulation of
amino acids and flavonoids in hairy root cultures of common buckwheat
(Fagopyrum esculentum). Physiology and Molecular Biology of Plants, 25(3),
787–797.
Gadzovska Simic, S., Tusevski, O., Maury, S., Delaunay, A., Joseph, C., & Hagège,
D. (2014). Effects of polysaccharide elicitors on secondary metabolite
production and antioxidant response in Hypericum perforatum L. shoot
cultures. The Scientific World Journal, 2014.
Gao, W.-Y., Wang, J., Li, J., & Wang, Q. (2014). Production of Biomass and
Bioactive Compounds from Cell Suspension Cultures of Panax quinquefolium
L. and Glycyrrhiza uralensis Fisch. Production of Biomass and Bioactive
Compounds Using Bioreactor Technology, 143–164.
Guo, S., Man, S., Gao, W., Liu, H., Zhang, L., & Xiao, P. (2013). Production of
flavonoids and polysaccharide by adding elicitor in different cellular
cultivation processes of Glycyrrhiza uralensis Fisch. Acta Physiologiae
Plantarum, 35(3), 679–686.
Gupta, P., Sharma, S., & Saxena, S. (2015). Biomass yield and steviol glycoside
production in callus and suspension culture of Stevia rebaudiana treated with
proline and polyethylene glycol. Applied Biochemistry and Biotechnology,
176(3), 863–874.
Haider Abbasi, B., Ullah, M. A., Nadeem, M., Tungmunnithum, D., & Hano, C.
(2020). Exogenous application of salicylic acid and gibberellic acid on
biomass accumulation, antioxidant and anti-inflammatory secondary
metabolites production in multiple shoot culture of Ajuga integrifolia Buch.
Ham. ex D.Don. Industrial Crops and Products, 145(3), 112098.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2020.112098
Huang, X., Yao, J., Zhao, Y., Xie, D., Jiang, X., & Xu, Z. (2016). Efficient rutin
and quercetin biosynthesis through flavonoids-related gene expression in
Fagopyrum tataricum Gaertn. hairy root cultures with UV-B irradiation.
Frontiers in Plant Science, 7, 63.
Isah, T., Umar, S., Mujib, A., Sharma, M. P., Rajasekharan, P. E., Zafar, N., &
Frukh, A. (2018). Secondary metabolism of pharmaceuticals in the plant in
vitro cultures: strategies, approaches, and limitations to achieving higher yield.
Plant Cell, Tissue and Organ Culture, 132(2), 239–265.
https://doi.org/10.1007/s11240-017-1332-2
12

Jesionek, A., Kokotkiewicz, A., Wlodarska, P., Zabiegala, B., Bucinski, A., &
Luczkiewicz, M. (2017). Bioreactor shoot cultures of Rhododendron
tomentosum (Ledum palustre) for a large-scale production of bioactive volatile
compounds. Plant Cell, Tissue and Organ Culture (PCTOC), 131(1), 51–64.
Junairiah, J., Nimatuzahroh, N., & Suwito, H. (2014). Produksi Elisitor untuk
Menstimulasi Metabolit Sekunder pada Kultur Jaringan Tumbuhan.
Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental,
and Learning, 11(1), 178–181.
Kapoor, S., Raghuvanshi, R., Bhardwaj, P., Sood, H., Saxena, S., & Chaurasia, O.
P. (2018). Influence of light quality on growth, secondary metabolites
production and antioxidant activity in callus culture of Rhodiola imbricata
Edgew. Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology, 183, 258–
265.
Kawka, B., Kwiecień, I., & Ekiert, H. (2017). Influence of culture medium
composition and light conditions on the accumulation of bioactive compounds
in shoot cultures of Scutellaria lateriflora L.(American Skullcap) grown in
vitro. Applied Biochemistry and Biotechnology, 183(4), 1414–1425.
Krasteva, G., Georgiev, V., & Pavlov, A. (2021). Recent applications of plant cell
culture technology in cosmetics and foods. Engineering in Life Sciences, 21(3–
4), 68–76.
Li, B., Wang, B., Li, H., Peng, L., Ru, M., Liang, Z., Yan, X., & Zhu, Y. (2016).
Establishment of Salvia castanea Diels f. tomentosa Stib. hairy root cultures
and the promotion of tanshinone accumulation and gene expression with Ag+,
methyl jasmonate, and yeast extract elicitation. Protoplasma, 253(1), 87–100.
Manalu, M. M., Wirasutisna, K. R., & Elfahmi, E. (2012). Produksi Senyawa
Metabolit Sekunder Melalui Kultur Jaringan dan Transformasi Genetik
Artemisia Annua L. Acta Pharmaceutica Indonesia, 37(1).
Ming, Q., Su, C., Zheng, C., Jia, M., Zhang, Q., Zhang, H., Rahman, K., Han, T.,
& Qin, L. (2013). Elicitors from the endophytic fungus Trichoderma atroviride
promote Salvia miltiorrhiza hairy root growth and tanshinone biosynthesis.
Journal of Experimental Botany, 64(18), 5687–5694.
Motolinía-Alcántara, E. A., Castillo-Araiza, C. O., Rodríguez-Monroy, M.,
Román-Guerrero, A., & Cruz-Sosa, F. (2021). Engineering considerations to
produce bioactive compounds from plant cell suspension culture in
bioreactors. Plants, 10(12), 2762.
Ningsih, I. Y. (2014). Pengaruh elisitor biotik dan abiotik pada produksi flavonoid
melalui kultur jaringan tanaman. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 11(2), 117–132.
Ochoa-Villarreal, M., Howat, S., Hong, S., Jang, M. O., Jin, Y.-W., Lee, E.-K., &
Loake, G. J. (2016). Plant cell culture strategies for the production of natural
13

products. BMB Reports, 49(3), 149.


Praveen, N., & Murthy, H. N. (2012). Synthesis of withanolide A depends on
carbon source and medium pH in hairy root cultures of Withania somnifera.
Industrial Crops and Products, 35(1), 241–243.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2011.07.009
Rahpeyma, S.-A., Moieni, A., & Jalali Javaran, M. (2015). Paclitaxel production is
enhanced in suspension-cultured hazel (Corylus avellana L.) cells by using a
combination of sugar, precursor, and elicitor. Engineering in Life Sciences,
15(2), 234–242. https://doi.org/https://doi.org/10.1002/elsc.201400115
Shafi, A., Hassan, F., Zahoor, I., Majeed, U., & Khanday, F. A. (2021).
Biodiversity, management and sustainable use of medicinal and aromatic plant
resources. In Medicinal and Aromatic Plants (pp. 85–111). Springer.
Sharma, S., Sharma, S., Kukreja, S., Jadon, V. S., & Sharma, V. (2020). Plant tissue
culture methods in secondary metabolite production-A mini review. Plant Cell
Biotechnol. Mol. Biol, 21, 144–153.
Silja, P. K., Gisha, G. P., & Satheeshkumar, K. (2014). Enhanced plumbagin
accumulation in embryogenic cell suspension cultures of Plumbago rosea L.
following elicitation. Plant Cell, Tissue and Organ Culture (PCTOC), 119(3),
469–477.
Singh, R. S., Chattopadhyay, T., Thakur, D., Kumar, N., Kumar, T., & Singh, P. K.
(2018). Hairy root culture for in vitro production of secondary metabolites: a
promising biotechnological approach. Biotechnological Approaches for
Medicinal and Aromatic Plants, 235–250.
Sivanandhan, G., Kapil Dev, G., Jeyaraj, M., Rajesh, M., Arjunan, A.,
Muthuselvam, M., Manickavasagam, M., Selvaraj, N., & Ganapathi, A.
(2013). Increased production of withanolide A, withanone, and withaferin A
in hairy root cultures of Withania somnifera (L.) Dunal elicited with methyl
jasmonate and salicylic acid. Plant Cell, Tissue and Organ Culture (PCTOC),
114(1), 121–129.
Sulichantini, E. D. (2015). Produksi metabolit sekunder melalui kultur jaringan.
Proceeding of Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, 1, 205–212.
Taurino, M., Ingrosso, I., D’amico, L., De Domenico, S., Nicoletti, I., Corradini,
D., Santino, A., & Giovinazzo, G. (2015). Jasmonates elicit different sets of
stilbenes in Vitis vinifera cv. Negramaro cell cultures. SpringerPlus, 4(1), 1–
11.
Tonelli, M., Pellegrini, E., D’Angiolillo, F., Petersen, M., Nali, C., Pistelli, L., &
Lorenzini, G. (2015). Ozone-elicited secondary metabolites in shoot cultures
of Melissa officinalis L. Plant Cell, Tissue and Organ Culture (PCTOC),
120(2), 617–629.
Wahyuni, D. K., Hafida, S. N., Ermayanti, T. M., Eko, B. P., Wardoyo, H. P., &
14

Utami, E. S. W. (2015). Induksi Akar Rambut Gandarusa (Justicia gendarussa


Burm. f.) dengan Perlakuan Perbedaan Lama Waktu Infeksi Agrobacterium
rhizogenes strain YM072001 dan A4T. Jurnal Bioslogos, Vol. 5(2), 38–45.
Xu, A., Zhan, J.-C., & Huang, W.-D. (2015). Effects of ultraviolet C, methyl
jasmonate and salicylic acid, alone or in combination, on stilbene biosynthesis
in cell suspension cultures of Vitis vinifera L. cv. Cabernet Sauvignon. Plant
Cell, Tissue and Organ Culture (PCTOC), 122(1), 197–211.
Yuan, H., Ma, Q., Ye, L., & Piao, G. (2016). The traditional medicine and modern
medicine from natural products. Molecules, 21(5), 559.
Yue, W., Ming, Q., Lin, B., Rahman, K., Zheng, C.-J., Han, T., & Qin, L. (2016).
Medicinal plant cell suspension cultures: pharmaceutical applications and
high-yielding strategies for the desired secondary metabolites. Critical
Reviews in Biotechnology, 36(2), 215–232.
https://doi.org/10.3109/07388551.2014.923986
Zahra, H., Naser, karimi, Masoud, M., & Saeed, M. (2012). Enhancement of
compatible solute and secondary metabolites production in Plantago ovata
Forsk. by salinity stress. Journal of Medicinal Plants Research, 6(18), 3495–
3500.

Anda mungkin juga menyukai