Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : Mohammad Thamrin Pondabo………………………………………..

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041978295………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah : ADBI4336/Hukum Ketenagakerjaan …….……………………..

Kode/Nama UPBJJ : 89 / UT Ternate…..…………………………………………………………..

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH TUGAS MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.2 (2022.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : ADBI4336/Hukum Ketenagakerjaan
Tugas :3

No. Soal
1. Studi Kasus :
Pada saat Pandemic Covid 19 PT. ABC yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
pengolahan makanan ringan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada 80% pegawai dengan
alasan perusahaan bangkrut dan tidak sanggup membayar gaji maupun pesangon karyawan yang di PHK.

Pertanyaan:
a. Tindakan apa yang dapat dilakukan perusahaan , uraikan jawaban anda!
b. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan oleh karyawan korban PHK ?
c. Jelaskan maksud dari Pemutusan hubungan Kerja karena pailit atau force majour beserta dasar
hukumnya!
Jawaban Nomor 1
a. Menurut pasal 61 Undang – Undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan (UU
No.11/2020) mengenai tenaga kerja, perjanjian kerja dapat berakhir apabilaadanya adanya keadaan atau kejadian
tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang
dapat menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.Jadi, pihak yang mengakhiri perjanjian kerja sebelum jangka
waktu yang ditentukan, wajib membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah pekerja/buruh sampai
batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian
kerja

Jawaban Nomor 2
Bersikap tenang, Tak ada gunanya marah ataupun menumpahkan segala kekecewaandengan emosi,
bagaimanapun PHK tersebut telah terjadi dan dilakukan oleh pihak perusahaan terhadap Anda, maka bersikaplah
bijak menghadapinya. Tenangkan pikiran dan jangan terbawa suasana hati, cobalah untuk tetap tenang dan
bersikap wajar di depan pihak perusahaan.Ketahui dengan jelas menganai alasan PHK yang Anda hadapi, jangan
terprovokasioleh orang lain dan mendapatkan informasi yang salah mengenai hal ini. Tanyakansegala sesuatunya
dengan jelas, termasuk mengenai hak-hak Anda, seperti:pesangon, asuransi, dan juga hak lainnya yang patut Anda
dapatkan.Jagalah sikap Anda selama berhadapan dengan pihak perusahaan, jangan sampaimelakukan berbagai
hal yang akan merusak nama baik Anda, seperti: berbuat kasar,berbicara tidak sopan, atau bahkan bersikap tidak
profesional. Bagaimanapun juga,Anda masih berada di wilayah perusahaan, maka tetap jaga sikap Anda dan
tetaplahbersikap tenang.

Jawaban Nomor 3

Jika berbicara mengenai kepailitan, maka satu sub bab saja tidak akan pernah bisa untuk menjelaskannya. Prof.
Dr. Sutan Remy Sjahdeini, SH bahkan menuliskan lebih kurang 500 halaman hanya untuk menjelaksan aspek
hukum kepailitan karena begitu kompleksnya permasalahan dan pengaturan terkait kepailitan. Untuk itu,
membahas kepailitan dapat dimulai dengan peratanyaan, apa itu kepailitan ?

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU 37/2004, “kepailitan” merupakan sita umum atas semua kekayaan Debitur
Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.
Meskipun pasal ini merupakan definisi dari kata “kepailitan”, akan tetapi pengertian yang diberikan tetap saja
menimbulkan kebingungan, bahkan bagi mahasiswa hukum sekalipun. Untuk itu, perlu dijabarkan lebih jauh lagi.
Pada satu sisi, Pasal 165 UU 13/2003 menggariskan bahwa pengusaha dapat melakukan PHK terhadap pekerja
karena perusahaan pailit. Pada sisi lain, Pasal 39 ayat (1) UU 37/2004 mengatur bahwa pekerja pada perusahaan
yang dinyatakan pailit dapat memutuskan hubungan kerja, dan sebaliknya kurator dapat memberhentikannya
dengan terlebih dahulu mengeluarkan pemberitahuan paling singkat 45 (empat lima) hari sebelumnya.
Berdasarkan ketentuan Pasal 165 UU 13/2003 dan Pasal 39 ayat (1) UU 37/2004 tersebut di atas, dapat dipahami
bahwa:

• Kata “dapat” dalam kedua norma tersebut mengisyaratkan bahwa ketentuan tersebut bersifat tidak
memaksa (fakultatif). Dengan kata lain, pengusaha (dhi. Kurator) tidak wajib untuk melakukan PHK
terhadap pekerja apabila perusahaan telah dinyatakan pailit.
• Berdasarkan UU 13/2003, hanya pengusaha (dhi. Kurator) yang mempunyai hak untuk melakukan atau
tidak melakukan PHK apabila perusahaan dinyatkan pailit.
• Berdasarkan UU 37/2004, bukan hanya pengusaha (dhi. Kurator) yang berhak memberhentikan, pekerja
juga mempunyai hak untuk dapat memutuskan hubungan kerja apabila perusahaan dinyatakan pailit.

Anda mungkin juga menyukai