Anda di halaman 1dari 7

KANTOR ADVOKAT/PENGACARA

“ IRMA ARIANI, S.H., M.H. & REKAN ”


SK MENTERI HUKUM DAN HAM NOMOR D.123.KP.04.13-TH.2020
Jl. Kusuma Bangsa RT. 09 No. 125 Kelurahan Gunung Lingkas, Kecamatan Tarakan Timur,
Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Email: arianiirma78@gmail.com

Tarakan, 11 April 2023

Nomor : 01/SG-TRK/IV/2023

Perihal : Surat Gugatan Perceraian

Lampiran : Surat Kuasa

Kepada Yth.

Ketua Pengadilan Negeri Kota


Tarakan

di-

Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 99,


Kelurahan Sebengkok, Kecamatan
Tarakan Tengah, Kota Tarakan,
Kalimantan Utara.

Dengan hormat,

Kami yang bertanda tangan di bawah ini Para Advokat dan Penasihat Hukum pada
KANTOR ADVOKAT/PENGACARA “IRMA ARIANI, S.H., M.H. & REKAN” Nomor
Registrasi Izin Praktek : 10/1234/PPP/XII/2020 berkantor di Jalan Kusuma Bangsa RT. 09 No.
125, Kelurahan Gunung Lingkas, Kecamatan Tarakan Timur, Provinsi Kalimantan Utara,
alamat elektronik arianiirma78@gmail.com, berdasarkan Surat Kuasa tertanggal 10 April 2023
terlampir, bertindak untuk dan atas :

Nama : YULIANA PANDUNG

Agama : Kristen

Pekerjaan : Karyawati

Alamat : Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.


Yang dalam hal ini telah memilih tempat kediaman hukum (domisili) di kantor kuasanya
tersebut di atas, hendak mengajukan surat gugatan ini, selanjutnya akan disebut sebagai
PENGGUGAT.

Dengan ini Penggugat hendak mengajukan gugatan terhadap :

Nama : NANI

Agama : Kristen

Alamat : Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.

Yang selanjutnya akan disebut sebagai TERGUGAT.

Adapun mengenai duduk persoalannya adalah sebagai berikut :

DALAM POSITA :

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat merupakan pasangan suami-istri yang sah terikat
perkawinan menurut Agama Kristen dilaksanakan di Gereja Toraja Jemaat Juata Tarakan,
Klasis Kalimantan Timur pada Tanggal 18 Agustus 2015 sesuai Surat Nikah Nomor :
011/BPMJ-JJT/KKT/VIII/2015, terdaftar di Kantor Dinas Kependudukan Dan Pencatatan
Sipil Kota Tarakan berdasarkan Kutipan Akta Perkawinan Nomor : 6571-KW-04092015-
0006 pada tanggal 25 Agustus 2015. Hal ini sejalan yang diatur pada Pasal 2 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, menyatakan bahwa
“Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut masing-masing agama dan
kepercayaannya itu. Sehingga Perkawinan Penggugat dengan Tergugat adalah sah secara
hukum”;
2. Bahwa pada awal perkawinan rumah tangga Penggugat dan Tergugat berjalan rukun dan
bahagia sebagaimana tujuan perkawinan yang ditegaskan pada Pasal 1 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa “Perkawinan adalah ikatan
lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa”;
3. Bahwa dari perkawinan Penggugat dengan Tergugat tersebut dikarunia seorang anak
perempuan bernama :
Aurel (Anak Penggugat dan Tergugat), lahir di Tarakan pada tanggal 24 Juni 2017
merupakan anak pertama dari pasangan suami-istri yakni Nani dan Yuliana Pandung
berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor : 6571-LU-14072017-0002 yang dikeluarkan
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan;
4. Bahwa pada saat kelahiran anak pertama yang baru berumur 8 (delapan) bulan lahir dari
perkawinan Penggugat dan Tergugat tersebut, Tergugat mulai memperlihatkan sifat buruk
dan karakter emosional juga tidak menghargai Penggugat sebagai istri, akan tetapi demi
kebahagian dan keutuhan rumah tangga serta masa depan anak, Penggugat berharap dan
berpikir Tergugat dapat merubah dan memperbaiki sifat buruknya tersebut;
5. Bahwa untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, Penggugat rela bekerja
di salah satu Flo Fancy & bakery atau Perusahaan Roti yang berada di daerah Tarakan,
sehingga Penggugat sering kali pulang kerja malam, bukan tanpa alasan, karena pekerjaan
Penggugat juga cukup padat. Oleh karena itu membutuhkan waktu sampai malam, untuk
itulah penggugat memberikan pemahaman kepada Tergugat atas pekerjaan Penggugat yang
sering kali pulang kerja malam agar Tergugat bisa menerima dan memahami kondisi
pekerjaan tersebut, akan tetapi Tergugat tidak menerima berbagai alasan Penggugat,
sehingga Tergugat menganggap bahwa Penggugat pulang kerja pergi dengan seorang laki-
laki atau berselingkuh dengan orang lain;
6. Bahwa seiring dengan berjalannya waktu dalam menjalani hubungan rumah tangga antara
Penggugat dan Tergugat, hubungan rumah tangga tersebut tidak berjalan lagi sesuai dengan
harapan dan cita-cita yang diharapkan. Oleh karena antara Tergugat dan Penggugat sering
kali timbul keributan, pertengkaran dan perselisihan, hal ini dipicu persoalan sepele yakni
Tergugat tidak menerima penggugat yang sering kali pulang kerja diwaktu malam, bahkan
Tergugat menganggap bahwa Penggugat pergi dengan laki-laki lain atau berselingkuh
dengan orang lain. Sehingga Tergugat memiliki rasa cemburu buta tanpa didasarkan pada
bukti-bukti yang benar;
7. Bahwa atas tuduhan yang tidak berdasar dari Tergugat tersebut, Penggugat selalu sabar dan
berpikir positif serta tulus memaafkan Tergugat dari pikiran negatifnya demi
mempertahankan hubungan rumah tangga yang tetap harmonis rukun dan damai serta
bahagia bersama dengan Tergugat dan anak yang lahir dari perkawinan tersebut;
8. Bahwa karena begitu besar rasa cinta dan sayang Penggugat terhadap Tergugat serta anak
yang lahir dari perkawinan tersebut, untuk itulah Penggugat terus berjuang dan berupaya
mengajak Tergugat berpikir lebih dewasa agar dapat merubah sifat dan karakternya dengan
harapan tercipta keutuhan dan keharmonisan dalam rumah tangga tersebut;
9. Bahwa atas perselisihan dan pertengkaran yang terus dilakukan Tergugat terhadap
Penggugat. Tergugat seolah-olah menyadari kesalahannya sehingga berbagai rayuan
gombal bersimpuh dan berlutut di kaki Penggugat lalu meminta maaf atas segala kesalahan
dan berjanji akan merubah sifat dan tingkah laku yang buruk tersebut. Oleh karena itu,
Penggugat memberikan kesempatan terakhir kepada Tergugat dan berharap lewat doa agar
kiranya rumah tangga ini dapat pulihkan kembali, selanjutnya menjalani hidup rukun dan
damai bersama dengan Tergugat serta anak yang lahir dari perkawinan tersebut;
10. Bahwa dari hari ke hari Penggugat menjalani hidup berumah tangga dengan Tergugat.
Tergugat tidak kunjung merubah sifatnya malah justru semakin memperlihatkan sifat dan
tingkah laku yang makin buruk, arogan terhadap Penggugat. Bahkan setiap kali Penggugat
pulang kerja timbul berbagai perselisihan dan pertengkaran demi pertengkaran menderu
dan mendera kehidupan rumah tangga Penggugat, puncaknya pada pertengahan tahun 2021
sepulang kerja Tergugat mengacam Penggugat dengan sebila senjata tajam berupa parang
diayunkan ke hadapan Penggugat dan membuat Penggugat merasa stres, takut, dan trauma
untuk menjalani hidup berumah tangga bersama dengan Tergugat tersebut;
11. Bahwa karena perselisihan dan pertengkaran PENGGUGAT dan TERGUGAT tidak
dapat didamaikan kembali (marriage breakdown). Sehingga memenuhi alasan perceraian
yaitu perselisihan dan pertengkaran yang tidak dapat didamaikan sebagaimana diatur pada
Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan
bahwa “Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami-istri itu
tidak akan hidup rukun sebagai suami-istri”, bila di hubungkan dengan Yurisprudensi
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Nomor : 534 /Pdt/1996
menyatakan bahwa “Dalam hal perceraian tidak perlu dilihat dari siapa-siapa penyebab
percekcokan atau karena salah satu pihak telah meninggalkan pihak lain, tetapi yang perlu
dilihat adalah perkawinan itu sendiri, apakah perkawinan itu masih dapat dipertahankan
atau tidak, karena jika hati kedua pihak sudah pecah, maka perkawinan itu sendiri sudah
pecah maka tidak mungkin dapat persatukan lagi, meskipun salah satu pihak menginginkan
perkawinan supaya tetap utuh, apabila perkawinan itu dipertahankan maka pihak yang
menginginkan perkawinan itu pecah, tetap akan berbuat yang tidak baik agar perkawinan
itu tetap pecah”;
12. Bahwa pertengkaran dan perselisihan yang secara terus-menerus terjadi menghantui dan
melukai hati Penggugat. Untuk itu Penggugat berpikir bahwa perceraian dan perpisahan
merupakan solusi yang terbaik atas perkawinan ini;
13. Bahwa hal yang sama di tegaskan dalam Pasal 19 huruf (1) Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan menyatakan bahwa “Antara suami dan istri terus-menerus terjadi perselisihan
dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga”;
14. Bahwa akibat dari berbagai perselisihan dan pertengkaran yang tidak dapat didamaikan
kembali antara Penggugat dan Tergugat sehingga mempengaruhi hilangnya rasa cinta, rasa
sayang, dan hormat-menghormati antara Penggugat dan Tergugat tersebut. Hal ini
bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada
Pasal 33 menyatakan bahwa “Suami-istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-
menghormati, setia, dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain”. Untuk
itulah Penggugat ingin bercerai dengan Tergugat sebagai jawaban atas perselisihan dan
pertengkaran selama ini;
15. Bahwa berdasarkan fakta tersebut kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat tidak
ada harapan akan rukun kembali, dan kalau dipertahankan menimbulkan penderitaan bagi
Penggugat terlebih khusus bagi anak Penggugat dan Tergugat yang lahir di Tarakan pada
tanggal 24 Juni 2017 merupakan anak pertama dari pasangan suami/istri Penggugat dan
Tergugat berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor : 6571-LU-14072017-0002 yang
dikeluarkan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan tersebut;
16. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 34 Ayat (3) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa “Jika suami atau
istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan”. Oleh karena itu, secara hukum Penggugat memiliki alasan serta syarat-syarat
untuk dapat mengajukan gugatan perceraian dengan segala akibat hukumnya di Pengadilan
Negeri Tarakan Kelas IB tersebut;
17. Bahwa berdasarkan Pasal 45 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan menegaskan :
1) Pada Ayat (1) “Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka
sebaik-baiknya”.
2) Pada Ayat (2) “Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku
sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban mana berlaku terus
meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus”.
Untuk itu, demi menjamin terpenuhinya segala kebutuhan anak Penggugat, mohon kepada
Majelis hakim yang menyidangkan perkara perceraian antara Penggugat dengan Tergugat
untuk menetapkan :
- Penggugat sebagai pengasuh dan wali bagi anak yang masih di bawah umur atas nama
Aurel (Anak Penggugat dan Tergugat), lahir di Tarakan pada tanggal 24 Juni 2017
merupakan anak pertama dari pasangan suami/istri yakni Nani dan Yuliana Pandung
berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor : 6571-LU-14072017- 0002 yang
dikeluarkan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan;
- Tergugat ikut bertanggung jawab atas biaya hidup dan pemeliharaan anak atas nama
Aurel (Anak Penggugat dan Tergugat), lahir di Tarakan pada tanggal 24 Juni 2017
merupakan anak pertama dari pasangan suami/istri yakni Nani dan Penggugat
berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor : 6571-LU-14072017-0002 yang
dikeluarkan Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan.

Bahwa berdasarkan seluruh uraian gugatan Penggugat tersebut di atas mohon kiranya Ketua
Pengadilan Negeri Tarakan Kelas IB, Cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan menyidangkan
perkara ini memutuskan dengan amar sebagai berikut :

DALAM PETITUM :

PRIMAIR :

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat putus karena perceraian
dengan segala akibat hukumnya;
3. Menetapkan Penggugat sebagai pengasuh dan wali bagi anak yang masih di bawah umur
atas nama Aurel (Anak Penggugat dan Tergugat), lahir di Tarakan pada tanggal 24 Juni
2017 merupakan anak pertama dari pasangan suami/istri yakni Penggugat dan Tergugat
berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor : 6571-LU-14072017-0002 yang dikeluarkan
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan;
4. Menetapkan Tergugat ikut bertanggung jawab atas biaya hidup dan pemeliharaan anak atas
nama Aurel (Anak Penggugat dan Tergugat), lahir di Tarakan pada tanggal 24 Juni 2017
merupakan anak pertama dari pasangan suami/istri yakni Penggugat dan Tergugat
berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor 6571-LU-14072017-0002 yang dikeluarkan
Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan;
5. Memerintahkan Panitera Pengadilan Negeri Tarakan Kelas IB atau yang ditunjuk untuk itu
mengirim salinan resmi putusan yang telah berkekuatan hukum tetap ini kepada Kantor
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tarakan untuk dicatatkan dalam register
guna keperluan itu;
6. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini.
Atau :

SUBSIDAIR :

Apabila Ketua Pengadilan Negeri Tarakan Kelas IB, Cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Penggugat

IRMA ARIANI, S.H., M.H.

Anda mungkin juga menyukai