Pengampu :
Nizarwati.M.Pd
Disusun Oleh :
Tiara Listari (1930203166)
Nadhrah Finni Yuniarti (1930203072)
Bunga Silvia Septa (1930203195)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah yang maha esa yang telah memberikan rahmat
serta karuniannya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berudul “Akuntansi Lease”. Sebagi tugas kelompok dari Ibu
Nizarwati.M.Pd sebagai dosen pengampuh mata kuliah Manajemen Pembiayaan
Pendidikan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang bidang
yang terkandung dalam mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jahu dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan banyak terimakasih kepda semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga hakir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI..…………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Akuntansi Lease………………………………….………………….. 3
1. Operating Leasing……………………………………………….. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya
di Indonesia pada tahun 1974, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama
Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No. Kep-
122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/74, tanggal 7 Pebruari
1974, tentang “Perizinan Usaha Leasing”. Sejak saat itu dan khususnya sejak
tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha
makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan
barang-barang modal dunia usaha.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa
guna usaha sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan
para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang
lazim dilakukan melalui perbankan.
Sewa dalam akuntansi diatur dalam panduan standar akuntan keuangan (PSAK)
Nomor 30 berdasarkan PSAK tersebut sewa diklarifikasi menjadi dua yaitu :
1. Sewa pembiayaan, yaitu sewa yang mengalihkan secara subtansial seluruh
resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada
hakirnya dapat dialihkan dapat juga tidak.
2. Sewa operasi, yaitu sewa selain sewa pembiayaan. Pada sewa operasi
perusahaan sewa membeli barang modal dan selanjudnya disewahkan kepada
penyewa guna usaha.1
1
Supriyadi, Praktikum Akuntansi Pajak ( Tanggerang :PT Andi 2019) hlm : 13
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan akuntansi lease ?
2. Bagaimanakah Pencatatan transaksi leasing pada penyewa?
3. Bagaimanakah Pencatatan transaksi leasing pada perusahaan sewa guna
usaha?
4. Bagaimanakah Penyajian lease pembiayaan langsung dalam neraca?
C.Tujuan
1. Untuk mengetahui akuntansi lease
2. Untuk mengetahui Pencatatan transaksi leasing pada penyewa
5. Untuk mengetahui Pencatatan transaksi leasing pada perusahaan sewa guna
usaha
6. Untuk mengetahui penyajian lease pembiayaan langsung dalam neraca
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi lease
Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu pihak
penyewa guna usaha (lessee) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh
karena itu berikut ini dibahas mengenai akuntansi leasing pada pihak penyewa
dan pada pihak perusahaan sewa guna usaha.
3
Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah (2
×Rp. 30.000.000,00) + (3 × Rp. 20.000.000,00) = Rp. 120.000.000,00.
Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah sewa tiap tahun adalah
Rp. 120.000.000,00 : 5 = Rp. 24.000.000,00.
Pembayaran sewa untuk tahun 2007 (tahun pertama) sebesar Rp.
30.000.000,00, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2007
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Sewa dibayar dimuka 6.000.000
Kas 30.000.000
4
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Sewa dibayar dimuka 4.000.000
Kas 20.000.000
Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat
dengan jurnal seperti pada pembayaran sewa tahun ketiga di atas, sehingga
akun “Sewa Dibayar Dimuka” selama masa sewa guna usaha (secara
keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini:
Catatan:
5
Untuk tahun 2008 dan 2009, dilakukan dengan jurnal seperti di atas.
Pembayaran sewa untuk tahun keempat, dan kelima masing-masing dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:
Pada tanggal 31 Desember 2007, pada waktu tutup buku, ternyata beban
sewa untuk bulan Januari, Februari, dan Maret 2008, telah terbayar pada tanggal
1 April 2007. Oleh karena itu pada tanggal 31 Desember 2007 (waktu tutup
buku), ), dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
6
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2007
Desember 31 Sewa dibayar dimuka 6.000.000
Beban sewa 6.000.000
(mencatat sewa bln Januari, Februari,
Maret 2008 yg telah dibayar 2007)
2
Novdin M.Sinanturi, Memperlajari Ilmu Akuntansi Untuk Teknik (Jawa Tengah : PT. Nasya
Expanding Management,2021 ) hlm : 49
7
telah disepakati bersama.
Aktiva sewa guna usaha oleh pihak penyewa harus disusutkan dengan
menerapkan metode penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa
guna usaha mencantumkan adanya pegalihan hak milik, atau adanya hak bagi
penyewa untuk membeli aktiva sewa guna usaha pada akhir masa sewa, maka
usia ekonomis aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar untuk menentukan
besarnya penyusutan. Jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak menyebutkan
dua kriteria tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan
masa sewa guna usaha sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.
Di dalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga
aktiva sewa guna usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran
sewa dipisahkan menjadi jumlah pembayaran hutang yang merupakan sewa
terendah, dan jumlah pembayaran beban bunga.
Berikut ini contoh pencatatan sewa guna usaha yang diperlakukan sebagai
capital lease pada pihak penyewa. PT Garuda menyewa peralatan dari PT Jaya.
Ketentuan sewa guna usaha, sebagai berikut:
• Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak bisa dibatalkan.
• Sewa tiap tahun Rp. 20.000.000,00, dibayar dimuka tiap tanggal 1 Januari.
Sewa tahun pertama jatuh pada tanggal 1 Januari 2007.
• Biaya pelaksanaan selama masa sewa (executory cost) dibayar oleh
penyewa.
• Tidak ada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan
hak bagi penyewa untuk membeli pada akhir masa sewa.
Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai
berikut:
Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00
8
• PT Garuda menyusutkan aktiva tetap dengan metode garis lurus.
Untuk menentukan nilai aktiva sewa guna usaha dari data di atas, harus
dihitung lebih dahulu nilai tunai terendah dengan menggunakan rumus
anuitas. Dari hasil perhitungan dapat diketahui faktor nilai tunai untuk
tingkat bunga 12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran di muka yaitu
4,03733. Dengan demikian nilai tunai sewa terendah dari data contoh di atas
adalah 4,03733 × Rp. 20.000.000,00= Rp. 80.746.600,00. Jumlah tersebut
lebih besar daripada 90%×Rp. 82.000.000,00 (harga pasar wajar aktiva
yang bersangkutan).
Hasil penghitungan di atas dijadikan dasar untuk memperlakukan
sewa Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini dicatat debet pada akun “Peralatan
Sewa – Capital Lease”. Selanjutnya setiap akhir periode disusutkan
(didepresiasi) dengan metode garis lurus.
Berdasarkan nilai tunai sewa terendah sebesar Rp. 80.746.600,00,
pembayaran sewa tiap tahun sebesar Rp. 20.000.000,00 dialokasikan
menjadi jumlah pembayaran sewa terendah, dan pembayaran beban bunga.
9
2) Jumlah yang dibayar 1 Januari 2008 sebesar Rp. 20.000.000,00, dialokasikan
menjadi:
Bunga untuk periode 1 Januari 2007 s/d 31 Desember 2007
1. Operating Leasing
3
Djoko Mulyono, Panduan Brevet Pajak, Akuntansi Pajak Dan Ketentuan Umum Perpajakan
(Yogyakarta : Cv Andi 2010 ).hlm : 61
10
diamortisasi selama masa sewa guna usaha.
Contoh:
11
5 x 24.000.000,00 + 5 x 20.000.000,00
22.000.000,00
10
Kelebihan yang diterima dari jumlah di atas, yaitu sebesar Rp.
2.000.000,00, dicatat kredit pada akun “Sewa Diterima di Muka”. Penerimaan
sewa untuk tahun kedua s/d tahun kelima dicatat dengan jurnal seperti pada
penerimaan sewa untuk tahun pertama.
c). Mencatat beban penyusutan gedung yang disewagunausahakan dan
Amortisasi biaya Langsung Pertama.
Tanggal Perkiraan dan Keterangan Ref Debit Kredit
2007
Desemb 31 Beban Penys. Gedung Disewakan 14.400.000
Akml. Penyst Gdng Disewakan 14.400.000
(penyst gedung = 360.000.000 : 25)
Jurnal yang terakhir di atas akan dibuat pada setiap akhir tahun sampai
dengan akhir tahun kesepuluh, sehingga pada akhir masa sewa akun “Biaya
Langsung Pertama Yang Ditangguhkan” tidak mempunyai saldo.
12
Sewa diterima dimuka 2.000.000
Pendapatan sewa 22.000.000
Catatan:
Untuk Januari 2012 s/d Januari 2016, dilakukan jurnal seperti di atas. Dengan
pos jurnal di atas, pada akhir masa sewa akun “Sewa Diterima di Muka” akan
menunjukkan saldo nol (tidak bersaldo).
13
Rp. 10.000.000,00, dimulai tanggal 31 Desember 2007.
3) Biaya pelaksanaan seperti biaya asuransi, pajak dan pemeliharaan
ditanggung oleh pihak penyewa.
Informasi lain sehubungan dengan sewa guna usaha tersebut di atas, sebagai
berikut:
b). Harga perolehan aktiva sewa guna usaha sama dengan harga pasarwajar.
c). PT BIMA memperhitungkan bunga implisit sebesar 12%.
1) Investasi bruto yang dicatat ke dalam akun Piutang Pembayaran Lease, yaitu
jumlah sewa terendah ditambah dengan nilai residu aktiva sewa guna usaha
pada akhir masa sewa. Dengan demikian, invetasi bruto sebesar: 5 × Rp.
10.000.000,00 + Rp. 0,00 = Rp. 50.000.000,00.
2) Pendapatan bunga yang ditangguhkan, yaitu selisih antara investasi bruto
dengan nilai buku aktiva sewa guna usaha. Karena belum ada akumulasi
penyusutan maka nilai buku aktiva sewa guna usaha adalah Rp.
40.373.000,00. Dengan demikian, pendapatan bunga yang ditangguhkan
adalah sebesar: Rp. 50.000.000,00 – Rp. 40.373.000,00 = Rp. 9.627.000,00
3) Amortisasi pendapatan bunga dihitung dengan metode bunga efektif, pada
tingkat bunga 12%, 5 kali pembayaran sewa tahunan masing-masing Rp.
10.000.000,00. Nilai tunai sewa terendah (present value) dihitung dengna
rumus anuitas di muka, diperoleh faktor nilai tunai sebesar 4,0373. Dengan
demikian, nilai tunai sewa terendah pada tanggal 31 Desember 2007 adalah:
4,0373 x Rp. 10.000.000,00 + Rp 0,00 = Rp. 40.373.000,00
Bunga efektif untuk tiap tahun dihitung sebagai berikut: Bunga untuk
tahun pertama:
12% x (Rp. 40.373.000,00 – Rp. 10.000.000,00) = Rp. 3.644.760,00
14
(bunga dihitung dari saldo pokok, sewa tahun
pertama diterima 31 Desember 2007)
Bunga untuk tahun kedua:
Pokok yang diterima pada sewa tahun kedua:
Rp. 10.000.000,00 – Rp. 3.644.760,00 = Rp. 6.355.240,00
Pokok yang diterima pada tahun pertama = Rp. 10.000.000,00
Selisih pada hasil perhitumgan bunga untuk tahun terakhir, terjadi karena
pembulatan jumlah
15
investasi neto.
Investasi neto dari lease pembiayaan langsung yang jatuh tempo tidak lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca, harus diinformasikan sebagai aktiva lancar.
Sementara investasi neto yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca, harus diinformasikan sebagai investasi jangka panjang. Sebagai contoh
di muka, sewa untuk tahun 2008 diterima pada tanggal 31 Desember 2007, dalam
buku besar akan menunjukkan data sebagai berikut:4
Saldo akun“Piutang Pembayaran Lease” =Rp.40.000.000,00
Saldo akun “Pendapatan bungan yang ditangguhkan” = Rp. 9.627.000,00
4
Queue Coffee 3 Oct 2015. Https:///Www.Academia.Edu/33158522/Makalah_Akuntansi
_Leasin_ Docx. 19 November 2021.
16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Leasing adalah suau bentuk kegiatan pembiayaan alat atau barang modal
atau hak opsi atautanpa hak opsi yang dimanfaatkan untu nasaba dalam kurun
waktu tertentu,yang mana pembayaran dilakukan secara cicil atau angsuran.
Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu pihak
penyewa guna usaha (lessee) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh
karena itu berikut ini dibahas mengenai akuntansi leasing pada pihak
penyewa dan pada pihak perusahaan sewa guna usaha.
Apabila suatu sewa guna usaha tidak memenuhi kriteria untuk
diperlakukan sebagai capital lease, maka sewa guna usaha diperlakukan
sebagai sewa menyewa biasa (operating lease).Kriteria yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah sewa guna usaha termasuk golongan capital lease
bagi pihak penyewa, atau sebagai finance lease bagi perusahaan sewa guna
usaha
17
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Mulyono 2010. Panduan Brevet Pajak, Akuntansi Pajak Dan Ketentuan Umum
Perpajakan .Yogyakarta : Cv Andi.
Novdin M.Sinanturi 2021. Memperlajari Ilmu Akuntansi Untuk Teknik . Jawa Tengah :
PT. Nasya Expanding Management.