Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI LEASE

Pengampu :
Nizarwati.M.Pd

Disusun Oleh :
Tiara Listari (1930203166)
Nadhrah Finni Yuniarti (1930203072)
Bunga Silvia Septa (1930203195)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah yang maha esa yang telah memberikan rahmat
serta karuniannya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya yang berudul “Akuntansi Lease”. Sebagi tugas kelompok dari Ibu
Nizarwati.M.Pd sebagai dosen pengampuh mata kuliah Manajemen Pembiayaan
Pendidikan.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman tentang bidang
yang terkandung dalam mata kuliah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jahu dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan banyak terimakasih kepda semua pihak yang
telah berperan serta dalam proses penyusunan makalah ini dari awal hingga hakir.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang,23 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..…………………………………………………... ii
DAFTAR ISI..…………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..…………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 2
C. Tujuan………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Akuntansi Lease………………………………….………………….. 3

B. Pencatatan transaksi leasing pada penyewa (lessee)………………… 3


1. Operating lease………………………………………………….. 3
2. Lease Modal (Capital Lease)…………………………………….. 7

C. Pencatatan transaksi leasing pada perusahaan sewa guna usaha…….. 10

1. Operating Leasing……………………………………………….. 10

2. Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung (Direct Financing 13


Lease)…………………………………………………………….
D. Penyajian lease pembiayaan langsung dalam neraca………………… 15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan sewa guna usaha (leasing) diperkenalkan untuk pertama kalinya
di Indonesia pada tahun 1974, dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama
Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Menteri Perindustrian No. Kep-
122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kpb/I/74, tanggal 7 Pebruari
1974, tentang “Perizinan Usaha Leasing”. Sejak saat itu dan khususnya sejak
tahun 1980 jumlah perusahaan sewa guna usaha dan transaksi sewa guna usaha
makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan
barang-barang modal dunia usaha.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan (joint venture) bersama
perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa
guna usaha sebagai alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan
para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang
lazim dilakukan melalui perbankan.
Sewa dalam akuntansi diatur dalam panduan standar akuntan keuangan (PSAK)
Nomor 30 berdasarkan PSAK tersebut sewa diklarifikasi menjadi dua yaitu :
1. Sewa pembiayaan, yaitu sewa yang mengalihkan secara subtansial seluruh
resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan suatu aset. Hak milik pada
hakirnya dapat dialihkan dapat juga tidak.
2. Sewa operasi, yaitu sewa selain sewa pembiayaan. Pada sewa operasi
perusahaan sewa membeli barang modal dan selanjudnya disewahkan kepada
penyewa guna usaha.1

1
Supriyadi, Praktikum Akuntansi Pajak ( Tanggerang :PT Andi 2019) hlm : 13

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan akuntansi lease ?
2. Bagaimanakah Pencatatan transaksi leasing pada penyewa?
3. Bagaimanakah Pencatatan transaksi leasing pada perusahaan sewa guna
usaha?
4. Bagaimanakah Penyajian lease pembiayaan langsung dalam neraca?

C.Tujuan
1. Untuk mengetahui akuntansi lease
2. Untuk mengetahui Pencatatan transaksi leasing pada penyewa
5. Untuk mengetahui Pencatatan transaksi leasing pada perusahaan sewa guna
usaha
6. Untuk mengetahui penyajian lease pembiayaan langsung dalam neraca

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Akuntansi lease

Lease adalah suatu perjanjian yang memberikan hak untuk menggunakan


harta, pabrik, atau alat-alat (tanah atau aktiva yang didepresiasi atau kedua-
duanya) yang umumnya mempunyai jangka waktu tertentu (FASB).Dengan
dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988,
tanggal 20 Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas.

Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu pihak
penyewa guna usaha (lessee) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh
karena itu berikut ini dibahas mengenai akuntansi leasing pada pihak penyewa
dan pada pihak perusahaan sewa guna usaha.

B. Pencatatan transaksi leasing pada penyewa (lessee)


1. Operating lease
Dalam hal sewa guna usaha diperlakukan sebagai operating lease,
transaksi leasing oleh pihak penyewa dicatat sebagai transaksi sewa-
menyewa biasa. Dengan demikian pembayaran sewa berkala dicatat debet
akun beban sewa, dan kredit akun kas. Apabila dalam perjanjian sewa guna
usaha ditetapkan pembayaran berkala dalam jumlah yang berbeda, beban
sewa untuk setiap periode dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
(Straight Line Method).
Contoh:
PT. Samudra menyewa peralatan pabrik dari PT. Sakura untuk masa sewa
5tahun dengan syarat sebagai berikut:
a) Sewa dibayar dimuka tiap tanggal 2 Januari. Untuk tahun pertama
jatuh pada tanggal 2 Januari 2007.
b) Jumlah sewa tahun pertama dan kedua, masing-masing sebesar Rp.
30.000.000,00. Sementara untuk tahun ketiga, keempat, dan kelima
masing- masing Rp. 20.000.000,00.

3
Dari data contoh diatas, jumlah sewa untuk masa 5 tahun adalah (2
×Rp. 30.000.000,00) + (3 × Rp. 20.000.000,00) = Rp. 120.000.000,00.
Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah sewa tiap tahun adalah
Rp. 120.000.000,00 : 5 = Rp. 24.000.000,00.
Pembayaran sewa untuk tahun 2007 (tahun pertama) sebesar Rp.
30.000.000,00, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2007
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Sewa dibayar dimuka 6.000.000
Kas 30.000.000

Pembayaran sewa untuk tahun 2008 (tahun kedua) sebesar Rp.


30.000.000,00, dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2008
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Sewa dibayar dimuka 6.000.000
Kas 30.000.000

Pembayaran sewa untuk tahun 2009 (tahun ketiga) sebesar Rp.


20.000.000,00, dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit


Keterangan
2009

4
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Sewa dibayar dimuka 4.000.000
Kas 20.000.000

Demikian pula untuk pembayaran sewa tahun keempat dan kelima, dicatat
dengan jurnal seperti pada pembayaran sewa tahun ketiga di atas, sehingga
akun “Sewa Dibayar Dimuka” selama masa sewa guna usaha (secara
keseluruhan) akan tampak seperti dibawah ini:

Sewa Dibayar Di muka

Jan 2, 2007 ..................Rp. 6.000.000,00 Jan 2, 2009… .............. Rp. 4.000.000,00


Jan 2, 2008 ..................Rp. 6.000.000,00 Jan 2, 2010 .................. Rp. 4.000.000,00
Jan 2, 2011 .................. Rp. 4.000.000,00
Dengan catatan seperti di atas, pada akhir masa sewa guna usaha, akun
“Sewa Dibayar di Muka” tidak mempunyai saldo. Adanya kalanya sewa pada
tahun-tahun pertama lebih kecil daripada sewa tahun-tahun berakhir.Misalnya dari
data pada contoh di muka, sewa pada tahun pertama, kedua, dan ketiga masing-
masing sebesar Rp. 20.000.000,00. Sementara sewa untuk tahun keempat dan
kelima masing-masing Rp. 30.000.000,00. Dalam hal ini demikian, pembayaran
sewa untuk tahun pertama, kedua, dan ketiga, masing-masing dicatat dengan jurnal
sebagai berikut:
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2007
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Utang Sewa 4.000.000
Kas 20.000.000

Catatan:

5
Untuk tahun 2008 dan 2009, dilakukan dengan jurnal seperti di atas.
Pembayaran sewa untuk tahun keempat, dan kelima masing-masing dicatat
dengan jurnal sebagai berikut:

Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit


Keterangan
2010
Januari 02 Beban Sewa 24.000.000
Utang Sewa 6.000.000
Kas 30.000.000
Catatan:

Untuk tahun 2011, dilakukan dengan jurnal seperti di atas.


Dalam hal jatuh tempo pembayaran sewa pada saat periode akuntansi sedang
berjalan, misalnya dari data contoh dimuka, pembayaran sewa unutk tahun 2007
jatuh pada tanggal 1 April 2007. Dalam hal demikian pada akhir periode harus
dibuat penyesuaian. Jurnal penyesuaian yang dibuat 31 Desember 2007, sebagai
berikut:

Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit


Keterangan
2007
April 01 Beban sewa 24.000.000
Sewa dibayar dimuka 6.000.000
Kas 30.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2007, pada waktu tutup buku, ternyata beban
sewa untuk bulan Januari, Februari, dan Maret 2008, telah terbayar pada tanggal
1 April 2007. Oleh karena itu pada tanggal 31 Desember 2007 (waktu tutup
buku), ), dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:

6
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2007
Desember 31 Sewa dibayar dimuka 6.000.000
Beban sewa 6.000.000
(mencatat sewa bln Januari, Februari,
Maret 2008 yg telah dibayar 2007)

Sehubungan dengan jurnal penyesiuaian diatas, pada awal tahun 2008,


dibuat jurnal pembalik sebagai berikut:
Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2008
Januari 02 Beban Sewa 6.000.000
Sewa dibayar dimuka 6.000.000

2. Lease Modal (Capital Lease)


Metode capital lease adalah sewa menyewah aset SGU dimana pihak menyewah
(leassee) memiliki opsi(hak pilih) untuk memiliki aset yang dileasekan setelah
selesai kontrak lease. 2Apabila suatu sewa guna usaha memenuhi kriteria untuk di
perlakukan sebagai capital lease, transaksi leasing dicatat oleh pihak penyewa sebagai
suatu transaksi pembelian aktiva tetap dengan syarat kredit jangka panjang. Dengan
demikian dicatat debet pada akun “Aktiva Sewa Guna Usaha” dan kredit akun “Utang”.
Aktiva sewa guna usaha dinilai berdasarkan harga terendah antara harga pasar wajar,
dengan jumlah sewa terendah yang dibayar selama masa sewa guna usaha, ditambah
dengan harga beli atau nilai residu aktiva yang bersangkutan pada akhir masa sewa yang

2
Novdin M.Sinanturi, Memperlajari Ilmu Akuntansi Untuk Teknik (Jawa Tengah : PT. Nasya
Expanding Management,2021 ) hlm : 49

7
telah disepakati bersama.

Aktiva sewa guna usaha oleh pihak penyewa harus disusutkan dengan
menerapkan metode penyusutan yang biasa digunakan. Apabila kontrak sewa
guna usaha mencantumkan adanya pegalihan hak milik, atau adanya hak bagi
penyewa untuk membeli aktiva sewa guna usaha pada akhir masa sewa, maka
usia ekonomis aktiva yang bersangkutan dijadikan dasar untuk menentukan
besarnya penyusutan. Jika dalam kontrak sewa guna usaha tidak menyebutkan
dua kriteria tersebut diatas, untuk menentukan jumlah penyusutan digunakan
masa sewa guna usaha sebagai usia penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan.
Di dalam jumlah sewa yang dibayar secara berkala, mengandung unsur harga
aktiva sewa guna usaha dan beban bunga. Oleh karena itu setiap pembayaran
sewa dipisahkan menjadi jumlah pembayaran hutang yang merupakan sewa
terendah, dan jumlah pembayaran beban bunga.

Berikut ini contoh pencatatan sewa guna usaha yang diperlakukan sebagai
capital lease pada pihak penyewa. PT Garuda menyewa peralatan dari PT Jaya.
Ketentuan sewa guna usaha, sebagai berikut:
• Masa sewa guna usaha selama 5 tahun, dengan syarat tidak bisa dibatalkan.
• Sewa tiap tahun Rp. 20.000.000,00, dibayar dimuka tiap tanggal 1 Januari.
Sewa tahun pertama jatuh pada tanggal 1 Januari 2007.
• Biaya pelaksanaan selama masa sewa (executory cost) dibayar oleh
penyewa.
• Tidak ada ketentuan yang menyebutkan adanya pengalihan hak milik dan
hak bagi penyewa untuk membeli pada akhir masa sewa.
Data lain sehubungan dengan transaksi leasing di atas adalah sebagai
berikut:
Harga pasar wajar peralatan yang disewa sebesar Rp. 82.000.000,00

• Umur ekonomis peralatan yang bersangkutan selama 5 tahun

• PT Jaya memperhitungkan bunga 12% setahun.

8
• PT Garuda menyusutkan aktiva tetap dengan metode garis lurus.

Untuk menentukan nilai aktiva sewa guna usaha dari data di atas, harus
dihitung lebih dahulu nilai tunai terendah dengan menggunakan rumus
anuitas. Dari hasil perhitungan dapat diketahui faktor nilai tunai untuk
tingkat bunga 12%, masa sewa 5 tahun dengan pembayaran di muka yaitu
4,03733. Dengan demikian nilai tunai sewa terendah dari data contoh di atas
adalah 4,03733 × Rp. 20.000.000,00= Rp. 80.746.600,00. Jumlah tersebut
lebih besar daripada 90%×Rp. 82.000.000,00 (harga pasar wajar aktiva
yang bersangkutan).
Hasil penghitungan di atas dijadikan dasar untuk memperlakukan
sewa Rp. 80.746.600,00. Jumlah ini dicatat debet pada akun “Peralatan
Sewa – Capital Lease”. Selanjutnya setiap akhir periode disusutkan
(didepresiasi) dengan metode garis lurus.
Berdasarkan nilai tunai sewa terendah sebesar Rp. 80.746.600,00,
pembayaran sewa tiap tahun sebesar Rp. 20.000.000,00 dialokasikan
menjadi jumlah pembayaran sewa terendah, dan pembayaran beban bunga.

Tabel Pembayaran Sewa


Untuk Lease 5 Tahun, Pembayaran Tahunan Rp. 20.000.000,00 (Tidak
Termasuk Biaya Pelaksanaan), Bunga 12%
Jumlah yang
Tanggal Pokok Bunga Saldo Pokok
Dibayar
Pembayaran (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
- - - - 80.746.600,00
1 Januari 2007 20.000.000,00 20.000.000,00 - 60.746.600,00
1 Januari 2008 20.000.000,00 12.710.408,00 7.289.592,00 48.036.192,00
1 Januari 2009 20.000.000,00 14,235.657,00 5.764.343,00 33.800.535,00
1 Januari 2010 20.000.000,00 15.943.936,00 4.056.064,00 17.856.599,00
1 Januari 2011 20.000.000,00 17.856.599,00 2.143.401,00 -
Total 100.000.000,00 80.746.600,00 19.253.400,00 -
Keterangan tabel:
1) Sewa tahun pertama (2007) tidak mengandung unsur bunga, karena sewa
dibayar dimuka.

9
2) Jumlah yang dibayar 1 Januari 2008 sebesar Rp. 20.000.000,00, dialokasikan
menjadi:
Bunga untuk periode 1 Januari 2007 s/d 31 Desember 2007

12% x (Rp. 80.746.600,00 – Rp. 20.000.000,00 = Rp.7.289.592,00


Sewa terendah untuk tahun 2008 (pokok)
Rp. 20.000.000,00 – Rp. 7.289.592,00 = Rp. 12.710.408,00
Jumlah = Rp. 20.000.000,00

3) Pembayaran untuk tahun-tahun berikutnya, dilakukan dengan perhitungan


seperti cara di atas. Bunga dihitung dari saldo pokok. Selisih yang terjadi
pada perhitungan bunga pembayaran terakhir, timbul karena pembulatan.

C. Pencatatan transaksi leasing pada perusahaan sewa guna usaha

1. Operating Leasing

Seperi disebutkan di muka, apabila suatu sewa guna usaha tidak


memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Sewa Guna Usaha
Pembelanjaan (Finance Lease), transaksi leasing 3oleh perusahaan sewa guna
usaha (Lessor) dicatat sebagai transaksi sewa menyewa biasa (Operating
Lease). Oleh karena itu aktiva yang disewagunausahakan dicatat sebagai harta
dan diinformasikan dalam neraca sebagai aktiva yang disewagunausahakan.
Jumlah sewa yang diterima secara berkala dicatat sebagai pendapatan
sewa. Apabila sewa ditentukan dalam jumlah yang berbeda untuk setiap
periode, pendapatan sewa dicatat menurut pola garis lurus. Biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh Lessor yang berhubungan langsung dengan penyelesaian
transaksi sewa guna usaha seperti komisi, biaya layanan hukum, biaya
penyiapan dan pengolahan dokumen sewa guna usaha, dicatat debet pada akun
“Biaya Langsung Pertama Yang Ditangguhkan”. Biaya tersebut selanjutnya,

3
Djoko Mulyono, Panduan Brevet Pajak, Akuntansi Pajak Dan Ketentuan Umum Perpajakan
(Yogyakarta : Cv Andi 2010 ).hlm : 61

10
diamortisasi selama masa sewa guna usaha.
Contoh:

Pada 1 Januari 2007 PT DAHA menyewakan sebuah gedung untuk masa


10 tahun. Pembayaran sewa tiap tanggal 1 Januari dengan ketentuan 5 tahun
pertama masin-masing Rp. 24.000.000,00 dan 5 tahun terakhir masing-masing
sebesar Rp. 20.000.000,00. Sewa dibayar dimuka dan dimulai pada tanggal 1
Januari 2007. Biaya komisi, biaya layanan hokum, dan biaya langsung
lainnya sebesar Rp. 10.000.000,00, dibayar PT DAHA. Harga Perolehan
gedung Rp. 360.000.000,00, umur ekonomis 25 tahun tanpa nilai residu.
Gedung yang bersangkutan disusutkan dengan metode garis lurus. Biaya
langsung pertama diamortisasi selama 10 tahun.Masa sewa yang kurang dari
75% dari taksiran umur ekonomis aktiva sewa guna usaha, pada contoh di atas
tidak memenuhi kriteria untuk diperlakukan sebagai Finance Lease. Oleh
karena itu jurnal yang dibuat PT DAHA untuk mencatat transaksi leasing di
atas.
a) Mencatat biaya langsung pertama untuk gedung yang disewagunausahakan:
Tanggal Perkiraan dan Keterangan Ref Debit Kredit
2007
Januari 01 Biaya Langs. Pertama Yang 10.000.000
Ditangguhkan
Kas 10.000.000

b) Mencatat penerimaan sewa untuk tahun pertama (2007)


Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit
Keterangan
2007
Januari 01 Kas 24.000.000
Sewa diterima dimuka 2.000.000
Pendapatan sewa 22.000.000
Pendapatan sewa dicatat menurut metode garis lurus, sehingga pendapatan
sewa tiap bulan dihitung sebagai berikut:

11
5 x 24.000.000,00 + 5 x 20.000.000,00
22.000.000,00
10
Kelebihan yang diterima dari jumlah di atas, yaitu sebesar Rp.
2.000.000,00, dicatat kredit pada akun “Sewa Diterima di Muka”. Penerimaan
sewa untuk tahun kedua s/d tahun kelima dicatat dengan jurnal seperti pada
penerimaan sewa untuk tahun pertama.
c). Mencatat beban penyusutan gedung yang disewagunausahakan dan
Amortisasi biaya Langsung Pertama.
Tanggal Perkiraan dan Keterangan Ref Debit Kredit
2007
Desemb 31 Beban Penys. Gedung Disewakan 14.400.000
Akml. Penyst Gdng Disewakan 14.400.000
(penyst gedung = 360.000.000 : 25)

Tanggal Perkiraan dan Keterangan Rf Debit Kredit


2007
Desemb 31 Beban Amrt biaya Langs. Pertama 1.000.000
Biaya Langs. Pertama Ditangguhkan 1.000.000
(amort biaya langs pertama: 10 juta : 10)

Jurnal yang terakhir di atas akan dibuat pada setiap akhir tahun sampai
dengan akhir tahun kesepuluh, sehingga pada akhir masa sewa akun “Biaya
Langsung Pertama Yang Ditangguhkan” tidak mempunyai saldo.

d) Mencatat penerimaan sewa untuk tahun keenam s/d tahun kesepuluh


Penerimaan sewa untuk tahun keenam s/d tahun kesepuluh, masing-masing
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Tanggal Perkiraan dan Ref Debit Kredit


Keterangan
2012
Januari 01 Kas 20.000.000

12
Sewa diterima dimuka 2.000.000
Pendapatan sewa 22.000.000
Catatan:
Untuk Januari 2012 s/d Januari 2016, dilakukan jurnal seperti di atas. Dengan
pos jurnal di atas, pada akhir masa sewa akun “Sewa Diterima di Muka” akan
menunjukkan saldo nol (tidak bersaldo).

2. Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung (Direct Financing Lease)

Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung adalah apabila perusahaan sewa


guna usaha (Lessor) menyediakan atau membeli lebih dahulu aktiva sewa guna
usaha yang dipesan oleh penyewa (Lessee). Sewa guna usaha yang diperlakukan
sebagai Sewa Guna Usaha Pembiayaan Langsung, dalam neraca pihak lessor
diinformasikan sebagai “Piutang Pembayaran Lease”, sebesar jumlah
pembayaran sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin. Nilai residu
tidak terjamin adalah nilai sisa aktiva yang disewakan pada akhir masa sewa,
dengan tidak ada persetujuan yang menimbulkan hak bagi penyewa untuk
membeli nilai sisa aktiva yang bersangkutan.
Jumlah pembayaran sewa terendah ditambah nilai residu tidak terjamin
yang dicatat sebagai Piutang Pembayaran Lease, merupakan investasi bruto.
Selisih antara investasi bruto dengan nilai buku (Harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan) aktiva yang disewakan, dicatat sebagai Pendapatan
Bunga yang Ditangguhkan yang selanjutnya diamortisasi selama masa sewa
menurut metode bunga efektif.
Contoh:
PT BIMA pada tanggal 25 Desember 2007 membeli peralatan pabrik untuk
disewagunausahakan kepada PT PANDAWA. Harga perolehan termasuk biaya
langsung pertama berjumlah Rp. 40.373.000,00. Umur ekonomis ditaksir 5
tahun, tanpa nilai residu. Ketentuan sewa guna usaha antara lain sebagai berikut:
1) Masa sewa selama 5 tahun, dengan syarat tidaki dapat dibatalkan.
2) Sewa dibayar tiap tanggal 31 Desember, masing-masing sebesar

13
Rp. 10.000.000,00, dimulai tanggal 31 Desember 2007.
3) Biaya pelaksanaan seperti biaya asuransi, pajak dan pemeliharaan
ditanggung oleh pihak penyewa.

Informasi lain sehubungan dengan sewa guna usaha tersebut di atas, sebagai
berikut:

a). Tidak ada ketentuan mengenai perpanjangan masa sewa.

b). Harga perolehan aktiva sewa guna usaha sama dengan harga pasarwajar.
c). PT BIMA memperhitungkan bunga implisit sebesar 12%.

Berdasarkan data diatas dapat dihitung:

1) Investasi bruto yang dicatat ke dalam akun Piutang Pembayaran Lease, yaitu
jumlah sewa terendah ditambah dengan nilai residu aktiva sewa guna usaha
pada akhir masa sewa. Dengan demikian, invetasi bruto sebesar: 5 × Rp.
10.000.000,00 + Rp. 0,00 = Rp. 50.000.000,00.
2) Pendapatan bunga yang ditangguhkan, yaitu selisih antara investasi bruto
dengan nilai buku aktiva sewa guna usaha. Karena belum ada akumulasi
penyusutan maka nilai buku aktiva sewa guna usaha adalah Rp.
40.373.000,00. Dengan demikian, pendapatan bunga yang ditangguhkan
adalah sebesar: Rp. 50.000.000,00 – Rp. 40.373.000,00 = Rp. 9.627.000,00
3) Amortisasi pendapatan bunga dihitung dengan metode bunga efektif, pada
tingkat bunga 12%, 5 kali pembayaran sewa tahunan masing-masing Rp.
10.000.000,00. Nilai tunai sewa terendah (present value) dihitung dengna
rumus anuitas di muka, diperoleh faktor nilai tunai sebesar 4,0373. Dengan
demikian, nilai tunai sewa terendah pada tanggal 31 Desember 2007 adalah:
4,0373 x Rp. 10.000.000,00 + Rp 0,00 = Rp. 40.373.000,00

Bunga efektif untuk tiap tahun dihitung sebagai berikut: Bunga untuk
tahun pertama:
12% x (Rp. 40.373.000,00 – Rp. 10.000.000,00) = Rp. 3.644.760,00

14
(bunga dihitung dari saldo pokok, sewa tahun
pertama diterima 31 Desember 2007)
Bunga untuk tahun kedua:
Pokok yang diterima pada sewa tahun kedua:
Rp. 10.000.000,00 – Rp. 3.644.760,00 = Rp. 6.355.240,00
Pokok yang diterima pada tahun pertama = Rp. 10.000.000,00

Jumlah = Rp. 16.355.240,00

Bunga efektif untuk tahun kedua:


12% x (Rp. 40.373.000,00 – Rp. 16.355.240,00) = Rp. 2.882.131,00
Bunga efektif untuk tahun-tahun berikutnya dihitung dari saldo pokok pada tahun
yang bersangkutan. Bunga efektif yang diterima tiap tahun tampak seperti dalam
tabel dibawah ini :
Jumlah Yang
Tanggal Pokok Bunga Saldo Pokok
Dibayar
Pembayaran (Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
- 40.373.000,00 - - -
31 Desemb 2007 30.373.000,00 10.000.000,00 - 10.000.000,00
31 Desemb 2008 24.017.760,00 6.355.240,00 3.644.760,00 10.000.000,00
31 Desemb 2009 16.899.891,00 7.117.869,00 2.882.131,00 10.000.000,00
31 Desemb 2010 8.927.878,00 7.972.013,00 2.027.987,00 10.000.000,00
31 Desemb 2011 - 8.927.878,00 1.072.122,00 10.000.000,00
Total - 40.373.000,00 9.627.000,00 50.000.000,00

Selisih pada hasil perhitumgan bunga untuk tahun terakhir, terjadi karena
pembulatan jumlah

D. Penyajian lease pembiayaan langsung dalam neraca


Lease pembiayaan langsung dalam buku besar dicatat sebagai “Piutang
Pembayaran Lease”. Sementara bunga efektif yang terkandung didalam sewa
terendah dicatat kredit pada akun “Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan”.
Selisih antara saldo akun “Piutang Pembayaran Lease” (ivestasi bruto) dan saldo
akun “Pendapatan Bunga yang Ditangguhkan” adalah sebagai investasi neto.
Dengan demikian, nilai lease pembiayaan langsung dalam neraca adalah sebesar

15
investasi neto.
Investasi neto dari lease pembiayaan langsung yang jatuh tempo tidak lebih
dari satu tahun sejak tanggal neraca, harus diinformasikan sebagai aktiva lancar.
Sementara investasi neto yang jatuh tempo lebih dari satu tahun sejak tanggal
neraca, harus diinformasikan sebagai investasi jangka panjang. Sebagai contoh
di muka, sewa untuk tahun 2008 diterima pada tanggal 31 Desember 2007, dalam
buku besar akan menunjukkan data sebagai berikut:4
Saldo akun“Piutang Pembayaran Lease” =Rp.40.000.000,00
Saldo akun “Pendapatan bungan yang ditangguhkan” = Rp. 9.627.000,00

Dengan demikian, investasi netoper 31Desember2007 =Rp.30.373.000,00


Dari jumlah diatas, akan diterima (jatuh tempo) pada tanggal 31 Desember
2008 sebesar Rp. 6.355.240.00. Jumlah tersebut dalam neraca 31 Desember 2007
diinformasikan dalam kelompok aktiva lancar. Selebihnya sebesar Rp.
24.017.760,00 (lihat tabel), diinformasikan dalam kelompok investasi jangka
panjang.

4
Queue Coffee 3 Oct 2015. Https:///Www.Academia.Edu/33158522/Makalah_Akuntansi
_Leasin_ Docx. 19 November 2021.

16
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Leasing adalah suau bentuk kegiatan pembiayaan alat atau barang modal
atau hak opsi atautanpa hak opsi yang dimanfaatkan untu nasaba dalam kurun
waktu tertentu,yang mana pembayaran dilakukan secara cicil atau angsuran.
Ada dua pihak yang terkait langsung dalam transaksi leasing yaitu pihak
penyewa guna usaha (lessee) dan perusahaan sewa guna usaha (lessor). Oleh
karena itu berikut ini dibahas mengenai akuntansi leasing pada pihak
penyewa dan pada pihak perusahaan sewa guna usaha.
Apabila suatu sewa guna usaha tidak memenuhi kriteria untuk
diperlakukan sebagai capital lease, maka sewa guna usaha diperlakukan
sebagai sewa menyewa biasa (operating lease).Kriteria yang dapat digunakan
untuk menentukan apakah sewa guna usaha termasuk golongan capital lease
bagi pihak penyewa, atau sebagai finance lease bagi perusahaan sewa guna
usaha

17
DAFTAR PUSTAKA

Djoko Mulyono 2010. Panduan Brevet Pajak, Akuntansi Pajak Dan Ketentuan Umum
Perpajakan .Yogyakarta : Cv Andi.

Novdin M.Sinanturi 2021. Memperlajari Ilmu Akuntansi Untuk Teknik . Jawa Tengah :
PT. Nasya Expanding Management.

Queue Cooffe 3 oct.2015.Https:///Www.Academia.Edu/33158522/Makalah_Akuntansi


_Leasin_ Docx. 19 November 2021.

Supriyadi 2019. Praktikum Akuntansi Pajak .Tanggerang :PT Andi

Anda mungkin juga menyukai