Antonius Sumarwan, SJ
Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.
Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya,
demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya.
(Yohanes 5:17,21)
Tujuan:
1. Peserta menyadari kembali tujuan hidup dan peran mereka.
2. Peserta memahami dan dapat menerapkan dinamika Latihan Rohani dalam rutinitas kerja
harian.
3. Peserta memahami dan dapat melakukan percakapan rohani dalam lingkungan kerja dan
melakukan pengambilan keputusan bersama.
4. Peserta memahami dan dapat melakukan pembedaan roh dalam kehidupan mereka sehari-
hari.
Pengantar menuliskan rumusan misi pribadi dan kualitas peran yang ingin
dicapai
11.30 – 12.00 Menjalani aktivitas kerja dengan kerangka Latihan Rohani (Bacaan 2)
a. Persiapan
b. Pelaksanaan: 5 Langkah Doa Ignasian
c. Refleksi – Examen Kesadaran
Usulan Aktivitas selama sebulan
a. memperdetail Asas dan Dasar dengan menuliskan rumusan misi pribadi
yang sudah dijiwai semangat Asas dan Dasar dan kualitas peran ingin
dicapai
b. membaca atau menonton penjelasan tentang pembedaan roh
Pembedaan Roh I : https://www.youtube.com/watch?
v=E2TT6LR_UJw&t=261s
Pembedaan Roh II:
https://www.youtube.com/watch?v=_X850UaYE-g
1
aktivitas kerja.
Acara akan mulai pk 09.30, namun akan siap di Zoom pada pukul 09.00.
Tidak ada briefing khusus untuk fasilitator, namun kalau ingin menanyakan
sesuatu, silakan masuk Zoom lebih awal. Lalu kalau ada usulan tentang acara
besok, silakan disampaikan juga.
Jadwal Baru
Rekan Kerja
Sahabat
Anggota
Gereja
Anggota
Masyarakat
Langkah Lanjutan
3
Tentukan apa yang harus diubah dalam hidup Anda untuk menciptakan hasil yang disampaikan
dalam eulogi tadi. Syukurlah Anda belum meninggal. Anda masih dapat mengubah hasilnya.
Anda dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mulai membentuk eulogi ini—
dan hasil dari hidup Anda—sekarang. Apakah Anda perlu melakukan menelpon seseorang,
memperbaiki hubungan dengan seseorang, atau lebih memberikan perhatian kepada orang yang
Anda cintai? Apa pun yang diperlu dilakukan, bukankah semua itu sepadan dengan hasil yang
hendak dicapai?
Gunakan latihan ini sebagai motivasi untuk membuat rencana tertulis. Sebuah “rencana hidup”
mungkin terdengar menakutkan, tapi tidak. Bahkan, saya yakin Anda akan menganggapnya
sebagai salah satu pengalaman paling menginspirasi dalam hidup Anda. Latihan ini bertujuan
untuk memotivasi Anda untuk menjalani hidup Anda dengan sengaja, dengan tujuan. Rencana
hidup akan membantu Anda melakukannya.
Rencana hidup akan lebih mudah dibuat kalau Anda memulainya dengan bertolak dari peran
Anda, merumuskan kualitas pelaksanaan itu, dan kemudian apa yang mesti Anda lakukan untuk
mencapai kualitas tersebut.
4
Aktivitas 2 Memperkaya Tujuan Hidup dengan Asas dan
Dasar Latihan Rohani
Alternatif 1 Asas dan Dasar: Mendengarkan Sapaan Allah
Persiapan Aku mengambil posisi santai dengan punggung tegak, tubuhku dalam posisi
siap untuk berdoa. Aku menyadari bagaimana Tuhan memandang aku dan
menantikan aku agar mengarahkan hati kepada-Nya. Aku arahkan hatiku
kepada Tuhan, membuat gerakan menghormati dan merendahkan diri.
Aku membaca teks Asas dan Dasar 1.
Doa Aku mohon rahmat agar seluruh diriku terarah kepada Tuhan dan agar segala
Pembuka yang kulakukan demi pujian dan pengabdian kepada-Nya semata.
Dambaan Aku mohon rahmat keterbukaan hati untuk mendengarkan sapaan cinta Allah
dan kesiapan penuh syukur serta sukacita untuk menanggapi sapaan-Nya.
Pokok Doa Aku merenungkan sapaan Allah kepadaku lewat teks Asas dan Dasar 1.
Kuresapi setiap kalimat dengan tenang tanpa tergesa. Kunikmati setiap kata dan
kurasakan cinta Tuhan yang hangat dan lembut. Aku tetap diam dalam kata dan
kalimat yang kurenungkan selama masih menemukan arti, cita rasa dan
penghiburan. Aku sekadar mendengarkan, merasakan, menikmati sapaan
Tuhan.
Aku menanggapi sapaan Tuhan, mengungkapkan apa yang kupikirkan dan
kurasakan, menyampaikan seperti saat aku bercerita kepada seorang sahabat
atau kepada kekasih. Aku sediakan waktu jeda untuk menyadari dan merasakan
tanggapan Tuhan terhadap apa yang kuungkapkan.
Percakapa Aku mengakhiri doaku dengan percakapan singkat dengan Tuhan, berbicara
n kepada-Nya seperti kepada seorang sahabat atau kekasih, tentang apa yang baru
saja kualami, kerinduanku dan keinginanku.
Aku mengakhiri percakapan dengan mendaraskan Bapa Kami.
PETUNJUK
Latihan ini dan hari berikutnya mempergunakan gubahan atas teks “Asas dan Dasar” (Latihan
Rohani, no. 23). Teks Asas dan Dasar 1 menggunakan kata-kata Allah yang menyapa aku,
sementara teks Asas dan Dasar 2 (lihat teks doa hari Selasa) merupakan tanggapanku terhadap
sapaan Allah. Pada hari ini aku merenungkan teks Asas dan Dasar 1.
Teks doa bukan dimaksudkan untuk dibaca dengan cepat, namun semata-mata sebagai
bantuan untuk mendengarkan sapaan Allah dan menanggapi sapaan-Nya. Saat merenung, ketika
aku menemukan kata-kata yang berbeda, baik itu aku dengar sebagai sapaan Allah atau
ungkapan hatiku kepada Allah, aku akan mengikuti saja. Juga ketika aku sekadar ingin berhenti,
diam dalam Tuhan, aku ikuti saja dorongan ini. Aku tidak akan tergesa.
5
Semakin dalam aku merasakan kehadiran Tuhan dan semakin akrab percakapanku dengan-
Nya, berarti Tuhan semakin melimpahkan rahmat yang aku mohon.
TEKS DOA
6
Asas dan Dasar 2 1
Demikian Tuhan menyapa engkau:
[Namamu],
Tujuan hidupmu adalah hidup bersama Daku untuk selama-lamanya.
Aku memberi engkau hidup karena Aku mencintamu.
Tanggapanmu atas cinta itu membuat hidup-Ku mengalir kepadamu tanpa batas.
1
Gubahan oleh Sr K Douyle ini terinspirasi dari Asas dan dasar dalam Latihan Rohani St Ignasius Loyola; dikutip
dari Ryan, Four Steps, oleh Michael Hansen, SJ.
7
Alternatif 2 Asas dan Dasar: Menanggapi Sapaan Allah
Persiapan Aku mengambil posisi santai dengan punggung tegak, tubuhku dalam posisi
siap untuk berdoa. Aku menyadari bagaimana Tuhan memandang aku dan
menantikan aku agar mengarahkan hati kepada-Nya. Aku arahkan hatiku
kepada Tuhan, membuat gerakan menghormati dan merendahkan diri.
Aku membaca teks Asas dan Dasar.
Doa Aku mohon rahmat agar seluruh diriku terarah kepada Tuhan dan agar segala
Pembuka yang kulakukan demi pujian dan pengabdian kepada-Nya semata.
Dambaan Aku mohon rahmat keterbukaan hati untuk mendengarkan sapaan cinta Allah
dan kesiapan penuh syukur serta sukacita untuk menanggapi sapaan-Nya.
Pokok Doa Aku merenungkan sapaan Allah kepadaku lewat teks Asas dan Dasar 1.
Kuresapi setiap kalimat dengan tenang tanpa tergesa. Kunikmati setiap kata
dan kurasakan cinta Tuhan yang hangat dan lembut. Aku tetap diam dalam
kata dan kalimat yang kurenungkan selama masih menemukan arti, cita rasa
dan penghiburan. Aku sekadar mendengarkan, merasakan, menikmati sapaan
Tuhan.
Aku menanggapi sapaan Tuhan menggunkan teks Asas dan Dasar 2. Kuresapi
setiap kalimat dengan tenang tanpa tergesa. Kuresapi setiap kata dan
kurasakan apa yang ingin kuungkapkan kepada Tuhan.
Aku tetap diam dalam kata dan kalimat yang kurenungkan selama masih
menemukan arti, cita rasa dan penghiburan.
Aku sediakan waktu jeda untuk menyadari dan merasakan tanggapan Tuhan
terhadap apa yang kuungkapkan.
Percakapan Aku mengakhiri doaku dengan percakapan singkat dengan Tuhan, berbicara
kepada-Nya seperti kepada seorang sahabat, tentang apa yang baru saja
kualami, kerinduanku dan keinginanku.
Aku mengakhiri percakapan dengan mendaraskan Bapa Kami.
PETUNJUK
Hari ini aku melanjutkan permenungan atas Asas dan Dasar (Latihan Rohani, no 23). Setelah
kemarin aku memberikan perhatian pada bagiamana Allah menyapaku (teks Asas dan Dasar 1),
pada hari ini aku memusatkan perhatian pada teks Asas dan Dasar 2 yang merupakan ungkapan
tanggapanmu terhadap sapaan Allah.
Teks doa bukan dimaksudkan untuk dibaca dengan cepat, namun semata-mata sebagai
bantuan untuk mendengarkan sapaan Allah dan menanggapi sapaan-Nya. Saat merenung, ketika
aku menemukan kata-kata yang berbeda, baik itu aku dengar sebagai sapaan Allah atau
ungkapan hatiku kepada Allah, aku akan mengikuti saja. Juga ketika aku sekadar ingin berhenti,
diam dalam Tuhan, aku ikuti saja dorongan ini. Aku tidak akan tergesa.
8
Semakin dalam aku merasakan kehadiran Tuhan dan semakin akrab percakapanku dengan-
Nya, berarti Tuhan semakin melimpahkan rahmat yang aku mohon.
TEKS DOA
Asas dan Dasar 3 2
Ya Tuhan Allahku,
mana kala cinta-Mu tercurah atas segala ciptaan, Engkau teringat akan daku.
Aku ada karena cinta, bagian dari cinta dan untuk mencinta. Biarlah hatiku,
Tuhan, selalu mengenali, bersukacita dan menikmati kebaikan-Mu dalam segala ciptaan.
Bimbinglah aku agar menggunakan semua itu untuk memuliakan Dikau. Ajarilah aku untuk
menaruh hormat kepada setiap pribadi dan segala sesuatu. Semangati aku dalam mengabdi-Mu.
Tuhan Allah, semoga tak sesuatu pun menjauhkan aku dari cinta-Mu, baik itu kesehatan maupun
penyakit, kekayaan maupun kemiskinan, umur panjang maupun umur pendek.
Semoga yang aku cari dan yang kupilih hanyalah yang menjadi kehendak dan kenginan-Mu.
Amin.
2
Digubah oleh JS Bergan dan M Schwab CSJ; dikutip dari karya Michael Hansen, SJ.
9
Bacaan 1
Suatu Visi Hidup, Karya, dan Cinta3
Dalam Latihan Rohani, Ignasius Loyola menunjukkan kepada kita sebuah visi dalam tiga
latihan yang saling berkaitan: Asas dan Dasar, Panggilan Raja, dan Kontemplasi akan Cinta
Allah. Visinya nampak pada bagaimana cara kita memandang dunia, bagaimana kita melihat
hidup kita, dan bagaimana kita bertumbuh dalam relasi dengan Allah. Kita mulai dengan visi
ini.
Sering dikatakan “Aku akan percaya bila aku melihat.” Tetapi, Ignasius Loyola membalik
pernyataan itu: “Bila aku mempercayainya, aku akan melihat.” Dia mengobservasi bahwa visi
kita berpengaruh sangat besar terhadap persepsi kita. Bila kita berpikir dunia ini merupakan
sebuah tempat yang suram, penuh kejahatan, keserakahan, penuh dengan orang-orang yang
hanya memikirkan diri sendiri dan tidak memiliki cinta untuk Allah atau orang lain, ini jugalah
yang akan kita lihat ketika kita memandang sekeliling kita. Sebaliknya, bila kita melihat dunia
kita penuh dengan kebaikan dan kesempatan, sebuah tempat yang telah diciptakan oleh Allah,
dipelihara dan dicintai-Nya, maka kebaikan, pemeliharaan dan cinta Allah ini pula yang akan
kita temukan. Ignasius berpikir bahwa visi yang benar sesungguhnya terletak pada relasi kita
dengan Allah.
Spiritualitas Ignasian menawarkan kepada kita sebuah visi. Visi ini merupakan visi hidup,
karya, dan cinta – sebuah visi yang terdiri dari tiga bagian dan akan menolong kita untuk melihat
kebenaran sejati tentang Allah dan dunia yang Dia ciptakan.
Visi Ignasian ini terkandung dalam Latihan Rohani, buku yang digunakan oleh Ignasius
Loyola untuk menolong orang agar masuk ke dalam relasi yang lebih akrab dengan Allah.
Spiritualitas Ignasian mengalir dari Latihan Rohani tersebut. Esensi dari Visi Ignasian
terkandung dalam sebuah refleksi pada permulaan Latihan Rohani yang disebut dengan Asas dan
Dasar.
Allah yang mencintai kita, menciptakan kita dan ingin berbagi hidup dengan kita
selamanya. Tanggapan cinta kita terwujud dalam pujian, hormat, dan pengabdian kepada Allah
dalam hidup kita.
Segala sesuatu yang ada di dunia ini juga diciptakan oleh karena cinta Allah. Mereka
menjadi konteks segala anugerah yang diberikan kepada kita agar kita dapat mengenal Allah
dengan lebih mudah dan memberikan balasan cinta dengan lebih siap.
Oleh karena itu, kita menghargai semua anugerah ciptaan dan berkerjasama dengan
Allah dalam menggunakan mereka, sehingga dengan menjadi pelayan yang baik kita
mengembangkan diri sebagai orang yang penuh kasih dan peduli terhadap dunia ciptaan Allah
dan pengembangannya.
Tetapi, bila kita menyalahgunakan anugerah ciptaan tersebut, atau sebaliknya,
menjadikan mereka sebagai pusat hidup kita, kita telah memutus relasi kita dengan Allah dan
menghalangi proses pertumbuhan kita untuk menjadi orang-orang yang penuh kasih.
Dalam kehidupan keseharian, kita harus menjadikan hidup kita seimbang di hadapan
semua anugerah ciptaan sejauh kita memiliki pilihan dan tidak terikat pada beberapa
tanggungjawab. Kita seharusnya tidak memilih kesehatan daripada sakit, kekayaan daripada
3
David Fleming, Spiritualitas Ignasian (Cipta Loka Caraka: 2016)
10
kemiskinan, kesuksesan daripada kegagalan, hidup panjang daripada hidup pendek. Sebab
segala hal berpotensi mengantar kita untuk memberikan tanggapan dengan cinta yang lebih
besar guna hidup bersama Allah selamanya.
Yang kita dambakan dan pilih seharusnya hanya satu, yakni: Aku menginginkan dan
memilih apa yang dapat membantu aku dengan lebih baik supaya semakin mampu membiarkan
hidup Allah merasuk lebih mendalam dalam hidupku.
Asas pertama Ignasius adalah semua ciptaan merupakan sebuah pemberian dari Allah dan
mengantarkan menuju Allah. Selanjutnya, “Segala sesuatu yang ada di dunia ini…diberikan
kepada kita agar kita dapat mengenal Allah dengan lebih mudah dan memberikan balasan cinta
dengan lebih siap.” Ini maksudnya, Allah ada di dalam ciptaan. Pilihan-pilihan yang kita ambil
dalam kehidupan sehari-hari, bisa mendorong kita menjauh dari Allah atau menarik kita lebih
dekat kepada-Nya. Ignasius melihat Allah sebagai yang hadir sekarang, bukan yang jauh atau
terpisah. Dia terlibat dalam detail kehidupan kita. Kehidupan keseharian kita dalam dunia ini
sangat penting.
Asas dan Dasar merupakan sebuah visi hidup dan kehidupan. Visi ini menampilkan apa
hidup itu? Ini merupakan visi yang mengarahkan kita kepada sumber kehidupan. Di dalam buku
ini kita akan berulang kali kembali kepada visi kehidupan ini karena visi tersebut benar-benar
merupakan dasar dari cara pandang Ignasian.
Spiritualitas Ignasian juga menawarkan sebuah visi karya. Menyangkut apa saja karya
kita di dunia ini? Mengapa kita melakukan apa yang kita kerjakan? Nilai-nilai apa yang
seharusnya membimbing pilihan-pilihan kita? Dalam Latihan Rohani, Ignasius memberikan tiga
pertanyaan dalam konteks refleksi yang ia sebut dengan Panggilan Raja. Dia menyarankan
kepada kita untuk memikirkan Yesus sebagai model seorang raja yang kepadanya kita menaruh
hormat dan ketaatan. Dia merupakan seorang pemimpin dengan rencana-rencana yang ambisius:
“Aku ingin mengatasi semua penyakit, semua kemiskinan, semua kebodohan, semua penindasan
dan perbudakan – singkatnya, semua kejahatan yang menimpa umat manusia.” Dia kemudian
menantang: “Barangsiapa ingin bergabung bersama Aku dalam perjuangan ini, haruslah puas
dengan makanan yang sama seperti makananku sendiri, begitu pula minuman, pakaian, dan
sebagainya.”
Perhatikan dua ciri khusus dari visi karya ini. Kristus Raja Kita memanggil kita untuk
bersama Dia. Inti dari panggilan adalah bukan mengerjakan beberapa pekerjaan secara khusus,
tetapi, di atas semua itu, berada bersama dengan Dia yang telah memanggil, yang dibayangkan
dalam detail hidup sehari-hari seperti kehidupan raja kita. Kita ambil bagian dalam kehidupan
Kristus, berpikir seperti Dia berpikir, melakukan apa yang Dia lakukan.
Ciri yang kedua tampak dalam sebuah panggilan untuk berkarya bersama Kristus Raja
Kita. Kristus bukanlah penguasa di kejauhan yang memerintah dengan kuasa-Nya melalui
sebuah hierarki, seperti pangeran, adipati, bangsawan, maupun ksatria. Dia berada di garda
depan, “di parit perlindungan”. Dia sendiri yang melakukan pekerjaan pewartaan dan
penyembuhan. Panggilan-Nya ditujukan kepada semua orang. Dia ingin setiap orang bergabung
dengan-Nya, dan masing-masing orang menerima sebuah undangan personal. Inisiatif berasal
dari Kristus; Dia meminta kita untuk berkarya bersama-Nya.
Bagian ketiga dari visi Ignasian adalah sebuah visi cinta. Di atas semua itu, Allah
mencintai, dan Dia mengundang kita untuk membalas cinta-Nya dengan cara mencintai-Nya.
Nanti, kita akan melihat secara cermat tentang Kontemplasi Ignasius atas Cinta Allah yang
menjadi kesimpulan Latihan Rohani ini. Di sini kita akan mencermati dua pernyataan Ignasius
sebagai pengantar.
11
Yang pertama adalah “cinta harus lebih diwujudkan dalam perbuatan daripada
diungkapkan dalam kata-kata.” Yang kedua, cinta terwujud dalam saling memberi: “dalam cinta,
seseorang selalu ingin memberikan kepada yang lain apa yang dia miliki.” Kosakata dalam
bahasa Spanyol yang digunakan Ignasius di sini adalah communicar – “berbagi atau
berkomunikasi.” Para pencinta ini mencintai satu sama lain dengan berbagi apa yang mereka
miliki, dan proses berbagi ini merupakan bentuk dari komunikasi tersebut. Allah bukan sekadar
sebagai pemberi anugerah, tetapi seorang pencinta yang berbicara kepada kita melalui
pemberian-Nya. Semuanya diberikan oleh Allah, tiada yang tersisa.
Ekspresi puncak dari pemberian diri Allah adalah kematian Yesus. Dia menyerahkan
hidup-Nya kepada kita. Dia juga berbagi dengan kita apa yang Dia kerjakan di dunia ini. Dengan
demikian, karya yang kita kerjakan merupakan cara kita mencintai Allah. Ini bukan melulu
pekerjaan. Dengan mengundang kita terlibat dalam karya-Nya, Allah sedang menunjukkan cinta-
Nya untuk kita. Dalam tanggapan kita untuk berusaha berkarya bersama Allah, kita
menunjukkan cinta kita.
Ignasius melontarkan pertanyaan: Apa artinya mencintai bagi kita? Bagaimana kita
mengekspresikan cinta kita? Bagaimana kita menunjukkan cinta kita kepada Allah, kepada diri
kita sendiri, dan kepada orang lain, dan kepada dunia ini? Dia mengundang kita untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut serta melihat bagaimana Allah mencintai. Dia adalah Allah yang
tanpa batas berbagi dengan kita.
12
Aktivitas 3 Menuliskan Misi Pribadi
Secara sederhana, pernyataan misi pribadi adalah beberapa kalimat yang mendefinisikan
kemampuan, sifat, nilai, dan impian Anda. Isinya tentang gambaran diri Anda secara utuh,
termasuk apa yang Anda miliki sekarang dan apa yang ingin Anda capai nanti.
Bagaimana pernyataan misi pribadi dapat membantu Anda mencapai tujuan Anda?
Dengan memberi Anda fokus. Misa pribadi menguraikan apa yang sebenarnya penting bagi
Anda, memberi Anda sesuatu untuk berkonsentrasi saat Anda membuat keputusan dalam hidup.
Misi pribadi penting terutama jika Anda ingin melakukan perubahan dalam hidup.
Mengapa? Karena itu membantu Anda mengetahui ke mana Anda harus pergi selanjutnya. Anda
akan dapat berkonsentrasi pada peluang yang dapat membantu Anda mencapai tujuan yang Anda
inginkan.
Tetapi bahkan jika Anda tidak sedang membuat perubahan arah hidup, menulis
pernyataan misi pribadi tetaplah sangat bermanfaat. Anda dapat menggunakannya untuk
mengadopsi pola pikir yang lebih positif, menemukan makna dalam tugas-tugas kecil yang tidak
terasa begitu berarti atau membuat Anda tetap berfokus pada apa yang benar-benar penting bagi
Anda.
Pada akhirnya, setiap orang dapat mengambil manfaat dari salah satu deklarasi kecil ini.
Ketika Anda menulisnya, Anda harus benar-benar memikirkan siapa diri Anda, apa yang Anda
hargai, dan apa yang Anda inginkan dari hidup Anda. Itu kuat. Ini memberi Anda arahan, dan itu
penting untuk karier apa pun.
Sebelum Anda mulai menulis pernyataan Anda, luangkan waktu sejenak untuk benar-
benar merenung. Pikirkan tentang tujuan pribadi dan karir Anda yang paling berani, bayangkan
di mana Anda ingin berada di masa depan, dan pertimbangkan apa yang benar-benar ingin Anda
capai.
Saat Anda merenung, Anda tidak harus fokus sepenuhnya pada kehidupan profesional
Anda. Lagi pula, waktu Anda di luar pekerjaan adalah bagian besar dari keseluruhan pengalaman
Anda, jadi tidak apa-apa untuk memikirkan apa yang Anda inginkan di luar karier Anda juga.
Anda juga dapat meluangkan waktu untuk merenungkan hal baik yang ingin Anda
wariskan dan sebagai peribadi macam apa Anda ingin dikenang. Pergunakan semua itu sebagai
panduan.
Saat Anda menemukan ide, tuliskan. Tuliskan semua dan biarkan ide kreatif mengalir.
Setelah semuanya tertulis, Anda dapat memeriksanya kembali satu per satu, membuat prioritas
mana yang bebera-benar penting dan ingin Anda wujudkan dan mana yang kurang penting
sehingga dapat disisihkan.
13
Pikirkan tentang siapa yang memperoleh manfaat dari kehadiran Anda dan apa yang
Anda lakukan. Itu mungkin audiens Anda.
“Untuk [tujuan, hasil, atau pencapaian yang diinginkan] [audiens target yang akan
memperoleh manfaat] oleh [keterampilan yang ingin Anda gunakan] [apa yang
akan Anda lakukan atau bagaimana Anda akan menerapkannya].”
“Aku memiliki misi pribadi untuk memberikan latihan rohani Ignasian yang
berkualitas dan mudah terjangkau bagi umat yang rindu untuk memperdalam relasi
dengan Tuhan. Dalam melaksankaan misiku, aku akan selalu melibatkan para
alumni Latihan Rohani Pemula dan sahabat Ignasian yang akan kubantu agar
kemampuan mereka selalu terasah dan terus meningkat, serta merasakan sukacita
dalam pelayanan yang mereka lakukan.”4
TIPS: Apakah template pernyataan misi pribadi di atas berarti Anda harus berhenti di satu
kalimat? Meskipun satu kalimat dapat dipakai sebagai strategi jitu, pernyataan misi pribadi tidak
tidak harus satu kalimat. Seperti yang ditunjukkan contoh di atas, Anda dapat menambahkan satu
atau dua kalimat lain jika Anda mau. Namun, pastikan pernyataan misi pribadi Anda tetap
ringkas dan fokus.
Gunakan template pernyataan misi pribadi sebagai kerangka kerja awal, tetapi jangan
ragu untuk menyesuaikannya sedikit jika diperlukan. Misalnya, Anda dapat mengubah urutan
yang Anda cakup setiap poin. Bahkan, kami melakukannya di beberapa contoh di bawah ini.
Meskipuan pernyataan misi pribadi, menurut definisi, pribadi, itu tidak berarti kita tidak
boleh mengambil inspirasi dari orang lain. Dengan meninjau beberapa contoh misi pribadi orang
lain, Anda dapat terbantu untuk merumuskan apa yang Anda dambakan.
Pernyataan misi pribadi dapat sangat bervariasi tergantung pada pekerjaan Anda serta
tujuan, nilai, dan preferensi Anda. Beberapa misi pribadi sedikit lebih umum, sementara yang
lain lebih spesifik.
4
Catatan: Pernyataan misi pribadi ini terbatas hanya pada satu aspek peran: “sebagai promotor latihan rohani
Ignasian”. Peran lain masih perlu dirumuskan juga.
14
Misalnya, Sir Richard Branson pernah berkata: “Bersenang-senanglah dalam perjalanan
hidup Anda dan belajarlah dari kesalahan Anda.”
Bandingkan dengan misi pribadi dari Oprah Winfry: “Menjadi guru. Dan dikenal karena
menginspirasi para murid saya agar menjadi lebih baik melampaui apa yang mereka bayangkan.”
Contoh di atas memperlihatkan dua pendekatan berbeda untuk mencapai tujuan yang
sama. Pada akhirnya, suatu misi pribadi berhasil, selama itu beresonansi dengan Anda dan
mengarahkan Anda ke arah yang benar.
Contoh lain pernyataan misi pribadi dalam yang ditawarkan oleh St. Ignasius dalam
Meditasi Panggilan Raja Abadi (Latihan Rohani, no. 98) dan St. Theresa dari Kalkota. Di sini
misi pribadi juga merupakan jawaban atas panggilan
15
Setelah menuliskan misi pribadi, Anda dapat juga memeriksa kembali rumusan peran, kualitas
peran dan rencana hidup yang sudah Anda tuliskan pada latihan sebelumnya. Mungkin Anda
ingin memperbaiki rumusan itu agar lebih sesuai dengan misi pribadi yang telah Anda rumuskan.
16
Pembedaan Roh Sharing singkat pembedaan roh 15”
Waktu Hening Hening kontemplatif di hadirat Allah Tritunggal Maha 5”
Kudus yang aktif bekerja
Percakapan rohani mulai dan berakhir dengan keheningan. Keheningan menciptakan ruang
untuk mendengarkan. Keheningan juga memberi kesempatan kepada setiap orang untuk sekadar
hadir, sekadar hadir pada saat ini, sekadar hadir di hadapan yang lain. Keheningan kontemplatif
adalah sekadar hadir di hadirat Allah. Ini merupakan “yang terbaik” yang dipilih Maria
dibanding Martha yang aktif.
Untuk memulai percakapan rohani, aku membayangkan Allah Tritunggal, Bapa, Putra dan
Roh Kudus, berada di sekelilingku. Aku membayangkan mereka mencintaiku tanpa syarat, dan
aku tetap tinggal dalam kehadiran penuh cinta ini selama lima menit. Ketika terjadi ingatan, aku
kembali ke hadirat Allah Tritunggal dengan mendoakan, “Syukur kepada-Mu. Aku menerima
cinta-Mu.”
Setelah doa hening bersama, ada tiga tahap. Tahap pertama adalah saat kudus untuk
mendengarkan. Di sini masing-masing membagikan pengalaman doanya, jika tergerak untuk
berbagi. Setiap orang mendengarkan seperti dijelaskan dalam “Latihan saat kudus untuk
mendengarkan”.
Tahap kedua adalah percakapan rohani itu sendiri. Di sini kelompok diberi kesempatan untuk
berdialog tentang pengalaman rahmat dalam doa, dalam apa yang baru saja didengar maupun apa
yang dicatat dalam Buku Pengalaman Mendengarkan. Ignasius memberikan panduan untuk
melaksanakan percakapan macam itu dalam “Latihan Percakapan Rohani”. Panduan ini diambil
langsung dari dua surat Ignasius yang ditulis kepada mereka yang diutus tentang bagaimana
bersikap kepada orang dalam percakapan.
Tahap ketiga adalah pembedaan roh. Di sini kelompok, jika tergerak, dapat berbagi secara
singkat hasil pembedaan roh ringkas sebagaimana dijelaskan dalam Latihan Pembedaan Roh
(yang ada dalam Panduan Ignasian untuk Pembedaan Roh). Sangat penting bahwa dalam tahap
ini kelompok kembali hanya mendengarkan semata. Di sini tidak ada diskusi tentang
pengalaman gerak roh peserta lain. Mendengarkan di sini lebih-lebih untuk menghargai disertai
kekaguman, bagaimana roh baik bekerja pada setiap orang.
Keheningan yang mengawali percakapan rohani juga mengakhirinya. Bedanya, pada
kesempatan ini aku membayangkan Allah Tritunggal yang aktif mengelilingi aku, masing-
masing Pribadi mendambakan untuk bekerja dalam dan melalui diriku. Jika terjadi ingatan, aku
kembali ke kehadiran Allah Tritunggal dengan mendoakan, “bekerjalah melalui aku.” Aku tetap
tinggal dalam kehadiran kontemplatif selama lima menit dan kemudian sesi berakhir.
Sebagai kesimpulan, setiap orang yang kudengarkan atau bercakap-cakap dengan aku
seharusnya memperoleh penghormatan yang sama seperti yang kuberikan kepada Yesus jika Ia
berada di hadapanku. Maka Ignasius menulis, “Janganlah seorang pun mencari diri agar dinilai
pandai, atau berusaha menampilkan keanggunan, kebijaksanaan atau kecakapan, namun hanya
mencari Kristus, yang tidak mencari semua itu tetapi memilih untuk direndahkan dan dihina oleh
manusia daripada dipuji dan dihormati.”8
8
Surat Ignasius kepada skolastik di Alcalá, 1543.
17
Litani bagi Pendengar
18
8. Dengarkanlah dengan sikap hormat kepada Yang Ilahi yang tinggal dalam orang lain.
9. Dengarkanlah karena Roh Kudus sedang bekerja dalam orang lain.
10. Dengarkanlah karena Yesus mungkin menyapamu melalui orang lain.
19
Doa Sebelum Percakapan Rohani
Tuhan Emaus, berilah aku waktu yang kuperlukan untuk percakapan ini.
Bantulah aku untuk melepaskan diri dari kenyamanan dan kesibukan pekerjaan, untuk
sepenuhnya hadir bagi setiap orang di sini. Semoga aku tidak tergesa untuk berbicara.
Berilah aku kebijaksanaan: untuk mendengarkan dengan tenang, merasakan makna, posisi dan
keinginan setiap pembicara, untuk mengetahui apakah aku harus diam atau berbicara.
Bebaskan aku untuk mendengarkan tanpa prasangka, untuk memperlakukan setiap pembicara
dengan setara.
Jagalah aku agar penuh perhatian dan pengertian akan pokok pembicaraan yang diangkat,
jujur dalam berpendapat, dan menghormati pendapat yang lebih baik.
Bantulah aku untuk menjaga pengalaman doa setiap pembicara dengan hormat, bakat dan iman
mereka dengan lembut dan menyalakan mereka dalam cinta kepada Pencipta dan Tuhan, serta
melayani mereka baik dengan bahasa tubuh maupun kata.
Biarkanlah Roh Kudus turun atas lingkaran ini dengan anugerah berlimpah.
Akhirnya, berilah aku kerendahan hati yang sedalam-dalamnya, untuk menjadi sederhana
ketimbang cakap, sebagaimana Engkau telah bersikap demikian terhadap kami semua. Amin.
20
Bacaan 2
Menjalani Pekerjaan sebagai Kontemplasi9
Dalam buku Latihan Rohani (LR), Ignatius tidak hanya memberikan bahan doa
(meditasi dan kontemplasi), melainkan juga berbagai macam panduan dan pedoman, antara lain
terkait disposisi diri agar seseorang dapat menjalani latihan rohani dengan baik (LR no. 5, 12, 13,
dan 20), bagaimana jadwal harian mesti disusun (LR, no. 73-74, 83-84, 88, 127-131), langkah-
langkah dalam bermeditasi (LR, no. 46- 61) atau kotemplasi (LR, no. 101-117), cara melakukan
pemeriksaan kesadaran (examen) (LR, no. 24-31), pedoman pembedaan roh (LR, no. 313-336),
dan hubungan pembimbing dan mereka yang melaksanakan latihan rohani (LR, no. 6 - 17).
Semua itu relevan dan dapat diterapkan dalam konteks kerja dan kehidupan harian. Namun
demikian, agar mereka yang ingin menerapkan kerangka latihan rohani dalam menjalani
kehidupan harian tidak dibuat bingung oleh banyaknya pedoman dan aturan, maka saya
menawarkan langkah-langkah doa dalam Latihan Rohani sebagai kerangka utama dan pintu
masuk. Kerangka utama inilah yang akan akan dijelaskan dalam bagian berikut ini. Setelah Anda
terbiasa dan memperoleh pengalaman dari penerapan langkah-langkah ini, pedoman lain,
misalnya tentang examen atau pembedaan roh, dapat ditambahkan.
9
Diadaptasi dari artikel “Menulis Skripsi sebagai Latihan Rohani” yang telah diterbitkan dalam Majalah ROHANI, No. 11-
12, Tahun ke-66, November-Desember, 2019, dan No 1, Tauhn ke-67, Januari, 2020.
21
Ketika memberi panduan tentang proses doa, Ignasius memberikan tiga langkah
penting tak terpisahkan, yaitu (1) persiapan doa, (2) pelaksanaan doa dan (3) refleksi atas
pengalaman doa. Untuk memperdalam pengalaman doa, Ignasius juga meminta kita melakukan
ulangan (repetisi) atas doa yang sudah kita lakukan. Kalau kita ingin melaksanakan aktivitas
kerja sebagai doa, tiga langkah tersebut mesti dilaksanakan secara cermat, disertai repetisi
apabila memungkinkan.
Persiapan
Dalam buku Latihan Rohani Ignasius menyarankan agar preparasi atau persiapan doa
sudah dimulai pada malam hari sebelum doa dilaksanakan. Tentang hal ini Ignasius memberikan
petunjuk:
Petunjuk tambahan I. Sesudah berbaring, pada saat sebelum aku tertidur, selama
satu doa Salam Maria memikirkan, pukul berapa aku harus bangun, dan untuk apa
aku bangun, serta meringkas latihan yang harus kulakukan. (LR, no. 73)
Petunjuk tambahan II. Bila bangun, tanpa memberi tempat pada pikiran ini atau itu,
segera kuarahkan perhatianku pada perkara yang akan kukontemplasikan dalam
latihan pertama pada tengah malam. (LR, no. 74)
Yang ditekankan oleh Ignasius sebagai persiapan doa adalah mengingat pokok-pokok
yang akan didoakan pada hari berikutnya. Dengan cara ini, sejak awal retretan telah menyiapkan
diri masuk dalam atmosfir bahan doa sehingga saat doa dilaksanakan dia sudah siap.
Dalam Latihan Rohani, peserta retret biasaya diberi dua bahan doa yang umumnya
diambil dari Kitab Suci. Dalam persiapan biasanya orang membaca teks bahan doa untuk hari
berikutnya dan menyusunnya menjadi pokok-pokok permenungan. Pada masa Ignasius Kitab
Suci masih merupakan barang mahal dan langka sehingga peserta retret tidak mempunyai Kitab
Suci sendiri. Maka pembimbing retret menjelaskan pokok permenungan ini kepada retretan.
Untuk membantu pembimbing, dalam buku Latihan Rohani Ignasius telah menyiapkan pokok-
pokok doa yang mesti dia jelaskan kepada retretan ini.
Ketika doa diganti dengan aktivitas kerja, persiapan doa ini dapat berupa
merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari berikutnya. Pada intinya, dengan
persiapan ini, pada malam sebelum hari kegiatan, kita sudah mempunyai gambaran apa yang kita
lakukan pada keesokan harinya. Dengan cara itu, kita sudah membangun fokus sejak malam hari
sebelum kegiatan dilaksanakan.
Selain merencanakan dan membayangkan apa yang akan dilakukan besok, aspek
penting lain dalam persiapan adalah menyadari rahmat khusus yang perlu dimohon kepada
Tuhan agar apa yang akan dilakukan pada keesokan harinya dapat berjalan dengan baik. Bagi
Ignasius, segala yang kita miliki dan kita laksanakan adalah melulu anugerah dan rahmat dari
Tuhan. Bahwa kita dapat berdoa dan bekerja serta memperoleh buah-buah doa dan maju dalam
pengerjaan tugas kita, itu semua juga melulu anugerah dan rahmat dari Tuhan. Oleh karena itu,
dalam langkah persiapan, kita mohon rahmat agar dapat mengerjakan tugas pada hari berikutnya.
Dengan mohon rahmat ini, kita membangun disposisi bahwa kita tidak bekerja sendirian
melainkan bekerja bersama Tuhan. Kita juga terus mengingatkan diri kita bahwa kalau besok
kita dapat bekerja, itu semata-mata berkat rahmat dan dukungan dari Tuhan.
Lebih lanjut, selain menyadarkan kita akan ketergantungan kita kepada Tuhan, langkah
mohon rahmat juga membantu kita untuk merumuskan apa yang ingin kita capai pada hari
berikutnya, dan karena itu kita memohon kepada Tuhan agar menganugerahkannya kepada kita.
22
Bagi Ignasius, setiap bahan doa – dan dalam konteks bahasan kita, setiap tahapan aktivitas
pekerjaan – memiliki tujuan tertentu. Tujuan tertentu setiap doa terungkap dalam satu bagian
penting langkah doa, yaitu pada bagian Dambaan atau “Rahmat yang Dimohon,” dalam Bahasa
Latin id quod volo, atau diterjemahkan secara populer “apa yang aku mau.” Untuk doa-doa pada
Minggu II Latihan Rohani, misalnya, Ignasius meminta retretan mohon rahmat: “… pengertian
yang mendalam tentang Tuhan yang telah menjadi manusia bagiku, agar lebih mencintai dan
mengikuti-Nya lebih dekat” (LR, no. 104). Rahmat yang dimohon inilah yang menjadi pemandu
kita dalam melaksanakan doa, sasaran yang hendak kita capai dalam doa dan acuan penilaian
konsolasi dan desolasi ketika nanti melakukan refleksi doa. Dalam konteks aktivitas kerja,
rahmat yang dimohon dapat berupa, misalnya, “mohon rahmat agar dapat menyelesaikan tugas
tertentu” atau “mohon rahmat agar dapat tekun bekerja” atau “mohon rahmat agar dapat
melaksanakan tugas tertentu yang sulit dengan damai dan gembira.”
Singkatnya, jika kita ingin menjadikan aktivitas kerja sebagai sebagai Latihan Rohani,
pada tahap persiapan yang dilaksanakan pada malam hari, kita, pertama, mengingat garis apa
yang akan kita lakukan pada hari berikutnya dan, kedua, menyadari apa yang kita inginkan atau
rahmat yang kita mohon dalam aktivitas penelitian pada hari berikutnya.
Pelaksanaan
Ignasius menyusun pelaksanaan doa dalam lima langkah sistematis terstruktur. Tiga
langkah pertama, yaitu Persiapan, Doa Pembuka dan Dambaan atau rahmat yang dimohon,
menjadi persiapan bagi dan diarahkan menuju Pokok Doa yang merupakan langkah keempat.
Pokok Doa ini merupakan pengolahan bersama Tuhan untuk memperoleh pemenuhan atas
dambaan yang dimohon. Sebagai langkah penutup, Percakapan menjadi kesempatan untuk
menyampaikan kepada Tuhan ringkasan dan kesimpulan atas apa yang kita alami selama doa.
Ignasius selalu menekankan agar lima langkah itu dijalankan semua dengan cermat. Masing-
masing langkah punya tujuan tersendiri dan satu sama lain terhubung serta saling mengandaikan
(Latihan Rohani, no. 46-48, 54, 75-76).
Persiapan merupakan kesempatan untuk hening, menyadari diri dan kehadiran Tuhan.
Kita juga menyadari apa yang akan kita lakukan (berdoa) dan siapa yang akan kita sapa (Tuhan).
Doa Pembuka adalah penyerahan diri. Mempersembahkan seluruh niat dan tindakan
adalah tanggapan pribadi terhadap kehadiran Allah yang dirasakan pada Persiapan. Ignasius juga
mengajak agar dalam Doa Pembuka kita menyadari tujuan umum setiap doa, yaitu pengabdian
dan pujian bagi Tuhan: “Aku meminta dari Allah Tuhan kita rahmat agar seluruh niat, tindakan
dan apa yang kulakukan diarahkan semata-mata untuk pengabdian dan pujian kepada Kemuliaan
Ilahi” (LR, no. 46, 49). Lewat Doa Pembuka ini, kita membuka pikiran, hati dan kehendak agar
seluruhnya dipergunakan oleh Tuhan.
Dambaan atau rahmat yang kumohon memberikan tujuan khusus pada doa. Dambaan
yang sudah dirumuskan dalam langkah persiapan doa pada malam sebelumnya, kini disampaikan
secara langsung kepada Tuhan.
Pokok Doa merupakan upaya kita untuk memperoleh pemenuhan atas dambaan yang
kita mohon. Doa pada dasarnya merupakan dialog kita dengan Tuhan: kita berbicara kepada
Tuhan dan mendengarkan tanggapan Tuhan. Kita menyampaikan kepada Tuhan apa yang kita
pikirkan, rasakan dan inginkan, namun juga memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk
menanggapi. Teks Kitab Suci yang dipakai dalam doa dapat memperlancar dialog ini. Teks
tersebut membantu kita mengenali pengalaman pribadi kita sekaligus tanggapan dari Tuhan.
23
Percakapan pada akhir doa menjadi semacam kata-kata penutup setelah suatu dialog
panjang dengan seorang sahabat. Di sini secara singkat kita menyampaikan kepada Tuhan apa
yang kita alami (pikirkan, rasakan, dan niatkan) serta mohon pertolongan, nasihat, dan
peneguhan dari-Nya, khususnya agar kita dapat melaksanakan kehendak Tuhan yang kita
temukan dalam doa. Percakapan dapat ditutup dengan doa Bapa Kami, Salam Maria, Jiwa
Kristus atau doa lain.
Dalam konteks melaksanakan aktivitas kerja sebagai Latihan Rohani, seluruh tahapan
dalam lima langkah tersebut dilaksanakan. Yang berbeda hanyalah isi kegiatannya. Dalam
Latihan Rohani konvensional, Pokok Doa berupa meditasi atau kontemplasi menggunkan bahan
dari Kitab Suci, sementara dalam aktivitas kerja Pokok Doa adalah adalah seluruh kegiatan kerja
sesuai dengan tugas dan tanggun jawab masing-masing orang.
24
kulakukan dan kualami. kualami.
Bapa Kami. Bapa Kami.
Kalau dalam meditasi dan kontemplasi kehadiran Tuhan dan kebersamaan dengan-Nya
dirasakan lewat permenungan dan imajinasi mengikuti bahan doa yang dipakai, dalam aktivitas
kerja kehadiran dan penyertaan Tuhan dialami lewat aktivitas kerja itu sendiri. Dalam hal ini
Tuhan dialami sebagai seorang sahabat yang dengan berbagai cara membantu kita melaksanakan
pekerjaan misalnya dengan memberikan ketekunan untuk melaksanakan tugas yang
membosankan, memberikan kemudahan untuk mengerjakan tugas yang sulit, memberikan
kesabaran untuk menghadapi orang yang serba menuntut, ketenangan dalam menghadapi
persoalan, kekuatan untuk bertahan dalam saat-saat yang sulit, atau bahkan saran untuk berhenti
atau mengambil jarak sebentar atas apa yang kita kerjakan kalau kita sudah terlalu lama macet
atau terlalu bekerja keras. Intinya dalam seluruh aktivitas kerja, kita menyadari bahwa kita tidak
bekerja sendiri, melainkan ada Sahabat yang senantiasa menyertai dan membantu. Ketika
mengalami kesulitan, boleh juga kita meminta bantuan konkret kepada Sahabat kita ini. Dengan
demikian, aktivitas kerja juga dapat mengantar aku untuk bercakap-cakap dengan Allah secara
langsung, terkait dengan kesulitan yang kualami maupun kegembiraan atas selesainya tugas dan
bantuan tak terduga yang kuperoleh. Aku juga dapat bercakap-cakap tentang apa yang
kukerjakan, tentang diriku, tentang dunia maupun tentang diri Allah sendiri.
Seperti halnya doa yang baik selalu berupa percakapan, berupa dialog dan bukan
monolog (Barry, 2016), maka setelah kita mengungkapkan sesuatu kita kepada Tuhan, kita perlu
menyimak tanggapan Tuhan atas apa yang kita sampaikan kepada-Nya. Dalam hal ini, tanggapan
Tuhan dapat berupa gagasan yang sebelumnya tidak kita duga, perasaan tertentu atau keinginan
untuk melakukan hal tertentu. Tuhan juga dapat memberikan tanggapan lewat orang-orang di
sekitar kita maupun lewat peristiwa tertentu. Agar tanggapan Tuhan ini lebih disadari dan
dipahami, Ignasius meminta kita agar selalu melakukan refleksi atas doa yang sudah kita
laksanakan. Refleksi ini merupakan bagian ketiga dari proses doa dalam Latihan Rohani.
Refleksi
Refleksi adalah salah satu kekhasan cara berdoa a la Ignasius. Mungkin sangat jarang
orang memeriksa kembali apa yang dia alami saat berdoa rosario, novena atau Ibadat Harian.
Namun mereka yang menjalankan Latihan Rohani secara benar, tidak bisa tidak pasti melakukan
refleksi atas pengalaman doanya.
Dalam buku Latihan Rohani Ignasius meminta dengan sangat kepada retretan agar,
setelah menyelesaikan suatu latihan, ia meluangkan waktu untuk merefleksikan pengalaman
doanya. Berikut ini penjelasan Ignasius tentang refleksi:
Setiap kali latihan selesai, selama seperempat jam, entah dengan duduk entah sambil
berjalan-jalan, aku akan memeriksa, bagaimana berlangsungnya kontemplasi atau
meditasi tadi. Jikalau buruk, akan kuperiksa sebab-sebabnya mengapa begitu, dan
setelah kudapat, aku akan menyesalinya, untuk selanjutnya memperbaiki diri.
Jikalau baik, aku akan berterima kasih kepada Allah Tuhan kita, dan lain kali akan
kulakukan secara demikian juga. (LR, no. 77)
Bagi Ignasius, refleksi pertama-tama menjadi kesempatan untuk mencermati apa yang
terjadi selama doa. Dengan menyediakan waktu untuk memeriksa apa yang terjadi selama doa,
retretan dapat belajar bagian mana dari doa berjalan lancar dan bagian mana tidak. Tujuan dari
25
proses ini adalah untuk memperoleh pemahaman tentang cara berdoa yang lebih baik. Ignasius
tidak ingin retretan mengabaikan proses doa yang tidak berjalan baik, tanpa melakukan
eksplorasi tentangnya. Ignasius percaya bahwa pada area-area di mana kita paling resisten atau
malas untuk mengeksplorasi, sering kali justru terdapat sesuatu perlu kita pelajari dan pahami
lebih dalam tentang diri kita dan relasi kita dengan Allah (Metts, 1995).
Selain itu, kehadiran atau sapaan Allah yang belum tersadari pada saat doa dapat
tampak lebih jelas pada saat refleksi. Refleksi menjadi kesempatan bagi kita untuk mencermati
apa yang kita rasakan, pikirkan dan niatkan selama doa berlangsung, sekaligus kesempatan untuk
melakukan pembedaan roh, yaitu membedakan perasaan, pikiran dan niat mana yang berasal dari
roh baik (artinya dari Tuhan) dan mana yang berasal dari roh jahat. Refleksi juga menjadi
kesempatan bagi kita untuk menilai apakah aku konsolasi atau desolasi serta apakah rahmat yang
kumohon sudah diberikan oleh Allah atau belum.
Mereka yang melaksanakan Latihan Rohani setiap hari berdoa (meditasi atau
kontemplasi) sebanyak empat atau lima kali. Oleh karena itu, refleksi pengalaman doa juga mesti
dilakukan sesuai dengan jumlah doa yang dia lakukan. Saat kerangka Latihan Rohani diterapkan
dalam aktivitas kerja, seluruh kegiatan kerja selama sehari – yang total durasinya dapat sampai
delapan jam – dilihat sebagai satu rangkaian doa tak terputus. Maka, refleksi cukup dilakukan
satu kali sehari. Refleksi ini dapat diintegrasikan dengan Examen Kesadaran yang juga mesti
dilakukan oleh mereka yang melaksanakan Latihan Rohani.
Examen Kesadaran
Pemeriksaan kesadaran atau examen conscientiae – sering disingkat examen – adalah
diajarkan oleh Ignasius dalam Latihan Rohani untuk membantu retretan merefleksikan mencakup
seluruh pengalaman selama retret, bukan hanya pengalaman doa tertentu (LR, no. 24-26).
Ignastius menyarankan agar examen ini dilakukan dua kali sehari, yaitu pada tengah hari dan
pada malam hari menjelang tidur. Dalam konteks menjalani aktivitas kerja sebagai kontemplasi,
refleksi atas pengalaman kerja dapat dilakukan mengikuti langkah-langkah examen ini dengan
tetap memperhatikan petunjuk Ignasius tentang langkah dan tujuan refleksi atas pengalaman doa
sebagaimana dijelaskan di atas.
Banyak guru rohani yang telah membahasakan ulang examen ini. Salah satu
pembahasaan yang bagi saya membantu diberikan oleh David Fleming (2017) berikut ini:
Examen Kesadaran
Suatu Doa kepada Allah
Ya Allah, terimakasih.
Aku berterimakasih, ya Allah, karena Engkau bersamaku, dan secara khusus aku
bersyukur bahwa Engkau bersamaku sekarang ini.
26
Allah, di manakah aku telah mengabaikan Engkau, berpaling dari-Mu, bahkan
barangkali menolak-Mu pada hari ini?
Fleming (2017) menampilkan langkah examen dalam bentuk doa. Namun, perlu diingat
bahwa rumusan tersebut bukanlah doa untuk dibaca atau didaraskan, melainkan untuk dijadikan
panduan berefleksi dan mempercakapkan refleksi kita dengan Tuhan. Setiap kalimat mesti
mengantarkan kita pada pengalaman konkret dalam kegiatan harian kita. Ketika aktivitas utama
yang hendak dicermati adalah aktivitas kerja, dengan sendirinya pengalaman yang kita teliti dan
cermati adalah pengalaman selama bekerja. Dengan melakukan examen ini, kita akan terbantu
untuk menyadari bagaimana Tuhan telah turut berkerja dalam apa yang kita lakukan maupun
sejauh mana kita telah kooperatif dalam kerjasama dengan Tuhan.
Catatan Harian
Refleksi doa dan examen memang dapat dilakukan dengan mengheningkan diri dan
merenung, mengingat kembali apa yang telah kita alami. Namun semasa hidupnya Ignasius
memberikan contoh bahwa refleksi doa dan examen juga perlu dituliskan dalam catatan harian
(journaling). Misalnya, Ignasius membuat catatan harian yang rapi saat ia terbaring sakit setelah
terluka dalam pertempuran di banteng Pamplona. Berkat catatan harian inilah Ignaisus dapat
mengenali apa sesungguhnya yang dia inginkan dan bagaimana Tuhan membimbing dia dalam
pertobatan. Hal serupa dilakukan oleh Ignasius saat dia sedang mencari kehendak Tuhan tentang
kemiskinan dalam Serikat Yesus.
Menuliskan refleksi sesungguhnya bentuk refleksi lanjutan yang memaksa kita
menuangkan pikiran dan pengalaman dalam bentuk kata dan ‘tinta’. Proses ini tidak hanya
membantu kita semakin memahami apa yang kita alami, melainkan juga membuat pengalaman
tersebut terdokumentasi. Hansen (2013) menyebut buku catatan harian sebagai Listening Book.
Disebut demikian karena, saat membaca kembali buku tersebut, kita tidak hanya melihat kembali
apa saja yang sudah kita alami dan sudah sampai di mana perjalanan kita, melainkan kita lebih-
lebih sedang berusaha mendengarkan apa yang Tuhan sedang ajarkan dari pengalaman itu. Ya,
sangat mungkin Tuhan menyampaikan sesuatu kepada kita saat kita membaca kembali catatan
pengalaman kita.
Journaling dapat dilakukan pada akhir hari maupun pada awal hari. Namun saya
pribadi lebih cocok melakukannya pada pagi hari. Pada pagi hari pengalaman sudah terendapkan
dan keadaan tubuh lebih segar. Selain itu, menuliskan kembali pengalaman atas kegiatan yang
telah lewat dapat juga menjadi dialog dengan Tuhan pada awal hari, yang mengantar kita untuk
bersama-Nya memulai kegiatan pada hari yang baru.
27
Percakapan Rohani
Untuk memperkaya refleksi yang sudah dilakukan secara pribadi, dalam Latihan
Rohani retretan juga melakukan percakapan rohani dengan pembimbing. Lewat percakapan yang
biasanya dilakukan sehari sekali ini, pembimbing akan membantu retretan agar semakin
menangkap pesan-pesan yang telah atau sedang Tuhan sampaikan. Dengan demikian, dialog
antara retretan dan Tuhan selama retret menjadi semakin lancar.
Mereka yang menerapkan dinamika Latihan Rohani dalam pekerjaan mereka dapat
melaksanakan percakapan rohani ini seminggu sekali atau sebulan sekali, tidak harus dengan
pembimbing rohani melainkan dapat juga dengan peserta lain. Sebelum percakapan rohani,
mereka mesti membaca kembali buku jurnalnya, melihat hal utama yang Tuhan telah sampaikan
dalam pengalaman selama sebulan. Dinamika pengalaman selama sebulan akan lebih mudah
ditemukan apabila setiap peserta sudah membuat ringkasan pegalaman mingguan. Saat
percakapan, masing-masing orang menceritakan pengalamannya dan mendengarkan pengalaman
orang lain. Percakapan ini tidak hanya menjadi kesempatan untuk belajar dari teman kita tentang
bagaimana Tuhan menyapa mereka, namun juga menjadi kesempatan juga untuk mengangkap
pesan dan kehendak Tuhan kepada diri kita masing-masing lewat pengalaman teman kita.
Pembedaan Roh
Pada bagian sebelumnya sering kali disebut tentang pembedaan roh. Topik ini
sebenarnya dapat dibahas panjang lebar, namun di sini cukuplah diberikan gambaran umum saja.
Pedoman pembedaan roh adalah panduan yang diberikan oleh Ignasius untuk membantu kita
mencermati gerak-gerak batin selama menjalani Latihan Rohani (LR, no. 313-336). Pedoman ini
kita terapkan khususnya saat kita melakukan refleksi doa, examen dan percakapan rohani. Empat
gagasan dasar dalam pedoman pebedan roh adalah: konsolasi (hiburan rohani) dan desolasi
(kesepian rohani), roh baik dan roh jahat.
Kalau kita mengibaratkan Latihan Rohani sebagai perjalanan menuju Tuhan, konsolasi
atau hiburan rohani adalah saat kita dekat dengan Tuhan atau bergerak semakin mendekat
kepada-Nya. Sebaliknya desolasi adalah saat mana kita jauh dari Tuhan atau bergerak semakin
menjauh dari-Nya. Desolasi dan konsolasi ini kita kenali terutama lewat apa yang kita rasakan.
Kita mengalami konsolasi saat hati kita tenang dan damai, gembira dan bersuka-cita; saat iman,
harapan dan cinta kita kepada Tuhan bertambah; saat mengikuti Tuhan terasa ringan dan mudah
(LR, no. 316). Sebaliknya, kita mengalami desolasi manakala jiwa terasa gelap, batin kacau dan
bingung; saat kita kehilangan kepercayaan, harapan dan cinta; jiwa ada dalam keadaan lesu,
kendor, sedih, seakan-akan ditinggalkan oleh Tuhan (LR, no. 317).
Baik dalam situasi konsolasi maupun desolasi, roh baik dan roh jahat memberikan saran
dan nasihat. Istilah roh baik dan roh jahat digunakan Ignasius untuk menyebut gerak-gerak batin
dalam diri seseorang; jadi bukan suatu sosok di luar diri seperti malaikat atau setan, meski
gambaran macam ini sedikit membantu pemahaman kita tentang pembedaan roh. Roh baik
memberikan nasihat agar kita semakin mendekat kepada Tuhan, sementara roh jahat memberikan
nasihat agar kita menjauh dari Tuhan. Masing-masing memberikan nasihat yang berkebalikan,
sesuai dengan kondisi orang yang bersangkutan. Untuk mereka yang sedang menjauh dari
Tuhan, roh jahat memberikan “kesenangan-kesenangan semu, membuat mereka membayang-
bayangkan kenikmatan dan kesenangan-kesenangan inderawi, supaya tetap dalam keadaan
28
mereka” atau semakin menjauh dari Tuhan. “Pada orang macam itu, roh baik memakai cara
sebaliknya: menghantami dan menyesakkan hati nurani dengan teguran-teguran pada budi” (LR,
no. 314).
Sementara itu, pada orang yang dengan tekun maju terus mendekatkan diri pada Tuhan,
meningkat dari taraf baik ke taraf yang lebih baik, cara yang dipakai berbalikan dari yang disebut
sebelumnya. “Ciri khas dari roh buruk ialah menyesakkan, menyedihkan dan menghalang-
halangi dengan alasan-alasan palsu, supaya orang tidak maju lebih lanjut. Ciri khas roh baik ialah
memberi semangat dan kekuatan, hiburan, air mata, inspirasi serta ketenangan, membuat
semuanya menjadi mudah dengan menyingkirkan segala halangan, supaya orang maju lebih
lanjut dalam menjalankan kebaikan” (LR, no. 314).
Mengenali apakah saat ini aku sedang mendekat kepada Tuhan (konsolasi) atau sedang
menjauh dari-Nya (desolasi), kemudian membedakan nasihat roh baik dan roh jahat, merupakan
tahapan penting dalam proses pembedaan roh. Tahapan krusial berikutnya adalah bagaimana
menyikapinya. Nasihat Ignasius jelas: kita mesti mengikuti nasihat roh baik dan menolak nasihat
roh jahat (LR, no. 313).
Pedoman pembedaan roh tersebut sebenarnya sudah cukup memadai dan dipakai untuk
melihat bukan hanya pengalaman doa melainkan seluruh pengalaman hidup, termasuk aktivitas
kerja. Austin (2014) memberikan panduan tambahan terkait penerapan pedoman pembedaan roh
ini dalam konteks studi, yang dapat diterapkan pada karya intelektual lain seperti menulis buku.
Tambahan dari Austin (2014) ini penting karena karya intelektual jarang menghasilkan
pengalaman perasaan atau emosional yang kuat, sementara gerak-gerak batin lebih mudah
dikenali lewat apa yang kita rasakan. Secara khusus, Austin (2014) bertanya, “Bagaimana kita
dapat menamai suatu pengalaman dalam studi sebagai konsolasi atau desolasi?”
Untuk menjawab tantangan tersebut, Austin (2014) menggunakan the theory of flow yang
diambil dari “positive psychology.” Dalam hal ini Austin (2014) menyejajarkan pengalaman flow
dengan konsolasi dan psychic entropy dengan desolasi.
Orang yang mengalami flow mampu berkonsentrasi dan mencurahkan perhatian
sepenuhnya pada apa yang sedang ia lakukan, dan tidak lagi khawatir atas apa pun. Saat
mengalami flow, orang juga melakukan kegiatan tanpa harus berjuang keras dan memaksa diri; ia
menikmati dan melakukan aktivitas demi aktivitas itu sendiri (autotelic), bukan karena motivasi
eksternal, misalnya, untuk memperoleh pujian, pengakuan atau uang.
Kemudian Austin (2014) berpendapat bahwa sebagian besar elemen flow juga terjadi
pada konsolasi. Orang yang konsolasi melakukan kegiatannya dengan mudah dan penuh
perhatian; ia tidak cemas atau sibuk dengan ini itu, melainkan terserap sepenuhnya dalam apa
yang dia kerjakan dan setelah pengalaman itu ia mampu mengenal dirinya secara lebih
mendalam. Meski tidak semua pengalaman flow merupakan konsolasi, namun setiap konsolasi
adalah flow. Konsolasi merupakan pengalaman flow khusus, di mana dalam aktivitasnya
seseorang merasa hidup sungguh bermakna karena ia terhubung secara positif dengan Tuhan.
Pengalaman flow dalam suatu aktivitas menjadi tanda awal Roh Tuhan yang bekerja. Bagi
mereka yang sedang studi, flow dapat dipakai untuk mengidentifikasi konsolasi yang dialami
selama kuliah maupun menulis skripsi.
Konsep yang paralel dengan desolasi adalah psychic entropy. Psychic entropy adalah
semacam “kekacauan” psikis, yang dialami sebagai “ketakutan, rasa bosan, acuh tak acuh,
kekhawatiran, kebingungan, rasa iri, dan berbagai macam gangguan” (Austin, 2014, hlm. 30)
Psychic entropy tidak hanya menyebabkan kekacauan dalam kesadaraan (batin), namun juga
membuat batin tidak dapat berperan secara efektif. Hal ini sejajar dengan deskripsi Ignasius
29
tentang desolasi sebagai ketidaktenangan, kemalasan, suam-suam kuku (tidak ada antusiasme),
dan kesedihan.10
Penutup
Tulisan ini bermaksud menawarkan kerangka Latihan Rohani untuk diterapkan dalam
aktivitas kerja sehingga kerja dialami sebagai laku latihan rohani dan dihayati sebagai
kontemplasi, contemplativus in laborendo, contemplativus simul in actione. Dengan menerapkan
kerangka ini aktivitas kerja dapat dialami sebagai doa, yang bukan hanya dialog tak terputus
dengan Tuhan, melainkan juga bekerja terus menerus bersama Tuhan. Mereka yang ingin
melaksanakan pekerjaan sebagai latihan rohani diundang untuk tekun melakukan tiga langkah
utama Latihan Rohani: 1) Persiapan, 2) Pelaksanaan aktivitas kerja mengikuti lima langkah doa,
dan 3) melakukan refleksi, harian serta percakapan bulanan, dengan menerapkan pembedaan roh
dalam kegiatan dan refleksi mereka. (Lihat Tabel 2).
Antonius Sumarwan, SJ
marwansj@gmail.com
Referensi
Austin, N. 2014. Mind and heart. Towards an Ignatian Spirituality of Study. Studies in the
Spirituality of Jesuits, 46(4).
Barry, William. 2016. Berdoa dengan Jujur. Yogyakarta: Kanisius.
Fleming, D. 2016. Spritualitas Ignasian. Jakarta: Cipta Loka Caraka.
Hansen, M. 2013. The First Spiritual Exercises. Four Guided Retreats. Notre Dame: Ave Maria
Press.
Loyola, St. Ignasius. 1993. Latihan Rohani, diterjemahkan dan diberi pengantar oleh J.
Darminta, SJ (Yogyakarta: Kanisius).
10
Kepada skolastik di Coimbra, Ignasius memberikan hasihat: “Kenalilah bahwa musuh berusaha menghalangi
kalian dari tujuan yang kalian kejar dengan menimbulkan kecerobohan, sikap setengah hati, rasa bosan, baik
terhadap studi maupun dengan hal lain yang kalian lakukan demi cinta akan Tuhan kita Yesus Kristus.” (St Ignatius
of Loyola, Personal Writing: Reminiscences, Spiritual Diary, Select Letters Including the Text of the Spiritual
Exercises (London: Penguin Books, 1996, hlm. 173)
30
Metts, S.J., R.E. 1995. Ignatius Knew. Washington, D.C.: JSEA.
N.N. 1987. Ciri-ciri Khas Pendidikan pada Lembaga Pendidikan Yesuit. Yogyakarta: Provinsi
Indonesia Serikat Yesus.
Subagya, J. 2010. Paradigma Pedagogi Reflektif. Mendampingi Peserta Didik Menjadi Cerdas
dan Berkarakter. Yogyakarta: Kanisius.
Sumarwan, A. 2017a. Pengaruh penerapan langkah doa Ignasian terhadap nilai dan kepuasan
dalam kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan, Jurnal Spiritualitas Ignasian, 18 (1), hlm. 29-
48.
________. 2017b. Berkontemplasi menggunakan film. Rohani, No. 6-8, Juni-Agustus.
Suparno, P. 2015. Pembelajaran di Perguruan Tinggi Bergaya Paradigma Pedagogi Refleksi
(PPR). Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Terima kasih.
31
Mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan kekuatan sendiri
Saya senang dan bersyukur berjumpa dengan Tuhan yang hadir lewat sharing teman-teman peserta
dalam kelompok yang mengundang dan mengingatkan saya untuk terus memuji, menghormat, dan
mengabdi-Nya lewat pekerjaan dan hidup saya dengan sikap syukur, rendah hati, murah hati, dan
terbuka pada segala, termasuk terbuka pada perbedaan.. AMDG
Terima kasih dan proficiat kepada para peserta yang dengan tekun dan murah hati berbagi .. Tksh
Panitia.. Tksh Rama dan Teman-teman Fasilitator ..
32
From 5. Niken-Wisnu-Iwan-Widi to Everyone: 03:12 PM
Belajar untuk menyadai kembali bahwa bekerja juga bagian dari doa. Melayani di Gereja dan
Rumah juga bagian dari doa. Menyadari peran Utama Tuhan sebagai penyelenggara hidup.
33