Pemahaman Tentang
Bimbingan Konseling
By. Miftahul Aula Sa'adah, M.Psi, Psikolog
Problematika
Internal Konselor
Masalah yang timbul sebenarnya berasal dari para konselor itu
sendiri. Pandangan para konselor yang salah tentang BK
menyebabkan mereka salah langkah dalam memberikan pelayanan
BK. Pandangan tersebut antara lain :
1. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan
pekerjaan dokter dan psikiater.
2. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
3. Bimbingan dan konseling mampu bekerja sendiri.
4. Bimbingan dan konseling dianggap sebagai proses pemberian
nasihat semata.
Menyamakan Pekerjaan
BK dengan Dokter /
Psikiater
Persamaan Perbedaan
Pekerjaan BK dengan pekerjaan dokter/psikiater Dokter/psikiater bekerja dengan orang sakit, cara
sama-sama menginginkan klien/pasien terbebas penyembuhan bersifat reseptual dan pemberian obat,
dari penderitaan yang dialaminya, melalui serta teknis medis lainnya sedangkan konselor bekerja
dengan orang normal (sehat), namun sedang
berbagai teknik yang telah teruji sesuai dengan
mengalami masalah, BK memberikan cara-cara
bidang pelayanannya, baik dalam mengungkap
pemecahan masalah secara konseptual melalui
masalah klien/pasien, mendiagnosis, melakukan
pengubahan orientasi pribadi, penguatan
prognosis, ataupun penyembuhannya. mental/psikis, dan modifikasi perilaku.
Menyamaratakan
Cara Pemecahan
Masalah Bagi Semua
Walaupun masalah yang dihadapi klien sejenis atau
sama, penyelesaiannya tetap saja tidak bisa
Klien disamaratakan. Cara apapun yang akan dipakai untuk
mengatasi masalah harus disesuaikan dengan pribadi
klien, jenis dan sifat masalah, tujuan yang ingin
dicapai, kemampuan guru BK, dan sarana yang
tersedia. Masalah yang tampaknya “sama” setelah
dikaji secara mendalam ternyata hakikatnya berbeda,
sehingga diperlukan cara atau strategi yang berbeda
untuk mengatasinya.
Pendidikan 02
Guru bimbingan dan konseling
di sekolah adalah ‘polisi
sekolah”.
Problematika utama dalam
pelaksanaan BK di dunia Bimbingan dan konseling
pendidikan juga disebabkan adanya
03 dibatasi hanya untuk siswa
kekeliruan pandangan seperti ini : tertentu saja.
BK Hanya Pelengkap
Kegiatan Pendidikan
BK di sekolah secara umum termasuk ke dalam ruang
lingkup upaya pendidikan di sekolah, namun tdk
berarti bahwa dgn penyelenggaraan pengajaran yang
baik saja seluruh misi sekolah akan dapat dicapai .
Pada hakikatnya BK dan pendidikan adalah dua unsur
yg saling membutuhkan dan saling melengkapi. BK
memiliki derajat dan tujuan yang sama dgn pelayanan
pendidikan, yaitu mengantarkan para siswa
memperoleh perkembangan diri yang optimal.
Perbedaannya hanya terletak pada tugas dan
fungsinya, masing2 memiliki karakteristik tugas, dan
fungsi yg khas dan berbeda.
Petugas BK di Sekolah Diperankan
Sebagai “Polisi Sekolah”
Banyak anggapan bahwa peranan konselor sekolah adalah
sebagai polisi sekolah yg harus menjaga dan mempertahankan
tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah.
Banyak siswa tidak mau datang kepada konselor karena
menganggap kedatangannya akan membuka aib, bahwa ia
telah berbuat salah/predikat2 negatif lainnya. Anggapan ini
merugikan, padahal konselor haruslah menjadi teman dan
kepercayaan siswa.
Guru BK bukanlah pengawas ataupun polisi yang selalu
mencurigai dan menangkap siapa saja yang bersalah. Guru BK
adalah kawan pengiring, pembangun kekuatan dan pembina
tingkah laku positif yang dikehendaki.
BK Dibatasi Hanya Menangani Masalah-
masalah Yang Bersifat Insidental
Sering kali pelayanan BK bertitik tolak dari masalah yang
dirasakan klien sekarang, yg sifatnya diadakan. Namum
pada hakikatnya pelayanan BK menjangkau dimensi
waktu yg lebih luas, yaitu yg lalu, sekarang dan akan
datang. Konselor tidak hanya menunggu klien datang dan
mengungkapkan masalahnya.
Konselor harus memasyarakatkan dan membangun
suasana BK serta mampu melihat hal2 tertentu yg perlu
diolah, ditanggulangi, diarahkan, dan secara umum
diperhatikan demi perkembangan segenap individu.
Konselor harus menyusun program menyeluruh yang
berkesinambungan dari waktu ke waktu.
BK dibatasi hanya untuk
siswa tertentu saja
Pelayanan BK bukan tersedia dan tertuju hanya
untuk klien2 tertentu saja, tetapi terbuka utk
segenap individu ataupun kelompok yg
memerlukan.
BK tidak mengenal penggolongan siswa2 atas
dasar mana golongan siswa tertentu
memperoleh pelayanan yg lebih dari golongan
siswa lainnya.
Jika pun ada penggolongan, maka didasarkan
atas klasifikasi masalah (seperti BK pendidikan,
jabatan/karier, keluarga/perkawinan). Bukan
atas dasar kondisi klien (jenis kelamin, kelas
sosial/ekonomi, agama, suku, dll)
Pelayanan BK berpusat pada keluhan
pertama (gejala) saja
Usaha pemberian bantuan memang diawali
dengan melihat gejala2 atau keluhan awal yg
disampaikan oleh klien. Namun, jika
pembahasan masalah itu dilanjutkan, didalami,
dan dikembangkan sering kali ternyata masalah
yg sebenarnya lebih jauh, lebih luas, lebih pelik
dari apa yg sekedar tampak/disampaikan klien.
Usaha pelayanan BK seharusnya dipusatkan
pada masalah yang sebenarnya. Konselor tidak
boleh terpukau oleh keluhan dan masaah yg
pertama disampaikan klien. Konselor harus
mampu menyelami sedalam2nya masalah klien
yg sebenarnya.
BK Menangani Masalah Yang
Ringan
Menetapkan sesuatu masalah berat/ringan,
tidaklah mudah. Suatu masalah mungkin
tampaknya ringan tetapi setelah dikaji dan
diungkapkan berbagai sangkut pautnya, ternyata
adalah berat, dan sebaliknya.
Kadar penanganan (berat/ringan) semata-mata
disesuaikan dengan pribadi klien, jenis masalah,
tujuan yang ingin dicapai, kemampuan konselor,
sarana yang tersedia, dan kerjasama dengan
pihak2 lain.
Jika konselor telah mengarahkan kemampuannya
dan sarana yg penuh untuk mengatasi masalah
klien, dan masalah itu belum teratasi maka
pengalihtanganan klien perlu dilakukan.