Otorisasi
Rizki Novendra,
S.Kom.,M.MSI.,MTA Syahtriatna, M.Kom Apriansyah, M.Kom.,MTA
Capaian CP - Program Studi
Pembelajaran S.1 : Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
(CP) S.11 : Menunjukkan sikap dan kepribadian yang berpedoman pada 7 nilai Unilak (religius, jujur, visioner, bijaksana, disiplin, bermartabat, dan
kerjasama) berlandaskan nilai-nilai budaya melayu
S.14 : Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora yang sesuai dengan bidang keahliannya
U.17 : Mampu mengambil keputusan secara tepat dalam konteks penyelesaian masalah di bidang keahliannya, berdasarkan hasil analisis informasi
dan data
K.23 : Mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan terorganisasi dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi
K.24 : Mampu menggunakan dan menerapkan konsep-konsep teoritis dan empiris dalam menyelesaikan masalah di bidang teknologi informasi dan
komunikasi
K.29 : Mampu melakukan simulasi proses bisnis/organisasi yang diusulkan dan memperbaikinya jika diperlukan
K.30 : Mampu memodifikasi/mengkustomisasi proses menyesuaikan kebutuhan budaya & konteks local
K.31 : Mampu menganalisis kebutuhan informasi individu staf, unit organisasi, atau organisasi
K.39 : Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan termasuk kemampuan untuk mengungkapkan ide dan solusi secara jelas
P.45 : Menguasai konsep dan teori dasar bidang sistem informasi
P.54 : Memiliki wawasan permasalahan bisnis & SI/TI globa
P.57 : Memahami konsep & metode perancangan, pembangunan, implementasi, dan evaluasi aplikasi SI
CP - Mata Kuliah
- Memahami konsep pengembangan sistem dan proses terpadu, pengembangan berorientasi objek dan manajemen proyek. Memahami siapa
itu sistem analis, apa saja jobdesk nya. S.14 K.24 P.45 P.54 P.57
- Mampu membuat dan menganalisis proses bisnis serta mengkonversikannya dalam bentuk diagram UML (Unified Modelling Langguage)
U.17 K.23 K.29 K.30 K.31
- Mampu berkomunikasi dalam pembagian jobdesk secara konsep manajemen proyek K.39
Deskripsi Analisis Disain Sistem Informasi merupakan ilmu dasar yang didalam pendidikan informatika atauilmu komputer. Yang pada dasarnya merupakan
Singkat MK proses Analisis dengan menggunakan tahapanSDLC dan UML (unified modeling language)
Materi Bahan Kajian
Pembelajaran Mata kuliah ini mempelajari tentang Analisis Disain Sistem Informasi dengan menggunakan UML (Unified Modelling Language)
/ Pokok Pokok Bahasan
Bahasan Dalam matakuliah ini mahasiswa akan mempelajari tentang :
1. Pendahuluan
2. The World Of Modern System Analyst
3. Project Management and Inception Phase
4. The Requirement Dicipline
5. Object Oriented and The Unified Process (SDLC)
6. Use Case
7. Use Case Description
8. Event Table
9. Class Diagram
10. CRUD (Create, Read, Update, Delete )11. Activity Diagram
12. System Sequence Diagram
Pustaka Utama :
Jackson, R. B., Burd, S. D., Satzinger, J. W. (2004). Object-oriented Analysis and Design with the Unified Process. Britania Raya: Course
Technology.
Pendukung :
Rizki, R. N., & Sadar, M. (2019). Pengembangan Sistem Transaksi Penjualan dan Pembelian Pada Peron Sawit Menggunakan Aplikasi. ZONAsi:
Jurnal Sistem Informasi, 1(1), 10-20.
Media Software : Hardware :
Pembelajaran Microsoft Visio PC/Laptop, Infocus, white board
Team 1. Rizki Novendra, S.Kom.,M.MSI.,MTA
Teaching 2. Eddisyah Putra Pane, M.Kom.,MTA
Mata Kuliah -
Syarat
Mahasiswa mampu memahami the 1. Menjelaskan Ceramah, diskusi dan Mahasiswa merespon aktif 5%
requirement dicipline aktifitas dari Contextual Teaching materi yang diberikan
requirement discipline Learning dengan cara bertanya dan
2. Menjelaskan berdiskusi
perbedaan antara
fungsional dan non
4 fungsional 3x50menit
system requirements
3. Menjelaskan jenis
dari
informasi yakni yang
dibutuhkan untuk
mengembangkan
system
1. Menjelaskan tujuan Ceramah, diskusi dan Mahasiswa merespon aktif 5%
dan berbagai tahapan Contextual Teaching materi yang diberikan
SDLC (soffware Learning dengan cara bertanya dan
development life berdiskusi
cycle)
2. Menjelaskan kapan
menggunakan
pendekatan adaptif
kepada SDLC di
tempat SDLC yang
lebih
Mahaiswa bisa memahami materi object prediktif
5 3x50menit
oriented and unified process 3. Menjelaskan
bagaimana siklus
hidup proses terpadu
(UP) yang lebih
adaptif menggunakan
pengembangan iteratif
dan
inkremental
4. Menjelaskan
perbedaan antara
model, tool, teknik dan
metodologi
Mahaiswa bisa memahami dan membuat 5. Pengertian usecase Project Based Learnig Mahasiswa mengerjakan 5%
usecase diagram & usecase description diagram & usecase tugas dalam bentuk project
description dengan cara berkolaborasi
6. Atribut dan notasi dalam satu kelompok.
usecase diagram Dosen bertugas sebagai
6 7. Membuat usecase 3x50menit tutor yang mendampingi
diagram & usecase dan memfasilitasi kegiatan
description diskusi
berdasarkan soal kasus
Project Based Learnig Mahasiswa mengerjakan 5%
1. Pengertian usecase tugas dalam bentuk project
description dengan cara berkolaborasi
2. Atribut dan notasi dalam satu kelompok.
7 Mahaiswa bisa memahami dan membuat usecase description Dosen bertugas sebagai
3x50menit
usecase description 3. Membuat usecase tutor yang mendampingi
description dan memfasilitasi kegiatan
berdasarkan soal kasus diskusi
3. Kemampuan apa saja yang harus dimiliki oleh seorang sistem analis?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan WBS dan Gantt Chart, serta fungsinya
4 Pertemuan 5 1. Jelaskan tujuan dan berbagai tahapan SDLC (soffware development life cycle)
2. Jelaskan kapan menggunakan pendekatan adaptif kepada SDLC di tempat SDLC yang lebih
prediktif
3. Jelaskan bagaimana siklus hidup proses terpadu (UP) yang lebih adaptif menggunakan
pengembangan iteratif dan inkremental
4. Jelaskan perbedaan antara model, tool, teknik dan metodologi
Proses Bisnis
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak.
6 Pertemuan 9 1. Buatlah event table berdasarkan soal kasus berikut :
Proses Bisnis
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak.
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak
3 produk daun teh yang dijual oleh Wittea adalah hasil produksi dari kebun pribadi milik
perusahaan yang terletak di Bandung. 3 jenis daun teh tersebut adalah white tea, black tea, dan
green
tea. Kebun teh Wittea memiliki luas 16,2 ha dan dibagi ke dalam 12 sektor dengan masing-masing
sektor
seluas 1,35 ha. Mengingat permintaan green tea yang besar di pasar Indonesia, maka untuk
penanaman
green tea menggunakan 6 sektor, yaitu di Sektor 1 sampai Sektor 6. Sedangkan untuk penanaman
black
tea dilakukan di Sektor 7 sampai Sektor 9 (3 sektor). Sektor 10 sampai Sektor 12 untuk penanaman
white tea (3 sektor). Pembagian tanah ke dalam beberapa sektor ini dilakukan untuk mempermudah
dalam perawatan dan kontrol tanaman.
Terdapat 8 orang yang bertugas di dalam masing-masing sektor, dengan komposisi 7 orang
petugas dan 1 orang supervisor. Kedelapan orang ini lah yang akan bertanggungjawab untuk
melakukan
kontrol dan perawatan rutin atas tanaman-tanaman teh di masing-masing sektornya. Kontrol
kesehatan
tanaman dilakukan oleh para petugas setiap 3 hari sekali dengan melakukan tes keasaman (pH)
tanah di
9 titik yang telah ditentukan dalam tiap sektor. Setelah tes dilakukan, para petugas akan
melaporkannya
kepada supervisor masing-masing sektor untuk dibuatkan catatan hasil kontrol yang merincikan
hasil tes
keasaman di tiap titik.
Apabila di dalam hasil tes ditemukan tanah dengan tanda-tanda penurunan atau peningkatan
tingkat keasaman yang tidak wajar, maka supervisor akan meminta petugas yang menemukan kasus
tersebut untuk mengambil tindakan. Supervisor kemudian akan mencatat tindakan yang telah
dilakukan,
petugas yang melakukannya, dan bahan/alat apa yang dipakai.
Selain kontrol tanaman, petugas-petugas juga melakukan perawatan rutin dengan melakukan
penyiraman dan pemangkasan daun-daun tua setiap 3 hari sekali, serta pemupukan tanaman setiap 3
minggu sekali. Setiap perawatan rutin telah dilakukan, petugas-petugas akan melaporkannya
kepada
supervisor dan akan membuat catatan perawatan rutin. Apabila pada saat kontrol tanaman ataupun
perawatan rutin ditemukan tanaman yang rusak akibat terserang hama atau sakit, maka petugas
akan
melaporkannya kepada supervisor masing-masing sektor dan tanaman yang rusak atau sakit
tersebut
akan dicabut seutuhnya dan dicatat ke dalam catatan tanaman rusak