Anda di halaman 1dari 80

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TURUNNYA MINAT BELI

KONSUMEN KOPI
(Studi Kasus : Kedai Kopi Bale 61 – Kabupaten Bandung)

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program Strata Satu (S-1)
Teknik Industri

Disusun oleh :
Idham Hambali
41155010140039

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesian merupakan negara kaya akan hasil alamnya yang sangat
berlimpah, terbukti dengan banyakya hasil alam yang diekspor. Hasil alam
yang melimpah di Indonesia menjadikan sumber pemikiran masyarakat untuk
mengolah menjadi suatu produk di mana produk tersebut yang tadinya tidak
bernilai menjadi barang yang bernilai tinggi dan mampu dinikmati semua
orang. Salah satu hasil alam Indonesia yang memiliki peranan penting adalah
biji kopi, terbukti Indonesia telah mengeskor biji kopi dengan peringkat ke-4 di
Dunia atau ke-2 di Asia setelah Vietnam. Indonesia sendiri memiliki
keragaman wilayah di mana terdiri atas pulau- pulau menjadikan varietas unik
pada biji kopi di mana masing-masing wilayah atau daerah penghasil kopi
memiliki karakteristik kandungan rasa biji kopi yang khas, oleh sebab itu biji
kopi dapat menjadi peluang bisnis yang besar dan yang pastinya
menguntungkan.
Diawali dengan datangnya waralaba asing yakni Starbucks yang
mampu menciptakan tren meminum kopi menjadi gaya baru khususnya pada
kaum Milineal saat ini, di mana kedai kopi dijadikan tempat untuk berkumpul
teman dengan hanya sekedar chit-chat santai sampai mengobrol tentang bisnis.
Setelah Starbucks memasuki pangsa pasar Indonesia dan berkembang sangat
pesat lalu mulai lah bermunculan kedai-kedai kopi lokal yang berani bersaing
dengan menerapkan strategi-strategi yang berbeda untuk ditawarkan ke
konsumen sehingga konsumenpun mempunyai variatif pilihan untuk
menikmati seduhan kopi.
Awal mula dari kota-kota besar di Indonesia, bisnis kedai kopi
mewabah dan terus berkembang hingga tingkatan kabupaten. Salah satunya di
Kabupaten Bandung yang menjadi salah satu potensi ekonomi usaha kedai
kopi karena di kawasan tersebut dapat dikatakan kawasan yang sedang
berkembang dalam hal fasilitas umum seperti adanya apartemen baru,
pemukiman mewah, kawasan pendidikan, dan agro wisata. Hal tersebut dapat
menarik banyak masyarakat untuk berkunjug ke kawasan tersebut.
Perkembangan fasilitas umum di wilayah kabupaten Bandung
dimanfaatkan pula oleh pebisnis kedai kopi untuk menarik banyak konsumen,
karena selain tempat untuk menikmati kopi kedai juga seringkali dijadikan
tempat untuk bersantai dan bercengkrama sesama keluarga maupun teman-
teman. Ada banyak kedai kopi di kawasan kabupaten Bandung yang sedang
naik daun diantaranya kedai kopi 18 coffee and beveranges, conscience
rooftop dan bale 61.
Karena banyak munculnya kedai - kedai kopi lokal baru, menjadikan
persaingan bisnis antara kedai kopi 18 coffee and beveranges, conscience
rooftop dan bale 61 semakin ketat untuk menarik sebanyak mungkin konsumen
di mana segala upaya dan strategi-strategi marketing diterapkan untuk
memenangkan nilai ekonomi dan pamor.
Berdasarkan penelitian dan survey awal yang dilakukan kepada owner
ketiga kedai kopi tersebut didapat data penjualan pertahun (dilampirkan).
Tetapi dilihat dari fakta yang ada, kedai kopi bale 61 mengalami penurunan
penjualan pada tahun 2021, target penjualan per tahun yaitu sebesar 5.000
produk yang harus terjual, pada tahun 2020 target penjualan masih berada
dititik aman yaitu sebesar 5.843 sedangkan pada tahun 2021 kedai kopi bale 61
mengalami penurunan penjualan dengan nilai 32.899 produk yang terjual.
Kondisi pada 2021 dinilai menghawatirkan kedai kopi bale 61 karena dianggap
dibawah dari target penjualan yang berpotensi menyebabkan terjadinya
penurunan penjualan ditahun berikutnya.
Menyikapi fenomena yang timbul dari penurunannya minat konsumen
pada kedai bale 61, menjadikan Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui
faktor apa yang menyebabkan menurunnya penjualan dan diharapkan dapat
memperbaiki target penjualan ditahun berikutnya.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
yang terjadi :
1. Faktor apa saja yang menyebabkan menurunya target penjualan kedai
bale 61 ?
2. Strategi baru apa yang harus diterapkan dalam usaha meningkatkan
penjualan kedai bale 61 ?

1.3 Pembatasan Masalah


Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian, maka diperlukan beberapa pembatasan
masalah dan asumsi antara lain:
1. Penelitian ini membatasi kuesioner pelanggan yaitu sebanyak 100
orang.
2. Penelitian ini tidak membahas pembiayaan.
3. Penelitian ini hanya dilakukan terhadap kedai kopi 18 Coffee,
Conscience Rooftop dan Bale 61.
4. Data penelitian ini sudah termasuk faktor pandemi.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan menurunya target
penjualan di kedai bale 61.
2. Memberikan usulan metode penjualan dalam usaha meningkatkan
target penjualan di kedai bale 61.

1.5 Manfaat Penelitian


Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi
bagi pihak pengelola dalam menentukan strategi pemasaran yang baru untuk
meningkatkan minat beli konsumen.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penyusunan menguraikan susunan pembahasan laporan ini
secara sistematis. Adapun sistematika penyusunan laporan ini adalah sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang dilakukannya penelitian,
perumusan masalah, batasan masalah dan asumsi, tujuan dan manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI


Pada bab ini akan membahas teori-teori yang mendukung penelitian
ini dan metode-metode yang menjadi dasar analisis permasalahan yang ada dan
menjadi pedoman dalam pemecahan masalah.

BAB III METODA PENELITIAN


Pada bab ini dibahas mengenai jenis data, sumber data, metode yang
digunakan, instrumen yang digunakan, teknik analisis yang digunakan, serta
langkah-langkah kerangka berpikir yang ditempuh guna pemecahan masalah
dalam penelitian ini.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Pada bab ini menjelaskan tentang penyajian data penelitian, pengolahan
data yang terkumpul, dan pembahasan.

BAB V ANALISIS
Pada bab ini dipaparkan analisis pembahasan masalah berdasarkan hasil
pengumpulan data dan pengolahan data yang telah dilakukan dan berkaitan
dengan tujuan pemecahan masalah.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


Pada bab ini berisi simpulan dari semua penelitian yang sudah dilakukan
dan saran- saran atas kekurangan yang ada dalam penelitian ini yang mungkin
dapat berguna dalam pengembangan sistem ini selajutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pemasaran

2.1.1 Definisi Pemasaran


Menurut Kotler pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu
dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui
penciptaan dan pertukaran produk dan nilai satu sama lain.
Menurut American Marketing Association 2007 pemasaran adalah aktivitas,
serangkaian institusi dan proses menciptakan, mengkomunikasikan,
menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan,
klien, mitra, dan masyarakat umum (Tjiptono dan Chandra, 2012, p.3).
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah proses
pengenalan produk kepada orang-orang yang dijadikan target pemasaran dan
menawarkan pertukaran yang bernilai sesuai dengan manfaat yang diberikan oleh
produk.

2.2 Strategi Pemasaran

2.2.1 Pengertian Strategi Pemasaran


Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia (stratus = militer, dan ag =
memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jenderal. Konsep
ini relevan dengan situasi pada zaman dahulu yang sering diwarnai perang,
dimana jenderal dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatang perang agar dapat
selalu memenangkan pertemmpuran. Strategi juga bisa diartikan sebagai suatu
rencana untuk pembagian dan penggunaan kekuatan militer dan material pada
daerah-daerah tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi militer didasarkan
pada pemahaman akan kekuatan dan penetapan posisi lawana dan karekteristik
fisik medaan perang, kekuatan dan karakter sumberdaya yang tersedia, sikap
orang-oarng yang menempati teritorial tertentu, serta antisipasai terhadap setiap
perubahan yang mungkin terjadi.
Konsep strategi dalam militer seringkali diadaptasi dan diterapkan dalam dunia
bisnis, strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang
dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumber daya dan usaha
suatu organisasi. Semakin berkembangnya taktik (strategi) untuk memenengkan
pasar bisnis, maka semangkin banyak berkembang pula cara-cara untuk
memasarkan produk yang diproduksi oleh setiap produsen.
Menurut Stooner, Freeman dan Gilbert Jr, konsep strategi dapat dibedakan
menjadi dua perspektif yaitu: (1) dari perspektif apa yang suatu organisasi
lakukan (intends to do), dan (2) dari perspektif apa akhirnya organisasi lakukan
(eventually does). Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat
didefenisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi
dan mengimplementasikan misinya, maka yang terkandung dari strategi ini adalah
bahwa paara menajer memainkan peranan yang aktif, sadar, dan rasional dalam
merumuskan strategi organisasi. Sedangkan perspektif yang kedua, strategu
didefenisikan sebagi pola tanggapan atau respon organisasi terhadap
lingkungannya sepanjang waktu. Setiap organisasi tentunya memiliki strategi
termasuk bidang pemasaran dalam bisnis perusahaan.
Pemasaran sering kali diartikan dengan ‘penjualan’, padahal pengertian
pemasaran lebih luas dibandingkan penjualan. Menurut American Assosiation
(1935), pemasaran merupakan kinerja aktivitas bisnis yang mengatur aliran
barang dan jasa dari produsen kekonsumen. Pemasran didefinisikan sebagai total
aktivitas bisnis yang direncanakan untuk merencanakan, menetapkan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu
memuaskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Miller dan Layton, 2000).
Definisi pemasaran semakin berkembang, ini terlihat banyaknya definisi
baru tentang pemasaran. Menurut Kotler, Brown, Adam dan Amstrong pemasaran
adalah upaya untuk mewujudkan nilai dan kepuasan pelanggan dengan
mendapatkan laba. Kemudian defenisi pemasaran direvisi kembali oleh American
Marketing Assosiation (2004) menjadi, pemasaran adalah fungsi organisasi dan
serangkaian proses menciptakan, mengkonsumsi, dan menyampaikan nilai bagi
para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga
memberikan manfaat bagi para organisasi dan stakeholder-nya.
Strategi pemasaran didefiinisikan sebagai analisis strategi pengembangan
dan pelaksanaan kegiatan dalam pemilihan strategi pasar sasaran produk dalam
tiap unit bisnis, penetapan tujuan pemasaran, dan pengembangan pelaksanaan
serta pengelolaan strategi program pemasaran penentuan posisi pasar yang
dirancang untuk memenuhi kainginan pelanggan (costumer) pasar sasaran.
Strategi pemasaran merupakan salah satu senjata bagi perusahaan untuk
menghadapi persaingan pasar. Pada dasarnya strategi pemasaran adalah
mencarikan kecocokan antara kemampuan internal perusahan dengan peluang
eksternal yang ada dipasar. Mengenali karekteristik pasar dan struktur pasar
sangatlah menguntungkan bagi perusahaan untuk dapat tetap bersaing surviove
(kelansungan hidup perusahaan). Kelemahan dan kaunggulan perusahaan
hendaknya dianalisis sehingga menjadi sebuah titik tolak yang kuat buat
perusahaan dalam mengambil keputusan yang efektif dan efesien serta untuk
memperkuat posisinya dari para pesaingyang ada.

2.2.2 Tujuan Strategi Pemasaran


Setiap tindakan yang dilakukan oleh perusahaan ataupun badan usaha
lainnya tentu mengandung suatu maksud dan tujuan tertentu. Penetapan tujuan ini
disesuaikan dengan keinginan pihak menajemen perusahaan itu sendiri. Badan
usaha dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai dapat dilakukan dengan
berbagai pertimbangan yang matang, kemudian ditetapkan cara-cara untuk
mencapai tujuan tersebut.
Dalam prakteknya tujuan suatu perusahaan dapat bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang, dalam jangka pendek biasanya hanya bersifat sementara dan juga
dilakukan sebagai langkah untuk mencapai tujuan jangka panjang. Demikian pula
dalam hal menjalankan kegiatan strategi pemasaran suatu perusahaan memiliki
banyak kepentingan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Secara umum tujuan dari sebuah strategi pemasaran khususnya pemasaran jasa
adalah untuk:
1. Memaksimumkan konsumsi, atau dengan kata lain memudahkan dan
meransang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli
produk yang ditawarkan secara berulang-ulang
2. Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang
diinginkan konsumen
3. Memaksimumkan pilihan (ragam produk) sehingga pelanggan (costumer)
dapat memiliki beragam pilihan juga
4. Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan
kepada para pelanggan dan menciptakan iklim yang efisien.

Tujuan dari strategi pemasaran itu sendiri selain dari beberapa poin diatas
dengan kata lain adalah memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Kepuasan
pelanggan yaitu apabila komponen kepuasan tersebut terpenuhi secara lengkap,
berikut ini merupakan komponen-komponen yang dapat memberikan kepuasan
bagi konsumen. :
1. Tangibles
Merupakan bukti fisik yang harus dimiliki oleh para karyawan seperti gedung.
Perlengkapan kantor, daya tarik karyawan, sarana komunikasi dan sarana fisik
lainnya.
2. Responsivitas
Yaitu adanya keinginan dan kemauan karyawan dalam memberikan pelayanan
kepada costumernya.
3. Assurance
adanya jaminan bahwa karyawan memiliki pengetahuan, kompetensi, kesopanan,
dan sifat atau peilaku yang dapat terperacaya.
4. Reliabilitas
Yaitu kemampuan perusahaan jasa dalam memberikan pelayanan yang telah
dijanjikan dengan cepat, akurat, serta memuaskan pelanggannya.
5. Empati
Yaitu mampu memberikan kemudahan serta menjalin hubungan dengan nasabah
secara efektif.

2.2.3 Komponen Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran mempunyai empat komponen utama, yaitu :
1. Pasar sasaran : kelompok customer spesifik yang akan menjadi fokus pada
strategi pemasaran suatu produk.
2. Tujuan Bisnis : alasan terjun kedunia bisnis.
3. Positioning : satu atau dua manfaat utama dari produk atau jasa yang
dipilih menjadi inti dari strategi tersebut. Positioning bertindak untuk
mengkoordinasikan seluruh program.
4. Program : aksi yang dijalankan guna menerapkan strategi itu. Terkadang
disebuk taktik atau bauran pemasaran (marketing mix), aksi-aksi ini
berkaitan cdengan aktifitas seperti pemilihan produk (product), penetapan
harga (price), promosi (promotion), dan distribusi (place).

Pasar sasaran dan posotioning merupakan inti dari strategi pemasaran,


tanpa menjelaskan secara spesifik pasar sasaran dan positioning strategi tidak
dapat mengoordinasikan, mengonsentrasikan, atau mengomunikasikan.
Positioning memiliki banyak manfaat bagi suatu perusahaan, positioning yang
efektif didasarkan pada kinerja yang lebih unggul dalam hal manfaat yang penting
bagi cutomer sasaran dan kemampuan untuk mempertahankan kinerja manfaat
tersebut seiring perjalanan waktu.

2.2.4 Segmentasi Pemasaran


Pasar terdiri dari banyak pembeli, dan para pembeli berbeda dalam satu
atau beberapa hal. Misalnya berbeda dalam keinginan, lokasi, sikap bembelian,
dan praktek pembelian yang dilakukan. Tidak dapat dipunkiri bahwa setiap
individu adalah unik, setiap individu tetap memiliki kemauan, kebutuhan,
motivasi yang beraneka ragam atau unik. Selera konsumen selau berubah
begitupun dengan struktur harga yang ditetapkan . Sementara pada saat yang sama
terobosan baru dibidang teknologi informasi bermunculan. Persaingan semakin
tajam, tidak hanya produk dari dalam negeri saja tetapi juga produk dari luar
negeri, bahkan yang lebih rumit lagi adalah semakin banyaknya konsumen yang
membeli barang.
Jelaslah bahwa strategi menjadi faktor utama untuk mengantisipasi dalam
menghadapi perilaku konsumen yang beraneka ragam. Strategi pemasaran harus
sesuai dengan dinamika pasar, dengan visi dan realitas yang tengah berlangsung
Disamping itu, strategi harus mudah dipahami, sehingga memacu para personil
untuk melakukannya. Untuk memahami perilaku konsumen, terlebih dahulu
pemasaran harus dapat membuat strategi pemasaran pasar. Segmentasi berarti
memilah-milah konsumen ke dalam kelompok-kelompok mempunyai kesamaan
kebutuhan. Segmentasi pasar merupakan strategi yang sangat penting dalam
pengembangan program pemasaran pemasaran. Dengan adanya segmentasi pasar
diharapkan usaha pemasaran yang dilakukan dapat.
Strategi yang sangat penting dalam mengembangkan program pemasaran. Dengan
adanya segmentasi pasar diharapkan usaha pemasaran yang dilakukan dapat
mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efesien. Segmentasi pasar
dikembankan memilih salah satu pasar sasaran yang bisa diidentifikasikan dari
berbagai sudut pandang seperti, demografi, perilaku dan psikografi.
Strategi segmentasi yang tepat, dapat mengurangi tekanan persaingan ketika
persaingan tidak dapat memenuhi produk yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan segmen yang khusus. Pesaing yang hanya memiliki satu produk untuk
memenuhi kebutuhan umum akan kalah dengan perusahaan yang memiliki
banyak produk dan dapat memenuhi kebutuhan segmen khusus.
Pada hakikatnya perusahaan tidak dapat melayani seluruh pelanggan, apalagi
terdapat pesaing yang memiliki posisi lebih baik si pasar tertentu. Oleh karena itu,
perusahaan biasanya memilih bagian pasar yang paling efektif untuk dimasuki.
Ada perusahaan yang mempunyai pola pikir melalui 3 tahap, yaitu :
1. Pemasaran massal
Pada tahap ini perusahan memproduksi, mendistribusikan, dan mempromosikan
secara besar-besaran. Akan tetapi hanya satu jenis produk untuk seluruh pembeli.
2. Pemasaran aneka produk
Pada tahap ini perusahaan memproduksi dua atau lebih jenis produk yang masing-
masing berlainan dalam mode, ukuran, dan kualitas dari produk tersebut.
3. Pemasaran sasaran
Pada tahap ini pasar mulai dipisahkan secara jelas ke dalam banyak segmen pasar,
kemudian memilih satu atau lebih segmen, memproduksi dan
mengembangkannya dengan bauran pemasaran yang dirancang secara khusus
untuk masing-masing segmen.

2.3 Pengertian dan Faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli


2.3.1 Pengertian Minat Beli
Minat beli (niat membeli) merupakan keinginan yang muncul dalam diri
konsumen terhadap suatu produk sebagai dampak dari suatu proses pengamatan
dan pembelajaran konsumen atau individu tersebut terhadap suatu produk.
(Durianto, 2003), mengungkapkan bahwa “Minat beli adalah keinginan untuk
memiliki produk, minat beli akan timbul apabila seseorang konsumen sudah
terpengaruh terhadap mutu dan kualitas dari suatu produk,  informasi seputar
produk, harga, cara membeli dan kelemahan serta keunggulan produk dibanding
merek lain. Sedangkan (Simamora, 2001), mengatakan bahwa ”Minat beli (niat
beli) terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar kepercayaan terhadap
produk yang diiringi dengan kemampuan untuk membeli produk.” Selain itu, niat
beli terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang
lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Niat beli juga dapat timbul apabila
seorang konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputar
produk yang diperoleh melalui iklan, pengalaman orang yang telah
menggunakannya, dan kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk. 
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa minat beli timbul
karena adanya ketertarikan dari individu tersebut terhadap produk yang diamati
dan diiringi dengan kemampuan untuk membeli produk tersebut. Selain itu
produk yang telah diamati dan dipelajari tersebut juga akan lebih mudah untuk
diperoleh. (Setiadi, 2003), menyatakan bahwa “Minat beli (niat beli) dibentuk
dari sikap konsumen terhadap produk yang terdiri dari kepercayaan konsumen
terhadap merek dan evaluasi merek, sehingga dari dua tahap tersebut muncullah
minat untuk membeli”. Semakin rendah tingkat kepercayaan konsumen terhadap
suatu produk akan menyebabkan semakin menurunnya minat beli konsumen.
Minat untuk membeli merupakan suatu yang berhubungan dengan rencana
konsumen untuk membeli produk tertentu pada waktu tertentu. 
Pembelian nyata terjadi apabila konsumen telah mempunyai minat untuk membeli
suatu produk. Menurut (Durianto, 2003), yaitu: “Pembelian nyata merupakan
sasaran akhir konsumen di mana minat beli merupakan pernyataan mental
konsumen yang merefleksikan perencanaan untuk membeli sejumlah produk
dengan merek tertentu, pengetahuan akan produk yang akan dibeli sangat
diperlukan oleh konsumen”. Sedangkan menurut Hurlock dalam (Efnita, 2005),
minat adalah suatu sumber motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk
melakukan apa yang diinginkannya. Pada dasarnya minat merupakan bentuk
penerimaan akan suatu hubungan antara diri seseorang dengan sesuatu di luar
dirinya, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut maka semakin besar minat.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa minat tidak dibawa dari
lahir, melainkan diperoleh kemudian sebagai akibat rangsangan adanya suatu hal
yang menarik. 
Lebih lanjut (Durianto, 2003), mengungkapkan bahwa “Minat beli timbul karena
setiap konsep terhadap suatu objek atau produk, keyakinan konsumen akan
terhadap suatu produk, di mana semakin rendah keyakinan konsumen terhadap
suatu produk maka semakin rendah minat beli konsumen”. Selain itu niat beli
terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya pengaruh dari orang lain
yang dipercaya oleh calon konsumen. Niat beli juga dapat timbul apabila seorang
konsumen merasa sangat tertarik terhadap berbagai informasi seputar produk yang
diperoleh melalui iklan, pengalaman orang yang telah menggunakannya, dan
kebutuhan yang mendesak terhadap suatu produk. 
Menurut (Kotler, 2000), bahwa :
”Dalam tahap evaluasi proses keputusan pembelian, konsumen membentuk
kesukaan / minat atas merek-merek dalam sekumpulan pilihan-pilihan, konsumen
juga mungkin membentuk minat untuk membeli produk yang paling disukai.” 
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Konsumen
Menurut (Kotler, 2000) faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli
konsumen adalah : 
1. Harga 
Harga merupakan salah satu keputusan yang penting bagi manajemen. Harga yang
ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos dan dapat menghasilkan laba.
Prinsipnya dalam penentuan harga ini adalah menitikberatkan pada kemauan
pembeli untuk harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk
menutup ongkos-ongkos dan menghasilkan laba. 
2. Produk (Tingkat Efisiensi) 
Produk menurut (Kotler, 2000) produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dibeli, dikonsumsi, dan dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan, produk mencakup obyek secara fisik, jasa
orang, tempat, organisasi, dan ide. 
(Tjiptono, 2000) menjelaskan bahwa efesiensi produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, digunakan atau
dikonsumsi pasar secara praktis, hemat dan efesien sebagai pemenuhan kebutuhan
atau keinginan pasar yang bersangkutan . 
Pada dasarnya produk merupakan satu ikatan jasa yang disediakan untuk
memuaskan kebutuhan konsumen. Berbagai atribut yang melekat pada produk
hanya akan menghasilkan value jika atribut tersebut menghasilkan manfaat bagi
konsumen. Oleh karena itu, maka jasa yang dihasilkan oleh suatu produk dimulai
sejak saat pelanggan berusaha mencari produk sampai saat pelanggan
menghentikan pemakaian produk. Atribut produk yang efesien adalah unsur-unsur
produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan pembelian. 
3. Promotion (Promosi)
Produk yang berkualitas tidak akan terjual jika tidak dilakukan promosi. Promosi
merupakan kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan mengkomunikasikan
produk atau perusahaan Anda kepada audiens.
Promosi bertujuan untuk menginformasikan ke market atau konsumen mengenai
produk atau bisnis Anda. Promosi dapat berupa iklan, public relations, publikasi
(media sosial dan media cetak) dan promosi penjualan. Public
relations mencakup press release, perjanjian sponsor, workshop atau seminar.
Audiens perlu diberikan awareness sehingga mereka merasa ingin membeli
produk Anda.
Kegiatan promosi sangat dipengaruhi oleh perencanaan strategi pemasaran
perusahaan untuk mempertahankan pelanggan dan market share, minimal dalam
periode jangka pendek.
4. Place (Distribusi)
Place dalam hal ini adalah tempat di mana konsumen bisa mendapatkan produk
Anda. Tempat produk Anda didistribusikan, bisa berupa franchise.
Menawarkan produk di lokasi yang tepat dan target market yang sesuai adalah
tujuan dari strategi ini.
Selain tempat, proses distribusi juga menjadi hal penting agar produk Anda bisa
sampai ke tangan konsumen.
Tiga aspek pokok yang juga menjadi penentu proses distribusi dalam strategi
pemasaran 4P adalah sistem transportasi perusahaan, sistem penyimpanan dan
pemilihan saluran distribusi (pedagang besar, pengecer, agen atau makelar).

2.4 Kuesioner
2.4.1 Pengertian Kuisioner
Kuesioner adalah satu set pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada
responden, kemudian responden melakukan record jawaban yang diberikan pada
kuesioner tersebut. Kuesioner merupakan mekanisme pengumpulan data yang
efisien jika peneliti mengetahui secara pasti data yang dibutuhkan dan bagaimana
mengukur variabel yang ditelti.

2.4.2 Perancangan Kuesioner


Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Bagian Pertama
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan diri responden (identitas
responden). Pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup dan terbuka.
2. Bagian Kedua
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian yang berisi data penilaian konsumen. Pertanyaan bersifat tertutup.

2.4.3 Desain Kuesioner


Seorang peneliti harus merancang kuesioner yang konsisten dengan
pengetahuan, minat, dan tingkat intelektualitas responden potensial. Ada tiga
faktor yang saling berhubungan dan harus diperhatikan oleh peneliti dalam
menyusun kuesioner agar tujuan penelitian berhasil, yaitu :
1. Karakteristik informasi yang ingin diketahui.
2. Metode penyebaran kuesioner.
3. Karakteristik responden yang diharapkan bisa memberikan informasi yang
dimaksud.
Secara umum, kuesioner dapat dikelompokkan berdasarkan struktur dan
kelangsungan. Struktur mengacu pada tingkat formalisasi pertanyaan dan
jawaban, sedangkan kelangsungan mengacu pada tingkat kesadaran dan
kewaspadaan responden terhadap maksud pertanyaan. Berdasarkan kedua hal
tersebut, kuesioner dapat dikelompokkan kedalam empat jenis, yaitu:
1. Kuesioner terstruktur dan langsung
Kuesioner yang disusun untuk riset pemasaran biasanya memiliki bentuk yang
terstruktur dan tujuan yang jelas bagi responden. Altenatif jawaban responden
disusun sedemikian rupa sehingga responden hanya perlu memberi tanda pada
tempat yang sesuai dcngan jawaban. Data yang terkumpul lebih mudah disimpan,
ditabulasikan. dan dianalisis karena memiliki bentuk yang standar, terstruktur, dan
sifat jawaban yang jelas. Kuesioner terstruktur dan langsung cocok digunakan jika
peneliti bermaksud untuk memperoleh informasi yang faktual dan langsung.
2. Kuesioner tidak terstruktur dan langsung
Kuesioner yang tidak terstruktur dan langsung biasanya terdiri dari pertanyaan
terbuka yang mengarah pada topik penelitian, namun memberikan kebebasan
kepada responden untuk menjawab sesuai dengan keinginan mereka. Peneliti
tidak memberikan altemative jawaban kepada responden, sehingga kemungkinan
altematif jawaban menjadi sangat banyak dan responden diberikan kebebasan
untuk menjawab.

2.4.4 Skala Pengukuran Instrumen Penelitian


Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian disini adalah skala
Likert. Menurut (Ridwan dan Kuncoro, 2008), skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
kejadian atau gejala sosial. Dengan mengguanakn skala Likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi-dimensi, dan dimensi tersebut
dijabarkan menjadi sub variabel dan kemudian sub variabel tersebut dijabarkan
lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.
Sehingga indikator-indikator yang terukur tersebut dapat dijadikan tolak ukur
untuk membuat item instrumen berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu
dijawab oleh responden. Setiap jawaban nantinya akan dihubungkan dengan
bentuk pernyataan ataupun dukungan sikap yang nantinya akan digambarkan
melalui penilaian berikut :

Tabel 2.1 Tabel Instrumen Skala Likert


Pernyataan Skor
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Kurang Setuju 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
(Sumber : Ridwan dan Kuncoro, 2008)

2.4.5 Penentuan Jumlah Sampel


Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mtode non-probality sampling, dimana setiap konsumen yang terpilih menjadi
sampel dalam penelitian tidak mempunyai pealuang atau kemungkinan sama.
Metode non-probality sampling sampling yang digunakan adalah teknik
convenience sampling. Pemilihan teknik penentuan sampel berdasarkan pada
kondisi dan lokasi penelitian yang memperoleh data dari sekumpulan populasi
sehingga penelitian menggunakan teknik tersebut untuk memudahkan peneliti
dalam pengambilan sampel. Berdasarkan (Supramono dan Haryanto, 2005),
convenience sampling merupakan sampel yang diambil dari siapa saja anggota
populasi yang bersedia menjadi responden.
Jumlah sampel yang digunakan adalah berdasarlkan pendekatan jumlah
pengunjung per bulan dan pengambilan sampel dilakukan atas sebaran normal
dalam statistik, yakni minimal 100 sampel untuk menghindari sampel error dan
tidak menyebar normal. Penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan
berdasarkan hasil perhitungan mengunakan rumus Slovin (Umar, 2005) yaitu :

N
n= …………………….. (2.1)
1+ N ( e )2

Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
E = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan

2.5 Metode Sampling


2.5.1 Konsep Sampling
Pada penelitian dengan metode survei, peneliti tidak harus meneliti semua
individu yang terdapat dalam populasi dengan alasan ketidakpastisan, karena
membutnhkan waktu lama, biaya besar, dan keterbatasan sumber daya. Dengan
demikian, peneliti bisa hanya meneliti sebagian dari populasi saja, ya itu beberapa
sampel yang dapat mewakili dan menggambarkan sifat populasi yang diinginkan
secara keseluruhan. Aktivitas ini disebut sampling.
Beberapa sifat yang harus dipenuhi dalam melakukan sampling agar tujuan
sampling dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu :
 Menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari populasi yang diteliti.
 Mudah dilaksanakan.
 Memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya sekecil mungkin.
2.5.2 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang secara
umum terbagi dua yaitu probability sampling dan non probability sampling.
Dalam pengambilan sampel cara probabilitas besarnya peluang atau probabilitas
elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek diketahui. Sedangkan dalam
pengambilan sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen untuk
ditentukan sebagai sampel tidak diketahui. Menurut (Sekaran, 2006), desain
pengambilan sampel dengan cara probabilitas jika representasi sampel adalah
penting dalam rangka generalisasi lebih luas. Bila waktu atau faktor lainnya, dan
masalah generalisasi tidak diperlukan, maka cara non probability biasanya yang
digunakan.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik
ini meliputi simpel random sampling, sistematis sampling, proportioate stratified
random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan cluster
sampling
a. Simple random sampling
Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara
acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.
b. Sampling Sistematis
Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang
berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas
tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.
c. Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan
sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.
d. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip
dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas
populasi. Namun, ketidakproporsionalan penentuan sampel didasarkan pada
pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang proporsional
pembagiannya.
e. Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi
sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan
perusahaan yang tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang
dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara
random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan pada masing-masing
daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified random
sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
2. Non Probabilty Sampel
Non probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau
peluang yang sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam non
probability ini antara lain : Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling
Insidential, Sampling Purposive, Sampling Jenuh, dan Snowball Sampling.
a. Sampling Kuota,
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang
memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.
b. Sampling Insidential,
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja
yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan
karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.
c. Sampling Purposive,
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
khusus sehingga layak dijadikan sampel.
d. Sampling Jenuh,
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya
dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih
senang menyebutnya total sampling.
e. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil
kemudian terus membesar ibarat bola salju (seperti multi level marketing).
2.6 SPSS
2.6.1 Pengertian SPSS
SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis
statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan
menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak dialog yang sederhana sehingga
mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Beberapa aktivitas dapat
dilakukan dengan mudah dengan menggunakan pointing dan clicking mouse
(Hartatik, 2011).
SPSS banyak digunakan dalam berbagai riset pemasaran, pengendalian dan
perbaikan mutu (quality improvement), serta riset-riset sains. SPSS pertama kali
muncul dengan versi PC (bisa dipakai untuk komputer desktop) dengan nama
SPSS/PC+ (versi DOS). Tetapi, dengan mulai populernya system operasi
windows. SPSS mulai mengeluarkan versi windows.
Pada awalnya SPSS dibuat untuk keperluan pengolahan data statistik untuk ilmu-
ilmu social, sehingga kepanjangan SPSS itu sendiri adalah Statistikal Package for
the Social Sciens. Sekarang kemampuan SPSS diperluas untuk melayani berbagai
jenis pengguna (user), seperti untuk proses produksi di pabrik, riset ilmu sains dan
lainnya. Dengan demikian, sekarang kepanjangan dari SPSS Statistical Product
and Service Solutions.
SPSS dapat membaca berbagai jenis data atau memasukkan data secara langsung
ke dalam SPSS data editor. Bagaimanapun struktur dari file data mentahnya,
maka data dalam Data Editor SPSS harus dibentuk dalam bentuk baris (cases) dan
kolom (variabels). Case berisi informasi untuk satu unit analisis, sedangkan
variabel adalah informasi yang dikumpulkan dari masing-masing kasus
(Sulistyorini, 2012).

2.6.2 Manfaat SPSS


Beberapa manfaat dan kemudahan lainnya yang dimiliki SPSS dalam
pengoperasiannya adalah karena SPSS menyediakan beberapa fasilitas seperti
berikut ini:
1. Data editor, merupakan jendela untuk pengolahan data.
2. Viewer, mempermudah pemakai untuk melihat hasil pemrosesan,
menunjukkan atau menghilangkan bagian-bagian tertentu dari output, serta
memudahkan distribusi hasil pengolahan dari SPSS ke aplikasi-aplikasi yang
lain.
3. Multidimensional Pivot Tables, menunjukkan hasil pengolahan data dengan
multidimensional pivot tables.
4. High-Resolution Graphics, dengan kemampuan grafikal beresolusi tinggi
membuat SPSS mudah dioperasikan.
5. Data Transformations, membantu pemakai memperoleh data yang siap untuk
dianalisis.
6. Interface dengan Database Relasional, untuk mepermudah mengekstrak dan
menganalis data dari database relasional.
7. Analisis Distribusi, apabila peneliti akan menganalisis file data yang besar
dapat langsung me-remote dari server dan memprosesnya sekaligus tanpa
harus memindahkan ke komputer user.
8. Multiple Sesi, SPSS memberikan kemampuan untuk melakukan analisis lebih
dari satu file data pada waktu yang bersamaan.
9. Mapping, untuk memvisualisasi data dengan berbagai macam tipe baik ecara
konvensional atau interaktif (Rasyidah, 2013).

2.7 Validitas dan Reliabilitas


2.7.1 Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah (valid) atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkap suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung (correlated item-total
correlation) dengan nilai r tabel. Jika r hitung > r tabel dan nilai positif maka butir
atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2005).

2.7.2 Reliabilitas
Uji realibilitas adalah data untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Kehandalan yang menyangkut kekonsistenan
jawaban jika diujikan berulang pada sampel yang berbeda. SPSS memberikan
fasilitas untuk mengukur realibilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α) suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha >
0,60 (Ghozali, 2005).
Teknik statistika yang digunakan adalah uji Cronbach’s Alpha dengan bantuan
software spss forwindows 17.0. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas kuesioner
maka digunakan pedoman sebagai berikut :

Tabel 2.2 Tingkat Reliabilitas Kuesioner

Interval reliabilitas Kriteria


0.800 – 1.00 Sangat Tinggi
0.600 – 0.799 Tinggi
0.400 – 0.599 Sedang
0.200 – 0.399 Rendah
Kurang dari 0.199 Tidak Ada Korelasi
(Sumber : Arikunto, 2002)

2.8 Analisis Faktor


Analisis faktor pada prinsipnya digunakan untuk mereduksi data, yaitu
proses untuk meringkas sejumlah variabel menjadi sedikit dan menamakannya
sebagai faktor. Jadi, dapat saja dari 10 atribut tersebut dapat diringkas menjadi 3
faktor utama saja. (Santoso dan Tjiptono, 2001)
Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan (interrelationship)
antar sejumlah variabel-variabel yang saling independen satu dengan yang lain
sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari
jumlah variabel awal. (Santoso, 2002)
1. Penentuan Tujuan Analisis Faktor
Tujuan dari analisis faktor adalah sebagai berikut : (Santoso, 2002)
a. Data Summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar
variabel dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi dilakukan antar
variabel (dalam pengertian SSPS adalah ”kolom”), analisis tersebut
dinamakan R Factor Analysis. Namun jika korelasi dilakukan antar
responden atau sampel (dalam pengertian SSPS adalah ”baris”), analisis
disebut Q Factor Analysis, yang juga populer disebut Cluster Analysis.
b. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan proses
membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk
menggantikan sejumlah variabel tertentu.

2. Penentuan Tipe dan Desain Analisis Faktor


Terdapat dua tipe analisis faktor, yaitu tipe R dan tipe Q. Tipe R digunakan untuk
mengekstrak variabel, sedangkan tipe Q dilakukan untuk mengekstrak responden.
Desain Riset Analisis Faktor meliputi :
a. Pembuatan matriks korelasi
Matrik data mentah berukuran n x p (n objek dan p variabel) yang berisi
kuesioner diubah menjadi matrik korelasi. Dalam matrik korelasi,
variabel-variabel yang diukur mempunyai unit dan skala pengukuran yang
berbeda. Penggunaan matrik ini untuk menghilangkan perbedaan yang
diakibatkan oleh mean dan dispersi variabel.
b. Penetuan tipe dan jumlah variabel yang akan dianalisis
Variabel yang akan dipilih adalah variabel yang relevan dengan penelitian
yang dilakukan. Data mentah yang diperoleh merupakan hasil pengukuran
metrik. Dalam beberapa kasus, variabel dummy (berkode 0-1) yang
sekalipun dikategorikan nonmetrik, dapat digunakan. Jumlah variabel pada
setiap faktornya, diusahakan seminimal mungkin dengan tetap
mengandung sebanyak-banyaknya informasi yang dibutuhkan.
c. Penentuan jumlah sampel
Secara umum, jumlah sampel yang dianjurkan adalah 50-100 sampel
(dalam pengertian SSPS adalah 50-100 baris). Atau bisa dengan patokan
rasio 10:1, dalam arti untuk satu variabel seharusnya ada 10 sampel.
Dalam pengertian SSPS, hal ini berarti setiap 1 kolom yang ada
seharusnya terdapat 10 baris data sehingga jika ada 5 kolom, minimal
seharusnya ada 50 baris data. (Santoso, 2002).

3. Pengujian Asumsi
Sebelum masuk pada proses analisis faktor, terdapat asumsi-asumsi dasar
yang harus dipenuhi. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk menilai tepat atau
tidaknya menggunakan analisis faktor tersebut adalah :
a. Asumsi korelasi yang meliputi
- Besar korelasi antar variabel independent harus cukup kuat atau di atas
0,3.
- Besar korelasi parsial yaitu korelasi antar dua variabel dengan
menganggap tetap variabel lain, justru harus kecil atau mendekati nol.
- Uji hipotesis bahwa matriks korelasi adalah bukan matriks identitas,
dengan menggunakan Barlett’s Test of Sphericity. Nilai signifikasi yang
diperoleh Barlett’s Test of Sphericity harus lebih kecil dari 0,05 (sig <
0.05)
b. Asumsi ukuran kecukupan sampling yang diuji dengan Kaiser-Meyer-
Olkin (KMO) dan Measure of Sampling Adequency (MSA).

KMO merupakan indeks untuk membandingkan besarnya koefisien


korelasi amatan dengan koefisien parsial, yang berarti bahwa besar koefisien
korelasi keseluruhan variabel pada matriks korelasi harus signifikan di antara
paling sedikit beberapa variabel. Angka KMO disyaratkan harus lebih dari 0.5.

∑∑ r ij 2
KMO= untuk i≠ j................ . (2.2)
∑ ∑rij 2+∑ ∑ aij 2

Keterangan :
2
rij = koefisien korelasi antara varibel i dan variabel j
2
αij = koefisien korelasi parsial antara varibel i dan variabel j

Harga KMO ini merupakan indeks untuk membandingkan besarnya koefisien


korelasi dengan besarnya koefisien korelasi parsial, skala nilain antara lain :
KMO ≤ 0,9 = Menyatakan sangat memuaskan
0,8 ≤ KMO < 0,9 = Menyatakan sangat baik
0,7 ≤ KMO < 0,8 = Menyatakan baik
0,6 ≤ KMO < 0,7 = Menyatakan cukup memuaskan
0,5 ≤ KMO < 0,6 = Menyatakan jelek
KMO ≤ 0,5 = Menyatakan ditolak
Sedangkan MSA merupakan indeks untuk mengukur kecukupan sampling untuk
setiap variabel individual.

∑ r ij 2
MSA= untuk i≠ j................ . (2.3)
∑ r ij 2+ ∑ a ij 2
Angka MSA diinterpretasikan dengan kriteria :
MSA = 1,0 = variabel tersebut dapat diprediksi tanpa
kesalahan oleh variabel lain.
MSA > 0,5 = variabel masih bisa diprediksi dan bisa
dianalisis lebih lanjut.
MSA ≤ 0,5 = variabel tidak bisa diprediksi dan tida bisa
dianalisis lebih lanjut atau harus dikeluarkan.

4. Pemilihan Metode Ekstraksi dan Penentuan Jumlah Faktor


Ekstraksi faktor bertujuan untuk menghasilkan sejumlah faktor dari data
yang ada. Terdapat dua pendekatan dalam mengekstraksi faktor, metode Analisis
Utama (Principal Component Analysis) dan metode Analisis Faktor Umum
(Common Factor Analysis). Dalam pemilihannya, perlu diketahui lebih dahulu
tipe-tipe variansi data. Total varians (total variance) terdiridari tiga bagian, yaitu
variansi umum (common variance), variansi unik atau spesifik (specific variance),
dan variansi error (error vaiance). Variansi umum adalah variansi variabel yang
dibagi dengan semua variabel yang ada. Variansi spesifik adalah variansi yang
dimiliki oleh variabel yang bersifat reliabel secara spesifik dan tidak berhubungan
dengan variabel lain. Sedangkan variansi error adalah variansi yang berhubungan
dengan ketidak reliabel, yang terjadi dari proses pengumpulan data, error
pengukuran dan kesalahan acak.
Dalam menentukan jumlah faktor yang diinginkan sebagai hasil ekstrak, terdapat
beberapa kriteria, yaitu :
a. Kriteria Latent Root (Latent Root Criterion)
Hanya faktor-faktor yang memiliki latent root (eigenvalue) minimum 1
yang akan dipertahankan. Ini dapat berarti bahwa sebuah faktor dapat
dianggap sebagai faktor, bila paling sedikit dapat menjelaskan variansi satu
variabel atau setiap variabel menyumbangkan nilai satu pada total
eigenvalue. maka, hanya faktor dengan eigenvalue > 1 yang dianggap
signifikan.
b. Kriteria (Apriori Criterion)
Jumlah faktor ditentukan sendiri oleh peneliti karena peneliti sudah
mempunyai pengalaman sebelumnya tentang beberapa jumlah faktor.
Metode ini digunakan untuk menguji suatu teori yang sudah ada.
c. Kriteria Presentase Variansi (Percentage of Varience Criterion)
Presentase kumulatif total variansi tertentu diekstraksi dari factor-faktor
terpilih secara berurutan. Tujuannya untuk memastikan signifikansi faktor-
faktor terpilih. Dengan memastikannya terlebih dahulu diketahui dengan
pasti bahwa faktor-faktor tersebut dapat menjelaskan paling sedikit
sejumlah variansi.
d. Kriteria Scree Test ( Scree Test Criterion)
Meskipun semau faktor mengandung paling sedikit beberapa variansi
unik, tetapi pada dasarnya proporsi variansi unik dua factor (dan
sesudahnya) lebih besar dari faktor sebelumnya. Tujuannya untuk
mengidentifikasi jumlah maksimal faktor yang dapat diekstrak sebelum
sejumlah variansi unik mulai mendominasi struktur variansi umum. Pada
kurva latent root terhadap jumlah faktor, titik dimana kurva mulai bergerak
lurus merupakan indikasi jumlah faktor maksimum yang dapat diekstrak.
e. Kriteria Responden (Heterogenity of Respondent)
Jika sampel heterogen pada paling sedikit satu bagian dari set variabel,
maka faktor pertama akan menjelaskan variabel-variabel tersebut secara lebih
homogen terhadap keseluruhan sampel.

5. Pemilihan Metode Rotasi dan Interpretasi Matrik Faktor


Jika faktor loading suatu variabel sama-sama cukup tinggi pada beberapa
faktor maka sulit untuk memutuskan ke faktor mana variabel tersebut harus
dimasukkan, sedangkan sasaran analisis faktor adalah agar setiap variabel hanya
masuk ke satu faktor saja. Untuk itu setelah ekstraksi, faktor-faktor yang
terbentuk perlu dirotasi. Tujuan rotasi adalah untuk mengekstrimkan faktor
loading variabel. Rotasi dilakukan dengan memutar sumbu faktor, dari titik
pusatnya menuju titik yang ingin dituju. Beberapa metode rotasi, yaitu :
a. Orthogonal Rotation, dilakukan dengan cara merotasikan sumbu faktor
yang kedudukannya saling tegak lurus satu dengan lainnya, sehingga
setiap faktor saling bebas terhadap faktor lainnya karena sumbunya saling
tegak lurus. Rotasi Orthogonal masih dapat dibedakan menjadi :
1) Quartimax, dengan merotasi faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh
hasil rotasi dimana setiap variabel mempunyai faktor loading yang tinggi
di satu faktor dan sekecil mungkin pada faktor lain.
2) Varimax (paling sering digunakan karena sering terbukti lebih baik dalam
menunjukkan perbedaan antar faktor), dengan merotasi faktor awal hasil
ekstraksi sehingga diperoleh hasil rotasi dimana dalam suatu kolom, nilai
yang ada sebanyak mungkin mendekati nol. Ini berarti, di dalam setaip
faktor tercakup sesedikit mungkin variabel.
3) Equimax, mengkombinasi metode Quartimax dan Varimax.

b. Oblique Rotation, dilakukan dengan merotasikan sumbu faktor yang


kedudukannya saling membentuk sudut, dengan besar sudut rotasi tertentu.
Dalam hal ini, korelasi antara faktor masih diperhitungkan karena sumbu
faktor tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Rotasi Oblique
masih dapat dibedakan menjadi :
1) Oblimax, merotasi faktor sehingga sejumlah faktor loading yang tinggi dan
rendah meningkat, dengan menurunkan faktor-faktor loading yang berada
dipertengahan.
2) Quartimin, meminimumkan jumlah produk pada struktur loading.
3) Covarimin, seperti varimax pada rotasi orthogonal, yaitu dengan merotasi
faktor awal hasil ekstraksi sehingga diperoleh nilai yang ada dalam suatu
kolom sebanyak mungkin mendekati nol.
4) Oblimin, mengkombinasi metode Quartimin dan Covarimin
Interpretasi matrik faktor dilakukan dengan mengelompokkan variabel-
variabel ke dalam faktor-faktor hasil. Dasar untuk memutuskan apakah suatu
variabel dimasukkan pada faktor 1, faktor 2, atau faktor lainnya adalah faktor
loadingnya. Sebelum dikelompokkan faktor loading harus memenuhi kriteria
signifikansi praktis dan signifikansi statistik. Kriteria signifikansi praktis adalah
faktor loading lebih besar dari 0.5, karena semakin besar faktor loading semakin
m udah menginterpretasikan faktor tersebut. Kriteria signifikansi statistik dapat
dilihat pada tabel 2.3, dibawah ini:
Tabel 2.3 Identifikasi Signifikansi faktor Loading Berdasarkan jumlah sampel

Jumlah sampel
Faktor Loading
Minimum
0.30 350
0.35 250
0.40 200
0.45 150
0.50 120
0.55 100
0.60 85
0.65 70
0.70 60
0.75 50

Langkah-langkah interpretasi matriks faktor, yaitu :


a. Memeriksa faktor loading terbesar untuk setiap variabel.
b. Mengidentifikasi faktor loading terbesar untuk setiap variabel.
c. Menggabungkan variabel ke dalam faktor. Apabila variabel dengan
faktor loading terbesar terjadi pada faktor 1, maka variabel tersebut
digabungkan ke dalam faktor 1.
d. Menghapus variabel apabila :
- Faktor loading variabel signifikansi pada beberapa faktor.
- Nilai komunalitas variabel lebih kecil dari 0.5.
e. Memberikan nama atau label pada faktor terbentuk yang mencerminkan
arti gabungan dari variabel-variabel penyusunnya.

6. Output Hasil Faktor sebagai Data mentah Analisis Multivariant lainnya


Hasil analisis faktor seringkali ditindak lanjuti pada analisis multivariant
lainnya, seperti regresi dan diskriminan. Yang akan digunakan pada analisis
lanjutan adalah faktor hasil ekstraksi yang bukan hanya jumlahnya lebih sedikit
dari variabel awal, tetapi sekaligus dapat berfungsi sebagai variabel baru pada
analisis lanjutan tersebut. Oleh karena itu, sebelumnya faktor harus diberi nilai
terlebih dahulu.
Terdapat tiga metode dalam menentukan nilai setiap faktor, yaitu :
a. Menggunakan satu variabel awal yang memeliki faktor loading
terbesar (disebut suggorate variabel) untuk mewakili setiap faktor
dalam analisis lanjutan.
b. Menggunakan factor scores, untuk membuat satu atau beberapa
variabel yang lebih sedikit dan berfungsi untuk menggantikan variabel
asli yang sudah ada.
c. Menggunakan summated scales, dimana nilai setiap faktor adalah rata-
rata nilai semua variabel yang tergabung dalam faktor tersebut.

2.9 Analisis SWOT


2.9.1 Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor-faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun
secara bersama-sama dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Proses pengambilan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian, perencana
strategis (Strategic Planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan
(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Hal ini disebut analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi
adalah Analisis SWOT (Freddy Rangkuti, 2015). Dari strength, opportunities,
weaknesesses, threats dimana penjelasannya sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan (strength) adalah sumberdaya keterampilan atau keunggulan
keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh
perusahaan atau organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus yangmemberikan
keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar.
Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan
pasar, hubungan pembeli dengan pemasok, dan faktor- faktor lain. Faktor-faktor
kekuatan yang dimaksud dengan faktor-faktor yang dimiliki oleh suatu
perusahaan atau organisasi adalah antara lain kompetensi khusus yang terdapat
dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif oleh unit
usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber
keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat
daripada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan
akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.
2. Kelemahan (weakness)
Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif
perusahaan atau organisasi. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas
manajemen, keterampilan pemasaran, citra merek dapat merupakan sumber
kelemahan.
Faktor-faktor kelemahan, jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat
dalam tubuh suatu perusahaan, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan
dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius
bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan.
Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan kemampuan tersebut bisa
terlihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki, kemampuan manajerial yang
rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk
yang tidak atau kurang diminati oleh para pengguna atau calon pengguna dan
tingkat perolehan keuntungan yang kurang memadai.
3. Peluang (opportunity)
Peluang (opportunity) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan atau organisasi. Kecenderungan-kecenderungan penting
merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya
terabaikan, perubahan pada situasi persaingan atau peraturan, perubahan
teknologi, serta membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat
memberikan peluang bagi perusahaan atau organisasi. Faktor peluang adalah
berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis. Yang
dimaksud dengan berbagai situasi tersebut antara lain:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk.
b. Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam kondisi persaingan.
d. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka
berbagai kesempatan baru dalam kegiatan berusaha.
e. Hubungan dengan para pembeli yang akrab.
f. Hubungan dengan pemasok yang harmonis.
4. Ancaman (threath)
Ancaman (threath) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam
lingkungan perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama
bagi posisi sekarang yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru,
lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli
atau pemasok penting, perubahan teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi
dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Ancaman merupakan
kebalikan pengertian peluang, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman
adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis,
jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang
bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa depan.

2.9.2 Cara Membuat Analisis SWOT


Analisis kasus adalah kegiatan intelektual untuk memformulasikan dan
membuat rekomendasi, sehingga dapat diambil tindakan manajemen yang tepat
sesuai dengan kondisi atau informasi yang diperoleh dalam pemecahan kasus
tersebut. Analisis kasus ini penting bagi setiap pengambil keputusan. Dalam
analisis kasus yang bersifat strategis, tidak ada jawaban yang benar atau salah, ini
disebabkan karena setiap kasus yang berhasil diselesaikan diikuti oleh pendekatan
baru dan pencarian masalah baru yang muncul dari permasalahan sebelumnya.
Tahap akhir analisis kasus adalah memformulasikan keputusan yang akan
diambil. Keputusan yang berbobot hanya dapat dibuktikan oleh waktu, artinya
keputusan yang diambil akan benar-benar terbukti setelah periode waktu tertentu.
Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah memahami seluruh
informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untukmengetahui
isu apa yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan apa yang harus segera
dilakukan untuk memecahkan masalah.
Dalam proses pembuatan analisis SWOT, penulis mengambil kesimpulan bahwa
penelitian ini menunjukkan kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam
kasus analisis SWOT. Dimana dalam hal ini Freddy Rangkuti menjelaskan bahwa
Analisis SWOT membandingkan antara eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan. Penjelasannya sebagai berikut :
1. Analisis Lingkungan Internal
Tahapan ini berintikan pada analisis kondisi internal yang meliputi faktor
kelebihan atau kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) organisasi.
Analisis kondisi internal juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi
keunggulan bersaing (competitive advantage) organisasi.
Analisis internal adalah kajian terhadap kekuatan dan kelemahan organisasi.
Analisis ini mengidentifikasi kuantitas dan kualitas sumber- sumber yang tersedia
bagi organisasi. Komponen ini melibatkan sejumlah alternatif strategik dalam
upaya pencapaian tujuan organisasi. Kajian ini melibatkan analisis kritis terhadap
kondisi kekuatan dan kelemahan internal, peluang dan ancaman eksternal.
Perbandingan kekuatan (Strength), kelemahan (Weaknesess), peluang
(opportunities) dan ancaman (threaths) dikenal sebagai analisis SWOT. Suatu
analisis SWOT menghasilkan sejumlah alternatif strategi. Untuk memilih
alternatif terserbut organisasi mengevaluasi satu sama lain dengan memperhatikan
kemampuan untuk mencapai tujuan.
Lingkungan internal merupakan suatu kondisi yang ada didalam organisasi yang
tercipta karena proses kerja sama atau karena proses konflik yang ada didalam
organisasi. Organisasi disamping terdapat proses kerja sama didalamnya juga ada
proses konflik. Proses konflik dapat bersifat disfungsional atau bersifat
fungsional. Lingkungan internal akan ada disetiap fungsi dan bagian. Oleh karena
itu lingkungan internal harus diperhatikan. Lingkungan internal bersifat dapat
dikendalikan dibandingkan dengan lingkungan eksternal. Jika lingkungan internal
sudah tidak dapat dikendalikan maka perusahaan telah berada diujung kematian
(kebangkrutan).
Lingkungan intern adalah sikap kemampuan kinerja dan harapan pimpinan, staf,
karyawan. Adapula yang menyebutkan bahwa Lingkungan Internitu sebenarnya
adalah situasi di dalam perusahaan yang meliputi kekuatan dan kelemahan
perusahaan baik dari segi operasional maupun manajerial. Selanjutnya perlu pula
dilihat bagaimana efisiensi struktur organisasi dan tingkat laba yang diperoleh
semua mempengaruhi tindakan pencapaian tujuan. Analisis lingkungan internal
bersumber pada sumberdaya perusahaan yang mencakup faktor SDM, sumber
daya organisasi dan sumber daya fisik. Faktor pertama berkenaan dengan segala
sesuatu yang berkaitan dengan SDM, seperti pengalaman, reputasi, kapabilitas,
pengetahuan dan wawasan. Keahlian dan kebijakan perusahaan terhadap hal ihwal
ketenagakerjaan. Faktor kedua berkaitan dengan sistem dan proses yang dianut
perusahaan termasuk didalamnya strategi,struktur organisasi, budaya, manajemen
pembelian, operasi atau produksi, keuangan, penelitian dan pengembangan,
pemasaran, sistem informasi dan sistem pengendalian. Faktor ketiga meliputi
perlengkapan, lokasi, geografis, akses terhadap sumber bahan mentah, jaringan
distribusi dan teknologi.
2. Analisis Lingkungan Eksternal
Kondisi Lingkungan yang dihadapi oleh setiap perusahaan saat ini
berbeda dengan kondisi dimasa lalu, banyak perusahaan kini bersaing dalam
pasar global, bukan lagi dalam pasar domestik. Perubahan teknologi dan
peningkatan kemampuan untuk memperoleh serta mengolah informasi
menuntut pelaksanaan dan tanggapan bersaing yang lebih tepat waktu dan
efektif. Perubahan sosiologis yang pesat yang terjadi di banyak Negara
mempengaruhi ketenagakerjaan, disamping sifat produk yang diinginkan
konsumen semakin bervariasi. Kebijakan dan hukum yang digariskan
pemerintah mempengaruhi pilihan perusahaan mengenai dimana dan
bagaimana mereka berusaha dan bersaing, perusahaan harus waspada dan
menyadari dampak dari kenyataan lingkungan ini, sehingga menjadi pelaku
dalam persaingan yang efektif dalam perekonomian global.
Dalam melakukan analisa eksternal, perusahaan menggali dan mengidentifikasi
semua peluang (opportunity) yang berkembang dan menjadi trend pada saat itu
serta ancaman (threath) dari para pesaing dan calon pesaing. Kebanyakan
perusahaan menghadapi lingkungan eksternal yang berkembang secara tepat,
kompleks dan global, yang membuatnya semakin sulit diinterpretasikan. Untuk
menghadapi data lingkungan yang sering kali tidak lengkap, perusahaan dapat
menempuh cara yang disebut analisis lingkungan eksternal (external
environmental analysis). Proses ini meliputi empat kegiatan dan harus dilakukan
secara terus menerus, empat kegiatan tersebut antara lain :
a. Pemindaian (Scanning)
Adalah usaha untuk mempelajari seluruh segmen dalam lingkungan
umum dan merupakan studi terhadap semua segmen dalam lingkungan
umum. Melalui pemindaian, perusahaan mengidentifikasi tanda-tanda awal
dari perubahan potensial dalam lingkungan umum dan mendeteksi
perubahan-perubahan yang sedang terjadi. Ketika melakukan pemindaian.
Seringkali perusahaan menghadapi data dan informasi yang ambigu, tidak
lengkap dan tidak ada kaitannya.
Pemindaian lingkungan merupakan hal penting dan menentukan bagi para
perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam lingkungan yang sangat tidak stabil.
Selain itu,aktivitas pemindaian harus disatukan dengan konteks organisasi, suatu
sistem pemindaian dirancang untuk lingkungan yang tidak stabil tidakakan cocok
bagi perusahaan yang berada dalam lingkungan stabil.
b. Pengawasan (monitoring)
Pada saat melakukan monitoring. Para analisis mengamati perubahan
lingkungan untuk melihat apakah suatu kecenderungan yang penting. Hal
penting untuk suksesnya suatu monitoring adalah kemampuan untuk
mendeteksi arti dari setiap kejadian lingkungan. Sebagai contoh
kecenderungan baru dalam hal dengan pendidikan dapat diperkirakan dari
perubahan dalam dana pusat (federal) dan Negara bagian (state) untuk
lembaga pendidikan, perubahan dalam persyaratan kelulusan sekolah
menengah, atau perubahan isi kurikulum sekolah tinggi. Dalam hal ini,
analisis akan menentukan apakah peristiwa yang berbeda ini
menggambarkan suatu kecenderungan dalam pendidikan dan jika memang
demikian. Apakah data atau informasi lainnya harus dipelajari. Untuk
memantau kecenderungan tersebut, kritikal bagi pengawasan yang
berhasil adalah kemampuan untuk mendeteksi makna dalam
peristiwa-peristiwa lingkungan yang berbeda.
c. Peramalan (forecasting)
Analisis mengembangkan proyeksi tentang apa yang akan terjadi, dan
seberapa cepat, sebagai hasil perubahan dan kecenderungan yang dideteksi
melalui pemindaian dan pengawasan. Sebagai contoh analisis dapat
memperkirakan waktu yang diperlukan suatu teknologi baru untuk mencapai
pasar atau mereka juga dapat memperkirakan kapan prosedur pelatihan
perusahaan yang berbeda dibutuhkan untuk menghadapi perubahan
komposisi angkatan kerja, atau berapa lama waktu yang diperlukan bagi
perubahan dalam kebijakan perpajakan pemerintah untuk mempengaruhi
pola konsumsi pelanggan.

d. Penilaian (assessing)
Tujuan dari assessing adalah menentukan saat dan pengaruh perubahan
lingkungan serta kecenderungan dalam manajemen strategis suatu
perusahaan. Melalui scanning, monitoring, dan forecasting, analisis dapat
mengerti lingkungan umum. Selangkah lebih maju, tujuan dari assessing
adalah menentukan implikasi dari pengertian itu terhadap organisasi. Tanpa
assessment analisis akan mendapatkan data yang menarik, tapi tanpa
mengetahui relevansinya.
Setelah dilakukan analisa lingkungan eksternal dan internal maka proses
selanjutnya berdasarkan analisa eksternal akan dirumuskan variabel kekuatan dan
kelemahan. Berdasarkan identifikasi variabel-variabel internal dan eksternal.

2.9.3 Matriks TOWS atau SWOT


Alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan
adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana
peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.

IFAS
STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
Tentukan 5-10 faktor
0,30 Tentukan 5-10
Faktor-faktor
kekuatan internal
kelemahan internal
EFAS

STRATEGI WO
STRATEGI SO
OPPORTUNIES (O)
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
meminimalkan
Tentukan 5-10 peluang menggunakan
kelemahan-kelamahan
eksternal kekuatan untuk
untuk memanfaatkan
memanfaatkan peluang
peluang

STRATEGI ST STRATEGI WT
THREATHS (T)
Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
Tentukan 5-10 faktor menggunakan meminimalkan
ancaman eksternal kekuatan untuk kelemahan dan
mengatasi ancaman menghindari ancaman

Gambar 2.2 Diagram Matriks SWOT

a. Strategi SO
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan
memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang
sebesar-besarnya.
b. Strategi ST
Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
mengatasi ancaman.
c. Strategi WO
Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT
Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha
meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir


Pada kasus ini dilakukan pengamatan langsung dan mengindentifikasi
masalah yang sedang dihadapi oleh usaha kedai kopi. Ruang lingkup penelitian
ini diadakan di kedai kopi Bale 61 yang menjadi tempat dalam menganalisis.
Selanjutnya dari usaha kedai kopi yang ada dilakukan studi literatur, yaitu
dengan mencari teori-teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah
yang sedang dihadapi oleh kedai kopi tersebut, sehingga dapat dilakukan suatu
analisa untuk meyelesaikan masalah yang ada.
Permasalahan yang dihadapi oleh kedai kopi Bale 61 adalah mempunyai
jumlah pembeli paling sedikit diantara Kedai kopi pesaing lainnya seperti Kedai
kopi 18 Coffee dan Conscience Rooftop. Dari penelitian yang dilakukan lebih
lanjut ternyata dalam satu tahun terakhir Kedai Kopi Bale 61 mengalami
permasalahan, dimana dalam satu tahun rata-rata pembeli perbulannya selalu
mengalami penurunan. Hal ini Tentunya akan berdampak pada penurunan omzet
penjualan pada kedai kopi Bale 61.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dibutuhkan suatu analisis,


untuk mengetahui faktor dominan dalam strategi pemasaran kedai kopi yang baik
dan matang. Sehingga dengan adanya analisis tersebut diharapkan dapat menjadi
solusi dalam memperbaiki masalah yang ada.

3.2 Penelitian
3.2.1 Daerah dan Waktu Penelitian
Daerah penelitian dilaksanakan di Kecamatan Baleendah Kabupaten
Bandung, dengan obyek penelitian pada Kedai kopi 18 Coffee, Conscience
Rooftop dan Bale 61 Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian ini dipilih dengan
pertimbangan bahwa peneliti mudah memperoleh data penelitian baik yang
bersifat data primer maupun data sekunder dalam melakukan wawancara dengan
informan.
Dengan waktu yang dibutuhkan oleh penulis adalah kurang lebih 1 bulan
di mulai dari bulan 1 Agustus 2021 sampai dengan 15 Agustus 2021.

3.2.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis. Penelitian bersifat deskriptif analisis menurut Husein Umar dalam
Komsatun (2005: 27) merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguraiakn
sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu. Adapun pertimbangan dalam
menggunakan metode deskriptif adalah untuk mengetahui secara keseluruhan
mengenai persepsi konsumen terhadap produk, harga, lokasi, dan promosi yang
mempengaruhi minat berbelanja mereka di kedai kopi Bale 61

3.2.3 Populasi
Populasi adalah keseluruhan wilayah individu, obyek, gejala, atau
peristiwa yang diteliti (Hadi dalam Sahar, 2008: 39). Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah seluruh pembeli atau konsumen di kedai kopi Bale 61.
Jumlah konsumen Kedai kopi Bale 61 tidak terbatas, sehingga populasinya tidak
terbatas. Dalam penelitian ini tidak diambil seluruh konsumen kedai kopi Bale 61
sebagai objek penelitian (responden), melainkan diambil sebagian dari populasi
tersebut yang dianggap bisa untuk mewakili keseluruhannya sebagai responden.

3.2.4 Sampel dan Teknik Sampling


Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi,
dalam Sahar:39). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan ditemui sedang membeli
kopi di ketiga kedai kopi pada saat penelitian.
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode non-probality sampling, dimana setiap konsumen yang terpilih menjadi
sampel dalam penelitian tidak mempunyai peluang atau kemungkinan sama.
Metode non-probality sampling sampling yang digunakan adalah teknik
convenience sampling. Pemilihan teknik penentuan sampel berdasarkan pada
kondisi dan lokasi penelitian yang memperoleh data dari sekumpulan populasi
sehingga penelitian menggunakan teknik tersebut untuk memudahkan peneliti
dalam pengambilan sampel. Berdasarkan (Supramono dan Haryanto, 2005),
convenience sampling merupakan sampel yang diambil dari siapa saja anggota
populasi yang bersedia menjadi responden.
Berdasarkan hasil observasi awal didapat data jumlah pengunjung yang
dapat dilihat pada Tabel 1.1. jumlah sampel yang digunakan adalah berdasarkan
pendekatan jumlah pengunjung per bulan dan pengambilan sampel dilakukan atas
sebaran normal dalam statistik, yakni minimal 100 sampel untuk menghindari
sampel error dan tidak menyebar normal. Penentuan jumlah sampel atau
responden ditentukan berdasarkan hasil perhitungan mengunakan rumus Slovin
(Umar, 2005) yaitu :

N
n= 2
1+ N ( e )
487
n= 2
1+ 487 ( 0.1 )
487
n= ❑
1+ 487 ( 0.01 )
487
n=
1+ 4.87
487
n=
5.87
n=82.9 Responden

Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
E = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolerir atau diinginkan
Untuk menghindari adanya error pada saat pembagian kuesioner terhadap
calon responden maka, kuesioner ditambahkan jumlahnya menjadi 100 lembar.
3.2.5 Variabel Penelitian
Pemilihan atau penentuan variabel-variabel penelitian merupakan faktor
yang penting. Pemilihan variabel yang relevan terhadap masalah akan membantu
memberikan jawaban yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi.

Variansi Produk

Stok Produk Produk

Kualitas

Terjangkau Harga

Tempat
Lokasi
Strategi
Akses Minat Analisi Analisi
Pemasaran
Konsumen Faktor SWO
Rite l
T

Media Promosi Promosi


Tabel 3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
N
Variabel Faktor Indikator
O

Variansi
Banyaknya varian produk.
Produk
1. Produk
Stok Produk Produk yang diinginkan tersedia.

Kualitas Produk dalam keadaan baik.


Terjangkau Harga yang lebih murah dari pesaing.
2. Harga Diskon Adanya potongan harga.
Ekonomis Tersedia paket produk murah.
Tempat Lokasinya dekat dengan pemukiman.
Lokasi
3. Mudah dijangkau dengan semua jenis
Kedai Akses
kendaran.

Media Promosi dengan brosur.


4. Promosi
Promosi Promosi dengan media elektronik.

80
3.2.6 Rancangan Variabel Penelitian
Pada umumnya sistem terdiri dari berbagai macam elemen yang kompleks dan
berkaitan erat satu dengan lainnya, sehingga perlu disederhanakan dengan jalan
menuangkannya kedalam bentuk yang lebih sederhana yang kita sebut model.
Adapun model penelitian yang dibuat, merupakan model yang memperlihatkan
hubungan antara data-data yang diperlukan dalam mengkaji posisi kedai kopi
konsumen.

 Variabel Independen
 Produk
 Harga
 Lokasi
 Promosi

i) Faktor
 Variansi Produk
 Stok Produk
 Kualitas
 Terjangkau
 Diskon
 Ekonomis
 Tempat
 Akses
 Media Promosi
 Transaksi
 Skill
 Nyaman
 Aman

 Variabel Dependen : Minat Konsumen


3.2.6.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif.
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Produk
Produk adalah barang yang ditawarkan atau dijual di kedai kopi.  
2. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pembeli untuk
mendapatkan produk tertentu.
3. Lokasi
Lokasi adalah tempat atau letak kedai kopi dimana produk yang
ditawarkan tersebut berada.
4. Promosi
Pengenalan produk yang dilakukan oleh kedai kopi kepada konsumen.

3.2.6.2 Variabel Dependen


Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang terpengaruh atau variabel
yang menjadi akibat dari variabel independen (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian
ini variabel dependen yang ditetapkan adalah keputusan pembelian (Y).

3.2.7 Perancangan Kuesioner


Untuk pengukuran dalam perancangan kuesioner ini yaitu menggunakan
skala Likert, dimana kuesioner dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Bagian Pertama
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan diri responden
(Identitas Responden). Pertanyaan yang diajukan bersifat tertutup dan terbuka.
2. Bagian Kedua
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian yang berisi data penilaian konsumen. Pertanyaan bersifat tertutup.
Adapun contoh kuesioner yang sudah dibuat penulis sebagai bahan
penelitian, sebagai berikut : (dilampirkan)
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data serta keterangan yang diperoleh dalam penelitian
ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan dua cara, yaitu :
1. Data Primer
Dilakukan dengan memulai observasi penelitian awal, dengan
pengamatan-pengamatan menggunakan studi lapangan, seperti :
a. Interview (wawancara)
Yakni penulis mengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab atau interview dengan konsumen dan karyawan kedai kopi 18
coffee and beveranges, conscience rooftop dan bale 61.
b. Kuesioner
Yakni penulis mengumpulan data dengan menyebarkan sejumlah
angket atau pertanyaan-pertanyaan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu,
tanggal 01-15 agustus 2020 mengenai penilaian konsumen terhadap
pilihan kedai kopi dengan kuesioner sebanyak 100 lembar serta tahapan
kriteria responden sebagai berikut :
- Responden / Pengunjung yang membeli di kedai kopi sebanyak 2
kali atau lebih.
- Responden / Pengunjung Pria/Wanita
- Usia Responden sekitar 15-35 tahun,
- Pekerjaan Responden, dan
- Pendapan Per-Bulan Responden.

2. Data Sekunder
Dilakukan dengan mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain yang
berhubungan dengan data kedai kopi Kabupaten Bandung.
Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti :
a. Data umum tentang sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi, serta
logo perusahaan.
b. Data jumlah konsumen yang membeli di kedai kopi tersebut.
c. Data omset penjualan dalam 1 bulan terakhir.
d. Data yang lainnya.
3.4 Metode Analisis Pengolahan Data
Setelah data-data yang dibutuhkan terkumpul, tahap selanjutnya yaitu
melakukan pengolahan data adalah sebagai berikut :
3. Uji validitas
Analisis data untuk mengetahui validitas dari kuesioner dengan
menggunakan software SPSS 15.0.
Langkah-langkah pengujian validitas meliputi:
a. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
b. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang
berjumlah minimal 100 orang. Dengan jumlah minimal 100 orang ini
maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal.
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
d. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor
total dengan salah satu cara adalah menggunakan rumus teknik
korelasi product moment.
4. Uji koefisien reliabilitas.
Analisis data untuk mengetahui reliabilitas dari kuesioner dengan
menggunakan software SPSS 15.0.
Langkah-langkah pengujian reliabilitas meliputi:

a. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada responden yang


berjumlah minimal 100 orang. Dengan jumlah minimal 100 orang ini
maka distribusi nilai akan lebih mendekati kurva normal.
b. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
c. Menghiting koefisien Cronbach’s Alpha.
5. Analisis faktor
Semua perhitungan analisis faktor dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 15.0.
Analisis faktor ini dilakukan pada semua langkah analisis faktor, karena
masing-masing hasil dari langkah analisis faktor ini mempunyai ketentuan
yang harus diperhatikan. Dari hasil analisis faktor ini dapat diperoleh
beberapa faktor yang terbentuk dari variabel-variabel awal penelitian.
Adapun langkah-langkah dalam analisis faktor dapat dilihat pada Gambar 3.2
berikut ini:

Gambar 3.1 Proses Pengolahan Data Analisis Faktor

Langkah-langkah pengujian analisis faktor meliputi:

- Kaiser-Meyer-Olkin (KMO), Bartlett’s Test dan Measure of


Sampling Adequency (MSA).
- Proses Ekstraksi faktor.
- Pembobotan faktor.
- Rotasi faktor.
- Factor scores.
6. Hasil data-data tersebut kemudian dianalis menggunakan SWOT, sebagai
alat bantu bahan evaluasi peneletian.
7. Hasil terakahir kemudian dianalis strategi pemasaran kedai kopi sebagai
bahan evaluasi dari peneletian.

3.5 Analisis Hasil Pengolahan Data


Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap pengolahan data. Dalam tahap
ini dilakukan analisis mengenai hasil perhitungan dan penentuan faktor apa saja
yang berpengaruh terhadap minat konsumen serta perumusan strategi pemasaran
kedai kopi dalam meningkatkan minat konsumen.
.
3.6 Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang dilkakukan, maka
dapat diambil beberapa simpulan untuk merumuskan strategi pemasaran
dalam meningkatkan minat konsumen terhadap kedai kopi, serta faktor
manakah diantara produk, harga, promosi, lokasi yang paling berpengaruh
secara signifikan terhadap minat konsumen.

2. Saran
Pada bagian ini diberikan saran kepada pihak manajamen kedai kopi untuk
referensi perbaikan guna untuk meningkatkan pelayanan dan fasilitas kedai
kopi agar bisa lebih bersaing dengan kedai kopi lainya dimasa yang akan
datang.

3.7 Kerangka Pemecahan Masalah


Penelitian yang baik memerlukan kerangka penelitian yang dapat
membantu dalam memecahkan permasalah yang ada, sehingga dapat
menghasilkan suatu penyelesaian yang mengacu pada tujuan yang ingin dicapai.
Kerangka penelitian ini terdiri dari langkah-langkah atau kegiatan yang saling
mendukung. Langkah-langkah yang dibuat harus berdasarkan pendekatan ilmiah
yang dibangun diatas teori tertentu dilakukan dengan sistematik dan terkontrol
berdasarkan data empiris dengan mengacu pada logika sesuai dengan teori-teori
dan hasil penelitian yang sudah ada serta berbagai disiplin ilmu yang mendukung.
Kerangka pemecahan masalah pada penelitian ini dapat dilihat pada
langkah-langkah penelitian seperti pada gambar 3.3 Langkah-langkah penelitian
tersebut merupakan kerangka alir berpikir dan prosedur kerja yang sistematik
dalam pelaksanaan penelitian.
PENDAHULUAN

PERUMUSAN MASALAH STUDI LAPANGAN


1. Faktor apa saja yang menyebabkan menurunya
target penjualan kedai bale 61 ?
2. Strategi baru apa yang harus diterapkan dalam
usaha meningkatkan penjualan kedai bale 61 ?

STUDI LITERATUR
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
menurunya target penjualan di kedai bale 61.
2. Memberikan usulan metode penjualan dalam
usaha meningkatkan target penjualan di kedai bale
61

PENGUMPULAN DATA
4P
DATA KUESIONER RESPONDEN
DATA ANALISIS FAKTOR

PENGOLAHAN DATA
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
ANALISIS DATA FAKTOR
SWOT

KESIMPULAN

Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan masalah


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Data Umum Perusahaan

4.1.1.1 Sejarah Perusahaan

Kedai Kopi Bale 61 adalah perusahaan Kedai Kopi modern yang berfokus
di bidang penyedia kebutuhan wisata kuliner berupa minuman kopi banyak varian
inovatif yang disediakan kedai tersebut. Selain menyediakan minuman kopi,
tujuan lain dari kedai ini yaitu mengenalkan produk kopi khas Jawa Barat yang
sedang banyak diminati masyarakat.
Kedai Kopi ini membuka toko pada mei 2019 di jalan Jaksa Naranata no
169 Kabupaten Bandung. Kedai Kopi Bale 61 dikenal oleh masyarakat dengan
harganya yang terjangkau, pelayanan yang ramah, serta suasana dan sarana kedai
kopi yang nyaman, karena itu lah kini Kedai Kopi menjelma sebagai salah satu
kedai yang banyak diminati di Kabupaten Bandung
Dengan misi memenuhi kebutuhan masyarakat agar tetap menjadi pilihan
utama penyedia minuman kopi, Kedai Kopi Bale 61 selalu berusaha untuk
memberikan produk dan layanan yang berkualitas dengan mengutamakan
kepuasan konsumen. Langkah yang dilakukan pada saat ini dengan menggunakan
program promosi "SUMO" atau Sunday Monday  yang bertujuan menarik
konsumen yang ingin menghabiskan waktu Weekend dengan bersantai di kedai
Kopi.

4.1.1.2 Visi

“Tetap Menjadi Pilihan Utama Penikmat Kopi.”

4.1.1.3 Misi

“Menyampaikan Karakter Dan Keunikan Dari Kopi Bale 61 Serta Mengenalkan


Kopi Khas Jawa Barat Kepada Masyarakat”.
4.1.2 Data Internal Perusahaan

4.1.2.1 Data Primer


1. Produk

2. Harga

3. Lokasi

4. Promosi

4.1.2.2 Data Sekunder


1. Pelayanan
2. Suasana Kedai

4.1.3 Data Yang Dikumpulkan


Pada penelitian ini, data dikumpulkan dengan kuesioner. Kuesioner terdiri
dari 2 bagian. Bagian A adalah kuesioner yang digunakan untuk menghimpun
data umum responden seperti, jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendapatan,
pendidikan, dan jumlah berkunjung. Kuesioner Bagian B adalah kuesioner yang
digunakan untuk menghimpun data penilaian konsumen, stok produk, varian
produk, keterjangkauan harga, event, diskon, kestrategisan, customer service,
suasana kedai dan menu harga. Data dapat dilihat pada lampiran.

4.1.4 Karakteristik Responden

Data karakteristik responden dihimpun dari 100 responden yang berasal


dari Kedai Kopi Bale 61. Hasil selengkapnya diperlihatkan di bawah ini:

4.1.4.1 Jenis Kelamin

Responden tersurvei mewakili semua golongan jenis kelamin dengan


distribusi seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Karekteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Percent
Pria 40 40%
Wanita 60 60%
Total 100 100%

Jenis Kelamin Responden


70
60
50
40
30
20
10
0
Pria Wanita

Gambar 4.1 Diagram Karekteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin

Bedasarkan hasil data yang diperoleh, karakteristik jenis kelamin


responden kelompok terbesar adalah yang berjenis kelamin wanita yaitu 60
responden dengan presentase (60%). Hal ini menunjukan bahwa secara umum
konsumen yang datang ke Kedai Kopi Bale 61 adalah wanita.

4.1.4.2 Usia

Responden tersurvei mewakili semua golongan usia dengan distribusi


seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Karekteristik responden berdasarkan Usia


Usia Jumlah Percent
15 – 18 tahun - -
19 – 25 tahun 30 38%
26 – 35 tahun 32 40%
> 35 tahun 18 23%
Total 80 100%
Usia Responden
35
30
25
20
15
10
5
0
19 – 25 tahun 26 – 35 tahun > 35 tahun

Gambar 4.2 Diagram Karekteristik responden berdasarkan Usia

Bedasarkan hasil data yang diperoleh, karakteristik usia responden


kelompok terbesar adalah yang berusia 26 tahun sampai 35 tahun sebanyak 32
responden dengan presentase (40%). Hal ini menunjukan bahwa secara umum
konsumen yang berkunjung di Kedai Kopi Bale 61 adalah antara remaja dan
orang dewasa.

4.1.4.3 Pendidikan

Responden tersurvei mewakili semua golongan pendidikan dengan


distribusi seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Karekteristik responden Pendidikan

Pendidikan Jumlah Percent

SD - -
SMP 34 34%
SMA 60 60%
DIPLOMA 2 2%
S1 4 4%
S2 - -
Total 100 100%
Data Pendidikan Responden
70
60
50
40
30
20
10
0
SMP SMA DIPLOMA S1

Gambar 4.3 Diagram Karekteristik responden berdasarkan Pendidikan

Bedasarkan hasil data yang diperoleh, karakteristik pendidikan responden


kelompok terbesar adalah yang pendidikannya SMA yaitu 60 responden dengan
presentase (60%). Hal ini menunjukan bahwa secara umum konsumen yang
berbelanja di Kedai Kopi Bale 61 adalah konsumen pendidikannya SMA.

4.1.4.4 Pekerjaan

Responden tersurvei mewakili semua golongan pekerjaan dengan


distribusi seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Karekteristik responden berdasarkan Pekerjaan


Jumla
Pekerjaan Percent
h
Pelajar/ Mahasiswa 26 26%

Pegawai Negeri (Sipil / TNI / Polisi/) 6 6%

Karyawan Swasta 22 22%


Wiraswasta 36 36%
Lain – Lain 10 10%
Total 100 100%
Pekerjaan Responden
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Pelajar/ Ma- Pegawai Negeri Karyawan Swasta Wiraswasta Lain – Lain
hasiswa (Sipil / TNI /
Polisi/)

Gambar 4.4 Diagram Karekteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Bedasarkan hasil data yang diperoleh, karakteristik pekerjaan kelompok


terbesar adalah wiraswasta yang yaitu 36 dengan presentase (36%). Hal ini
menunjukan bahwa secara umum konsumen yang berbelanja di Kedai Kopi Bale
61 adalah konsumen yang pekerjaannya wiraswasta.
4.1.4.5 Pendapatan

Responden tersurvei mewakili besarnya pendapatan dengan distribusi


seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.5 Karekteristik responden berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Jumlah Percent

< Rp.500 ribu - -


≥ Rp.500 ribu - Rp. 1 juta 26 26%
≥ Rp.1 Juta - Rp. 2 juta 38 38%
≥ Rp.2 Juta - Rp. 5 juta 36 36%
> 5 Juta - -
Total 100 100%
Rata-rata Pendapatan Responden
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
≥ Rp.500 ribu - Rp. ≥ Rp.1 Juta - Rp. 2 ≥ Rp.2 Juta - Rp. 5
1 juta juta juta

Gambar 4.5 Diagram Karekteristik responden berdasarkan Pendapatan

Bedasarkan hasil data yang diperoleh, karakteristik pendapatan responden


kelompok terbesar adalah yang pendapatannya ≥ Rp.1 Juta sampai Rp. 2 juta
yaitu 38 responden dengan presentase (38%). Hal ini menunjukan bahwa secara
umum konsumen yang berkumjumg ke kedai kopi adalah konsumen yang
pendapatannya ≥ Rp.1 Juta sampai Rp. 2 juta.

4.1.4.6 Jumlah Kunjungan

Responden tersurvei mewakili banyaknya berkunjung dengan distribusi


seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Karekteristik responden Jumlah Berkunjung

Jumlah Kunjungan Jumlah Percent

1 Kali 36 36%
2 Kali 16 16%
3 Kali 14 14%
Lebih dari 3 Kali 4 4%
Tidak Tentu 30 30%
Total 100 100%
Jumlah Kunjungan Responden
40
35
30
25
20
15
10
5
0
1 Kali 2 Kali 3 Kali Lebih dari 3 Kali Tidak Tentu

Gambar 4.6 Diagram Karekteristik responden berdasarkan jumlah berkunjung

Bedasarkan hasil data yang diperoleh, karakteristik jumlah berkunjung


responden kelompok terbesar adalah yang tidak tentu dalam berkunjung yaitu 36
responden dengan presentase (36%). Hal ini menunjukan bahwa secara umum
konsumen yang berkumjumg ke kedai kopi adalah konsumen yang tidak tentu.

4.1.4.7 Frekuensi Jawaban Responden

Tabel 4.7 Frekuensi Jawaban Responden Mengenai Pelayanan dan Fasilitas Kedai Kopi Bale 61
NO K T
PERTANYAAN / PERNYATAAN
. SS S S S STS
PRODUK
5
1 Produk yang dijual lengkap.
0 7 5 38 0
1
2 Produk sejenis terdiri dari beberapa varian .
32 6 7 45 0
3 Produk yang dicari selalu tersedia. 8 8 9 75 0
4 Produk yang dijual selalu fresh dan tidak rusak. 12 2 10 76 0
HARGA
2
5 Harga yang ditawarkan terjangkau
4 0 5 66 5
2
6 Adanya potongan harga
0 9 7 52 12
2
7 Tersedia paket produk murah.
0 7 8 61 4
LOKASI KEDAI
8 Lokasinya dekat dengan pemukiman 0 2 8 64 4
4
2
9 Mudah dijangkau dengan semua jenis kendaran
5 3 4 54 14
PROMOSI
3
10
Promosi menggunakan brosur 0 2 8 51 9
2
11
Promosi menggunakan media elektronik 16 1 8 45 10
PELAYANAN
3
12 Kemudahan dalam cara pembayaran
0 2 4 64 0
Kemampuan karyawan cepat tanggap dalam 5
13
melayani 0 3 5 42 0
SUASANA KEDAI
5
14 Suhu udara ruangan sejuk
0 0 6 44 0
3
15 Pencahayaan kedai memadai
0 7 9 54 0
7
16 Kebersihan kedai selalu terjaga
12 5 11 2 0
4
17 Area parkir yang memadai
16 1 11 32 0
6
18 Ketersediaan CCTV
16 2 10 12 0

Tabel 4.8 Keterangan Skala Likert


KETERANGAN Bobot Nilai
SS Sangat Setuju 5
S Setuju 4
KS Kurang Setuju 3
TS Tidak Setuju 2
ST
Sangat Tidak Setuju 1
S
N 100
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
4.2.1.1 Uji Validitas
Proses pengujian validitas pada tugas akhir ini menggunakan metode uji
validitas pearson dengan tingkat kesalahan yang diterima sebesar 5%, yang
artinya bahwa tingkat nilai signifikansi uji pearson tidak boleh lebih besar dari
5%, dan jika itu terjadi maka indikator pertanyaan harus dieleminasi atau
diperbaiki untuk disebarkan kembali. Kriteria penilaian uji validitas pearson yang
kedua yaitu nilai r hitung pearson harus lebih besar dari r tabel pearson dengan df
= n-2 (100 – 2), yang mana n menunjukan banyaknya jumlah sampel, sehingga
diperoleh r tabel syarat lolos uji validitas sebesar 0,1966.
Pada pengujian validitas ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan
SPSS versi 17.0. Berikut adalah hasil pengolahan data menggunakan spss :

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kedai Kopi Bale 61

No. Variabel Metode Syarat rhitung Keterangan


Pearson r tabel >
.541**
Correlation 0.1966
Valid
1 Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Pearson r tabel >
.150
Correlation 0.1966
Gugur
2 Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .137
N 100
Produk
Pearson r tabel >
.315**
Correlation 0.1966
Valid
3 Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .001
N 100
Pearson r tabel >
.551**
Correlation 0.1966
Valid
4 Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Pearson r tabel >
.356**
Correlation 0.1966
Valid
5 Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Harga
Pearson r tabel >
-.019
Correlation 0.1966
Gugur
6 Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .851
N 100
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kedai Kopi Bale 61( lanjutan)
No. Variabel Metode Syarat rhitung Keterangan
Pearson r tabel >
.327**
Correlation 0.1966 Valid
7 Harga
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .001
N 100
Pearson r tabel >
.057
Correlation 0.1966 Gugur
8
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .572
N 100
Lokasi
Pearson r tabel >
.615**
Correlation 0.1966 Valid
9
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Pearson r tabel >
.660**
Correlation 0.1966 Valid
10
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Promo
Pearson r tabel >
.331**
Correlation 0.1966 Valid
11
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .001
N 100
Pearson r tabel >
.372**
Correlation 0.1966 Valid
12
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Pelayanan
Pearson r tabel >
.647**
Correlation 0.1966 Valid
13
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Pearson r tabel >
.387**
Correlation 0.1966 Valid
14
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
Pearson r tabel >
.158
Correlation 0.1966 Gugur
15
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .116
N 100
Pearson r tabel >
.165**
Correlation 0.1966 Gugur
16 Suasana Kedai
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .112
N 100
Pearson r tabel >
.132
Correlation 0.1966 Gugur
17
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .192
N 100
Pearson r tabel >
.526**
Correlation 0.1966 Valid
18
Sig. (2-tailed) Sig <0.05 .000
N 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil pengujian validitas diketahui bahwa dari 18 pertanyaan untuk


mengungkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen
berkunjung di Kedai Kopi Bale 61 untuk variabel “suasana kedai” paling dominan
yaitu 3 faktor, maka variabel tersebut dianggap gugur.
Berdasarkan hasil validitas diatas untuk melakukan analisis faktor guna
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen di Kedai Kopi Bale 61
menggunakan 10 faktor dari 5 variabel yaitu produk, harga, lokasi, promosi dan
pelayanan.

4.2.1.2 Uji Reliabilitas


Pengujian reliabilitas dilakukan pada data yang telah lolos uji validitas.
Pada pengujian reliabilitas ini menggunakan uji reliabilitas croanbach’s alpha.
Dengan syarat nilai croanbach’s alpha harus lebih besar dari dari 0,6. Jika nilai
croanbach’s alpha memiliki nilai lebih kecil dari 0,6 maka data tidak reliabel.

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Kedai Kopi Bale 61


Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.658 10

Pada pengujian reliabilitas ini menggunakan bantuan SPSS versi 17.0, dan
berikut ini adalah hasil pengolahan uji reliabilitas dan nilai cronbach’s Alphanya
adalah 0,658 yang berarti nilai ini sudah lebih besar dari 0,60 secara keseluruhan.
Dengan demikian seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas
memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan penelitian.

4.2.2 Analisis Faktor


4.2.2.1 KMO (Kaiser Meyer Olkin)
Kesimpulan tentang layak-tidaknya analisis faktor dilakukan, baru sah
secara statistik dengan menggunakan uji KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) dan Barlett
Test of Spericity. KMO uji yang nilainya berkisar antara 0 sampai 1
mempertanyakan kelayakan (appropriateness) analisis faktor. Apabila nilai
indeks tinggi (berkisar antara 0,5 sampai 1,0),analisis faktor layak dilakukan.
Sebaliknya, kalau nilai KMO di bawah 0,5 analisis faktor tidak layak dilakukan
Tabel 4.11 Hasil Uji KMO Test
KMO Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .697

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program


komputer SPSS 17.0 for windows diperoleh nilai KMO sebesar 0,697 sehingga
analisis faktor layak dilakukan dengan kategori baik.

4.2.2.2 Barlett Test


Barlett Test merupakan test statistik untuk menguji apakah betul variabel-
variabel yang dilibatkan berkorelasi. Hipotesis nol (H0) adalah tidak ada korelasi
antar variabel, sedangkan Hipotesis alternatif (Ha) adalah terdapat korelasi antar
variabel. Nilai Barlett Test didekati dengan nilai chi square.

Tabel 4.12 Hasil Uji Bartlett’s Test


Bartlett's Test

Approx. Chi-Square 212.048

Bartlett's Test of Sphericity Df 45

Sig. .000

Berdasarkan hasil perhitungan dari 10 faktor diketahui nilai chi square


adalah 212.048 dengan besar signifikan 0,000. Sehingga H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya menunjukan bahwa adanya korelasi antar variabel dan layak
untuk proses lebih lanjut.

4.2.2.3 MSA (Measure of Sampling Adequacy)


Mengukur yaitu untuk mengukur kecukupan sampling untuk tiap variabel
MSA (Measure of Sampling Adequacy), individual. Ketentuan apabila MSA = 1,0
variabel tersebut dapat diprediksikan tanpa kesalahan oleh variabel lain, MSA >
0,5 variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut dan apabila
MSA < 0,5 variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut atau
harus dikeluarkan.
Tabel 4.13 Hasil Uji MSA (measure of sampling adequacy)

Anti-image Matrices

x1 x3 x4 x5 x7 x9 x10 x11 x12 x13

Anti-image x1 .650 -.121 .019 .095 .039 -.027 -.182 .060 -.215 .017
Covariance
x3 -.121 .731 .029 .165 .109 -.086 -.014 .082 -.159 -.105

x4 .019 .029 .705 -.099 -.067 .029 -.108 .075 -.018 -.204

x5 .095 .165 -.099 .706 .014 -.127 .003 .000 .066 -.165

x7 .039 .109 -.067 .014 .924 -.023 -.073 -.072 -.095 .028

x9 -.027 -.086 .029 -.127 -.023 .536 -.225 -.008 .000 -.062

x10 -.182 -.014 -.108 .003 -.073 -.225 .429 -.137 .121 -.095

x11 .060 .082 .075 .000 -.072 -.008 -.137 .894 -.135 .007

x12 -.215 -.159 -.018 .066 -.095 .000 .121 -.135 .766 -.070

x13 .017 -.105 -.204 -.165 .028 -.062 -.095 .007 -.070 .594

Anti-image x1 .672a -.176 .028 .140 .051 -.046 -.344 .078 -.305 .027
Correlation
x3 -.176 .664a .040 .230 .133 -.138 -.025 .101 -.212 -.159

x4 .028 .040 .763a -.141 -.084 .048 -.196 .095 -.025 -.316

x5 .140 .230 -.141 .693a .018 -.206 .005 -.001 .090 -.255

x7 .051 .133 -.084 .018 .625a -.032 -.116 -.079 -.113 .038

x9 -.046 -.138 .048 -.206 -.032 .756a -.469 -.012 -.001 -.110

x10 -.344 -.025 -.196 .005 -.116 -.469 .682a -.221 .212 -.189

x11 .078 .101 .095 -.001 -.079 -.012 -.221 .535a -.163 .009

x12 -.305 -.212 -.025 .090 -.113 -.001 .212 -.163 .529a -.104

x13 .027 -.159 -.316 -.255 .038 -.110 -.189 .009 -.104 .772a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Berdasarkan hasil pengujian MSA (Measure of Sampling Adequacy)


diketahui bahwa 10 faktor dari 5 variabel yang diusulkan dalam penelitian
variabel harga dan pelayanan MSA < 0,5; sehingga variabel tersebut harus
dikeluarkan pengujiannya dan harus dilakukan pengujian ulangi dengan tidak
mengikutsertakan variabel tersebut.
4.2.2.4 Proses Ekstraksi Faktor
Communalities menyatakan varians setiap variabel yang dijelaskan oleh
faktor. Pada penelitian ini terdapat 5 variabel yang diusulkan dalam analisis
faktor, yang mana setiap variabel mewakili faktor-faktor yang dianalisis.
Kemampuan setiap variabel mewakili faktor-faktor yang dianalisis, ditunjukkan
oleh besarnya varians yang dijelaskan, yang disebut juga eigenvalue. Adapun
varians yang dimaksudkan disini adalah varians hasil perhitungan analisis faktor
yang sudah distandarisasi. Hasil tersebut dapat mengasilkan faktor yang paling
dominan dari beberapa faktor lainnya dengan menggunakan bantuan program
komputer SPSS 17.0 for windows secara otomatis, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hasil Uji Ekstrasi Faktor

Total Variance Explained

Extraction Sums of Squared Rotation Sums of Squared


Initial Eigenvalues Loadings Loadings

Componen % of Cumulativ % of Cumulativ % of Cumulativ


t Total Variance e% Total Variance e% Total Variance e%

1 2.827 28.273 28.273 2.827 28.273 28.273 2.621 26.211 26.211

2 1.789 17.888 46.161 1.789 17.888 46.161 1.904 19.042 45.252

3 1.166 11.658 57.819 1.166 11.658 57.819 1.257 12.567 57.819

4 .922 9.224 67.043

5 .834 8.337 75.380

6 .648 6.478 81.858

7 .629 6.291 88.148

8 .455 4.545 92.694

9 .444 4.439 97.133

10 .287 2.867 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Berdasarkan tabel di atas dari 3 faktor yang diusulkan akan terbentuk


terdapat variabel tunggal, yaitu variabel “produk”. Variabel tersebut mempunyai
nilai total initial eigenvalues sebesar faktor 1 28.273%, fakor 2 17.888% dan
fakor 3 11.658% 1,506 artinya variabel prodak menjadi faktor utama yang
mempengaruhi keputusan minat membeli di Kedai Kopi Bale 61, sehingga tidak
dilakukan uji lanjutan seperti rotasi faktor.
Hasil dari uji variabel tersebut didalamnya tedapat faktor-faktornya
sebagai berikut :
1. Produk yang dijual lengkap
2. Produk yang dicari selalu tersedia.
3. Produk yang dijual selalu fresh dan tidak rusak.

4.2.3 Analisis SWOT


Analisis SWOT ini sebagai alat bantu untuk mempermudah memperbaiki
usulan strategi pemasaran Kedai Kopi Bale 61 di tinjau dari faktor lingkungan
internal dan eksternal sebagai tahapan awalnya.
Strategi SWOT yang dipakai yaitu berdasarkan dari variabel utama yang
mempengaruhi keputusan minat belanja, yaitu variabel harga.
a. Strength (kekuatan)
b. Weakness (kelemahan)
c. Opportunities (peluang)
d. Treats (ancaman)

4.2.3.1 Faktor Lingkungan Internal (IFAS) Kedai Kopi Bale 61


Analisis lingkungan internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan Kedai
Kopi Bale 61. Peneliti menemukan tiga poin dalam setiap faktor. Berikut
merupakan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kedai Kopi Bale
61 yaitu :
a. Strength (kekuatan)
Kekuatan dapat digunakan perusahaan agar tetap terus mampu bersaing
dalam sebuah usaha.Kedai Kopi Bale 61 memiliki beberapa poin kekuatan
yang menjadikannya tetap mampu bersaing. Kekuatan yang dimiliki Kedai
Kopi Bale 61 yaitu :
1. Ketersedian produk selalu memadai
Ketersedian produk yang ditawarkan Kedai Kopi Bale 61 kepada para
konsumennya tergolong memadai seperti halnya kebutuhan bahan
yang selalu tersedia.
2. Kualitas produk terjamin
Kedai Kopi Bale 61 menjamin semua produk dalam keadaan baik
seperti kualitas produk, kadaluarsa yang panjang, dll
3. Produk-produk baru kualitas unggulan
Produk baru yang ditawarkan Kedai Kopi Bale 61 terbukti mempunyai
kualitas unggulan karena melalui proses quality sebelumnnya, hal
tersebut agar konsumen merasa puas dengan produk baru yang
dipasarkan.

b. Weakness (kelemahan)
Selain memiliki kekuatan yang digunakan untuk tetap bertahan
menghadapi pesaing, Kedai Kopi Bale 61 juga memiliki beberapa kelemahan
dalam menghadapi pesaingnya. Kelemahan yang dimiliki Kedai Kopi Bale 61
yaitu :
1. Produk yang dijual tidak terlalu lengkap
Melalui hasil kuesioner konsumen menyimpulkan bahwa produk yang
dijual kedai kopi bale 61 tidak terlalu lengkap jika dibandingkan
dengan Kedai Kopi pesaingnya.
2. Produk yang dicari tidak tersedia
Konsumen Kedai Kopi Bale 61 menilai bahwa produk yang dijual
tidak kumplit jika dibandingkan dengan pesaingnnya.
3. Produk dijual dinilai konsumen kurang fresh
Konsumen Kedai Kopi Bale 61 menilai bahwa produk yang dijual
memiliki tingkat fresh yang kurang jika dibandingkan dengan Kedai
Kopi pesaingnya.
4.2.3.2 Faktor Lingkungan Eksternal (EFAS) Kedai Kopi Bale 61
Analisis lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman Kedai
Kopi Bale 61. Peneliti menemukan 3 poin dalam setiap faktor. Berikut merupakan
faktor-faktor peluang dan ancaman yang dimiliki Kedai Kopi Bale 61
c. Opportunities (peluang)
Lingkungan eksternal perusahan harus diketahui agar hal-hal yang
mendukung strategi pemasaran dapat diterapkan.Peluang merupakan salah
satu aspek yang mencangkup lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk mengembangangkan atau memajukan perusahaan. Adapun
peluang yang dimiliki Kedai Kopi Bale 61 adalah :
1. Pangsa pasar produk yang luas
Tidak dapat dipungkiri saat ini penjualan produk kopi melalui Kedai
Kopi banyak mendapat respon positif dimasyarakat, dikarenakan
mudah untuk diakses, tempat yang nyaman, serta menjual berbagai
macam produk kopi kebutuhan konsumen.
2. Permintaan produk yang tinggi
Melihat permintaan produk dari konsumen yang tinggi, terkadang
masih belum terpenuhi maka evaluasi kebutuhan konsumen disetiap
daerah menjadi kunci untuk menunjang kebutuhan konsumen
kedepannya.
3. Pangsa pasar produk baru mudah
Pangsa pasar produk yang baru bisa menjadi salah satu alternatif
dengan animo kebutuhan konsumen yang tinggi, mengingat pangsa
pasar produk baru mudah untuk diterima dikalangan masyarakat yang
berkunjung di Kedai Kopi.

d. Treats (ancaman)
Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah dari lingkungan
eksternal perusahaan adalah ancaman yang dihadapi Kedai Kopi Bale 61.
ancaman tersebut berasal dari apa saja termasuk kegiatan yang dijalankan
perusahaan pesaing. Ancaman yang dihadapi oleh Kedai Kopi Bale 61
adalah :
1. Produk yang dijual pesaing lebih lengkap
Produk pesaing yang lebih lengkap menjadikan seuah ancaman bagi
perusahan, oleh karena itu perusahaan harus sesegera mungkin untuk
mengevaluasi cara agar produk yang dijual tidak kalah dengan
pesaing.
2. Perkembangan bisnis Kedai Kopi
Kedai Kopi Bale 61 merupakan perusahaan dibidang bisnis Kedai
Kopi. Saat ini terdapat beberapa perusahaan baru yang bergerak pada
bisnis yang sama. Persaingan ini menuntut perusahaan untuk
memperhatikan pesaingnya. Dengan adanya pesaing menjadikan
perusahaan lebih kompetitif dalam menjalankan usahannya.
3. Produk baru pesaing lebih cepat update
Update produk yang cepat dari pesaing merupakan sebuah ancaman
bagi perusahan, mengingat konsumen seringkali mempunyai perilaku
untuk mencoba sesuatu hal yang baru, oleh sebab itu perusahaan harus
segera mengevaluasi keadan tersebut.
Tabel 4.15 Matriks Analisis SWOT
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan)
IFAS - Ketersediaan produk selalu memadai - Produk yang dijual tidak terlalu lengkap

EFAS - Produk yang dicari tidak tersedia


- Kualitas produk terjamin
- Produk yang dijual dinilai konsumen kurang fresh

- Produk-produk baru kualitas unggulan

Opportunity (peluang) Strengths Opportunity Weaknesses Opportunity


- Pangsa pasar produk - Membuat batas control peluang pangsa pasar dengan - Segera evaluasi produk yang kurang lengkap, dengan
yang luas mengoptimalkan safety stock agar produk yang jual tidak meminta masukan kepada konsumen, sehingga bisa
- Permintaan produk kehabisan stok masuk kedalam pangsa pasar kembali.
yang tinggi - Mengoptimalkan pangsa pasar dengan menyediakan - Membuat produk baru untuk dijual di kedai kopi,
- Pangsa pasar produk varian produk yang lengkap dan kualitas yang terjamin. sehingga kedepannya banyak varian produk yang
baru mudah - Mengenalkan produk baru unggulan kepada konsumen dipajang sejenis agar mengoptimalkan permintaan
dengan memberikan jaminan keunggulan dari produk konsumen yang tinggi.
yang sudah ada sebelumnya. - Mengoptimalkan quality untuk menyortir produk-
produk yang rawan membusuk, terutama produk baru.
Tabel 4.15 Matriks Analisis SWOT (lanjutan)
Strengths (kekuatan) Weaknesses (kelemahan)
IFAS - Ketersediaan produk selalu memadai - Produk yang dijual tidak terlalu lengkap

EFAS - Produk yang dicari tidak tersedia


- Kualitas produk terjamin
- Produk yang dijual dinilai konsumen kurang fresh

- Produk-produk baru kualitas unggulan

Threats (ancaman) Strengths Threats Weaknesses Threats


- Produk yang dijual - Mengkontrol produk-produk yang dipajang pada menu - Menginformasikan masukan dari konsumen kepada
pesaing lebih lengkap agar tidak kekurangan stok, sehingga dalam batas wajar bagian dapur agar diadakan evaluasi rutin supaya
- Perkembangan bisnis dengan pesaing. produk yang kosong bisa segera dilengkapi.
Kedai Kopi - Memberikan jaminan keungulan produk yang dijual - Membuka peluang kepada produsen baru, untuk bekerja
- Produk baru pesaing kepada konsumen seperti produk selalu fresh, tanggal sama dalam menjual produknya.
lebih cepat update kadaluarsa yang lama - Mengadakan pengontrolan bahan dan evaluasi,
- Evaluasi untuk sistem update produk baru dengan terutama terhadap barang baru yang menjadi perhatian
mengadakan meeting di kedai kopi dengan waktu khusus dari kosumen.
minimal seminggu sekali sebelum buka kedai, agar tidak
ketinggalan dengan pesaing.
4.2.4 Usulan Strategi Pemasaran
Dengan diketahuinya hasil analisis faktor dari penyebab menurunnya
minat belanja di Kedai Kopi Bale 61, yaitu variabel produk serta dilakukannya
analisis SWOT sebagai alat bantu. Maka langkah selanjutnya dilakukan usulan
evaluasi strategi pemasaran pada faktor produk.
Berdasarakan hasil dari analisis metode SWOT diketeahui faktor produk
yang menjadi penyebab utama kurangnya minta pembeli terhadap Kedai Kopi
Bale 61, dikarenakan :
5. Produk yang dijual tidak terlalu lengkap
6. Produk yang dicari tidak tersedia
7. Produk yang dijual dinilai konsumen kurang fresh

Usulan dari strategi pemasaran terhadap kelemahan dari poin pertama


yaitu produk yang dijual tidak terlalu lengkap dengan cara segera evaluasi produk
yang kurang lengkap, dengan meminta masukan kepada konsumen, sehingga bisa
masuk kedalam pangsa pasar kembali.
Untuk poin kedua Produk yang dicari tidak tersedia dengan cara membuat
produk baru untuk dijual di kedai kopi, sehingga kedepannya banyak varian
produk yang dipajang sejenis agar mengoptimalkan permintaan konsumen yang
tinggi.
Untuk poin ketiga produk yang dijual dinilai konsumen kurang fresh
dengan cara mengopimalkan quality untuk menyortir produk-produk yang rawan
membusuk, terutama produk baru.
Selain itu usulan strategi Kedai Kopi yang diterapkan untuk produk yang
menjadi kendala dengan segmentasi pasar dimana dengan memaksimumkan
pilihan (ragam produk) sehingga pelanggan (costumer) dapat memiliki beragam
pilihan juga.
BAB V
ANALISIS

Perilaku dan minat konsumen merupakan hal yang sangat penting untuk
diketahui seorang pengusaha karena konsumen adalah tujuan dari keberhasilan
perusahaan dalam penjualan khususnya di kedai kopi. Setiap konsumen memiliki
perbedaan keinginan kebutuhan serta pendapatan sehingga perlu diperjelas
segmen mana yang akan dituju, sekaligus bagaimana perilaku mereka. Minat
konsumen untuk membeli dipengaruhi berbagai lapisan masyarakat karena
berbelanja merupakan kebutuhan sehari-hari. Ini berarti konsumen yang berasal
dari lapisan masyarakat yang berbeda akan mempunyai penilaian kebutuhan,
pendapat, sikap dan selera yang berbeda-beda juga.
Dalam penelitian kedai kopi ini terdapat tiga kedai kopi yang saling
bersaing, diantaranya kedai kopi 18 coffee and beveranges, conscience rooftop
dan bale 61. Dari ketiga kedai kopi ini salah satunya tidak mampu bersaing
dengan kedai kopi lainnya, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kenapa kedai tersebut tidak dapat bersaing dan bagaimana cara
penyelesaiannya.
Ada beberapa tahapan untuk mengetahui kenapa kedai tersebut tidak
dapat bersaing, yaitu dengan cara :
1. Analisis Faktor
2. Analisis SWOT
3. Evaluasi Strategi Pemasaran

5.1 Analisis Faktor


1. Uji Validitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah (valid) atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkap suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas dihitung dengan membandingkan nilai r hitung (correlated item-
total correlation) dengan nilai r tabel.
Berdasarkan hasil uji validitas bab sebelumnya diketahui dari 18 butir
pertanyaan untuk mengungkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
minat konsumen membeli kopi di bale 61 untuk variabel “suasana kedai kopi”
paling dominan yaitu 3 faktor, maka variabel tersebut dianggap gugur.
Selanjutnya menggunakan 13 faktor dari 5 variabel yaitu produk, harga,
lokasi, promo dan pelayanan.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan pada data yang telah lolos uji validitas.
Pada pengujian reliabilitas pada bab sebelumnya ini diketahui hasil
pengolahan uji reliabilitas dan nilai cronbach’s Alphanya adalah 0,658 yang
berarti nilai ini sudah lebih besar dari 0,60 secara keseluruhan. Dengan
demikian seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas dan reliabilitas
memenuhi persyaratan untuk dipakai dalam pengambilan keputusan
penelitian.
3. Uji KMO (Kaise Meyer Olkin)
Pengujian KMO ini dilakukan untuk membandingkan besarnya koefisien
koleasi amatan dengan koefisien parsial yang berarti bahwa besar koefisien
korelasi keseluruhan variabel pada matriks korelasi harus signifikan di antara
paling sedikit beberapa variabel
Hasil dari uji KMO dari bab sebelumnya diperoleh nilai sebesar 0,697
sehingga berdasarkan uji tersebut analisis faktor ini dinilai layak dilakukan
dengan kategori baik.
4. Uji Barlett Test
Pengujian Barlett Test ini dilakukan untuk menguji apakah betul variabel-
variabel yang dilibatkan berkorelasi. Hasil dari uji Barlett Test bab
sebelumnya diketahui nilai chi square adalah 212.048 dengan besar signifikan
0,000. Sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, artinya menunjukan bahwa
adanya korelasi antar variabel dan layak untuk proses lebih lanjut.
5. Uji MSA (Measure of Sampling Adequency)
Mengukur MSA (Measure of Sampling Adequacy), yaitu untuk mengukur
kecukupan sampling untuk tiap variabel individual. Berdasarkan hasil
pengujian MSA (Measure of Sampling Adequacy) diketahui bahwa 13 faktor
dari 5 variabel yang diusulkan dalam penelitian variabel harga dan pelayanan
MSA < 0,5; sehingga variabel tersebut harus dikeluarkan pengujiannya dan
harus dilakukan pengujian ulangi dengan tidak mengikutsertakan variabel
tersebut.
Hasil pengujian ulang MSA diketahui 3 variabel yang diusulkan dalam
penelitian variabel ulang yaitu produk, lokasi toko dadn promosi MSA > 0,5 ,
sehingga variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.
6. Proses Ekstrasi Faktor
Berdasarkan hasil ekstrasi faktor di bab sebelumnya diketahui hasilnya
yaitu dari 3 variabel yang diusulkan akan terbentuk terdapat variabel tunggal,
yaitu variabel “produk”. Variabel tersebut mempunyai nilai total initial
eigenvalues sebesar faktor 1 (28.273%), fakor 2 (17.888%) dan fakor 3
(11.658%) artinya variabel prodak menjadi faktor utama yang mempengaruhi
keputusan minat membeli di Kedai Kopi Bale 61, sehingga tidak dilakukan uji
lanjutan seperti rotasi faktor..

5.2 Analisis SWOT


Menggunakan analisis faktor internal dan eksternal seperti yang sudah
dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat diketahui empat strategi yang
terangkum dalam matrik SWOT yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
diterapkan. Strategi tersebut adalah Strengths Opportunity (SO), Strengths
Threats (ST), Weaknesses Opportunity (WO), dan Weaknesses Threats (WT).
Berdasarkan keterangan pada matrik tabel SWOT di bab sebelumnya diketahui
strategi yang tepat untuk dillaksanakan oleh kedai kopi Bale 61, yaitu sebagi
berikut :
1. Strengths Opportunity (SO)
Sesuai yang dikemukakan (Rangkuti, 2006), strategi SO merupakan
strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk
memanfaatkan dan merebut peluang sebesar-besarnya. Dalam hal ini ritel X
berusaha menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk memanfaatkan
peluangnya. Berikut merupakan strategi yang dapat menjadi pertimbangan
untuk diterapkan oleh kedai kopi ale 61, antara lain :
 Membuat batas control peluang pangsa pasar dengan mengoptimalkan
safety stock agar produk yang jual tidak kehabisan stok
 Mengoptimalkan pangsa pasar dengan menyediakan varian produk yang
lengkap dan kualitas yang terjamin.
 Mengenalkan produk baru unggulan kepada konsumen dengan
memberikan jaminan keunggulan dari produk yang sudah ada sebelumnya.

2. Strengths Threats (ST)


(Rangkuti, 2006), menyatakan bahwa strategi dalam menggunakan
kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Dalam hal ini
kedai kopi bale 61 berusaha menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk
mengatasi ancaman. Berikut merupakan strategi yang dapat menjadi
pertimbangan untuk diterapkan oleh kedai kopi bale 61, antara lain :
 Mengkontrol produk-produk yang dipajang pada menu agar tidak
kekurangan stok, sehingga dalam batas wajar dengan pesaing.
 Memberikan jaminan keungulan produk yang dijual kepada konsumen
seperti produk selalu fresh, tanggal kadaluarsa yang lama
 Evaluasi untuk sistem update produk baru dengan mengadakan meeting di
kedai kopi dengan waktu minimal seminggu sekali sebelum buka kedai,
agar tidak ketinggalan dengan pesaing.

3. Weaknesses Opportunity (WO),


(Rangkuti, 2006), menyatakan bahwa strategi ini diterapkan berdasarkan
pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang
ada. Kedai kopi bale 61 harus memanfaatkan peluang untuk menutupi
kelemahan yang dimiliki. Berikut ini rekomendasi strategi yang dapat menjadi
pertimbangan untuk diterapkan oleh kedai kopi bale 61, antara lain :
 Segera evaluasi produk yang kurang lengkap, dengan meminta masukan
kepada konsumen, sehingga bisa masuk kedalam pangsa pasar kembali.
 Membuat produk baru untuk dijual di kedai kopi, sehingga
kedepannya banyak varian produk yang dipajang sejenis agar
mengoptimalkan permintaan konsumen yang tinggi.
 Mengoptimalkan quality untuk menyortir produk-produk yang rawan
membusuk, terutama produk baru.

4. Weaknesses Threats (WT).


(Rangkuti, 2006), menyatakan bahwa strategi ini berdasarkan kegiatan
yang bersifat defensive dan berusaha meminimalisir kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman. Strategi yang dapat digunakan kedai kopi bale 61
untuk meminimalisir kelemahan yang dengan ancaman yang ada, antara lain :
 Menginformasikan masukan dari konsumen kepada bagian dapur agar
diadakan evaluasi rutin supaya produk yang kosong bisa segera
dilengkapi.
 Membuka peluang kepada produsen baru, untuk bekerja sama dalam
menjual produknya.
 Mengadakan pengontrolan bahan dan evaluasi, terutama terhadap
barang baru yang menjadi perhatian khusus dari kosumen.

5.3 Analisis Usulan Strategi Pemasaran


Dari hasil pembahasan di bab sebelumnya, melalui hasil analisis faktor
terdapat suatu kendala yang menjadikan menurunya jumlah minat konsumen
membeli di kedai kopi ale 61, yang selanjutnya kendala tersebut menjadikan
sebuah usulan strategi bagi kedai kopi bale 61 selanjutnya, adapun faktor kendala
yang dihadapi dari hasil analisi faktor yaitu faktor dari variabel “Produk”. Maka
varibel tersebut menjadi bahan masukan kedapannya untuk kedai kopi bale 61
sebagai bahan evaluasi strategi pemasaran.
Adapun usulan strategi pemasaran yang menjadi bahan evaluasi, yaitu :
 Evaluasi produk yang kurang lengkap, dengan meminta masukan kepada
konsumen, sehingga bisa masuk kedalam pangsa pasar kembali.
 Membuat produk baru untuk dijual di kedai kopi, sehingga kedepannya
banyak varian produk yang dipajang sejenis agar mengoptimalkan
permintaan konsumen yang tinggi.
 Mengoptimalkan quality untuk menyortir produk-produk yang rawan
membusuk, terutama produk baru.

dengan segmentasi pasar dimana dengan memaksimumkan pilihan (ragam


produk) sehingga pelanggan (costumer) dapat memiliki beragam pilihan juga.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis terhadap hasil penelitian maka selanjutnya
dapat diambil kesimpulan bahwa peneliti dalam melakukan penyebaran kuesioner
di kedai kopi bale 61 terhadap 100 responden serta dilakukan pengolahan data,
dapat diketahui bahwa hasil dari ekstrasi faktor dengan nilai total initial
eigenvalues sebesar faktor 1 (28.273%), fakor 2 (17.888%) dan fakor 3
(11.658%) artinya variabel prodak menjadi faktor utama yang mempengaruhi
keputusan minat membeli di Kedai Kopi Bale 61.
Selanjutnya faktor produk tersebut menjadi bahan evaluasi strategi
pemasaran yang nantinya menjadikan bahan usulan strategi pemasaran untuk
kedai kopi ale 61, adapun usulan strategi pemasaran dari faktor produk yang
menjadi kendala utama yaitu :
 Evaluasi produk yang kurang lengkap, dengan meminta masukan kepada
konsumen, sehingga bisa masuk kedalam pangsa pasar kembali.
 Membuat produk baru untuk dijual di kedai kopi, sehingga kedepannya
banyak varian produk yang dipajang sejenis agar mengoptimalkan
permintaan konsumen yang tinggi.
 Mengoptimalkan quality untuk menyortir produk-produk yang rawan
membusuk, terutama produk baru.
 Dengan mengevaluasi segmentasi pasar dimana dengan memaksimumkan
pilihan (ragam produk) sehingga pelanggan (costumer) dapat memiliki
beragam pilihan juga.

6.2.1 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan beberapa hal yang harus


diperhatikan dalam usaha untuk meningkatkan starategi usaha kedai kopi bale 61.
Peneliti memberi usulan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan
kedepannya. Saran tersebut adalah sebagi berikut :
1. Kedai kopi bale 61 harus segera mengevaluasi dengan membuat batas control
distributor untuk meningkatan kualitas mutu produk-produk yang jualnya,
agar memberikan kepuasan kepada konsumen.
2. Kedai kopi bale 61 diharapkan dapat terus memenuhi permintaan konsumen
agar tidak beralih ke kedai kopi pesaing, dengan penyebaran kuesioner setiap
bulannya agar mengetahui keinginan dan masukan konsumen.
3. Kedai kopi bale 61 diharapkan harus mengoptimalkan mungkin segmentasi
pasar di daerah sekitar tersebut, agar terus menjadi kedai kopi yang menjadi
daya tarik tinggi konsumen dan mampu bersaing dengan kedai kopi lainnya.
4. Kedai kopi bale 61 diharapkan memunculkan inovasi-inovasi baru dalam
bisnisnya agar tetap memiliki daya tarik bagi konsumen yang belanja di kedai
kopi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai