Anda di halaman 1dari 3

SUKU BUGIS

1. Kondisi Geografis:

Secara geografis, dewasa ini tanah Bugis dan Makassar terletak di Propinsi Sulawesi Selatan, Kawasan
Indonesia Bagian Timur

2. Letak dan Luas :

letak :Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, Bone, Wajo, Soppeng,
Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru

3. Keadaan alam:

Topografi Provinsi Sulawesi Selatan membentang dari dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan
kondisi kemiringan 0 sampai 3 persen merupakan tanah yang relatif datar, 3 sampai dengan 8 persen
merupakan tanah yang relatif bergelombang, 8 sampai 45 persen tanahnya curam dan bergunung.
Wilayah dataran terluas berada pada 100 hingga 400 meter DPI, dan sebagian merupakan dataran yang
berada pada 400 hingga 1000 meter DPI.

4. Keadaan penduduk:

Suku Bugis pada urutan kedelapan suku dengan populasi terbesar di Indonesia ditempati oleh Suku
Bugis. Suku ini berasal dari Pulau Sulawesi, dan juga menyebar ke berbagai daerah. Berdasarkan SP 2010
BPS, jumlah populasi Suku Bugis mencapai 6.359.700 jiwa, atau setara dengan 2,69 persen dari total
penduduk Indonesia.

5. Asal mula dan sejarah :

Leluhur Suku Bugis merupakan bangsa Deutro Melayu yang masuk ke Nusantara sekitar tahun 500 SM,
dan merupakan gelombang kedua setelah bangsa Proto Melayu pada 1500 SM.

Asal nama Bugis berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis.

Kata 'Ugi' mengarah pada raja pertama di Pammana, Kabupaten Wajo sekarang, yang bernama La
Sattumpugi.

Merujuk pada nama raja mereka, rakyat pun menjuluki diri dengan nama 'To Ugi' atau pengikut La
Sattumpugi.

La Sattumpugi merupakan raja pertama Kerajaan China, tetapi dia tidak memiliki hubungan dengan
negeri China yang ada di Tiongkok, melainkan sebuah sebutan untuk wilayah kerajaan Bugis Kuno, yakni
kedatuan China.
6. Bahasa:

Nama Bahasa daerah Suku Bugis adalah Bahasa Bugis (rumpun Austronesia).Bahasa Bugis terdiri dari
beberapa dialek. Seperti dialek Pinrang yang mirip dengan dialek Sidrap. Dialek Bone (yang berbeda
antara Bone utara dan Selatan). Dialek Soppeng. Dialek Wajo (juga berbeda antara Wajo bagian utara
dan selatan, serta timur dan barat). Dialek Barru, Bahasa Bugis Sinjai dan sebagainya.Masyarakat Bugis
memiliki penulisan tradisional memakai aksara Lontara.

7. Sistem religi:

Religi atau agama yang dianut masyarakat bugis pada umumnya mayoritas beragama islam, tetapi masih
mengenal dengan adanya upacara-upacara yang mencari hubungan dengan dunia gaib menurut sistem
kepercayaan yang mereka anut. Sistim kepercayaan yang dibuat oleh manusia hasil bayangan-
bayangannya tentang alam, alam gaib dan gambaran pikirannya tentang hidup dan maut. Di daerah-
daerah yang tingkat kecerdasan penduduk bugis masih rendah terutama mengenai kecerdasannya
mengenai agama islam, upacara yang mengkonsepsikan kepercayaan lama, masih tetap kelihatan.
Namun yang melakukan upacara itu terdiri dari jumlah yang kecil. Orang Bugis, Makassar dan Mandar
termasuk suku bangsa yang setia kepada Islam, namun di dalam pelaksanaan upacara-upacara
tradisonal masih nampak cara-cara yang berkesambungan dari dahulu, tetapi diberi semangat dari
tema-tema islam. Upacara-upacara peninggalan lama, agaknya tetap mempertahankan diri dalam
upacara baur hidup (life cycle), yakni upacara masa peralihan (krisis reites), dapat diambil bentuk seperti
upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian

8. Sistem ekonomi:

Mata pencaharian suku bugis karena letaknya yang berada di daerah dataran yang subur kebanyakan
masyarakat bugis bermata pencaharian sebagai petani. Faktor ini sangat di dukung oleh kesuburan
tanah yang sangat sehingga menjadikan wilayah suku bugis menjadi wilayah pertanian.mata
pencaharian lainnya di suku bugis adalah nelayan, selain terletak di dataran yang subur suku bugis juga
mempunyai wilayah di pesisir yang di anugrahi banyak sumber daya yang melimpah di lautan. Hal ini di
manfaatkan masyarakat untuk mencari penghasilan di lautan.

9. Sistem teknologi:

Teknologi yang di gunakan suku bugis salah satunya adalah perahu pinisi yang di gunakan oleh pelaut
bugis sejak ratusan tahun lalu.selain perahu, suku bugis juga menggunakan sepeda,bendi,koleksi
peralatan menempa besi & hasilnya.

10. Sistem pengetahuan:


pengetahuan tentang alam flora dan fauna, pengetahuan tentang ramuan obat, pengetahuan kedutan
pada bagian badan, pengetahuan tentang appesissikeng (sifat dan waktu) manusia, dan pengetahuan
tentang hari baik dan buruk. Dari pengetahuan di atas, mempunyai perbedaan pengetahuan dari dimana
orang bugis itu berada, terutama pada alam flora dan fauna, sedangkan tentang pengetahuan ramuan
obat yang berbeda adalah jenis tumbuh-tumbuhan dan namanya tumbuhan tersebut. Dari dua macam
sistem pengetahuan yang berbeda tiap pemukiman orang bugis, nampak adanya pengaruh lingkungan
alam terhadap pembentuk pengetahuan mereka. Adapun pengetahuan tentang hari baik dan buruk,
kedutan-kedutan pada bagian badan dan pengetahuan appesissikeng terdapat kesamaan yang umum
dimengerti.

11. Kesenian:

kesenian orang bugis pada umumnya salah satunya lagu rakyat yang biasanya ditampilkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan lainnya seperti ketika ada upacara perkawinan, biasanya menyanyikan sebuah lagu
untuk acara pelengkap saja dan kemeriahan upacara tersebut. Selain itu, dapat dilihat dalam bentuk
atraksinya seperti dari makananya dan tradisi dari upacara-upacara tersebut.

12. Organisasi sosial:

sistem kemasyarakatan dan kekerabatan. Kelompok kemasyarakatan orang bugis pada umumnya
sebagai warisan dari zaman ini masih tetap berjalan, walaupun ikatan-ikatannya sudah tidak erat lagi
seperti dulu. Manusia yang telah merebut sosialnya selalu berada dalam keadaan brhubungan dengan
masusia lain. Itulah yang melahirkan kegiatan sosial dan karena itu kegiatan sosial membentuk
kelompok kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Kelompok adalah kumpulan
individu yang hidup saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya secara luas, tetap dan teratur.
Hubungan itu diatur oleh suatu sistem yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ditaati bersama
diantaranya hubungan kekerabatan yang terdiri dari sianang, sompung lolo, sirowe-rowekkeng dan
siwija. Kemudian lapisan kemasyarakatan yang terdiri dari tiga stratifikasi sosial yaitu arung, maradeka
dan ata. Lalu yang ketiga sistem kekerabatan, dimana sistem kekerabatan dalam masyarakat Pinrang
dan masyarakat bugisumumnya menganut prinsip bilateral atau parental. Keempat istilah kerabatan
orang bugis dan yang terakhir adalah sistem perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai