10makalah Kel.10 Pemerolehan Bahasa Anak
10makalah Kel.10 Pemerolehan Bahasa Anak
.
Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
Kelas 3B
1. Nizmatullayla 1910125120007
2. Assa’adah Napisah 1910125120052
3. Awalia Rizky Ananda 1910125220047
4. Rosendi Aditya Suryatama H. 1910125310009
5. Marfuah 1910125320002
6. Akhmad Muttaqie 1910125320078
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Bahasa Indonesia SD 1 yang
berjudul “Teori Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak” .
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada Bapak Prof. Drs. H. Rustam
Effendi, M. Pd., Ph.D dan Ibu Faradina, M.Pd. serta teman-teman sekalian yang telah
membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan
dalam waktu yang telah dItentukan.
Makalah Teori Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Bahasa Indonesia sekaligus meningkatkan pemahaman konseptual
mahasiswa. Kehadiran makalah ini diharapkan, tidak lain hanya agar dapat bermanfaat untuk
semua kalangan masyarakat secara umum dan mahasiswa pgsd secara khusus.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih kurang dari sempurna, namun demikian
penulis telah berupaya dengan tetap mempertimbangkan mutu dan bobot sehingga makalah
ini dapat memenuhi tujuannya serta bermanfaat bagi yang memerlukan. Saran dan kritik yang
bersifat membangun penulis butuhkan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas semua pihak yang ikut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I...........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. Menjelaskan Hakikat Pemerolehan Bahasa Anak............................................................3
B. Ragam pemerolehan bahasa anak.....................................................................................4
C. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak..................................................................................7
D. Hakikat perkembangan bahasa anak.................................................................................9
E. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak.....................................................................10
BAB III......................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.....................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan
perasaan, dan memungkinkan individu menciptakan kegiatan sesama
manusia, .mengatur berbagai aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan
mengarahkan masa depan individu. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh
manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan
bahasa. Bahasa merupakan suatu bentuk ungkapan yang bentuk dasarnya ujaran atau
suatu ungkapan dalam bentuk bunyi ujaran. Bahasa merupakan alat komunikasi dan
interaksi yang sangat penting bagi manusia. Melalui bahasa manusia mendapatkan
beberapa informasi penting. Bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan,
pikiran, pendapat, dan perasaan. Oleh karena itu, bahasa sangat penting peranannya
bagi kehidupan manusia.
Pemerolehan bahasa dan perkembangan bahasa anak mendasari kemampuan
mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia kepada siswa di sekolah dasar terutama
siswa di kelas rendah. Karakteristik setiap anak tidak sama sehingga dengan
mempelajari pemerolehan dan perkembangan bahasa anak guru dapat mengatasi
perbedaan perkembangan bahasa pada siswanya. Siswa sekolah dasar pada umumnya
berlatar belakang dwibahasa bahkan multi bahasa, sehingga dengan mempelajari
materi pemerolehan dan perkembangan bahasa anak, guru dapat benar-benar
memahami konteks sosial budaya lingkungan anak didiknya dan menghargai
keragaman budaya tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa itu hakikat pemerolehan bahasa anak?
2. Apa saja ragam pemerolehan bahasa anak?
3. Sebutkan dan jelaskan Strategi pemerolehan bahasa anak?
1
4. Jelaskan hakikat perkembangan bahasa anak?
5. Sebutkan dan jelaskan tahap-tahap perkembangan bahasa anak?
C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan dari hakikat pemerolehan bahasa anak.
2. Mengetahui apa saja ragam pemerolehan bahasa anak.
3. Mengetahui apa saja strategi pemerolehan bahasa anak.
4. Mengetahui penjelasan dari hakikat perkembangan bahasa anak.
5. Mengetahui apa saja tahap-tahap perkembangan bahasa anak?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. dialami langsung oleh anak dan terjadi dalam konteks berbahasa
yang bermakna bagi anak.
posisi bahasa Indonesia dalam pemerolehan bahasa bagi anak Indonesia
akan ditemukan bahwa ada anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pertama dan ada pula menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa
kedua. Anak yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama,
bahasa pertama yang dikenal dan dikuasai adalah bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesialah yang pertama-tama dijadikan sebagai sarana
komunikasi verbal sejak dia bayi. Anak yang bahasa pertamanya bahasa
Indonesia banyak dijumpai sekarang ini, terutama pada keluarga yang
tinggal di kota. Penyebabnya sebagai berikut.
1. Perkawinan antarpenutur bahasa yang berbeda. Masing-masing pihak
tidak saling memahami bahasa daerah pasangannya.
2. Perkawinan antarpenutur bahasa daerah yang sama dengan situasi
berikut ini.
a. Lingkungan sosial sekitar keluarga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai media komunikasi.
b. Lingkungan masyarakat sekitar menggunkan bahasa daerah yang
tidak dikuasai oleh keluaga itu.
c. Lingkungan menggunkan bahasa daerah yang sama dengan bahasa
keluarga itu, tetapi karena pertimbangan praktis, bahasa yang
digunakan dalam keluarga itu bahasa Indonesia (Tarigan dkk.,
1998).
Selanjutnya Tarigan dkk. (1998) mengungkapkan bahwa anak-anak yang
dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga dan masyarakat
yang menggunkan bahasa daerah sebagai media komunikasi kesehariannya,
kemungkinan besar anak itu bahasa pertamanya adalah bahasa daerah dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa keduanya. Sekalipun anak itu telah
mengenal bahasa Indonesia melalui berbagai media (misalanya radio dan
4
televisi), tetapi bahasa Indonesia yang dikuasainya baru benar-benar
digunakan ketika telah bersekolah.
5
Terdapat beberapa istilah pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan,
dan keaslian, tetapi dalam pengertian hampir sama. Misalnya, istilah
pemerolehan bahasa pertama dengan pemerolehan bahasa asli, dan antara
pemerolehan bahasa kedua dengan pemerolehan bahasa asing tidak ada
perbedaan pengertian.
Apabila ditinjau dari segi keserentakan atau keberurutan, pada
dasarnya pemerolehan dua bahasa oleh seorang anak dapat terjadi dalam
dua cara, yaitu
(a) pemerolehan bahasa secara serentak, dan
6
banyak. Contoh anak mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin
makan, sudah makan, lapar atau mungkin makanannya tidak enak.
Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal
itulah yang disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Jadi pemerolehan bahasa
pertama terjadi bila anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa kini telah
memperoleh satu bahasa. Pada masa perolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih
mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk atau struktur bahasanya. Anak
akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang
tua atau kerabat dekatnya.
Gracia (dalam Krisanjaya, 1998) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa anak
dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian
kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata
yang lebih rumit (sintaksis).
Ada dua pandangan mengenai pemerolehan bahasa (McGraw dalam Krisanjaya,
1998). Pertama pemerolehan bahasa mempunyai permulaan mendadak atau tiba-
tiba. Kebebasan berbahasa dimulai sekitar satu tahun ketika anak-anak
menggunakan kata-kata lepas atau terpisah dari simbol pada kebahasaan untuk
mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pandangan kedua menyatakan bahwa
pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari
prestasi-prestasi motorik, sosial dan kemampuan kognitif pralinguistik.
2. Pemerolehan bahasa kedua
Pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah bahasa
lain setelah terlebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya
(bahasa ibu). Ada juga yang menyamakan istilah bahasa kedua sebagai bahasa
asing. Khusus bagi kondisi di Indonesia, istilah bahasa pertama atau bahasa ibu,
bahasa asli atau bahasa utama, berwujud dalam bahasa daerah tertentu sedangkan
bahasa kedua berwujud dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Tujuan
pengajaran bahasa asing kadang-kadang berbeda dengan pengajaran bahasa kedua.
7
Mengingat memainkan peranan yang cukup penting dalam belajar bahasa atau
belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui anak, dicatat dalam
benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium, mendengar dan melihat
sesuatu, memori anak merekamnya. Ingatan itu akan semakin kuat apabila
penyebutan akan benda atau peristiwa itu terjadi berulang-ulang. Dengan cara ini
anak akan mengingat bunyi, kombinasi bunyi atau kata, tentang sesuatu sekaligus
mengingat pula cara mengungkapkannya.
b. Meniru
Dalam belajar bahasa anak pun menggunakan strategi peniruan. Peniruan disini
berarti mencontoh secara kreatif atau menginspirasi. Peniruan yang dilakukan anak
tidak selalu berupa pengulangan yang persis sama atas apa saja yang didengarnya.
Di satu sisi, anak secara bertahap dapat memahami dan menggunakan tuturan yang
lebih rumit. Di sisi lain secara bersamaan anak pun membangun suatu sistem
bahasa yang kemungkinan dia mengerti dan memproduksi tuturan dalam bentuk
dan jumlah yang tidak terbatas.
c. Mengalami Langsung
Strategi lain yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah
mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. Anak
menggunakan bahasanya baik ketika berkomunikasi dengan orang lain, maupun
sewaktu sendirian. Dia menyimak dan berbicara langsung, dan sekaligus
memperoleh tanggapan dari mitra bicaranya. Dari tanggapan yang diperolehnya,
secara tidak sadar anak memperoleh masukan tentang kewajaran dan ketepatan
perilaku berbahasanya, dan dalam waktu yang sama juga si anak mendapat
masukan dari tindak berbahasa yang dilakukan mitra berbicaranya.
d. Bermain
Kegiatan bermain sangat penting untuk mendorong pengembangan kemampuan
berbahasa anak. Dalam bermain, si anak kadang berperan sebagai orang dewasa,
sebagai penjual atau pembeli dalam bermain dagang-dagangan, ibu, bapak atau
anak dalam bermain rumah-rumahan, sebagai dokter atau perawat atau pasien atau
sebagai guru atau murid dalam bermain sekolah-sekolahan.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa anak:
1) Faktor biologis
2) Faktor lingkungan social
3) Faktor intelegensi; dan
4) Faktor motivasi (Tarigan dkk., 1998)
Menurut Ellies dkk. (1989) mengemukakan bahwa anak belajar berbicara sesuai
dengan kebutuhannya. Sekiranya ia dapat memperoleh apa yang diinginkannya
tanpa bersusah payah untuk memintanya, maka ia tidak merasa perlu untuk
berusaha belajar berbahasa. Jadi pada mulanya motif anak belajar bahasa ialah
agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, keinginan-keinginannya, dan
menguasai lingkungannya sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Dengan
demikian kebutuhan utama anak sehingga belajar berbahasa ialah:
1) Keinginan untuk memperoleh informasi tentang lingkungannya, kemudian
mengenal dirinya sendiri dan kawan-kawannya;
2) Member perintah dan menyatakan kemauan;
3) Pergaulan social dengan orang lain; dan
4) Menyatakan pendapat dan ide-idenya.
9
guru melaksanakan program pembelajarannya. Jadi pengertian pengembangan bahasa
Anak Usia Oini (AUO) dalam tulisan ini adalah upaya guru dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan AUO dalam mengembangkan bahasanya, yakni yang lebih di
fokuskan pada ruang lingkup pengembangan bahasa yang tertuang dalam Satuan
Pendidikan.
10
dan memekik. Setelah memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat.
Sebagian bayi mulai mengucapkan suku kata dan menggandakan rangkaian kata
seperti “dadada” atau “mamama”. Ini dekanal dengan masa connical.
11
Kedua, apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik perhatiannya
saja. Sehingga, tampa mengerti konteks ucapan anak, kita akan kesulitan untuk
memahami maksud tuturannya.
Walaupun memahami makna kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah
mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si anak sangat penting dilakukan. Untuk
dapat berbicara, anak perlu mengetahui perbendaharaan kata yang akan disimpan
di otaknya dan ini bisa didapat ketika orang tua mengajak bicara. Kalau anak jaran
diajak berbicara, kata-kata yang dia dapat sangat minim sehingga penguasaan kosa
kata anak juga sangat minim. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam
menghadapi anak yang memasuki usia ini adalah “jangan memakai bahasa bayi
untuk anak-anak, melainkan dengan orang dewasa.” Maksudnya, ucapkanlah
dengan bahasa yang seharusnya didengar sehingga si anak juga terpacu untuk
berkomunikasi dengan baik.
3. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan)
Pada masa ini, kebanyakan anak sudah mulai mencapai tahap kombinasi dua kata.
Kata-kata yang diucapkan ketika masih tahap satu kata dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain
yang sseharusnya digunakan. Anak mulai dapat mengucapkan “Ma, pelgi”,
maksudnya “Mama, saya mau pergi”. Pada tahap dua kata ini anak mulai mengenal
berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan bentuk bahasa yang
menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya peristiwa. Selain itu,
anak belum dapat menggunkan pronomina saya, aku, kamu, dia, mereka, dan
sebaginya.
4. Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun)
Pada saat anak mencapai usia 3 tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan
kosakata. Mereka sudah mulai mampu membuat kalimat pertanyaan, penyataan
negatif, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Terkait dengan itu,
Tompkins dan Hoskisson dalam Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia
3 – 4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Dia
tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada umur 5 – 6
12
tahun, bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa. Sebagian besar aturan
gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin
bervariasi. Anak telah mampu menggunkan bahasa dalam berbagai cara untuk
berbagai keperluan, termasuk bercanda atau menghibur.
Selanjutnya, tidak berbeda jauh dengan tahapan perkembangan bahasa anak seperti
yang telah diurakan, Piaget (dalam Nurhadi dan Roekhan, 1990) membagi tahap
perkembangan bahasa sebagai berikut.
1) Tahap meraban (pralinguistik) pertama pada usia 0,0 – 0,5
2) Tahap meraban (pralinguistik) kedua: kata nonsens, pada usia 0,5 – 1,0.
3) Tahap linguistik I: holofrastik, kalimat satu kata, pada usia 1,0 – 2,0.
4) Tahap linguistik II: kalimat dua kata, pada usia 2,0 – 3,0.
5) Tahap linguistik III: pengembangan tata bahasa, pada usia 3,0 – 4,0.
6) Tahap linguistik IV: tata bahasa pradewasa, pada usia 4,0 – 5,0.
7) Tahap lingistik V: kompetensi penuh, pada usia 5,0.
Selain tahapan perkembangan bahasa anak seperti yang telah dipaparkan, Ross dan
Roe (Zuchdi dan Budiasih, 1997) membagi fase/tahap perkembangan bahasa anak
seperti berikut.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerolehan bahasa anak melibatkan dua keterampilan, yaitu kemampuan
untuk menghasilkan tuturan secara spontan dan kemampuan memahami
tuturan orang lain. Jika dikaitkan denga hal itu, maka yang dimaksud
dengan pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan
berbahasa, baik berupa pemahaman atau pun pengungkapan, secara alami,
tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Fungsi bahasa ini dijelaskan
dalam Oepdikbud (1996) bahwa: pengembangan kemampuan berbahasa di TK
bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungannya.
Selanjutnya, dinyatakan lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan disekitar anak
antara lain lingkungan ternan sebaya, ternan bermain, orang dewasa, baik yang ada
dirumah, disekolah, maupun dengan tetangga disekitar tempat tinggalnya.
B. Saran
Sebagai calon pendidik, mahasiswa diharapkan benar-benar memahami materi
pemerolehan dan perkembangan bahasa anak. Karena materi ini akan memberikan
wawasan kepada mahasiswa tentang bagaimana sesungguhnya cara anak-anak belajar
bahsa dan sejak kapan anak mulai belajar bahasa. Pemahaman yang baik mengenai hal
itu, tentu akan memudahkan mahasiswa untuk menciptakan suasana pembelajaran
bahasa Indonesia yang sesuai dengan situasi, kebiasaan, dan strategi belajar bahasa
anak yang memungkinkannya menguasai bahasa dengan baik dan benar.
14
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 1997. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Malang: PPS IKIP Malang.
Bunrn. Dkk. 1996. Teaching Reading in Today’s Elementary School. New Jersey. Hougton
Mofflin Company.
Dulay, Heidi dkk. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press
Dworwtzky, John P. 1990. Introduction to Child Development. New York: West Publishing
Company
Ellies, Arthur dkk. 1989. Elementary Arts Instructions. New Jersey: Prentice Hall.
Harris, A.J. Sipay, E.R. 1980. How To Increase Reading Ability: A Giude to Development
and Remedial Methods: New York: Longman Inc.
Hartati Tatat dkk. 2006. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Bandung: UPI Pres
https://www.academia.edu/4797479/
MAKALAH_BAHASA_INDONESIA_Pemerolehan_dan_Perkembangan_Bahasa_Anak_Semester_I
_A_Mata_Kuliah_Bahasa_Indonesia
Nurjamiaty. 2015. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK USIA TIGA TAHUN
BERDASARKAN TONTONAN KESUKAANNYA DITINJAU DARI KONTRUKSI
SEMANTIK. Jurnal Edukasi Kultura. 2(2): 3-10.
file:///C:/Users/WINDOW~1/AppData/Local/Temp/5180-10322-1-SM.pdf [Online] (Diakses
pada 09 Oktober 2020)
Owens, R.E. 1992. Language Development an Introduction. New York: Macmillan Publising
Company.
Tarigan dkk., Henry Guntur. 1988. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan dkk., Djago dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Depdikbud.
Tompkins, G.E. dan Hoskisson, K. 1995. Language Arts: Content and Teaching Strategies.
Columbus, O.H.: Prentice Hall Inc.
Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah. Jakarta: Depdikbud
15