Anda di halaman 1dari 42

TUGAS MATA KULIAH GEOLOGI TEKNIK

MAKALAH KLASIFIKASI MASSA BATUAN

Disusun Oleh:
Fatma Widiyaningsih 21100113120007
Putri Agustin 21100113120009
Wahyu Prasetyo 21100113120011
Laode Faisal Rahman 21100113120015
Bima Rudistira Putra 21100113120017
Syahronidavi Al Ghifari 21100113120019
Kurnia Dewi Mulyani 21100113120021
Fandy Fahreza 21100113120023

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
DESEMBER 2015
KLASIFIKASI MASSA BATUAN

A. Pengertian
Massa batuan adalah susunan blok-blok material batuan yang
dipisahkan oleh berbagai tipe ketidak menerusan geologi.
Deskriptif kuantitatif memiliki prospek dimasa mendatang → seluruh
karakter material batuan dan ketidak menerusan geologi akan dinyatakan
dalam bentuk bobot (nilai) sehingga dapat mudah dihitung.
Tujuan dari pengklasifikasian massa batuan antara lain:
 Dapat mengelompokkan batuan dan mengetahui jenis, karakter
atau data-data lain mengenai batuan tersebut.
 Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi
kelakuan/sifat massa batuan.
 Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang
mempunyai kesamaan sifat dan kualitas.
 Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap
kelas massa batuan.
 Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan
di suatu tempat dengan kondisi massa batuan di tempat lain.
 Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
 Menyediakan dasar acuan untuk komunikasi antara geologist dan
engineer.
B. Jenis – jenis Klasifikasi Massa Batuan
Perkembangan – perkembangan klasifikasi massa batuan:

Gambar 1. Perkembangan Klasifikasi Massa Batuan


Parameter – parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan

1. Klasifikasi Massa Batuan Terzaghi


Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946.
Merupakan metode pertama yang cukup rasional yang mengevaluasi
beban batuan untuk desain terowongan dengan penyangga baja. Metode
ini telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu 50
tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi dimana
banyak sekali terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan
penyangga beton dan rockbolts.
Terzaghi (1946) untuk penyangga batuan pada
terowongan.Klasifikasi dimanfaatkan untuk:
 Terowongan
 Penyanggaan pada terowongan
 Lereng batuan
 Dasar pembuatan pondasi

2. Klasifikasi Stand-up Time


Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari
metode ini adalah bahwa dengan bertambahnya span terowongan akan
menyebabkan berkurangnya waktu berdirinya terowongan tersebut tanpa
penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan
klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap stand-up time adalah: arah sumbu terowongan, bentuk potongan
melintang, metode penggalian, dan metode penyanggaan.
Semakin besar terowongan, semakin singkat waktu yang harus
digunakan untuk pemasangan penyangga. Sebagai contoh, pilot tunnel
kecil mungkin saja dikonstruksi dengan penyangga minimal, sedangkan
terowongan dengan span yang lebih besar pada massa batuan yang sama
mungkin tidak mantap jika penyangga tidak seketika dipasang.

3. Rock Quality Designation (RQD)


RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere.Metode ini
didasarkan pada penghitungan persentase inti terambil yang mempunyai
panjang 10 cm atau lebih.Dalam hal ini, inti terambil yang lunak atau
tidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih dari
10cm. Diameter inti optimal yaitu 47.5mm.Nilai RQD ini dapat pula
dipakai untuk memperkirakan penyanggaan terowongan.
Berdasarkan nilai RQD massa batuan diklasifikasikan sebagai
RQD Kualitas massa batuan
< 25%  Sangatjelek
25 – 50%  Jelek
50 – 75%  Sedang
75 – 90%  Baik
90 – 100%  Sangat baik
Metode ini tidak memperhitungkan faktor orientasi bidang
diskontinu, material pengisi, dll, sehingga metode ini kurang dapat
menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
4. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan
Skinner pada tahun 1972 di AS. Konsep ini merupakan metode
kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan dan
menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan
metode pertama untuk menentukan klasifikasi massa batuan yang
komplit setelah diperkenalkannya klasifikasi massa batuan oleh Terzaghi
1946.
RSR merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan
penyanggaan dengan penyangga baja tetapi tidak direkomendasikan
untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt dan beton.

5. Rock Mass Rating (RMR)


Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan
yang disebut Klasifikasi Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock
Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun, klasifikasi massa batuan ini
telah mengalami penyesuaian dikarenakan adanya penambahan data
masukan sehingga Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada
parameter yang digunakan untuk penilaian klasifikasi massa batuan
tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi massa batuan yang digunakan
adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski, 1989).
Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan
menggunakan Sistim RMR yaitu:
 Kuat tekan uniaxial batuan utuh
 Rock Quality Designatian (RQD)
 Spasi bidang dikontinyu.
 Kondisi bidang diskontinyu
 Kondisi air tanah.
 Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Batas dari daerah struktur tersebut biasanya disesuaikan dengan
kenampakan perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan
kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan.RMR ini dapat digunakan
untuk terowongan.lereng, dan pondasi.
a. Kuat Tekan Batuan Utuh
Untuk menentukan nilai kuat tekan batuan utuh dapat dilakukan
dengan pengujian laboratorium dan pengujian langsung di
lapangan.
1. Uji laboratorium
 Uniaxial Compressive Test (UCS)
Sample batuan yang diuji berasal dari core yang
dipilih berdasarkan kenampakan yang masih utuh tanpa
gangguan diskontinuitas dan dipilih litologi yang mewakili
daerah penelitian. Sample ini diuji dalam bentuk silinder
dengan perbandingan tinggi dan diameter (l/D) tertentu
dimana perbandingan ini akan sangat berpengaruh pada
nilai UCS yang dihasilkan. Semakin besar perbandingan
panjang terhadap diameter, kuat tekan akan semakin kecil.
Sample kemudian ditekan dari satu arah (uniaxial)
menggunakan mesin.
 Point Load Index (PLI)
Pengujian ini menggunakan mesin uji point load
dengan sampel berupa silinder atau bentuk lain yang tidak
beraturan. Sampel yang disarankan untuk pengujian ini
adalah batuan berbentuk silinder dengan diameter kurang
lebih 50mm. Dari pengujian ini didapatkan nilai point load
index (Is) yang akan menjadi patokan untuk menentukan
nilai kuat tekan batuan (σc).

2. Uji langsung di lapangan


Hoek and Brown, 1980 memberikan index classification of
rock material untuk mengestimasi kisaran nilai kuat tekan
batuan di lapangan dengan menggunakan kuku, pisau, dan
palu geologi.
Tabel 2. Index Classification Of Rock Material

b. Rock Quality Designation


Pada tahun 1967 D.U. Deere memperkenalkan Rock Quality
Designation (RQD) sebagai sebuah petunjuk untuk memperkirakan
kualitas dari massa batuan secara kuantitatif. Sama seperti
parameter UCS, terdapat 2 metode untuk mendapatkan nilai RQD :
1. Perhitungan RQD Melalui hasil Core
RQD didefinisikan sebagai persentase dari perolehan inti
bor (core) yang secara tidak langsung didasarkan pada jumlah
bidang lemah dan jumlah bagian yang lunak dari massa batuan
yang diamati dari inti bor (core).Dengan kata lain, RQD adalah
ukuran sederhana dari persentasi perolehan batuan yang baik
dari sebuah interval kedalaman lubang bor. Dalam
menghitung nilai RQD, metode langsung digunakan apabila
core logs tersedia.
Tata cara untuk menghitung RQD menurut Deere
1967,hanya bagian yang utuh dengan panjang lebih besar dari
100 mm (4 inchi) yang dijumlahkan kemudian dibagi panjang
total pengeboran (core run).
Selama pengukuran panjang core pieces, pengukuran harus
dilakukan sepanjang garis tengahnya.Coreyang retak akibat
aktivitas pengeboran harus digabungkan kembali dan dihitung
sebagai satu bagian utuh. Ketika ada keraguan apakahretakan
diakibatkan oleh pengeboran atau karena alami, pecahan itu
bisa dimasukkan kedalam bagian yang terjadi secara
alami.Semuaretakan yang bukan terjadi secara alami tidak
diperhitungkan pada panjang core untuk RQD (Deere, 1967).
Panjang total pengeboran (core run) yang direkomendasikan
adalah lebih kecil dari 1,5 m.

Gambar 2. Core RQD


2. Perhitungan RQD melalui data lapangan
Selain metode langsung dalam menghitung nilai RQD terdapat
juga metode tidak langsung yang digunakan apabila core log
tidak tersedia. Beberapa metode perhitungan RQD metode
tidak langsung :
a. Priest and Hudson, 1976

λ = jumlah total kekar per meter


b. Palmstrom, 1982
RQD = 115 – 3,3 Jv
3
Jv = jumlah total kekar per meter

c. Discontinuitas Spacing
Jarak antar (spasi) bidang diskontinu didefinisikan sebagai
jarak tegak lurus antara dua diskontinuitas berurutan sepanjang
garis pengukuran yang dibuat sembarang. Menurut ISRM, jarak
antar (spasi) diskontinuitas adalah jarak tegak lurus antara bidang
diskontinu yang berdekatan dalam satu setdiskontinuitas.

Gambar 3. Discontinuitas Spacing


Untuk menentukan jarak kekar yang sebenarnya diperlukan koreksi
antara orientasi kekar terhadap orientasi scanline (Kramadibrata,
2012), yaitudimana :

 = sudut normal kekar thd scanline.


n, n = arah dip dan dip normal kekar
s, s = arah scanline dan dip scanline.
d, d = arah dip dan dip bidang kekar.
j (im) = jarak semu bidang kekar pada scan-line.
d (im) = jarak sebenarnya bidang kekar.

d ≤ 180 n = d +180


O O

d > 180 n = d – 180


O O

n= 90 – d
O

Pengukuran Jarak atau spasi kekar bidang diskontinuitas dapat


dilakaukan dengan metode scanline. Scanline pada permukaan
lereng/ bukaan tambang minimal 50 m dengan menyesuaikan
kondisi medan yang terdapat di lapangan dan ketersediaan alat.
Pada pengukuran dilapangan kebanyakan jarak kekar yang terukur
pada scanline merupakan jarak semu.

Gambar 4. Scanline

6. Rock Tunnelling Quality Index


Q-system diperkenalkan oleh Barton pada tahun 1974. Nilai Q
didefinisikan sebagai:

Dimana:
RQD adalah Rock Quality Designation
Jn adalah jumlah set kekar
Jr adalah nilai kekasaran kekar
Ja adalah nilai alterasi kekar
Jw adalah faktor air tanah
SRF adalah faktor berkurangnya tegangan
 RQD/Jn Menunjukkan struktur massa batuan.
 Jr/Ja merepresentasikan kekasaran dan karakteritik gesekan
diantara bidang kekar stsu material pengisi.
 Jw/SRF merepresentasikan tegangan aktif yang bekerja.
 Berdasarkan nilai Q kemudian dapat ditentukan jenis
penyanggaan yang dibutuhkan untuk terowongan.

4. Discontinuity condition
Lima karakteristik diskontinuitas yang masuk dalam pengertian
kondisi diskontinuitas menurut Bieniawski 1989, meliputi :
1. Kemenerusan (persistence)
Panjang dari suatu kekar dapat dikuantifikasi secara kasar
dengan mengamati panjang jejak kekar pada suatu bukaan.Pengukuran
ini masih sangat kasar dan belum mencerminkan kondisi kemenerusan
kekar sesungguhnya. Seringkali panjang jejak kekar pada suatu
bukaan lebih kecil dari panjang kekar sesungguhnya, sehingga
kemenerusan yang sesungguhnya hanya dapat ditebak. Jika jejak
sebuah kekar pada suatu bukaan berhenti atau terpotong kekar lain
atau terpotong oleh solid/massive rock, ini menunjukkan adanya
kemenerusan.

Gambar 6. Contoh Kemenerusan Bidang Discontinuity


2. Jarak antar permukaan kekar atau celah (separation/aperture)
Tingkat kekasaran permukaan kekar dapat dilihat dari bentuk
gelombang permukaannya.Gelombang ini diukur relatif dari
permukaan datar dari kekar.Semakin besar kekasaran dapat
menambah kuat geser kekar dan dapat juga mengubah kemiringan
pada bagian tertentu dari kekar tersebut.

Gambar 7. Jarak antar permukaan kekar atau celah


3. Kekasaran kekar (roughness)
Merupakan jarak tegak lurus antar dinding batuan yang
berdekatan pada bidang diskontinuitas. Celah tersebut dapat berisi
material pengisi (infilling) atau tidak.

Gambar 8. Bidang diskontinuitas


4. Material pengisi (infilling/gouge)
Material pengisi berada pada celah antara dua dinding bidang
kekar yang berdekatan. Beberapa material yang dapat mengisi celah
diantaranya breccia, clay, silt, mylonite, gouge, sand, quartz dan
calcite.

Gambar 9. Pengisi Bidang diskontinuitas


5. Tingkat kelapukan (weathering).
Penentuan tingkat pelapukan kekar didasarkan pada perubahan
warna pada batuannya dan terdekomposisinya batuan atau
tidak.Semakin besar tingkat perubahan warna dan tingkat
terdekomposisi, batuan semakin lapuk.
Tabel 3. . Tingkat kelapukan (weathering)
5. Groundwater condition

Pengamatan kondisi air tanah pada bidang diskontinu dapat dilakukan


dengan beberapa alternatif pilihan (Bieniawski, 1989):
1. Debit air tiap 10 meter panjang scanline.
2. Tekanan air pada bidang diskontinu dengan tegangan utama maksimum.
3. Kondisi umum, yaitu: kering, basah, lembab, menetes, dan mengalir.

Tabel klasifikasi kondisi bidang diskontinuitas.


Rating total yang didapat dari tabel ini kemudian dimasukkan kedalam tabel no. 4
(discontinuity conditions)
Geological strength index
Hoek dan Brown (1980) mengusulkan metode untuk mendapatkan
estimasi kekuatan massa batuan terkekarkan (joint rock mass), berdasarkan
pada penilaian ikatan antar struktur pada massa batuan dan kondisi
permukaan struktur geologi tersebut, yang dikenal sebagai Original Hoek-
Brown Criterion. Kriteria ini dimulai dari kekuatan batuan utuh dan
kemudian diperkenalkan faktor-faktor untuk mengurangi kekuatan tersebut
berdasarkan pada karakteristik pada bidang diskontinu (joints) didalam massa
batuan.
Kriteria ini terus dikembangkan oleh Hoek, dkk (1995)
dimasukkan konsep Geological Strength Index (GSI) yang memberikan
estimasi pengurangan kekuatan massa batuan karena perbedaan kondisi
geologi.
Tabel 5. Geological Strength Index (GSI)

Nilai GSI diperoleh dari hasil deskripsi geologi dengan berdasarkan


struktur dan kondisi permukaan struktur. Nilai GSI dapat juga didekati dari
nilai Rock Mass Rating (RMR) yang diperoleh dari klasifikasi massa batuan
menurut Bieniawski (1989) dengan persamaan sebagai berikut:
GSI = RMR – 5

GSI =1.5 Jcond + RQD/2


(Hoek et. al, 2013)

Gambar 10. Parameter GSI


Slope mass rating
Romana (1985) mengembangkan suatu sistem klasifikasi Slope
Mass Rating (RMR) yang memungkinkan sistem RMR diaplikasikan untuk
menganalisis kemantapan lereng.SMR menyertakan bobot parameter
pengaruh orientasi kekar terhadap metode penggalian lereng yang
diterapkan.Hubungan antara Slope Mass Rating (SMR) dengan Rock Mass
Rating (RMR) ditunjukkan pada persamaan dibawah ini.
SMR = RMR – (F1xF2xF3) + F4
Parameter yang dibutuhkan untuk klasifikasi slope mass rating
(SMR)
• Arah kemiringan (dip direction) dari permukaan lereng
• Arah kemiringan (dip direction) diskontinuitas
• Sudut kemiringan diskontinuitas
Untuk memilih jenis perkuatan lereng yang sesuai dalam mencegah
terjadinya keruntuhan pada lereng batuan, digunakan sistem SMR.Jenis
perkuatan yang dapat di gunakan untuk usaha stabilitas lereng batuan dapat
dibagi menjadi sembilan kelas yang berbeda (Romanna, 1985).
C. Penyangga sementara dalam terowongan
Penyanggaan adalah kemampuan massa batuan atau bahan (kayu,
baja, beton) untuk dapat menjaga kondisi lubang bukaan dalam keadaan
aman, baik untuk pekerja dan material.
Filosofi penyangga adalah kondisi massa batuan dapat menyangga
dirinya sendiri.Maksud penyanggaan adalah untuk:
 Melindungi batuan yang tidak ditambang, seperti over budden
dan semua batuan yang berada di atas pempat penggalian.,
 Melindungi tempat kerja penambangan supaya aman dari
runtuhan.,
 Melindungi para pekerja dari reruntuhan batuan yang ada di atas
atau di sampingnya.,
 Melindungi para pekerja bila terjadi banjir atau hal-hal yang
tidak diinginkan.,
 Tempat berpijak atau lantai para pekerja, terutama untuk stope
yang sudah tinggi.,
 Melindungi broken ore sebelum diangkut keluar tambang.,
 Memisahkan antara broken ore dan ore insitu terutama untuk
endapan-endapan yang bisa terkonsolidasi (kompaksi) kembali,
misalnya untuk bijih-bijih sulfida.
Bahan-bahan penyanggaan meliputi, antara lain
 Pillar ;Terdiri dari batuan atau bijih, biasanya yang berkadar rendah
(barren rock)
 Kayu (timbering)
 Semen atau beton
 Besi
 Batubara
 Filling material
 Broken ore
Dasar – dasar pemilihan material penyangga antara lain:
 Faktor ekonomi ; dalam hal ini diusahakan biaya penyanggaan
sekecil mungkin.
 Pertimbangan teknis ; dalam hal ini yang penting adalah
bagaimana supaya maksud dan tujuan penyanggaan tercapai.
Antara faktor eknomi dan pertimbangan teknis saling bertolak
belakang, sehingga perlu dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut;
 Ongkos pembuatan dan pemeliharaan
 Umur atau lama penyanggaan tersebut diperlukan
 Beban yang harus disangga
 Dimensi lubang bukaan yang harus disangga

Berdasarkan sifatnya jenis penyanggan dapat dibagi menjadi


penyangga pasif dan penyangga aktif :
 Penyangga Batu
Pemilihan jenis penyangga yang diinstal dalam sebuah
penggalian tambang bawah tanah tentu tergantung pada zona batuan
elastic atau patah di sekitar penggalian itu.
 Penyangga batuan aktif
Tambang bawah tanah menggunakan dua jenis penguat
batuutama – Rockbolts tanam mekanis dan untensioned grouted or
friction anchored dowels. Hal ini penting untuk dipahami sepenuhnya
berbagai cara di mana sistem ini bekerja untuk memperkuat dan
diskusi singkat tentang hal ini diberikan pada halaman-halaman
berikut.
 Rockbolts tanam mekanis
Rockbolts tanam mekanis mungkin adalah bentuk tertuauntuk
jenis penguatan batuan yang digunakan dalam pertambangan bawah
tanah dan masih bentuk paling umum dari penguatan batuan yang
digunakan di tambang Kanada. Asalkan batu cukup sulit untuk
memberikan pegangan yang baik untuk jangkar, jangka rekspansi
shell yang juga terpasang biasanya akan memungkinkan rockbolt
dikencangkan secara maksimal. Pada kenyataannya, jika baut
kelebihan beban, biasanya akan gagal pada urutan di salah satupelat
muka atau ujung jangkar daripada di slip jangkar.
Tekanan dari rockbolts sangat efektif dalam mempertahankan
blok longgar atau sebagai pengganjal batuan dekat permukaan
penggalian. Blok ini mungkin telah dilonggarkan oleh perpotongan
kekar dan bidang datarpada batuan atau mungkin juga terbentuk
karena peledakan yang buruk. Dalamkasus lainnya, jatuhnya batuan
lepas akan menciptakan kondisi kerja yang tidak aman dan
membutuhkan beberapa bentuk penyangga pendukung.
Karena jumlah lepasan biasanya tidak menembus jauh hingga
ke massa batuan, dukungan ini hanya diperlukan untuk menahan
beban mutlak dari material lepas. Rockbolts mekanis dipasang,
dengan penambahan mesh karena potongan-potongan batu
kecilcenderung rontok di antara baut, kondisi ini akan memberikan
dukungan yang sangat efektif. Tekanan dari baut, biasanya sekitar
70% dari beban utamanya,ini diperlukan dalam rangka
agarmemperkeras blok yang lepas dan terpotong dan untuk
memberikan sebanyak mungkinsambungan antara blok. Hal ini akan
membantu batuan untuk menyangga dirinya sendiri dan
denganmencegah terurai lebih lanjut dan kerusakan massa batuan
tekanan rockbolts akan memberikan dukungan yang efektif.
Yang di butuhkan dari rockbolts mekanis agar tidak berkurang
secara signifikan adalahdengan peledakan yang baik dan dengan skala
yang benar. Teknik ini mengurangi jumlah batuan lepas yang harus
didukung dan kebutuhan untuk baut dan mesh.
1. Penyangga Pasif
Bersifat mendukung / menahan batuan yang akan runtuh dan
tidak melakukan reaksi langsung terhadap beban yang diterima (rigid).
Berdasarkan Bahan materialnya penyangga pasif dibagi menjadi :
a. Penyangga Kayu
Jenis – jenis penyangga kayu ialah :
- Cribbing (Pack)
Dengan bentuk penampang yang lebar umumnya
digunakan didaerah yang memerlukan pemerkuatan tinggi,
seperti di lubang produksi dan perempatan (junction).

Gambar 11. Cribbing


Pada pemasangan dilubang produksi (longwall)
susunan cribbing tersebut dikombinasikan dengan batang besi
yang dilepas yang disebut “ Chock Release ”.
- Three Piece Set
Digunakan pada lubang bukaan yang berbentuk persegi
panjang dan terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian atas
(cap) dan bagian samping/tiang (post).
Gambar 12.Three Piece Set

- Square Set
Penyangga ini umumnya digunakan pada lubang
vertical (raise / winze)

Gambar 13. Square Set


- Five Piece Set

Gambar 14. Five Piece Set

Kelebihan penyangga kayu ialah :


- Ringan, mudah dibawa, mudah dipotong dan dibentuk serta
dipasang sebagai penyangga terowongan tambang.
- Kayu akan terbelah menurut struktur serat tertentu, sehingga
ada tanda – tanda visual dan suara yang dikeluarkannya
sebelum benar – benar patah. Hal ini membuat kayu lebih
disukai secara psikologis oleh para pekerja tambang
dibandingkan baja.
- Kayu yang patah menjadi potongan masih bisa digunakan
sebagai pasak, pengisi dan sebagainya.
Kekurangan penyangga kayu ialah :
- Karakteristik mekanisnya (kekuatannya) akan bergantung
kepada struktur seratnya, sementara defect (cacat produk)
secara alami dapat terjadi di dalam struktur kayu itu sendiri.
- Faktor kelembaban sangat mempengaruhi nilai kekuatannya.
- Banyak jamur yang hidup dalam lingkungan lembab akan
menyebabkan kayu menjadi hilang kekuatannya.
- Kayu merupakan material yang mudah terbakar. Bila terjadi
kebakaran, api akan cepat menyebar dengan membakar
penyangga dan menghasilkan gas beracun.
Hal Penting dalam Pemasangan Penyangga Kayu ialah :
- Jangan menggunakan kayu yang banyak cabang (dahan) dan
urat untuk cap
- Kayu yang bengkok digunakan pada bagian luar (sisi
dinding)
- Kalau terpaksa harus memotong kayu, potong bagian ujung
yang penampangnya ebih kecil
- Penguat (bracing) untuk menjaga jarak penyangga dipasang
dengan pasti pada posisi yang benar, apabila penguat
bergeser atau lepas segera dipasang kembali
- Pada waktu melakukan pemasangan tiang, terutama sekali di
tempat yang baru saja selesai peledakan, dilakukan
pemeriksaan teliti terhadap atap dan dinding, serta untuk
mencegah batuan runtuh dipasang penahan sementara atau
bila diperlukan memasang penyangga sementara, setelah itu
baru melakukan pekerjaan.
b. Penyangga Besi Baja
Jenis – jenis penyangga besi ialah :
- Two Piece Arch dan Three Piece Arch
Penyangga ini bentuknya seperti busur dan umumnya
digunakan didaerah lubang-lubang utama.

Gambar 15. Two Piece Arch dan Three Piece Arch


- Rolled Steel Joist (I – beam)
Penyangga ini biasanya dipasang untuk lubang yang
bentuknya empat persegi panjang dan umumnya digunakan
didaerah lubang-lubang produksi.
Gambar 16. I-Beam

Karakteristik dasar Penyangga Baja :


- Baja merupakan material homogen yang dibuat melalui
proses metalurgi, dan bebas dari cacat (defect) secara alami,
sehingga penggunaan nilai safety factor yang lebih rendah
pada proses design masih dimungkinkan.
- Baja memiliki nilai elastisitas modulus Young (E=200GPa)
yang lebih besar disbanding material lainnya, sehingga hal ini
memberi keuntungan terhadap deformasi (perubahan bentuk),
melengkung, dsb.
- Baja dapat dibuat dalam bentuk alloy (campuran) yang kuat
untuk memenuhi persyaratan yang ketat dalam design.
- Baja merupakan material yang mendapat pengaruh paling
kecil terhadap kondisi udara, seperti temperature dan
kelembababan.
- Sebagai material, baja dapat digunakan kembali dengan
meluruskannya. Penyangga baja yang telah bengkok dengan
parah dapat dijadikan scrap (besi tua).
- Di sisi lain, baja merupakan material yang mahal.
Terowongan yang diberi penyangga busur baja
akanmembutuhkan biaya modal yang relative besar, yang
mungkin akan terlalu mahal bagi tambang dengan skala kecil.

c. Penyangga Beton
Beton adalah campuran antara semen, pasir dan air yang
kadang-kadang ditambah CaCl2 (calsium chlorida) yang berfungsi
sebagai pemencepat waktu pengerasan (curring time).Jenis – jenis
penyangga beton :
- Shotecete
Shotcrete sendiri secara bahasa adalah “beton tembak”.
Namun lebih dari itu shotcrete secara umum adalah campuran
antara semen,aggregate/kerikil,air ,fibre plastic atau baja, dan
semua admiktur/campuran tambahan. Yang disemprotkan
dengan mengunakan udara bertekanan tinggi.Kata shot/tembak
disini berarti disemprotkan dengan udara bertekanan tinggi
sekitar 6000 Psi.sebuah tekanan udara yang cukup untuk
menjebol dinding rumah biasa. Tekanan tinggi diperlukan untuk
dapat menyemprotkan beton dengan berbagai macam
campurannya yang sangat liat,menggumpal dan keras.Campuran
shotcrete dirancang untuk segera bereaksi sesaat setelah semua
bahan dicampur dalam truk pengaduk.ada begitu banyak
keunggulan shotcrete dibanding dengan system penyangga lain.
Shotcrete bisa digunakan di berbagai tipe batuan kecuali
pasir,mudah dioperasikan karena hanya butuh 1 orang
operator,dapat menggeras dengan sangat cepat.dibeberapa
percobaan shotcrete bahkan dapat mengeras hanya dalam waktu
1 jam, dengan penggunaan campuran tambahan. Tinggkat
kekuatannya juga mengagumkan,melebihi campuran beton yang
dikenal oleh orang awam. Dalam waktu 1-6 jam. Sebuah
dinding yang disemprot dengan shotcreteterbukti mampu
menahan tabrakan dari alat berat sejenis wheel loader,dan hanya
tergores sedikit di permukaannya.juga mampu menahan getaran
peledakan yang mempunyai tekanan dari puluhan sampai
ratusan ribu Psi per detik. Kekuatan ini didapat dari campuran
yang tepat. Sesaat begitu shotcrete disemprot, permukaan batuan
tambang akan mengalami hidrasi/naiknya suhu campuran
shotrete akibat dari digunakannya campuran gamping pada
semen dan campuran kimia lain. Ketika hidrasi terjadi semua
campuran yang menggumpal akan meleleh menjadi semacan
lem yang akan mengikat kuat satu sama lain terutama dengan
permukaan lubang galian.setelah semua celah di antara shotcrete
dan batuan tertutup terciptalah perkuaatan yang akan
menyangga dinding lunbang bukaan dari potensi bahaya yang
mungkin timbul seperti runtuh. Jadi jika dilihat secara kasat
mata, seolah olah terowongan tersebut tidak disangga oleh
penyangga biasa seperti kayu atau besi yang menahan atap
secara virtual. Dinding terowongan hanya akan terlihat seperti
gua biasa. Meskipun mahal secara biaya, cara ini sangat efektif
dan praktis untuk digunakan di tambang bawah tanah.

Ada dua tipe dasar shotcrete, yaitu :


a. Shotcrete campuran kering (dry – mix shotcrete), dimana
campuran semennya kering dan air ditambahkan pada saat
penyemprotan (di nozzle). Cara dry mix adalah suatu cara
dimana aggregate yang telah dibasahi di campur dengan
semen dan kemudian dialirkan melalui selang dengan
kecepatan konstan ke nozzle. Air ditambahkan pada nozzle
sebelum campurannya disemprotkan dan akselerator di
tambahkan pada campuran keringnya bila akseleratornya
berupa tepung tetapi bila berupa cairan maka akselerator
tersebut di tambahkan pada air, pada saat air di alirkan ke
nozzle.
Gambar 17. dry – mix shotcrete
b. Shotcrete campuran basah (wet – mix shotcrete), pada
dasarnya memiliki komponen yang sama dengan campuran
kering, tetapi airnya telah dicampurkan di dalam “mixer”.
Cara Wet Mix adalah suatu cara dimana air, agregat dan
semen yang telah ditakar, dicampur dan dialirkan melalui
selang ke suatu tabung untuk kemudian dipompa secara
mekanis melalui nozzle kepermukaan batuan. Akselerator
ditambahkan pada saat campuran dialirkan ke tabung.

Gambar 18. Wet – mix shotcrete


Keuntungan cara Wet Mix Proses adalah sebagai berikut :
1). Rebound 10 – 15 %, jauh lebih sedikit dari cara dry mix
2). Lingkungan kerja lebih nyaman, terutama di dalam tunnel
3). Dengan menggunakan jenis accelerator yang tepat, kuat
tekan beton menjadi lebih tinggi dan bounding strenght
menjadi lebih baik.
4). Biaya perawatan (spare part) lebih murah
Sedangkan kelemahan-kelemahannya adalah sebagai berikut :
1). Biaya investasi untuk mesin dan peralatannya mahal
2). Jarak jangkau pompa lebih pendek dari dry mix
3). Dimensi agregat terbatas dan kualitasnya harus lebih baik
4). Pembersihan mesin dan peralatannya memakan waktu dan
tenaga
5). Kontinuitas spraying harus tetap terjaga, kecuali
menggunakandelvocrete stabilizer.

Dalam dunia pertambangan dikenal dua system operasi standart


penambangan yaitu tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Tambang
bawah tanahtidak seperti apa yang dipikirkan oleh orang awam, membuat
lubang galian dari permukaan ,menuju ke daerah kaya deposit dan tinggal
menambangnya.Tidak semudah itu. Sebuah operasi tambang bawah tanah
memerlukan begitu banyak parameter. Salah satu yang paling utama adalah
system penyanggan.bahkan tanpa adanya system penyanggaan,sebuah
tambang bawah tanah tidak akan bisa beroperasi.
Tujuan utama dari sebuah system penyanggan adalah membuat lubang
bukaan/semacan terowongan untuk tetap stabil dalam semua fase tambang
bawah tanah, menjamin keamanan para pekerja tambang dari berbagai
kemungkinan yang berhubungan dengan tambang bawah tanah.termasuk
yang paling diketahui orang awam sebagai runtuhnya terowongan
tambang.Ada begitu banyak system penyanggaan bawah tanah salah satunya
adalah shotcrete. Dikembangkan untuk menjawab tuntutan mendesak
tentang kebutuhan adanya system penyanggan yang efisien,bersih, cepat
dioperasikan,tingkat keamanan yang tinggi dan bisa dioperasikan dengan
hanya 2 – 5 orang tanpa membutuhkan banyak tenaga juga area cover yang
jauh lebih luas dari sistem penyanggan apapun yang dikenal manusia.
Shotcrete sendiri secara bahasa adalah “beton tembak”. Namun lebih
dari itu shotcrete secara umum adalah campuran antara semen,
aggregate/kerikil, air, fibre plastic atau baja, dan semua admiktur/campuran
tambahan. Yang disemprotkan dengan mengunakan udara bertekanan
tinggi.Kata shot/tembak disini berarti disemprotkan dengan udara
bertekanan tinggi sekitar 6000 Psi.sebuah tekanan udara yang cukup untuk
menjebol dinding rumah biasa. Tekanan tinggi diperlukan untuk dapat
menyemprotkan beton dengan berbagai macam campurannya yang sangat
liat,menggumpal dan keras.Campuran shotcrete dirancang untuk segera
bereaksi sesaat setelah semua bahan dicampur dalam truk pengaduk.ada
begitu banyak keunggulan shotcrete dibanding dengan system penyangga
lain.
Shotcrete bisa digunakan di berbagai tipe batuan kecuali pasir,mudah
dioperasikan karena hanya butuh 1 orang operator,dapat menggeras dengan
sangat cepat.dibeberapa percobaan shotcrete bahkan dapat mengeras hanya
dalam waktu 1 jam, dengan penggunaan campuran tambahan. Tinggkat
kekuatannya juga mengagumkan,melebihi campuran beton yang dikenal
oleh orang awam. Dalam waktu 1-6 jam. Sebuah dinding yang disemprot
dengan shotcreteterbukti mampu menahan tabrakan dari alat berat sejenis
wheel loader,dan hanya tergores sedikit di permukaannya.juga mampu
menahan getaran peledakan yang mempunyai tekanan dari puluhan sampai
ratusan ribu Psi per detik. Kekuatan ini didapat dari campuran yang tepat.
Sesaat begitu shotcrete disemprot, permukaan batuan tambang akan
mengalami hidrasi/naiknya suhu campuran shotrete akibat dari
digunakannya campuran gamping pada semen dan campuran kimia lain.
Ketika hidrasi terjadi semua campuran yang menggumpal akan meleleh
menjadi semacan lem yang akan mengikat kuat satu sama lain terutama
dengan permukaan lubang galian.setelah semua celah di antara shotcrete
dan batuan tertutup terciptalah perkuaatan yang akan menyangga dinding
lunbang bukaan dari potensi bahaya yang mungkin timbul seperti runtuh.
Jadi jika dilihat secara kasat mata, seolah olah terowongan tersebut tidak
disangga oleh penyangga biasa seperti kayu atau besi yang menahan atap
secara virtual.
Dinding terowongan hanya akan terlihat seperti gua biasa. Meskipun
mahal secara biaya, cara ini sangat efektif dan praktis untuk digunakan di
tambang bawah tanah. Keuntungan lainya adalah dampak psikologis dari
para pekerja bawah tanah. Karena shotcrete tidak punya kecenderungan
untuk runtuh secara massal,terutama jika pada proses penyemprotannya
benar, yaitu disemprot secara merata dan memutar, tanpa adanya
penumpukan terutama pada bagian dinding. Ini akan membuah para
pekewrja merasa aman, sehingga mereka lebih produktif. Tapi shotcrete
selain mahal juga punya kelemahan sebagaimana beton biasa.Tidak bisa
digunakan lagi jika pecah atau runtuh, berbeda dengan penyangga kayu.
Shotcrete juga tidak “memberikantanda-tanda” jika akan runtuh yang pada
penyangga kayu akan terlihat patahan dan indikasi runtuh seperti
melengkung.selain itu shotcrete cukup efektif jika digunakan pada
konstruksi yang membutuhkan perkuatan secara cepat, selama bidang yang
bisa di semprot cukup luas. Jika diaplikasikan pada konstruksi sipil, seperti
bangunan shotcrete akan sangat cocok untuk memperkuat lapisan luar
dinding, cocok untuk bungker militer,ruang operasi medis, gudang bahan
peledak/bahan yang mudah terbakar. Karena sifat shotcrete yang akan
semakin mengeras seiring dengan naiknya temperature. Tapi shotcrete tidak
cocok pada terowongan tanah biasa, karena shotcrete tidak bisa memperkuat
dinding tanah biasa.diperlukan permukaan yang lebih stabil dan
keras.Shotcrete punya ketahanan yang kuat terhadap air, setelah shotcrete
mengeras/mengalami hidrasi.Meskipun shotcrete jarang di gunakan pada
konsruksi sipil, karena biaya yang mahal.Sebenarnya shotcrete bisa
memperkuat dinding rumahdari potensi gempa bumi.Dengan catatan
dinding rumah dibuat berlubang-lubang untuk memperkuat daya ikat
shotcrete dan dinding.
Shotcrete telah berkembang menjadi sistem pendukung serbaguna
dengan penambahan tulangan baja microsilica dan serat untuk campuran
mortar / agregat. Instalasi kompleks lapisan tipis shotcrete, diperkuat dengan
kain weldmesh sekarang dapat diganti dengan cepat dan ekonomis oleh
single pass dari serat baja diperkuat microsilica shotcrete. Penelitian yang
memadai yang sekarang telah pergi ke dalam desain campuran shotcrete dan
bahan konstituen yang digunakan, bahwa kualitas shotcrete sekarang
terletak hampir seluruhnya dengan operator peralatan. Shotcrete aplikasi
membutuhkan perhatian konstan untuk tekanan pasokan dan volume air,
campuran dan udara untuk memastikan bahwa bahan daun nosel dalam
aliran terganggu terus menerus yang dapat diterapkan oleh nozzleman
sedemikian rupa untuk memaksimalkan pemadatan dan kualitas sambil
meminimalkan Rebound dan overspray.
Sebagai shotcrete mengembangkan kekuatan dengan waktu setelah
aplikasi, hal itu dapat digunakan secara efektif segera setelah penggalian.
Penyesuaian lokal di medan tegangan in situ akibat pertambangan tidak
mungkin untuk menginduksi pemuatan berlebihan pada shotcrete hijau, dan
shotcrete telah menunjukkan ketahanan yang baik dan daya tahan untuk
peledakan di dekatnya. Seperti loading ditransfer ke sistem pendukung, itu
adalah mendapatkan kekuatan dan menghasilkan dukungan anggota kaku.
Sebagian besar produk yang ditembak dengan sampai akselerator 5% jika
kekuatan awal tinggi diperlukan. Hal ini jelas mengarah pada
pengembangan anggota mendukung lebih cepat, tetapi perawatan harus
dilakukan dalam desain untuk memastikan bahwa dukungan tersebut tidak
akan menjadi tertekan oleh beban ditransfer dari tanah bersantai di
lingkungan stress tinggi.
Penggunaan aditif silika mikro berarti rebound yang berkurang jauh,
ketebalan aplikasi dapat ditingkatkan, zona lemah batuan dengan air dapat
ditutup dan void dapat diisi secara efektif. Silika tidak muncul untuk
mempengaruhi kekuatan jangka panjang dari produk.
Penambahan aspek rasio tinggi, serat baja cacat, biasanya 30-38 mm
dan 0,5 mm setara, meningkatkan retak pasca daya dukung beban dari
sistem pendukung, meskipun tidak memberikan perbaikan yang ditandai
dengan kekuatan lentur awal yang shotcrete lapisan. Masalah awal dengan
balling dari serat baja dan memakai alat yang berlebihan telah banyak
diatasi dan penambahan serat baja biasanya tidak menimbulkan masalah
operasional yang signifikan.
Jenis-jenis campuran shotcrete

- Concrete
Biasa digunakan sebagai bahan penyangga di tempat yang
dipertahankan dalam waktu lama, seperti mulut terowongan,
lubang bukaan vertikal dan ruang mesin. Untuk mengatasi kuat tarik
yang rendah, sehingga ditempat yang tekanan batuannya kuat, beton
dipasang tulangan baja yang ditanam/dipasang di dalam konstruksi
beton sehingga membentuk satu kesatuan yang disebut beton
bertulang (reinforced concrete). Ditempat yang mudah terjadi swelling
karena lantainya mengandung air adakalanya dilakukan pengerjaan
“inverted” yaitu membeton dengan menggali bagian lantai.
Gambar 19 Concrete

 Kelebihan :
- Sebagai material kompresif, beton memiliki kekuatan yang tinggi dan
relative ekonomis
- Komponen yang membuat beton (semen, agregat, air) mudah didapat
dalam berbagai kualitas
- Sifat dari komponen-komponen tersebut sangat “straightforward”
- Beton dapat dengan mudah dilakukan dihampir semua tempat
- Penggunaannya (mencampur, mengangkut, menuang) dapat
dilakukan secara mekanis dan menghemat biaya
- Merupakan material paling aman dalam hal ketahanan terhadap api
- Karena pembetonan menghasilkan permukaan yang halus, maka
tahanan terhadap aliran udara ventilasi dapat diminimalkan
 Kekurangan :
- Memiliki sifat ketahanan terhadap gaya tarik yang lemah, sehingga
tidak cocok bila didesain untuk kondisi dengan tegangan (tension),
atau bila harus digunakan dalam kondisi seperti ini, maka harus
diperkuat dengan baja.
- Dapat hancur atau patah secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan
seperti misalnya penyeratan pada kayu atau deformasi pada baja.
- Beton yang patah atau hancur tidak lagi memiliki nilai. Tidak seperti
kayu yang masih bisa digunakan lagi potongan hasil patahannya,
potongan dari hancuran beton tak bisa lagi digunakan dan harus
disingkirkan.
- Karena kuat tekan (compressive strength) dari beton akan
dipengaruhi oleh pembuatannya, jumlah kandungan dan
komposisinya, lama waktu “curing” dsb, yang semuanya harus
dikontrol secara hati-hati. Karena itu, penggunaan beton akan
membutuhkan sepervisi yang ekstra bila dibandingkan dengan
penggunaan material lainnya.

2. Penyangga Aktif
Bersifat melakukan reaksi langsung (yield) dan memperkuat
batuan tersebut secara langsung (reinforcement).Jenis – jenis
Penyangga Aktif :
a. Roof Bolts (Rock bolt system)
Rockbolts tanam mekanis mungkin adalah bentuk tertua
untuk jenis penguatan batuan yang digunakan dalam pertambangan
bawah tanah dan masih bentuk paling umum dari penguatan batuan
yang digunakan di tambang Kanada. Asalkan batu cukup sulit
untuk memberikan pegangan yang baik untuk jangkar, jangkar
ekspansi shell yang juga terpasang biasanya akan memungkinkan
rockbolt dikencangkan secara maksimal. Pada kenyataannya, jika
baut kelebihan beban, biasanya akan gagal pada urutan di salah
satu pelat muka atau ujung jangkar daripada di slip jangkar.
Tekanan dari rockbolts sangat efektif dalam mempertahankan
blok longgar atau sebagai pengganjal batuan dekat permukaan
penggalian. Blok ini mungkin telah dilonggarkan oleh perpotongan
kekar dan bidang datar pada batuan atau mungkin juga terbentuk
karena peledakan yang buruk. Dalam kasus lainnya, jatuhnya
batuan lepas akan menciptakan kondisi kerja yang tidak aman dan
membutuhkan beberapa bentuk penyangga pendukung.
Karena jumlah lepasan biasanya tidak menembus jauh hingga
ke massa batuan, dukungan ini hanya diperlukan untuk menahan
beban mutlak dari material lepas. Rockbolts mekanis dipasang,
dengan penambahan mesh karena potongan-potongan batu kecil
cenderung rontok di antara baut, kondisi ini akan memberikan
dukungan yang sangat efektif. Tekanan dari baut, biasanya sekitar
70% dari beban utamanya,ini diperlukan dalam rangka agar
memperkeras blok yang lepas dan terpotong dan untuk memberikan
sebanyak mungkin sambungan antara blok. Hal ini akan membantu
batuan untuk menyangga dirinya sendiri dan dengan mencegah
terurai lebih lanjut dan kerusakan massa batuan tekanan rockbolts
akan memberikan dukungan yang efektif.
Sayangnya, rockbolts mekanis mengalami beberapa masalah.
Ada kecenderungan jangkar slip secara bertahap terhadap waktu,
mungkin sebagai akibat dari getaran yang diinduksi oleh peledakan
di dekatnya. Oleh karena itu, rockbolts tua yang telah jelas
kehilangan semua takanannya sering terlihat di tambang bawah
tanah. Masalah lain berkaitan dengan karat dari baut-baut dalam
massa batuan dengan air tanah yang agresif, misalnya, dalam
sulfida masif. Kadang-kadang, umur baut yang tak terlindungi akan
kurang dari satu tahun dalam keadaan tersebut dan jika
menginginkan umur yang lebih panjang, baut harus digrout di
tempat.
Yang di butuhkan dari rockbolts mekanis agar tidak
berkurang secara signifikan adalah dengan peledakan yang baik
dan dengan skala yang benar.Teknik ini mengurangi jumlah batuan
lepas yang harus didukung dan kebutuhan untuk baut dan mesh.
Salah satu kelemahan utama dari rockbolts mekanis adalah
bahwa, jika jangkar tergelincir atau baut yang rusak, kapasitas baut
turun ke nol dan batu yang didukung bisa jatuh. Masalah ini kurang
parah dalam kasus dowel penuh digrout atau gesekan berlabuh
karena, bahkan jika tergelincir tidak terjadi atau jika pelat muka
terdiam, sisa panjang dowel masih berlabuh dan akan terus
memberikan dukungan.
b. Hydraulic Props
Hidraulic Prop adalah tiang penyangga yang pada dasarnya
terdiri dari dua silinder dimana silinder yang satu bergerak didalam
silinder yang lainnya dengan mekanismenya menggunakan sistem
hidraulic.Penyangga ini umumnya digunakan untuk penyangga
sementara pada lubang-lubang produksi, lubang bukaan untuk
pelayanan dan penambangan.
c. Powered Roof Support (PRS)
Powered Roof Support (PRS) adalah suatu bentuk penyangga
yang diterapkan disuatu tambang batubara dipenambangan “ Long
Wall ”. Penyangga ini tidak hanya berfungsi menyangga atap,
tetapi juga untuk mendorong “ conveyor “ bergerak maju dengan
tenaga hidrolik
DAFTAR PUSTAKA

Das, B. M. (2001) “Principle of Geotechnical Engineering”, 5th Edition, PWS


Publishing, Boston, USA
Holtz, R. D. and Kovacs, W. D. “An Introduction to Geotechnical Engineering,
Prentice Hall, 1981
http://gilangsinggih.blogspot.co.id/ (Diakses pada hari senin tanggal 7 Desember
2015 pukul 12.00 WIB)
http://jendelapertambangan.blogspot.co.id/ (Diakses pada hari senin tanggal 7
Desember 2015 pukul 12.00 WIB)
http://lagaevhanchekel.blogspot.co.id/2010/02/masa-batuan.html (Diakses pada
hari senin tanggal 7 Desember 2015 pukul 13.00 WIB)
http://matakuliahteknikpertambangan.blogspot.co.id/2015/09/v-
behaviorurldefaultvmlo.html (Diakses pada hari senin tanggal 7
Desember 2015 pukul 13.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai