Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN KETAHANAN KELUARGA


Mata Kuliah : Teori Proses dan Sosial Budaya
Dosen Pengampu : Dr. Sahat T. Simorangkir, M.Pd.

Kelompok 2

Anggreyani K S : 20227379013

:
Dea Fauzia Ridlwan 20227379047

Erisma : 20227379031

Faisal Alkatiri : 20227379079

Yudha Wiwaha : 20227379052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniah-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “Sistem Pendidikan
Nasional dan Ketahanan Keluarga” dapat diselesaikan. Secara garis besar, makalah ini
berisi tentang korelasi antara sistem pendidikan nasional dan ketahanan kelu arga. Dimana
keduanya sangat penting bagi keberlangsungan perkembangan pendidikan masyarakat dan
juga sebagai bentuk apresepsi sebagai warga negara yang nasionalis.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalahini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kemajuan selanjutnya.

Jakarta, 31 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Sistem Pendidikan Nasional............................................................................................3
B. Ketahanan Negara...........................................................................................................4
C. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Nasional...............................................................5
D. Perananan Pendidikan, Ketahanan Keluarga dalam membangun daya saing bangsa...13
BAB III.....................................................................................................................................14
KESIMPULAN........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara .
Telah menjadi amanat pembukaan UUD 1945, bahwa pemerintah wajib
menyediakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka
mewujudkan tujuan tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang mampu
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem tersebut adalah sistem pendidikan
nasional.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab .
Ketahanan keluarga ( family resilience ) didefinisikan sebagai suatu kondisi
yang mampu beradaptasi dan melampaui tekanan demi tekanan di masa kini dan di
masa mendatang. Keluarga yang resiliens akan menghadapi permasalahan secara
positif melalui berbagai cara disesuaikan dengan konteks permasalahan, tingkat
kesulitan, dan berbagai pertimbangan terkait kepentingan seluruh anggota keluarga
( Hawley dan DeHaan, 1996 dalam Kalil, 2003).
Peran keluarga dalam proses pendidikan adalah suatu keniscayaan yang tidak
dapat dielakkan, hal ini sebabkan peran penting keluarga sebagai lingkungan asal dan
sekaligus lingkungan pertama bagi manusia. Hal ini menunjukkan eksistensi keluarga
yang sangat penting artinya dalam menunjang ketercapaian tujuan pendidikan.

1
Berbagai fakta dan realitas di lapangan menunjukkan bahwa peran keluarga dewasa
ini belum menampilkan usaha maksimalnya sebagai lembaga pendidikan utama.
Tantangan nyata saat ini adalah dampak pandemi secara signifikan berdampak
terhadap ketahanan keluarga Indonesia. Semakin baik ketahanan keluarga, semakin
baik pula kemampuan keluarga menghadapi perubahan akibat pandemi dan pasca-
pandemi. Hal lainnya adalah adanya kebijakan yang tepat dapat mencegah keluarga
Indonesia berada dalam situasi krisis sekaligus memastikan ketahanan keluarga tetap
tangguh.
Ketahanan keluarga mencermin¬kan kecukupan dan kesinambungan akses
suatu keluarga terhadap pendapatan dan sumber daya agar mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya, seperti pangan, air bersih, pelayanan kesehatan, pendidikan,
perumahan, partisipasi di dalam masyarakat, dan integrasi sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan sistem Pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan ketahanan keluarga ?
3. Bagaimana peranan keluarga dalam pendidikan nasional ?

C. Tujuan
1. Agar mengerti dan memahami apa itu sistem pendidikan
2. Agar mengerti dan memahami apa itu ketahanan keluarga.
3. Agar mengerti dan mengetahui peranan keluarga dalam pendidikan nasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pendidikan Nasional


Sistem berasal dari bahsa Yunani yang berarti hubungan fungsional yang
teratur antara unit-unit komponen-komponen. Tatang M. Arifin mengemukakan
pengertian sistem sebagai suatu keseluruhan yang tersusun dari bagian-bagian yang
satu dengan lainnya saling berhubungan secara teratur untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan menurut Banathy, sistem merupakan suatu organisme sintetik yang
dirancang secara sengaja, terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait dan
saling berinteraksi yang dimanfaatkan agar berfungsi secara terintegrasi untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. (Kadir & dkk, 2012)
Berdasarkan definisi tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa sistem
adalah sebuah struktur fungsional yang tersusun dari bagian-bagian yang
berhubungan secara sistematik untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Unsur-unsur
pokok sistem berdasarkan pengertian diatas yaitu proses, isi, dan tujuan. Maka dapat
diartikan bahwa sistem pendidikan nasional adalah struktur fungsional pada
pendidikan nasional dalam rangka mencapai tujuan nasional Indonesia.
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 3, sistem pendidikan
nasional adalah keseuruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Menurut Abdul Kadir dkk, sisdiknas
dirumuskan dengan misi utama dapat memberi pendidikan dasar bagi setiap warga
negara Republik Indonesia. Hal ini bertujuan supaya tiap-tiap warga negara
memperoleh sekurang-kurangnya pengetahuan dan kemampuan dasar. Kemampuan
dasar tersebut meliputi kemampuan membaca, menulis, dan berhitung serta mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang diperlukan oleh setiap warga negara untuk dapat
berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sisdiknas memberikan kesempatan belajar yang seluas-luasnya kepada setiap
warga negara. Oleh karena itu, perlakuan yang berbeda terhadap peserta didik tidak
dibenarkan. Perbedaan atas dasar jenis kelamin, agama, ras, suku, latar belakang
sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi merupakan hal yang dilarang. Akan tetapi,

3
hal tersebut dapat terjadi kecuali apabila ada satuan atau kegiatan pendidikan yang
memiliki kekhususan yang harus diindahkan. (Kadir & dkk, 2012)

B. Ketahanan Negara
Sisdiknas diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dibawah tanggung
jawab Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri lainnya, seperti pendidikan
agama oleh menteri agama, akabri oleh menteri pertahanan dan keamanan. Selain itu
juga departemen lainnya yang menyelenggarakan pendidikan yang disebut diklat.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dilaksanakan melalui bentuk-bentuk
kelembagaan beserta program-programnya. (Tirtarahardja & Sulo, 2005)
Sistem merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian-bagian yang
saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem
Pendidikan adalah totalitas interaksi dari seperangkat unsur-unsur pendidikan yang
bekerjasama secara terpadu, dan saling melengkapi satu sama lain menuju tercapainya
tujuan pendidikan yang telah menjadi cita-cita bersama pelakunya .
Dari paparan di atas, maka yang dimaksud dengan sistem pendidikan nasional
adalah dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan unsur-unsur atau elemen-elemen
pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain serta saling
mempengaruhi, dalam satu kesatuan menuju tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang
bersangkutan. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan
Pancasila dibidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan :
1) Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya dan mampu mandiri,
2) Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh yang
mengandung makna terwujudnya bangsa menangkal setiap ajaran, paham dan
ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Sehubungan dengan itu maka Pendidikan Pendahuluan Bela Negara diberikan
kepada peserta didik sebagai bagian dari keseluruhan sistem pendidikan nasional.
Dengan landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional disusun sebagai usaha sadar
untuk memungkinkan bangsa lndonesia mempertahankan kelangsungan hidupnya dan

4
mengembangkan dirinya secara terus menerus dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
1. Mengarahkan untuk kesejahteraan bangsa;
2. Mempersiapkan tenaga kerja bagi industrialis di masa yang akan datang;
3. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Menanamkan jiwa patriotisme (SK Mentri Pendidikan dan Kebudayaan
No.104/Bhg 1 Maret 1946)
5. Membentuk manusia susila yang cakap, warganegara demokratis dan
bertanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat dan tanah air(UU No.4
1950);
6. Mendidik anak ke arah terbentuknya manusia berjiwa pancasila (TAP MPRS
No.2 Tahun 1966);
7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia seutuhnya (TAP MPR
No.2 1988 GBHN).
8. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya
(UU No.2 1988).

C. Peranan Keluarga dalam Pendidikan Nasional


Ketahanan Keluarga adalah kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki
keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materiil dan psikis
mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk
hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
(Pasal 1 Angka 15 UU Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera).
Ketahanan Keluarga terdiri dari dua kata ketahanan dan keluarga. Ketahanan
yang berasal dari kata tahan dimaknai sebagai sesuatu kekuatan untuk bertahan.
Ketahanan tercipta karena suatu upaya untuk mampu bertahan dari segala pengaruh
maupun cobaan dari dalam maupun dari luar. Kemampuan bertahan dilakukan secara
ulet dan tangguh.
Keluarga dapat diartikan sebagai suatu unit terkecil dari masyarakat yang
tinggal bersama dalam suatu tempat/rumah yang saling ketergantungan. Dalam satu
unitkeluarga terdiri dari beberapa orang, seperti anak-anak, ibu beserta ayah, dan

5
memilikikepala keluarga. Intinya adalah bahwa satu keluarga berlangsung melalui
suatu pernikahan. Mengingat banyaknya suku, perbedaan keyakinan, dan beda
budaya, Indonesia memiliki kekhususan dalam pendekatan pembangunan keluarga.
Pemahaman keluarga sangat komplek, misalnya ada juga pemahaman keluarga
sebagai bagian dari kelompok klen, soroh, dan lainnya. Untuk itu diperkenalkan juga
istilah keluarga inti (pokok) atau keluarga batih yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anaknya. Setelah anak-anaknya menikah dan punya keturunan umumnya disebut
sebagai extended family atau keluarga besar. Di Bali juga dikenal sebutan Catur
Warga untuk menyebutkan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang
anak (tentu sebutan ini akan berubah jika dari pernikahan ayah dengan ibu tidak
punya keturunan atau punya anak hanya satu atau lebih dari dua).
Secara singkat pengertian sekaligus batasan tentang ketahanan keluarga dalam
rangkaian tulisan ini dimaksudkan sebagai suatu keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan dalam mengarungi bahtera kehidupan dan penghidupan. Derasnya
pengaruh dan tantangan di era disruption ini dipandang akan banyak mengoyak sendi-
sendi ketahanan keluarga menuju keluarga harmonis bahagia, sejahtera, dan terdidik.
Keutuhan dalam batasan ketahanan keluarga menjadi penting dan perlu secara
bersama-sama menghadapinya.
Sedangkan Negara Republik Indonesia mengamanatkan Pembangunan
Keluarga dalam Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tenteram, dan harapan masa depan
yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan bathin
Untuk membangun sinergi berbagai bidang pembangunan dalam rangka
mempercepat pelaksanaan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009, Kementrian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah menerbitkan Peraturan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 06 Tahun 2013
tentang Pelaksanaan Pembangunan Ketahanan Keluarga.
Pada sumber yang sama diungkapkan bahwa Ketahanan Keluarga menjadi
salah satu sub urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahanan Daerah,
sehingga Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota wajib untuk
menyelenggarakannya. Untuk kepentingan tersebut sudah sepatutnya

6
Kementrian/Lembaga, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota menyusun dan
mengembangkan kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis yang berpedoman pada
konsep Ketahanan dan Kesejahteraan yang didalamnya mencakup landasan legalitas
dan keutuhan keluarga, Ketahanan Fisik, Ketahanan Ekonomi, Ketahanan Sosial
psikologi dan Ketahanan Sosial Budaya.
Pendidikan keluarga termasuk jalur pendidikan luar sekolah merupakan salah
satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup.
Pendidikan dalam keluarga memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang
mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan
sikap hidup yang mendukung kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
kepada anggota keluarga yang bersangkutan.
Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia peran serta keluarga,
lemabaga pendidikan, masyarakat dan Pemerintah perlu berusaha untuk menciptakan
suasana lingkungan yang mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Dalam
hubungan ini, maka pengadaan dan pendayagunaan sumberdaya pendidikan baik yang
disediakan oleh Pemerintah maupun masyarakat perlu dipertahankan fungsi sosialnya
dan tidak mengarah pada usaha mencari keuntungan materi.
Pada diri anak-anak mereka melakukan kegiatan pembelajaran bukan hanya
semata-mata sesuai apa yang tertulis didalam sebuah teori pada pendidikan formal
tapi juga berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan. Menurut Fuaduddin
seperti yang dikutip Ali Rohmad menerangkan bahwa: “Kedekatan orang tua dengan
anak memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses pembentukan kepribadian
dibanding pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya”.
Orang tua yang mau memberikan dorongan motivasi dan teladan yang baik
bagi anak-anaknya merupakan salah satu cara untuk membentuk pola belajar anak
menjadi lebih baik. Bukan hanya sebagai gambaran namun juga sebagai dorongan dan
motivasi terhadap perilaku yang akan mereka tunjukkan. Begitu juga dalam
pendidikan Agama Islam bahwa orang tua harus memberikan dorongan yang baik
sebagai panutan dan contoh suri tauladan yang baik, agar mereka bukan hanya bisa
saja secara teori belajar namun juga dapat menerapkannya dalam kehidupan.
1) Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak
Manusia tidak mampu menghitung atau menaksir hak orang tua yang wajib
atas anak-anaknya.

7
2) Hak dan Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
Hak dan kewajiban orang tua tertuang dalam UURI Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Kedua Pasal 7 yang berbunyi:
a. Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tantang perkembangan pendidikan anaknya.
b. Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan
pendidikan dasar bagi anaknya.
Sebagai orang tua pasti tidak lepas dari tugas dan kewajiban terhadap
anaknya, tidak ada yang lebih bermakna dalam kehidupannya selain dari
bagaimana mereka berhasil mendidik anak-anak mereka. Orang tua adalah
pusat kebudayaan bagi seorang anak, oleh karena itu orang tua juga bertugas
menyerahkan nilai-nilai kebudayaan kepada anaknya.
Menjadi orang tua, selain berkewajiban menghadirkan perjuangan penuh
waktu, penuh tantangan, dan ujian-ujian yang berlangsung sepanjang hidup
orang tua, mereka tidak peduli berapapun usia anaknya. Disamping itu anak
juga menawarkan kepada mereka sejumlah penghargaan. Penghargaan-
penghargaan yang juga berlangsung sepanjang hidup mereka. Memiliki
seorang anak merupakan sebuah petualangan, penuh dengan kejutan dan
perubahan-perubahan.

3) Kedudukan Orang Tua dalam Mendidik Anak


Keluarga (orang tua) merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh
anak, dan memberikan pengalaman pendidikan yang pertama. Dalam keluarga
orang tua berkedudukan sebagai guru, namun keluarga bukan merupakan
sekolah yang sifatnya formal (non formal), namun memberikan pengalaman
pendidikan yang pertama bagi anak. Pengalaman ini dimulai sejak masa bayi,
dengan memberikan pengarahan dan latihan. Orang tua diharapkan mampu
untuk memberikan bekal pengetahuan pada anaknya agar anak berhasil dalam
mengikuti pendidikan berikutnya. Sopan-santun, pengetahuan agama dan
pengetahuan lainnya yang diterima didalam keluarga akan sangat
mempengaruhi bagaimana ia mengikuti pendidikan disekolah dan di

8
masyarakat. Di sini banyak hal yang timbul dari keluarga (orang tua) yang
mempengaruhi keberhasilan anak dalam belajar, diantaranya :
a. Situasi Keluarga.
Situasi keluarga disini cenderung kepada kestabilan keluarga yang
meliputi: jumlah anak dalam keluarga, sering pindah tempat tinggal,
tingkat pendidikan orang tua, kematian orang tua dan sebagainya.
Keadaan ini banyak mempengaruhi tingkah laku anak, khususnya dalam
hal belajar.
b. Suasana emosional dalam keluarga.
Salah satu aspek dari interaksi antara anak dan orang tua adalah
bagaimana suasana emosional dalam keluarga. Suasana emosional ini
dapat diartikan sebagai sikap dan perasaan yang lebih menguasai dalam
kelompok keluarga.

4) Cara Orang Tua dalam Mendidik Anak


Satu hal penting yang perlu kita pahami adalah tidak ada orang tua yang
sempurna. Menjadi orang tua bukanlah sesuatu yang bersifat semua atau tidak
sama sekali. Kesuksesan-kesuksesan dan kesalahan-kesalahan merupakan
bagian dari proses menjadi orang tua.
Bagaimana cara efektif orang tua dalam mendidik anak, disini peneliti uraikan
ada lima cara orang tua dalam mendidik anak sebagai berikut:
a. Responding
Memberi respon lebih dari sekedar memberi perhatian. Pertama, orang tua
harus yakin bahwa mereka sedang memberi respon kepada anaknya,
bukan sekedar bereaksi. Kedua, orang tua harus yakin bahwa responnya
tepat, tidak berlebihan atau tidak proposional, sangat minimal atau sangat
terlambat.
b. Preventing
Dengan terlibat aktif dalam kehidupan sehari-hari anaknya, mereka akan
mengetahui bagaimana biasanya anak-anak mereka berpikir, berperasaan
dan bertindak.
c. Monitoring

9
Menjadi seorang pengawas yang baik adalah menggabungkan kemampuan
bertanya dan memberi perhatian, dengan membuat keputusan-keputusan,
menentukan batasan batasan dan mendorong anak-anak mengambil
pilihan-pilihan yang positif ketika orang tua mereka tidak ada.
d. Mentoring
Orang tua yang mampu menjadi mentor adalah orang tua yang benar-
benar memiliki bekal yang melebihi cukup dalam mendidik anak, latar
belakang pendidikan orang tua cukup berpengaruh untuk membantu anak-
anak mencapai potensinya secara penuh.
e. Modelling
Orang tua memberikan anak-anaknya contoh yang positif dan konsisten.

5) Pentingnya Latar Belakang Pendididkan Orang Tua dalam Mendidik Anak


Sebagaimana pentingnya latar belakang pendidikan orang tua dalam
mendidik anak cukup jelas disebutkan bahwa latar belakang orang tua yang
tinggi mereka akan semakin dapat membantu proses belajar dan keberhasilan
anak, disamping itu orang tua yang berpendidikan juga akan beda dalam
mengarahkan dan membimbing anak-anaknya.
Tanpa adanya pembinaan keluarga maka ketahanan keluarga adalah hal yang
mustahil untuk dicapai. Ketahanan keluarga dapat dicapai bila mampu
memenuhi lima aspek, sebagai berikut:
a. Kemandirian Nilai
Langkah pertama yang harus dipenuhi untuk mencapai ketahanan
keluarga muslim. Kemandirian nilai,khususnya nilai-nilai islami mampu
membentengi anggota keluarga dari perilaku hedonis dan liberalis.
Orangtua menjalankan fungsi sosialisasinya berdasarkan nilai-nilai islam.
Bila anak sudah memiliki pondasi nilai-nilai islam yang kuat, maka ia
tidak akan mudah terpengaruh nilai-nilai negatif yang datang akibat
globalisasi.
b. Kemandirian Ekonomi
Sandang, pangan, dan papan adalah hal mendasar yang harus
dipenuhi dalam keluarga. Dalam islam seorang ayah berkewajiban untuk
mencari nafkah yang halal bagi keluarganya, sebab nafkah yang haram

10
bisa memberikan dampak yang negatif bagi anak. Orang tua harus benar-
benar menjamin bahwa makanan yang dia berikan kepada anaknya 100 %
halal. Sedikit saja tercampur dengan yang haram maka anak akan
merasakan akibat buruknya. Darahnya terkontaminasi haram, dagingnya
tersusun dari zat haram maka hatinya akan tertutup dari rahmat Allah.
Doanya tidak akan didengar oleh Allah swt.
c. Kesalehan Sosial
Kesalehan Sosial menunjuk pada perilaku orang-orang yang sangat
peduli dengan nilai-nilai islami, yang bersifat sosial. Bersikap santun pada
orang lain, suka menolong, sangat perhatian terhadap masalah-masalah
ummat, memperhatikan dan menghargai hak sesama, mampu berpikir
berdasarkan perspektif orang lain, mampu berempati, artinya mampu
merasakan apa yang dirasakan orang lain, dan seterusnya.
d. Ketangguhan Menghadapi konflik
Tidak ada masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik.
Keluarga sebagai bagian dari masyarakat pun tidak luput dari konflik.
Bentuk konflik yang terjadi dalam keluarga misalnya konflik antara suami
dan istri serta konflik antara orangtua dan anak. Keluarga yang mampu
menghadapi konflik akan menjadi keluarga yang tangguh. Konflik yang
mampu diselesaikan dengan baik akan memberikan dampak yang positif,
antara lain mampu meningkatkan solidaritas ingroup dan memunculkan
nilai-nilai baru yang semakin mendorong terciptanya integrasi dalam
keluarga.
e. Kemampuan Menyelesaikan Masalah
Seringkali apa yang kita harapkan berbeda dengan apa yang
terjadi, disitulah muncul yang namanya masalah. Bila terjadi masalah
dalam keluarga maka yang seharusnya yang dilakukan adalah
menghadapinya. Keluarga muslim harus meyakini bahwa setelah
kesukaran pasti ada kemudahan. Masalah yang menimpa keluarga tidak
boleh dihadapi dengan putus asa, sebab putus asa adalah salah satu dosa.
Bila kelima aspek tersebut dapat dipenuhi, maka ketahanan keluarga akan
tercapai. Ketahanan keluarga yang baik akan memberikan pengaruh yang
positif dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai islami yang menjadi

11
pondasi ketahanan keluarga akan mampu menangkal nilai-nilai liberal
yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Jati diri bangsa Indonesia tidak
akan luntur akibat gempuran modernisasi. Ideologi islam dan pancasila
mampu berjalan beriringan dan bekerjasama untuk memperkuat ketahanan
nasional.
Oleh karena itu hal yang pertama kali harus dilakukan dalam
mencapai ketahanan nasional adalah menciptakan ketahanan keluarga.
Keluarga adalah bagian terkecil dari suatu masyarakat yang dapat
memberikan pengaruh yang signifikan. Jika keluarga kuat maka Negara
akan hebat. Ibu engkau adalah orang hebat yang mampu melahirkan
generasi-generasi hebat, maka jangan tinggalkan kewajiban mulia ini.
Tetaplah dampingi anak-anak kita agar mereka bisa tumbuh sebagai
generasi pencetak peradaban cemerlang.

6) Daya saing bangsa dalam Pendidikan


Banyak sumber daya alam atau eksternal yang dulu menguntungkan
suatu negara kini telah hilang karena arus perkembangan globalisasi. Konteks
baru dalam peningkatan daya saing antarbangsa dewasa ini adalah kebutuhan
untuk mengetahui segala perubahan. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
penguasaan yang memadai bidang ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, tidak
heran jika berbagai bangsa dapat kita saksikan sangat antusias berlomba dalam
hal penguasaan ilmu pengetahuan, termasuk menciptakan, mengembangkan,
dan menggunakannya dalam rangka mencapai kesuksesan yang kompetitif.
Bagi suatu bangsa maupun organisasi bisnis, penguasaan ilmu pengetahuan
baru sangat penting artinya untuk dapat berpartisipasi dalam era global.
Dalam kaitan ini, pendidikan merupakan unsur penting yang harus
mendapat prioritas utama. Dalam kerangka itulah, pendidikan diharapkan
dapat memberi sumbangan bagi perkembangan seutuhnya setiap orang, baik
jiwa, raga, intelijensi, kepekaan, estetika, tangung jawab, dan nilai-nilai
spiritual. Melalui pendidikan, setiap orang hendaknya dapat diberdayakan
untuk berpikir mandiri dan kritis. Dalam dunia yang terus berubah dan
diwarnai oleh inovasi sosial dan ekonomi, pendidikan tampak sebagai salah
satu kekuatan pendorong untuk meningkatkan kualitas imajinasi dan

12
kreativitas sebagai ungkapan dari kebebasan manusia dan standarisasi tingkah
laku perorangan. Kesempatan atau peluang perlu diberikan kepada generasi
muda untuk melakukan percobaan dan menemukan sesuatu yang baru
(UNESCO, 1996:94).

D. Perananan Pendidikan, Ketahanan Keluarga dalam membangun daya saing


bangsa
Guru berkewajiban memberi pelayanan kepada siswanya terutama dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa menguasai materi pelajaran, strategi
pembelajaran dan pembimbingan kepada siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi,
maka guru tidak mungkin dapat mencapai kualitas pendidikan yang maksimal
(Suhardan, 2007:4). Kualitas pendidikan yang tinggi sangat diperlukan dalam rangka
menciptakan masyarakat yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan memiliki daya
saing. Hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsif terhadap
penerapan hak azasi manusia, kehidupan demokratis, globalisasi, dan otonomi daerah
(Depdiknas, 2001:6).

13
BAB III
KESIMPULAN

Tujuan pendidikan nasional yang baik tidak akan berjalan dengan maksimal
apabila hanya mengandalkan pendidikan formal dalam hal ini satuan pendidikan baik
di sekolah atau yayasan tertentu. Pihak kedua atau orang tua yang dalam lingkup
besar ‘Keuarga’, juga turut berpartisipasi aktif dalam perkembangan proses
pendidikan. Para orang tua tidak boleh melepas sepenuhnya tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada sekolah atau instansi tertentu.
Agar proses pendidikan anak dalam keluarga berjalan baik dan juga
kerbelangsungan serta kontribusi anak dalam skala nasional maka perlu diperhatikan
beberapa hal;
1. Orang tua diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif , aman
nyaman dan menyenangkan agar suasana belajar menjadi lebih proggresif
2. Memberikan kebebasan meng-explorasi hal baru ya ng dijumpai, tentunya
dalam pengawasan orag tua.
3. Orang tua menjadi tutor atau guru untuk madrasah pertama anak serta
menanamkan nilai religius dan spirit nasionalisme.
4. Pemerintah dalam hal ini negara turut serta memberikan fasilitas pendidikan
yang layak untuk keberlangsungan proses belajar mengajar sehingga
terwujudnya pendidikam nasional .

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, dkk. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Anonimous, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 Tentang
Perkembangan Kependudukan Dan Pembangunan Keluarga Sejahtera,
Sejahtera, BKKBN, Jakarta, 1992.
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang system pendidikan nasional.
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
Kemenkes RI. Undang-Undang RI nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan perkembangan keluarga. Jakarta: Kemenkes; 2009.
Suhardan, Dadang, dkk, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2007.
Tirtarahardja Umar. Pengatar Pendidikan. Rineka Cipta, 2005.
Unesco, Learning: Treasure Within. New York: Unesco Publishing, 1996.
Abdul Kadir, dkk. 2012.Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

15

Anda mungkin juga menyukai