Anda di halaman 1dari 64

RESUME

AKUNTANSI KEUANGAN
LANJUTAN II

Oleh : Susi Apriyani Khumaeroh


NIM : 62201180029
Fakultas : FEB
Prodi : Akuntansi
Semester : Transferan

UNIVERSITAS MUHADI SETIABUDI


BREBES
2021
DAFTAR ISI

BAB I PENGGABUNGAN USAHA-PELEBURAN


1. Pengertian………………………………………………………………….1
2. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha……………………………….……..1
3. Kontribusi Relatif Perusahaan yang Bergabung…………………………...2
4. Masalah Akuntansi dalam Penggabungan Usaha………………………….3

BAB II PENGANTAR LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


1. Penggabungan Usaha melalui Akuisisi Saham…………………………....5
2. Neraca Konsolidasi………………………………………………………...5
3. Kelebihan Aktiva Bersih yang dapat di Identifikasi dan Goodwill……….6
4. Laporan Laba/Rugi Konsolidasi…………………………………………...6
5. Penyatuan Kepemilikan Perusahaan Anak………………………………...7

BAB III LAPORAN KONSOLIDASI HUBUNGAN PERUSAHAAN


INDUK DAN ANAK
1. Pengendalian terhadap Perusahaan Lain Melalui Kepemilikan Saham…..8
2. Investasi pada Perusahaan Anak…………………………………………..8
3. Penyususnan Laporan Konsolidasi………………………………………..8
4. Masalah Harga Beli dan Nilai Buku Saham dalam Neraca Konsolidasi…9

BAB IV LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


1. Hubungan Pusat dan Cabang dengan Metode Equity…………………..10
2. Modifikasi Metode Equity………………………………………………10
3. Hutang Piutang antar Perusahaan Anak…………………………………11

BAB V LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DENGAN METODE HARGA


PEROLEHAN
1. Metode Harga Perolehan………………………………………………...12
2. Alternatif Prosedur Penyusunan Neraca Konsolidasi……………….…..14
3. Deviden Likuidasi………………………………………………………..15
4. Penyajian Rekening Investasi dalam Laporan Keuangan Perusahaan
Induk…………………………………………………………………......18
5. Evaluasi Metode Pencatatan Investasi…………………………………...19
6. Laporan Keuangan Perusahaan Anak yang tidak Dikonsolidasikan….…20

BAB VI NERACA KONSOLIDASI PERUBAHAN HAK KEPEMILIKAN


1. Mencatat Pembelian Saham Perusahaan Anak Beberapa Kali………….23
2. Mencatat Pembelian atau Penjualan Kembali Saham…………………..23
3. Mencatat Emisi Saham atau Penarikan Kembali Saham Perusahaan
Anak……………………………………………………………………..24

BAB VII KEPEMILIKAN TIDAK LANGSUNG DAN MUTUAL HOLDING


1. Struktur Afiliasi……………………………………………………….…25
2. Kepemilikan Tidak Langsung……………………………………….…..25
3. Kepemilikan Timbal Balik Saham Perusahaan……………………….…26

BAB VIII LABA RUGI, LABA DITAHAN DAN LAPORAN KEUANGAN YANG
DIKONSOLIDASIKAN
1. Pembelian Saham Perusahaan Anak Beberapa Kali……………………27
2. Pembelian atau Penjualan Kembali Saham……………………………..27
3. Emisi Saham atau Penarikan Kembali Saham Perusahaan Anak………27

BAB IX & X AKUNTANSI OPERASI KANTOR CABANG DAN PUSAT


1. Agen Penjualan dan Kantor Cabang…………………………………….29
2. Sistem Penjualan Kantor Cabang……………………………………….30
3. Pengiriman Barang antar Cabang……………………………………….31
4. Alokasi Biaya Kantor Pusat dan Cabang……………………………….31
5. Rekonsiliasi Kantor Pusat dan Cabang…………………………………32
BAB XI KONSEP DAN TRANSAKSI MATA UANG ASING DAN HANGING
VALES
1. Latar Belakang dan Ketentuan Akuntansi untuk Bisnis Internasional…..34
2. Tujuan Penjabaran dan Konsep Mata Uang Fungsional…………………34
3. Definisi dan Konsep Pertukaran dalam Mata Uang Asing………………36
4. PSAK 10, 11 dan 52 tentang Mata Uang Asing………………………….37
5. Transaksi Mata Uang Asing selain Kontrak Berjangka………………..…41

BAB XII LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING (HANGING VALES)


1. Penerapaan Konsep Mata Uang Fungsional…………………………..…42
2. Pengukuran Kembali untuk Akun-Akun Entitas Asing………………….44
3. Translasi dengan Hak Kepemilikan Minoritas…………………………...47

BAB XIII LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PERUSAHAAN ANAK


DI LUAR NEGERI
1. Mencatat Transaksi antar Perusahaan Induk dan Anak………………..…51
2. Menjabarkan Rekening yang Dinyatakan dalam Uang Asing…………...52
3. Menyusun Laporan Laba Rugi, Laba ditahan dan Neraca yang
Dikonsolidasikan………………………………………………………….54
1

BAB I
PENGGABUNGAN USAHA-PELEBURAN

1. Pengertian Penggabungan Usaha-Peleburan


Penggabungan usaha adalah usaha pengembangan atau perluasan
dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain
menjadi satu kesatuan ekonomi. Dalam penggabungan atau kombinasi suatu
badan usaha ialah kerjasama beberapa perusahaan atau badan usaha yang
semula berdiri sendiri-sendiri. Dalam prakte sehari-hari, sering terjadi
beberapa badan usaha yang pada awalnya berdiri sendiri bergabung menjadi
satu, dalam gabungan ini ada yang bersifat kekal dan ada juga yang bersifat
sementara.
2. Bentuk-bentuk Penggabungan Usaha
a. Merger
Merger yaitu suatu penggabungan antara suatu badan usaha yang tipe
usahanya sejenis dengan suatu tujuan untuk memperkuat kedudukan suatu
perusahaan.
b. Akuisisi
Akuisis yaitu suatu upaya untuk memperbesar suatu badan usaha dengan
cara memiliki badan usaha lain atau memindahakan suatu kepemilikan
asal badan usaha lainnya.
c. Konsolidasi
Konsolidasi yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh dua badan usaha
ataupun lebih yaitu untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu
badan usaha baru.
d. Trust
Trust yaitu suatu penggabungan atau pemusatan beberapa badan usaha
yang tipenya sejenis ataupun berlainan menjadi badan usaha baru yang
lebih besar dan kuat, baik secara hokum maupun ekonomis.
2

e. Kartel
Kartel yaitu suatu kerjasama yang berdasarkan atas dasar sukarela dan
beberapa badan usaha sejenis untuk memproduksi maupun menjual barang
hasil produksinya.

3. Kontribusi Relatif Perusahaan yang Bergabung


a. Kontribusi Relatif dan Kekayaan Bersih
Laporan keuangan dari masing-masing pihak harus disusun atas dassar
harga pasarnya (harga yang disetujui oleh semua pihak), tiap-tiap pos dari
laporan keuangan harus diperiksa dan dianalisa secara khusus oleh
akuntan yang independen dan jika dirasa perlu, akuntan dapat menyusun
kembali laporan keuangan tersebut agar supaya lebih informatif dan dapat
diperbandingkan, serta sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
lazim.
b. Kontribusi Relatif dari Laba yang Diproyeksikan
Penentuan besarnya kontribusi relative dari rata-rata keuntungan
kepada perusahaan yang baru dibentuk memerlukan juga bantuan dari
orang yang ahli dibidang ini. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan
yaitu;
1. Laporan laba/rugi dari perusahaan yang digabung juga harus disusun
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
2. Proyeksi laba/rugi dari masing-masing perusahaan yang digabung atas
dasar pengalaman terdahulu serta pertimbangan-pertimbangan tertentu
untuk masa yang akan datang
3. Menentukan berapa besarnya jumlah kontribusi
4. Menentukan berapa besarnya jumlah kontribusi dari masing-masing
pihak yang harus diakui oleh perusahaan yang baru dibentuk.
3

4. Masalah Akuntansi dalam Penggabungan Usaha


a. Pertimbangan Kontijen
Merupakan kondisi dimana pihak-pihak dalam kombinasi usaha tidak
menyetujui suatu harga dan disetujui bahwa penambahan uang akan
dibayarkan pembeli kepada penjual jika target kinerja masa depannya
tercapai oleh perusahaan yang dikombinasi.
b. Alokasi Total Biaya
Harga perolehan total asset yang diakuisisi harus dialokasikan ke masing-
masing asset baik asset tidak berwujud maupun asset berwujud.
c. Penelitian dan Pengembangan dalam Proses
Sebagian perusahaan menghapuskan sebagian biaya akuisisi sebagai
penelitian dan pengembangan.
d. Utang dalam Laporan Keuangan Konsolidasi
Dalam hal gagal bayar, kreditor hanya dapat mengklaim asset perusahaan
yang berutang.
e. Keuntungan dari Penawaran Perdana Saham Anak Perusahaan
Keuntungan penawaran perdana saham anak perusahaan dapat dicatat
sebagai kenaikan tambahan modal disetor atau sebagai tambahan pada
laba.
f. Penjualan dan Pendapatan sebelum Akuisisi
Apabila Akusisi terjadi pada pertengahan tahun, ada 2 hal yang bias
dilakukan oleh perusahaan;
1. Perusahaan dapat menerbitkan laporan laba/rug konsolidasi dengan
penjualn, beban dan laba anak perusahaan dari tanggal akuisisi ke
depan
2. Perusahaan dapat melaporkan dalam laporan laba/rugi konsolidasinya
penjualan dan beban anak perusahaan seluruh tahun dan menarik laba
sebelum akuisisi sehingga hanya laba setelah akuisisi yang
dimasukkan dalam laba bersih konsolidasi.
4

g. Push-down accounting
Akuntansi pembelian mensyaratkan asset dan kewajiban perusahaan yang
diakuisisi dimasukkan dalam laporan keuangan knsolidasi perusahaan
pengakuisisi pada nilai pasarnya.
5

BAB II
PENGANTAR LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

1. Penggabungan Usaha melalui Akusisi Saham


Konsep akuntansi penggabungan usaha yang terdapat pada PSAK No.
22 secara jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan
menjadi perusahaan anak dari satu perusahaan induk. Suatu perusahaan
menjadi perusahaan anak ketika perusahaan lain memperoleh pengendali
kepemilikan atas saham berhak suara yang beredar. Biasanya, pengendalian
kepemilikan pada perusahaan lain diperoleh secara langsung dengan
mempeoleh hak mayoritas (lebih dari 50%) atas saham berhak suara tetapi ada
pula pengecualiannya, penecualian ini biasanya terjadi karena kepemilikan
saham secara tidak langsung.
Penggabungan usaha terjadi ketika satu perusahaan memperoleh lebih
dari 50 persen saham berhak suara perusahaan lain, tetap sekali hubungan
induk anak terbentuk, pembelian tambahan saham perusahaan anak bukanlah
bukanlah suatu penggabungan usaha. Dengan kata lain, entisa-entitas terpisah
hanya dapat bergabung satu kali, peningkatan pengendalian adalah
sesedehanan penambahn investasi.

2. Neraca Konsolidasi
Neraca konsolidasi adalah sebuah neraca yng menunjukkan kondisi
keuangan gabungan antara induk perusahaan dan perusahaan anak. Secara
umum, prosedur dan proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi diawali
dengan penggabungan dengan cara menambahkan secara bersama-sama
laporan keuangan yang terpisah yang terdiri dari dua entitas atau lebih.
Kemudian, dilakukan penyesuaian dan eliminasi terhadap transaksi yang
terjadi didalam satu grup. Proses pembuatan laporan keuangan konsolidasi
6

akan menjadi masalah ketika kepemilikan terhadap perusahaan anak kurang


dari 100 persen.

3. Kelebihan Aktiva Bersih yang dapat diidentifikasi dan Goodwill


Asumsi yang mendasari penetapan kelebihan biaya investasi terhadap
nilai buku adalah bahwa nilai buku dan nilai wajar dairi aktiva dan kewajiban
yang dapat diidentifikasi adalah sama. Jika ada bukti yang mengindikasikan
bahawwa nilai wajar melebihi nilai buku atau niali buku melebihi nilai wajar
maka kelebihan itu harus di alokasikan.

4. Laporan Laba/Rugi Konsolidasi


Perbedaan antara laporan laba rugi konsolidasi dan laporan laba rugi
bukan konsolidasi perusahaan induk disajikan secara rinci bukan hanya
jumlah laba bersihnya. Jika perusahaan induk menjual barang dagangan
kepada perusahaan anaknya atau sebaliknya, aka nada pembelian dan
penjualan antar perusahaan pada buku terpisah perusahaan induk dan
perusahaan anaknya. Saldo pembelian dan penjualn antar perusahaan adalah
saldo resiprokal yang harus dieliminasi dalam menyiapkan laporan laba rugi
konsolidasi karena saldo-saldo tersebut tidak mewakili pembelian dan
penjualan pada pihak-pihak diluar entitas konsolidasi. Penyesuaian-
penyesuaian atas penjualan dan pembelian antar perusahaan mengurangi
pendapatan dan beban dengan jumlah yang sama besar dan karenanya tidak
mengurangi laba besrsih konsolidasi. Jumlah pendapatan dan beban sewa
yang resiprokal juga dieliminasi tanpa mempengaruhi laba bersih konsolidasi.
Berbagai penyesuaian dan eliminasi lainnya muncul dalam
menyiapkan laporan laba rugi konsolidasi dimana tujuannya adalah untuk
menunjukkan pendapatan bagi perusahaan induk dan perusahaan anak yang
seolah-olah hanya ada satu entitas hokum dan akuntansi.
7

5. Penyatuan Kepemilikan Perusahaan Anak


Metode penyatuan kepemilikan untuk penggabungan usaha digunakan
dengan asumsi perusahaan-perusahaan yang bergabung, selain perusahaan
penerbit dibubarkan. Jika entitas yang bergabung lainnya tidak dibubarkan
dalam suatu penyatuan kepemilikan, perusahaan penerbit mencatat saham
yang diperoleh sebagai investasi pada nilai buku perusahaan anak untuk
aktiva bersih yang disatukan. Pada kasus ini, hubungan induk anak dibentuk
antara perusahaan penerbit (induk) dan perusahaan-perusahaan yang
bergabung lainnya (perusahaan anak) dan laporan keuangan konsolidasi
diperlukan untuk menggabungkan operasi entitas-entitas yang terpisah
tersebut untuk pelaporan eksternal.
8

BAB III
LAPORAN KONSOLIDASI HUBUNGAN PERUSAHAAN INDUK
DAN ANAK

1. Pengendalian terhadap Perusahaan lain melalui Kepemilikan Saham


a. Membeli sebagian besar atau seluruh modal saham
b. Perusahaan yang sahamnya dibeli tetap melanjutkan usaha dan
mempertahankan identitasnya sebagai unit usaha yang terpisah
c. Hasil kekayaan dan sumber-sumber perusahaan yang bersangkutan berada
dibawah pengelolaan satu manajemen

2. Investasi pada Perusahaan Anak


Kepemilikan saham dapat dilakukan dengan :
a. Pembelian langsung (tunai) dicatat sebesar harga perolehannya, yaitu
jumlah uang yang dikeluarkan untyuk memperoleh saham tersebut
b. Pertukaran dengan kekayaan/aktiva lainnya dicatat sebesar harga pasar
aktiva yang diserahkan
c. Pertukaran dengan surat berharga yang dikeluarkan perusahaan sendiri
adalah harga pasar saham yang diperoleh atau surat berharga yang
diserahkan tergantung yang lebih jelas dapat ditentukan (selisih antara
harga perolehan yang dicatat dan nilai nominal atau nilai yang ditetapkan
dari saham yang diserahkan diperlakukan sebagai agio atau disagio yang
timbul dari saham yang dikeluarkan.

3. Penyusunan Laporan Konsolidasi


Prosedur penyusunannya sama dengan penyusunan laporan gabungan
kantor pusat dan cabangnya. Aktiva dan hutang dari perusahaan anak
digabungkan dengan aktiva dan hutang perusahaan induk, sesuai kelompok
masing-masing aktiva atau hutang yang bersangkutan. Pos-pos yang sifatnya
timbal balik akibat transaksi antar keduanya di eliminasi.
9

4. Masalah Harga Beli dan Nilai buku Saham dalam Neraca Konsolidasi
Harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai factor,
termasuk nilai asset bersih, kemampuan laba (earning power) perusahaan dan
kondisi pasar secara umum. Pada saat perusahaan membeli perusahaan lain,
tidak ada alasan untuk mengharapkan harga beli akan sama dengan nilai buku
saham yang diakuisisi. Proses yang digunakan untuk menyusun neraca
konsolidasi hanya sedikit lebih sulit pada saat 100% saham perusahaan dibeli
pada harga yang berbeda dengan nilai bukunya.
10

BAB IV
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

1. Hubungan Pusat dan Cabang dengan Metode Equity


Didalam PSAK nomor 15 paragraf 02 alinea 6 dinyatakan bahwa
metode ekuitas adalah metode akuntansi yang mencatat investasi pada
mulanya sebesar biaya perolehan (cost) dan selanjutnya disesuaikan untuk
perubahan dalam bagian pemilikan induk perusahaan (investor) atas
aktiva bersih anak perusahaan (investee) yang terjadi setelah tanggal
perolehan. Pencatatan investasi saham pada perusahaan anak dengan
metode ekuitas didasarkan pada suatu anggapan atau asumsi bahwa
investasi pada perusahaan anak sejajar dan sama dengan investasipada
perusahaan-perusahaan cabangnya.
Alasan diterapkannya metode ekuitas juga didasarkanatas suatu
fakta bahwa perusahaan induk dan perusahaan anaknya merupakan bagian
dari satu kesatuan usaha, seperti halnya hubungan antara kantor pusat dan
cabang-cabangnya. Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang terjadi
didalam hak-hak pemegang saham pada perusahaan anak harus diakui dan
dicatat oleh perusahaan induk, untuk dapat mengikuti dan melaporkan
posisi keuangan dan perkembangan usahanya secara lengkap. Secara garis
besar hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam prosedur prncatatn
terhadap investasi saham pada perusahaan anak dengan menggunakan
metode ekuitas adalah:
a. Rudi dan laba bersih perusahaan anak
b. Devidennya dibagikan oleh perusahaan anak

2. Modifikasi Metode Equity


Dimana perusahaan induk mencatat dan mengakui bagian atas
laba atau rugi rugi perusahaan anak yang ditampung dalam rekening
investasi saham dan mengakui pembagian deviden dari perusahaan anak
11

sebagai realisasi dari /pencarian dari sebagian investasi/penanaman


modalpada perusahaan anak disebut dengan metode konvensional.

3. Hutang Piutang antar Perusahaan Afiliasi


Dalam neraca yang dikonsolidasikan, tidak dibenarkan melaporkan hak-
hak dari perusahaan yang sejenis atas atas perusahaan lain yang berinflasi
atau sebaliknya, kewajiban-kewajiban dari perusahaan kepada perusahaan
yang lain tersebut yang berasifiliasi.
12

BAB V

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI DENGAN METODE HARGA


PEROLEHAN

1. Metode Harga Perolehan


Apabila Cost Method yang dipakai untuk mencatat investasi saham-saham
Anak Perusahaan, maka hanya dividen atas saham-saham tersebut (yang telah
dibagikan oleh Anak Perusahaan) yang diakui sebagai pendapatan (revenue)
oleh Induk Perusahaan. Sebaliknya laba atau rugi atas pemilikan modal
(saham) hany timbul apabila sebagain atau seluruh jumlah saham yang
dimiliki tersebut dijual. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada Cost
Method :
1. Perkiraan “Investasi Saham pada Anak Perusahaan”, tidak mengalami
perubahan jumlahnya. Perubahan modal Anak Perusahaan akibat adanya
Laba, Rugi atau pembagian. Dividen tidak mempengaruhi Perkiraan
“Investasi Saham pada Anak Perusahaan”, atau Induk Perusahaan tidak
menyesuaikan perkiraan Investasinya.
2. Laba atau Rugi dari Anak Perusahaan baru diakui oleh Induk Perusahaan
sebesar % (Prosentase) kepemilikannya pada saat akan disusun Neraca
Konsolidasi melalui perkiraan “Laba yang ditahan (Retained Earning)
untuk Induk Perusahaan”. Perkiraan ini hanya tampak pada Work sheet
penyusunan Neraca Konsolidasi.
3. Penghapusan (eliminasi) terhadap perkiraan-perkiraan Modal saham, Agio
Saham dan Retained Earning Anak Perusahaan hanya didasarkan pada
Jumlah awal / Saldo Awal tahun atau Saldo Awal pada saat kepemilikan.
4. Metode cost berdasarkan pada asumsi bahwa investasi Induk terhadap
Anak Perusahaan merupakan bagian dari aktiva.
5. Nilai investasi harus selalu tetap, karena akan ditampakkan dalam neraca
sebesar harga perolehannya saja (at cost).
13

6. Perubahan nilai aktiva bersih Anak Perusahaan sebagai konsekuensi dari


kegiatan operasionalnya, tidak akan mempengaruhi besarnya nilai
investasi tersebut.

Pengertian Metode Perolehan (Cost Method) Adalah metode pencatatan


investasi yang pada awal perolehan investasi, investor mencatat investasi
sebesar biayanya (historical cost accounting), deviden maupun distribusi laba
dicatat sebagai penghasilan, namun apabila deviden yang diterima melebihi
bagian investor atas laba investee dipandang sebagai pemulihan investasi dan
dicatat sebagai pengurang investasi. Tujuan Utama Penyusunan Laporan
Keuangan Yang Dikonsolidasi Adalah untuk menunjukkan posisi keuangan
dan hasil usaha dari berbagai perusahaan afiliasi yang merupakan satu
kesatuan. Ciri-Ciri Metode Harga Perolehan :

a. Laba atau Rugi diperoleh perusahaan anak tidak dilakukan penjurnalan.


b. Eliminasi saldo modal, agio, LYD perusahaan anak ditentukan dengan
bertitik tolak pada posisi neraca.
c. Hak minoritas ditentukan dengan bertitik tolak pada posisi akhir setelah
transaksi di kertas kinsolidasi. Kondisi Pencatatan Dalam Metode Harga
Perolehan Perusahaan induk mengakui adanya pendapatan hanya
terhadap deviden atas saham yang dibagikan perusahaan anak. Laba
atau Rugi timbul jika sebagian atau seluruh saham yang dimiliki dijual.
Rekening investasi saham jumlahnya tetap.
d. Ada kenaikan atau penurunan LYD induk.

Prosedur Akuntansi Untuk Metode Harga Pokok :

a. Perusahaan induk dan perusahaan anak adalah dua perusahaan yang


berbeda, oleh karena itu deviden yang diterima atas modal saham perlu
ditetapkan sebagai pendapatan.
b. Walaupun kaitan yang ada antara perusahaan induk dan perusahaan
anak dapat menggambarkan suatu kesatuan ekonomis.
14

c. Jika yang digunakan adalah metode harga pokok, maka perkiraan


perusahaan induk untuk investasi.
d. Angka yang dilaporkan untuk saham perusahaan anak dalam perkiraan
investasi adalah sebesar harga perolehannya semula.
e. Pengumuman deviden oleh perusahaan anak dicatat dalam buku
perusahaan induk dengan mendebet perkiraan piutang deviden dan
mengkredit perkiraan pendapatan deviden.

Pencatatan Dengan Metode Harga Perolehan :

Pada Saat Pembelian Investasi (Sama Dengan Metode Equity)

Investasi Saham PT. Anak XXX

Kas XXX
Laba atau Rugi Anak Perusahaan : (Tidak Di Jurnal Atau Dicatat Oleh PT.
Induk) Deviden Kas Anak Perusahaan :
Piutang Deviden / Kas XXX
Pendapatan Deviden XXX
(Perhitungan = % pemilikan x deviden kas anak perusahaan)
Apabila deviden tersebut berasal dari laba ditahan sebelum pemilikan,
maka akan dicatat sebagai pengurang terhadap harga perolehan investasi :
Kas XXX
Investasi Saham PT. Anak XXX

2. Alternatif Prosedur Penyusunan Neraca Konsolidasi


Prosedur akuntansi untuk metode harga pokok, perkiraan ini hanya tampak
pada work sheet penyusunan neraca konsolidasi, yaitu:
1. Perusahaan induk dan perusahaan anak, walaupun kaitan yang ada antara
perusahaan induk dan perusahaan anak dapat menggambarkan suatu
kesatuan ekonomis, namun sistem akuntansinya harus mencatat status
15

hukum dari transaksi yang terdapat dalam kaitan atau hubungan antara
keduanya.
2. Jika yang digunakan adalah angka yang dilaporkan untuk saham
perusahaan anak dalam perkiraan investasi.
3. Pengumuman dividen oleh perusahaan anak dicatat dalam buku
perusahaan induk dengan mendebet perkiraan piutang dividen dan
mengkredit perkiraan pendapatan dividen. Selanjutnya, penerimaan
dividen yang diumumkan ini dicatat dengan mendebet perkiraan kas dan
mengkredit perkiraan piutang dividen.
Dengan demikian apabila pada perusahaan yang baru dibentuk membagikan
sebagian harta miliknya kepada para pemegang saham berarti harus diakui
sebagai penarikan kembali dari sebagian atas penanaman modalnya. Dengan
anggapan seperti tersebut di atas, maka apabila dalam pembagian deviden
ternyata ada sebagian diantaranya merupakan laba yang diakumulasikan
sebelum terjadinya pemilikan saham (oleh perusahaan induk), harus
dipisahkan secara tegas berhubung masing-masing harus diperlakukan
berbeda satu sama lain.
Alternatif teknik-teknik penyusunan neraca konsolidasi, meskipun didalam
buku-buku perusahaan induk tidak dilakukan pengakuan terhadap bagian laba
perusahaan anak yang belum direalisasikan (dibagikan sebagai deviden),
namun demikian didalam neraca yang dikonsolidasi jumlah tersebut harus
diakui pula sebagai kenaikan atas saldo laba ditahan. Daftar lajur penyusunan
neraca konsolidasi rekening investasi saham-saham perusahaaan anak, dan
saldo laba ditahan perusahaan induk disesuaikan dengan bagian atas kenaikan
saldo laba ditahan perusahaan anak.

3. Deviden Likuidasi
Dividen Likuidasi adalah dividen yang dikeluarkan ketika dewan direksi
melakukan likuidasi bisnis dan mengembalikan semua aset bersih yang tersisa
16

kepada pemegang saham secara tunai. Ada beberapa ahli yang membagikan
teori dividen. Teori-teori berikut didasarkan pada para ahli.

1. Teori Dividen Tidak Relevan


Menurut Modiglani dan Miller, nilai suatu perusahaan tidak bisa ditentukan
oleh Dividend Payout Ratio, tetapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak
dan kelas risiko perusahaan. Dengan artian lain, kehebatan perusahaan untuk
mendapatkan laba dari aset perusahaan iyalah penentu nilai perusahaan.

2. Teori Perbedaan Pajak


Menurut Litzenberger dan juga Ramaswamy, pajak diterapkan untuk dividen
dan capital gain. Namun, investor lebih suka capital gain karena pemegang
saham dapat menunda pembayaran pajak.

3. Teori Burung di Tangan


Menurut Gordon dan Linter, saat Pembayaran Dividen rendah, maka biaya
modal perusahaan itu sendiri akan naik. Ini dikarenakan investor lebih suka
dividen daripada capital gain.

4. Teori Efek Klien


Menurut pendapat ini, pemegang saham mempunyai perspektif yang berbeda
soal kebijakan pembagian keuntungan perusahaan. Pembayaran Dividen
Tinggi diminati oleh investor yang membutuhkan penghasilan sekarang.
17

Sementara investor yang tidak benar-benar membutuhkan uang sekarang akan


lebih suka jika perusahaan mempertahankan sebagian besar laba bersih
perusahaan.

5. Teori Hipotesis Signaling


Ada bukti empiris yang mengatakan bahwa jika ada peningkatan distribusi
laba dalam saham itu akan disertai dengan kenaikan harga saham.

Pengaruh Kebijakan Dividen pada Risiko Bisnis


Perusahaan baru yang mulai berkembang sangat rentan kepada penaikan
hutang. Semakin besar rasio utang terhadap total aset perusahaan, semakin
besar pula potensi risikonya. Ini dapat menyebabkan kesulitan keuangan.

1. Saat Dividen Dihapus


Dividen yang dibatasi dalam perjanjian utang perusahaan dapat berisiko
konversi dividen yang rendah karena perusahaan mengalami kesulitan dalam
sumber dana atau kas perusahaan. Manajer perusahaan sering meniadakan
dividen, meskipun itu akan menjadi beban bagi perusahaan untuk membayar
lebih kepada pemegang saham daripada ketika mereka membagikan dividen
dalam jumlah rendah. Menghilangkan dividen adalah pilihan yang buruk
untuk perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, karena pemegang saham
mungkin merasa dirugikan dan meminta bagian yang lebih besar.

2. Dividen Menjadi Sumber Konflik


Kebijakan pembayaran dividen dapat menjadi salah satu sumber konflik
antara pemberi pinjaman dan pemegang saham dan hasilnya dapat
menyebabkan biaya agen utang.
18

3. Investasikan Dividen
Bisnis juga bisa mempengaruhi penentuan kebijakan distribusi dividen.
Profitabilitas sering dihasilkan dari pemakaian biaya operasi tetap dengan
peningkatan penjualan.

Perusahaan sering menginvestasikan laba mereka untuk lebih


meningkatkan laba di masa depan. Bahkan, ini menyebabkan pengurangan
dana perusahaan sehingga investor mendapat dividen rendah.

4. Penyajian Rekening Investasi dalam Lporan Keuangan Perusahaan


Induk
Di dalam alam neraca konsolidasi , tidak ada perbedaan lagi antara
metode pencatatan terhadap investasi saham-saham perusahaan anak baik
pada metode harga perolehan, atau pada metode equity. Kedua metode
pencatatan tersebut menghasilkan neraca yang membuktikan posisi keuangan
yang sama. Akan tetapi kedua metode tersebut menghasilkan saldo dalam
rekening investasi saham dan rekening keuntungan yang ditahan pada buku
buku perusahaan induk yang berlainan. Hal ini mengakibatkan posisi
keuangan dan hasil perjuangan yang berbeda-beda dalam laporan keuangan
individual perusahaan induk. Sehingga di dalam menginterpretasikan laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi-laba) tersebut; sangat dipengaruhi oleh
metode pencatatan yang dipakai. Khususnya terhadap warta yang bekerjasama
dengan pemilikan saham saham perusahaan anak. Oleh alasannya yakni itu,
biar tidak mengakibatkan interpretasi yang bertentangan di dalam laporan
keuangan indivualnya harus dinyatakan secara terang (footnote atau catatan
tersendiri) wacana metode pencatatan yang digunakan dalam hubungannya
dengan pemilikan saham-saham perusahaan anak.
Apabila metode harga perolehan (cost method) digunakan disamping harus
dinyatakan secara terang menyerupai tersebut di atas, juga perubahan-
perubahan netto di dalam hak-hak pemegang saham yang berasal dari
(pembagian) keuntungan perusahaan anak semenjak posisi kontrol dicapai
19

harus disajikan secara terpisah di dalam neraca. Jika sebagian dari perubahan-
perubahan netto itu terjadi dalam periode akuntansi yng sedang berjalan, maka
harus dilaporkan di dalam laporan rugi laba(perusahaan induk).
Di lain pihak jikalau metode equity dipakai, disamping laporan
keuangan harus menyatakan wacana metode pencatatan itu, harus dijelaskan
juga mengenai harga perolehannya, serta penghasilan deviden yang telah
diterima dalam hubungannya dengan pemilikan saham-saham perusaan anak.
Hal ini dibutuhkan biar diketahui besarnya bab keuntungan yang diperoleh
oleh perusahaan anak yang telah direalisasikan melalui pembagian deviden.
Penjelasan tersebut dibutuhkan di dalam laporan keuangan(individual),
mengingat hal tersebut juga memiliki konsekuensi yuridis tersendiri bagi
perusahaan induk sebagai unit perjuangan yang bangun sendiri, khususnya
dalam rangka membatasi jumlah keuntungan yang akan dibagikan sebagai
deviden kepada par pemegang saham.

5. Evaluasi Metode Pencatatan Investasi


Jumlah saham yang dimiliki perusahaan akan menentukan metode pencatatan
yang harus digunakan. Persentase pemilikan saham akan menentukan
terhadap metode yang digunakan untuk melakukan pencatatan penanaman
modal dalam saham.
a. Metode Harga Pokok
Investasi saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20%
dari jumlah saham yang beredar. Metode ini memperlakukan penanaman
modal dalam saham akan dicantumkan dalam neraca sebesar harga
pokoknya
b. Metode Pemilikan
Metode ini digunakan oleh investor yang memiliki saham perusahaan lain
dengan jumlah persentase saham sebesar 20% sampai dengan 50% dari
saham yang beredar. Metode pemilikan adalah suatu metode untuk
mencatat penanaman modal dalam saham dengan melakukan pencatatan
20

investasi dalam saham sebesar harga pokoknya. Setiap akhir periode


akuntansi, harga pokok ini diubah sesuai dengan bagian laba atau rugi
yang diperoleh perusahaan yang sahamnya dimiliki.

c. Metode Ekuitas
Metode ini digunakan oleh investor yang memiliki saham perusahaan lain
yang jumlahnya lebih dari 50% dari saham yang beredar. Melalui metode
ini laporan keuangan perusahaan induk (parent company) harus
dikonsolidasikan dengan laporang keuangan anak perusahaan (subsidiary
company).

6. Laporan Keuangan Perusahaan Anak yang tidak Dikonsolidasikan


Perusahaan dapat diperlakukan sebagai anak perusahaan yang tidak
dikonsolidasi jika perusahaan induk tidak mengendalikan anak perusahaan,
memiliki pengendalian sementara atas anak perusahaan, atau jika operasi
bisnis perusahaan induk sangat berbeda dengan anak perusahaan.
Perlakuan akuntansi yang berbeda berlaku, tergantung pada persentase yang
dimiliki oleh perusahaan induk. Kepemilikan saham, bagaimanapun, selalu
kurang dari 50%. Jika kepemilikan saham adalah 20% atau lebih (tetapi
kurang dari 50%), induk biasanya dapat menggunakan beberapa jenis kontrol
atas anak perusahaan.
Di sini, induk akan menggunakan metode ekuitas akuntansi karena anak
perusahaan yang tidak dikonsolidasi diperlakukan sebagai investasi dengan
kepemilikan lebih dari 20% dalam hak suara anak perusahaan. Ini dikenal
sebagai investasi yang berpengaruh. Dalam metode ini, induk harus mencatat
setiap keuntungan atau kerugian yang direalisasikan dari anak perusahaan
pada laporan laba rugi.
Perusahaan induk dengan kepemilikan kurang dari 20% dan tidak
memiliki kendali atas anak perusahaan hanya mencatat investasi pada biaya
historis atau harga pembelian pada neraca. Ini dikenal sebagai investasi pasif.
21

Namun, jika dividen dibayarkan, yaitu pembayaran tunai kepada pemegang


saham, induk mencatat pendapatan dividen tetapi tidak mencatat pendapatan
investasi yang diperoleh dari anak perusahaan.
 Alasan Memiliki Anak Perusahaan Yang Tidak Dikonsolidasi
Paling sering, perusahaan induk akan membuat anak perusahaan yang tidak
dikonsolidasi itu sendiri. Ada berbagai alasan yang mungkin dilakukan,
termasuk membuat usaha patungan (JV) untuk membagi biaya dengan
perusahaan lain atau kendaraan tujuan khusus (SPV) untuk memisahkan
pendapatan, biaya, dan keuntungan untuk proyek khusus dari perusahaan
induk.
 Referensi cepat
Ketika anak perusahaan atau entitas terafiliasi adalah operasi yang cukup
besar, laporan keuangan perusahaan induk mungkin tidak sepenuhnya
mencerminkan eksposur sebenarnya untuk semua elemen terlampir dari
bisnisnya. Meskipun perusahaan induk mungkin tidak memiliki kendali
manajerial atas anak perusahaan, perusahaan tersebut dapat memiliki eksposur
yang signifikan terhadap transaksi keuangan dan operasional anak perusahaan.
Misalnya, perusahaan multinasional mungkin mengalami risiko politik di
wilayah lain. Dari pengertian akuntansi, mungkin tidak masuk akal untuk
memperhitungkan anak perusahaan di luar investasi pada laporan keuangan
induk, tetapi eksposurnya meluas ke bisnis inti induk.
 Contoh Anak Perusahaan yang Tidak Dikonsolidasi
Sebagai contoh, katakanlah Perusahaan ABC memiliki 40% saham
pengendali di anak perusahaannya yang tidak dikonsolidasi, Business XYZ,
yang dibuat sebagai SPV untuk proyek konstruksi baru di negara asing yang
hanya akan berlangsung selama satu tahun.
XYZ mencatat laba $ 1 miliar untuk tahun ini. Karena ABC memiliki lebih
dari 20% XYZ (tetapi kurang dari 50%), maka ABC akan menggunakan
metode ekuitas untuk anak perusahaannya yang tidak dikonsolidasi. ABC
harus mencatat pendapatan $ 400 juta pada laporan laba rugi karena ABC
22

memiliki 40% saham dan menggunakan kendali atas XYZ. Selain itu, ABC
perlu mencatat kenaikan nilai investasi awal, yang tercatat di neraca, sebesar $
400 juta.
23

BAB VI
NERACA KONSOLIDASI PERUBAHAN HAK KEPEMILIKAN

1. Mencatat Pembelian Saham Perusahaan Anak beberapa kali


Perusahaan yang telah mempunyai hak control pada perusahaan lain
terus menambah hak pemilikannya dengan cara membeli saham-saham
perusahaan lain tersebut dari para pemegang saham lainnya. Apabila hal ini
terjadi, maka akan mengakibatkan perubahan didalam saldo rekening investasi
saham, melainkan juga perubahan terhadap rekening laba yang ditahan (LYD)
pada buku-buku perusahaan induk. Tetapi seberapa jauh perubahan-perubahan
yang harus diakui sangat dipengaruhi oleh pencatatan yang dipakai terhadap
saham-saham perusahaan anak.
Contoh : Pada Tahun 2020 PT. X membeli saham dari PT. Y sebesar Rp
50.000, maka jurnal untuk mencatat pembelian saham :
a. Pembelian saham
Investasi di PT. Y Rp 50.000
Kas Rp 50.000

2. Mencatat Pembelian atau Penjualan Kembali Saham


Meskipun tujuan pemilikan saham-saham pada perusahaan anak tidak
untuk diperjualbelikan, akan tetapi dalam keadaan tertentu perusahaan induk
dapat menjual kembali sebagian dari saham-saham perusahaan anak yang
telah dinilikinya. Apabila hal ii terjadi, berarti akan mengurangi hak
kepemilikannya pada perusahaan anak dan juga nilai investasinya.
Contoh : Pada Tahun 2020 PT. X menjual saham dari PT. Y kepada PT. Z
sebesar Rp 50.000, maka jurnal untuk mencatat pembelian saham :
b. Penjualan saham
Kas Rp 50.000
Investasi di PT. Y Rp 50.000
24

3. Mencatat Emisi Saham atas Penarikan Kembali Saham Perusahaan


Anak
a. Hak kepemilikan saham oleh perusahaan induk pada perusahaan anak bias
berubah-ubah,bukan saja disebabkan oleh transaksi pembelian dan
penjualan saham-saham yang bersangkutan oleh perusahaan induk
melainkan juga transaksi modal/saham yang terjadi pada perusahaan anak.
Transaksi-transaksi modal/saham pada perusahaan anak akan
mempengaruhi secara tidak langsung pada bagian pemilikan perusahaan
induk.pengeluaran saham-saham baru (emisi saham) oleh perusahaan anak
akan mengakibatkan berkurangnya hak-hak pemilikan perusahaan induk
apabila atas emisi saham tersebut perusahaan induk tidak berhasil
memperoleh saham-saham yang baru tersebut sama dengan persentase
pemilikannya semula.
b. Di lain pihak penarikan kembali (pelunasan) sebagian modal saham oleh
perusahaan anak pada pemegang saham minoritas akan berakibat kenaikan
terhadap persentase pemilikan saham bagi perusahaan induk. Perubahan
hak-hak pemilikan yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
struktur permodalan perusahaan anak, memerlukan perhatian dan analisa
khususdalam rangka penyusutan neraca konsolidasi.
25

BAB VII
KEPEMILIKAN TIDAK LANGSUNG DAN MUTUAL HOLDING
1. Struktur Afiliasi
A. Pengertian Afiliasi

Afiliasi adalah salah satu cara mengembangkan bisnis yang dilakukan


dengan cara memanfaatkan sosialisasi atau pertalian baik oleh individu,
organisasi maupun badan usaha dan kedua belah pihak akan mendapatkan
keuntungan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Terdapat beberapa jenis afiliasi, antara lain :

1. Program Afiliasi Pay Per Sale (PPS), yaitu afiliasi akan dibayar oleh
vendor jika pengungjung yang diarahkan ke websitenya membeli suatu
produk.
2. Pay Per Clik (PPC), yaitu afiliasi akan dibayar oleh vendor setiap klik
iklan yang dihasilkan.
3. Pay Per Performance (PPP), yaitu afiliasi akan dibayar oleh vendor jika
terjadi konversi dalam pemasaran.
4. Pay Per Lead (PPL), yaitu afiliasi akan dibayar oleh vendor jika
pengunjung yang diarahkan ke website mengisi form aplikasi tertentu
yang berhubungan dengan bisnis perusahaan.

Selanjutnya, saya akan membahas tentang transaksi hubungan afiliasi baik


langsung dan mutual.

B. Struktur Afiliasi
Struktur afiliasi untuk induk perusahaan dan anak perusahaan dapat
juga digunakan pada perusahaan investor dan juga pada perusahaan
investee yang terkait, baik melalui kepemilikan langsung (direct holding)
maupun kepemilikan tidak langsung (indirect holding) sebesar 20% saham
atau lebih berhak mendapatkan suara pada perusahaan investee.

2. Kepemilikan Tidak Langsung


Kepemilikan tidak langsung (indirect holding) adalah suatu investasi
yang memungkinkan investor untuk mengendalikan secara signifikan
perusahaan lain melalui anak perusahaannya dan bukan melalui kepemilikan
saham langsung.

Terdapat dua macam struktur kepemilikan tidak langsung, antara lain :


26

A. Struktur Induk-Anak-Cucu
Struktur Induk-Anak-Cucu pada kepemilikan tidak langsung (indirect
holding), MINORITAS anak secara tidak langsung berhak atas laba bersih
cucu, yaitu sebesar % kepemilikan MINORITAS % kepemilikan anak
terhadap cucu laba bersih cucu. Misalnya, perusahaan A mempunyai saham
pada perusahaan B sebesar 70%, dan Perusahaan B mempunyai saham pada
perusahaan C sebesar 60%, maka secara tidak langsung perusahaan A
mempunyai saham sebesar (70% 60%) = 42% pada perusahaan C. Oleh
karena itu, laporan keuangan perusahaan C harus masuk ke dalam laporan
konsolidasi perusahaan A. Yang dilihat dari struktur ini adalah apakah
perusahaan A mempunyai kendali atas perusahaan B dan apakah perusahaan
B mempunyai kendali atas perusahaan C, meskipun akhirnya kepemilikan
saham perusahaan A pada perusahaan C secara tidak langsung kurang dari
50%.

B. Struktur Afiliasi Terkoneksi atau Afiliasi Terkait


Misalnya, perusahaan mempunyai saham pada perusahaan B sebesar
80% dan pada perusahaan C mempunyai saham sebesar 30%, sementara itu
perusahaan B mempunyai saham pada perusahaan C sebesar 40%, maka
secara tidak langsung kepemilikan saham perusahaan A yaitu sebesar (80%
40%) = 32% atas perusahaan C, sehingga jumlah saham yang dimiliki oleh
perusahaan A yaitu sebesar 62% dan perusahaan C harus masuk ke dalam
laporan konsolidasi perusahaan A. Dalam struktur afiliasi terkoneksi (terkait),
total kepemilikian saham perusahaan A atas perusahaan C harus diatas 50%
dan perusahaan A mengendalikan perusahaan B.

3. Kepemilikan Timbal Balik Saham Perusahaan


Indirect holding adalah investasi yang memungkinkan investor untuk
mengendalikanatau mempengaruhi secara signifikan perusahaan lain tidak
melalui kepemilikansaham langsung, melainkan melalui anak perusahaannya.
Struktur kepemilikan tidaklangsung berbentuk dua jenis afliasi yaitu
struktur induk-anak-cucu (father-son-grandson) dan struktur afiliasi terkoneksi
(connecting affiliates). elain kepemilikan tidak langsung, hubungan antara
perusahaan induk dan perusahaan anak berbentuk kepemilikan timbal balik
(mutual holding). Yang dimaksud dengan mutual holding adalah kepemilikan
saham oleh perusahaan yang berafiliasi. Struktur mutual holding ada dua bentuk
yaitu saham induk dimiliki oleh anak perusahaan dan saham anak dimiliki oleh
anak perusahaan yang lainnya.
27

BAB VIII
LABA RUGI, LABA DITAHAN DAN LAPORAN KEUANGAN YANG
DIKONSOLIDASI

1. Pembelian Saham Perusahaan Anak Beberapa Kali


Perusahaan yang telah mempunyai hak control pada perusahaan lain
terus menambah hak pemilikannya dengan cara membeli saham-saham
perusahaan lain tersebut dari para pemegang saham lainnya. Apabila hal ini
terjadi, maka akan mengakibatkan perubahan didalam saldo rekening investasi
saham, melainkan juga perubahan terhadap rekening laba yang ditahan (LYD)
pada buku-buku perusahaan induk. Tetapi seberapa jauh perubahan-perubahan
yang harus diakui sangat dipengaruhi oleh pencatatan yang dipakai terhadap
saham-saham perusahaan anak.

2. Pembelian atau Penjualan Kembali Saham


Meskipun tujuan pemilikan saham-saham pada perusahaan anak tidak
untuk diperjualbelikan, akan tetapi dalam keadaan tertentu perusahaan induk
dapat menjual kembali sebagian dari saham-saham perusahaan anak yang
telah dinilikinya. Apabila hal ii terjadi, berarti akan mengurangi hak
kepemilikannya pada perusahaan anak dan juga nilai investasinya.

3. Emisi Saham atau Penarikan Kembali Saham Perusahaan Anak


a. Hak kepemilikan saham oleh perusahaan induk pada perusahaan anak bias
berubah-ubah,bukan saja disebabkan oleh transaksi pembelian dan
penjualan saham-saham yang bersangkutan oleh perusahaan induk
melainkan juga transaksi modal/saham yang terjadi pada perusahaan anak.
Transaksi-transaksi modal/saham pada perusahaan anak akan
mempengaruhi secara tidak langsung pada bagian pemilikan perusahaan
induk.pengeluaran saham-saham baru (emisi saham) oleh perusahaan anak
akan mengakibatkan berkurangnya hak-hak pemilikan perusahaan induk
28

apabila atas emisi saham tersebut perusahaan induk tidak berhasil


memperoleh saham-saham yang baru tersebut sama dengan persentase
pemilikannya semula.
b. Di lain pihak penarikan kembali (pelunasan) sebagian modal saham oleh
perusahaan anak pada pemegang saham minoritas akan berakibat kenaikan
terhadap persentase pemilikan saham bagi perusahaan induk. Perubahan
hak-hak pemilikan yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada
struktur permodalan perusahaan anak, memerlukan perhatian dan analisa
khususdalam rangka penyusutan neraca konsolidasi.
29

BAB IX DAN X
AKUNTANSI OPERASI KANTOR CABANG DAN PUSAT

1. Agen Penjualan dan Kantor Cabang


Perusahaan-perusahaan besar atau yang sedang berkembang,
selalu berusaha meningkatkan volume penjualannya. Aspek pemasaran
merupakan aspek penting dalam usaha pencapaian tujuan ini. Oleh
karena itu bagian pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan
suatu perusahaan.
Dalam rangka memperluas daerah pemasaran, perusahaan
melakukan pemetaan wilayah sehingga dapat diketahui pasar potensial
384 bagi produk atau jasa yang dihasilkan/ditawarkan. Dengan cara ini
dapat diketahui market share (bagian pasar yang dapat dimasuki) dari
produk atau jasa yang dihasilkan/ditawarkan perusahaan. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk menangkap peluang dari market
share yang sudah diketahui ini antara lain dengan cara membuka
kantor agen atau bahkan membuka kantor cabang. Pada dasarnya
kantor agen berbeda dengan kantor cabang. Kantor agen hanya
berfungsi mencarikan pembeli atau memperoleh order. Penjualan
kepada konsumen dilakukan langsung oleh kantor pusat.
Pembayarannya juga diterima langsung dari konsumen ke kantor
pusat. Kantor cabang mempunyai wewenang yang lebih luas
dibandingkan kantor agen, karena selain berfungsi mencari pembeli
kantor cabang dapat melakukan transaksi penjualan secara langsung
kepada konsumen. Wewenang yang lebih besar lagi adalah kantor
cabang dapat membeli barang dagangan dari luar.
Perbedaan paling mendasar pencatatan yang dilakukan Kantor
Cabang dan Kantor Agen berhubungan dengan kewenangan
masingmasing dalam menangani konsumen akhir. Kantor Cabang
mempunyai kewenangan penuh sehubungan dengan transaksi
30

penjualan termasuk menerima pembayaran secara langsung dari


konsumen akhir, sedangkan Kantor Agen tidak mempunyai
kewenangan melakukan transaksi penjualan. Pencatatan akuntansi
hanya dilakukan oleh Kantor Pusat. Kantor Cabang melaksanakan
pembukuan tersendiri karena Kantor Cabang mempunyai kewenangan
dalam melakukan transaksi penjualan.

2. Sistem Penjualan Kantor Cabang


Kantor Cabang mempunyai kewenangan dalam melakukan
transaksi penjualan. Oleh karena itu Kantor Cabang melaksanakan
pembukuan tersendiri . Jadi baik Kantor Pusat maupun Kantor Cabang
menyelenggarakan pencatatan akuntansi sendiri-sendiri. Pencatatan ini
hanya berguna untuk pihak intern Kantor Pusat maupun Kantor
Cabang. Untuk kepentingan pihak ekstern Kantor Pusat menyiapkan
laporan konsolidasi yaitu laporan keuangan yang berisi Kinerja
Keuangan Gabungan dari Kantor Pusat dan Kantor Cabang. Berbeda
dengan investasi kantor Pusat di kantor Agen yang hanya berupa
modal kerja awal saja, investasi yang ditanamkan oleh Kantor Pusat ke
Kantor Cabang meliputi semua kebutuhan awal kantor Cabang . Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa kantor Pusat bertindak sebagai
Investor (pihak penyandang dana) dan Kantor Cabang sebagai
Investee (pihak penerima dana). Oleh karena itu diperlukan rekening
yang bersifat Resiprokal (timbal balik) antara Kantor Pusat dan Kantor
Cabang untuk menampung transaksi yang bersifat resiprokal ini,
Kantor Pusat menggunakan nama rekening Kantor Cabang, sebaliknya
Kantor Cabang menggunakan rekening Kantor Pusat. Rekening kantor
cabang merupakan hak kantor pusat sedangkan rekening kantor pusat
merupakan kewajiban kantor cabang. Dalam membuat laporan
konsolidasi rekening resiprokal harus dieleminasi.
31

3. Pengiriman Barang Antar Cabang


Pengiriman (transfer) barang antar cabang ini terjadi, apabila
perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan
aktivitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan
pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubungan antara cabang
tertentu dengan cabang lainnya.
Pengiriman barang-barang antar cabang. Seperti halnya pada
pengiriman uang antar cabang, dalam hal pengiriman barang antar
cabang (interbranch transfer of merchandise), maka otorisasi terjadinya
transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya.

4. Alokasi Biaya Kantor Pusat dan Cabang


Sebagian kegiatan yang dilakukan di kantor pusat adalah
kegiatan yang berkaitan dengan aktivitas kantor cabang. Sebagian
fasilitas yang ada di kantor pusat juga digunakan untuk kepentingan
kantor cabang. Artinya kantor pusat sangat mungkin harus membayar
biaya untuk kemanfaatan kantor cabang, misalnya biaya asuransi.
Secara teori, biaya asuransi tersebut seharusnya dialokasikan ke kantor
cabang agar laporan laba rugi kantor cabang memperhitungan laba
atau rugi secara tepat. Namun demikian, di dalam praktik terdapat
keragaman kebijakan alokasi biaya, yaitu:
1. Kantor pusat mengalokasi biaya ke kantor cabang hanya biaya yang
secara langsung berkaitan dengan operasi kantor cabang, misalnya
biaya asuransi dan biaya advertensi.
2. Kantor pusat mengalokasi semua biaya (biaya asuransi, biaya
advertensi, biaya gaji eksekutif kantor pusat, biaya fasilitas, fee
audit, biaya bunga, dan sebaginya) ke kantor cabang.
3. Kantor pusat tidak mengalokasi biaya ke kantor cabang dengan
pertimbangan kantor cabang tidak mempunyai kendali atas biaya-
biaya tersebut. Apabila kantor pusat menetapkan kebijakan alokasi
biaya ke kantor cabang, maka kantor cabang harus mampu
beroperasi untuk menghasilkan pendapatan yang mampu menutup
32

bukan hanya seluruh biaya yang terjadi di kantor cabang, tetapi juga
termasuk biaya yang dialokasikan dari kantor pusat. Atas alokasi
biaya ke kantor cabang, kantor pusat membuat jurnal dengan
mendebit akun Kantor Cabang dan mengkredit akun biaya-biaya
yang dialokasikan ke kantor cabang. Sebaliknya, kantor cabang
mendebit biaya-biaya yang dialokasikan dari kantor pusat dan
mengkredit akun Kantor Pusat. Jurnal tersebut sama analoginya
dengan transaksi kantor pusat mentransfer kas ke kantor cabang,
kemudian kas tersebut oleh kantor cabang digunakan untuk
membayar biaya-biaya.

5. Rekonsiliasi Kantor Pusat dan Cabang


Rekonsiliasi bertujuan untuk mencocokkan catatan transaksi
antara dua pihak yang memiliki hubungan bisnis yang rutin, misalnya
dikenal rekonliasi antara bank dengan perusahaan maupun rekonsiliasi
antara induk dan anak perusahaan, termasuk pula rekonliasi antara
pusat dan cabang. Apabila terjadi saldo yang tidak sama, ini berarti
ada salah satu pihak yang belum mencatat transaksi tersebut atau ada
kesalahan dalam pembukuan. Jika terjadi hal semacam ini, perlu
diadakan suatu rekonsiliasi antara kantor pusat dan cabang agar
diperoleh saldo yang sama.Proses rekonsiliasi kantor pusat dan cabang
ini mempunyai cara yang sama seprti proses rekonsiliasi antara bank
dan perusahaan.
Jurnal koreksi atau jurnal penyusuaian dan rekonsiliasi dibuat
sebelum disusun laporan keuangan gabungan. Contoh dari adanya
transaksi yang harus disesuaikan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Pengiriman barang dari pusat sebesar Rp 500.000,00 belum
diterima oleh cabang sebelum sampai dibuatnya laporan
keuangan. Akibat adanya hal ini, cabang belum mencatat adanya
pengiriman barang tersebut sehingga rekening “R/K Pusat” dicatat
33

terlalu rendah apabila dibandingkan dengan yang dicatat di pusat.


Setelah diketahui, maka kantor cabang harus segera mangadakan
jurnal penyusuaian sebagai berikut :
Pengiriman barang dari pusat (dalam perjalanan) Rp xxx
R/K Kantor Pusat Rp xxx

Dengan adanya penyesuaian ini, maka rekening timbal balik


(reciprocal account) antara pusat dan cabang akan bersaldo sama.
34

BAB XI
KONSEP DAN TRANSAKSI MATA UANG ASING DAN HANGING VALES

1. Latar Belakang dan Ketentuan Akuntansi untuk Bisnis Internasional


Standar akuntansi untuk bisnis luar negeri serta transaksi pertukaran
dalam mata uang asing dimulai tahun 1939 dengan dikeluarkannya
Accounting Research Bulletin (ARB) NO. 4. Kemudian diperbarui dengan
ARB No. 43 tahun 1953, Bab 12. Prosedur utama akuntansi untuk bisnis luar
negeri tidak berubah sampai dibentuknya FASB (Financial Accounting
Standard Board) pada tahun 1973.
Di Indonesia sendiri perkembangan standar akuntansi untuk bisnis
internasional berjalan seiring dengan dikeluarkannya PSAK tahun 1994.
Dalam PSAK No. 10 dan 11 dijelaskan standar yang digunakan oleh
perusahaan dalam mencatat transaksi dalam mata uang asing dan dalam
menjabarkan laporan keuangan mata uang asing
Sejumlah pendekatan untuk menjabarkan laporan keuangan dalam mata uang
asing ke dalam mata uang domestik (Rupiah), meliputi :
1. Metode lancar-tak lancar (current- noncurrent), yang menjabarkan akun-
akun lancar (current account) pada kurs sekarang, serta akun-akun tidak
lancar (noncurrent account) pada kurs histories.
2. Metode moneter – nonmoneter, yang mengubah aktiva dan kewajiban
moneter pada kurs sekarang (current exchange rate) serta aktiva dan
kewajiban nonmoneter pada kurs historis.
3. Metode temporal, yang mengubah aktiva dan kewajiban yang dinilai pada
harga masa lalu, sekarang, dan masa depan sedemikian rupa sehingga
mereka bias dinilai dengan prinsip akuntansi yang sama. Misalnya, akun
kas, hutang dan piutang, serta aktiva dan kewajiban dinilai dengan harga
sekarang atau masa depan dijabarkan ke dalam kurs sekarang. Demikian
juga aktiva dan kewajiban yang dinilai pada harga masa lalu dijabarkan
ke dalam kurs historis yang layak.
4. Metode kurs sekarang, yang menjabarkan seluruh aktiva dan kewajiban
pada kurs sekarang.

2. Tujuan Penjabaran dan Konsep Mata Uang Fungsional


Tujuan pembelajaran laporan keuangan yaitu :
1. Menyajikan informasi yang secara umum sejalan dengan efek ekonomis
yang diharapkan dari perubahan kurs pada ekuitas dan arus kas
perusahaan.
35

2. Menggambarkan dalam laporan keuangan konsolidasi dari aktivitas


financial serta hubungan dari masing-masing entitas terkonsilidasi
sebagaimana dinilai dalam mata uang-mata uang fungsional agar sejalan
dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Konsep Mata Uang Fungsional Mata uang fungsional dari suatu
entitas adalam mata uang yang berlaku di wilayah operasi utama perusahaan.
Jadi, mata uang fungsional dari sebuahentitas luar negeri adalahmata uang
dengan mana perusahaan tersebut menghasilkan serta membelanjakan uang
kas mereka. Jika mata uang fungsional tidal dapat diidentifikasikan dari arus
kas, maka factor-faktor lain dapat dipertimbangkan.
Indikator ekonomi sebagai pelengkap arus kas yang digunakan untuk
menentukan mata uang fungsional adalah:
1. Jika harga jual produk dari suatu entitas luar negeri lebih banyak ditentukan
oleh persaingan di tingkat local atau oleh regulasi pemerintah local.
Ketimbang oleh perubahan kurs jangka pendek atau gejolak pasar dunia,
maka mata uang local dari entitas luar negeri tersebut dapat dipakai sebagai
mata uang fungsional.
2. Suatu pasar penjualan yang seluruhnya berada dinegara perusahaan induk,
atau kontrak penjualan yang didasarkan pada mata uang perusahaan induk,
memungkinkan perusahaan untuk menjadikan mata uang dari Negara
perusahaan induk sebagai mata uang fungsional.
3. Pengeluaran seperti upah pekerja serta biaya material yang merupakan
biaya local dapat membenarkan dijadikannya mata uang local dari entitas
luar negeri sebagai mata uang fungsional.
4. Jika pendanaan ditentukan oleh mata uang local dari entitas luar negeri,
baik hutang saat ini maupun dihasilkan dalam operasi perusahaan cukup
untuk melunasi hutang, baik hutang saat ini maupun akan datang, maka
mata uang local dari entitas luar negeri dapat dijadikan mata uang
fungsional.
36

6. Perjanjian serta transaksi antarperusahaan dalam volume yang besar


juga dapat dijadikan dasar untuk menggunakan mata uang dari
perusahaan induk sebagai mata uang fungsional.

3. Definisi dan Konsep Pertukaran dalam Mata uang Aing


Tujuan dari suatu Negara adalah menyediakan suatu standar nilai, alat
pertukaran, serta unit pengukuran. Mata uang dari neagara-negara yang
berbeda memenuhi kedua fungsi pertama dengan derajat efesiensi yang
berbeda-beda. Namun pada dasarnya semua mata uang berperan sebgai unit
pengukuran bagi kegiatan ekonomi di Negara-negara bersangkutan. Jadi,
sumber maupun kegiatan financial dari suatu Negara dinilai dengan mata uang
Negara tersebut. Suatu transaksi dikatakan dinilai dengan mata uang tertentu
jika besarnya dinyatakan dalam mata uang tersebut. Aktiva dan kewajiban
dinyatakan dalam denominasi mata uang tertentu jika jumlahnya selalu
disebut dalam mata uang tersebut. Transaksi yang terjadi didalam satu Negara
biasanya dinilai dan dinyatakan dalam mata uang Negara tersebut. Dalam hal
transaksi antar entitas bisnis Negara-negara yang berbeda, jumlah hutang
maupun piutang biasanya dilaporkan dama mata uang local dari Negara
pembeli ataupun penjual. Misalnya, jika sebuah perusahaan Indonesia menjual
barang ke perusahaan Inggris, maka jumlah transaksi dapat dinyatakan baik
dalam rupiah maupun Pound Inggris, sekalipun perusahaan Indonesia tersebut
akan mengukur dan mencatat piutang serta penjualannya dalam rupiah,
sedangkan perusahaan Inggris akan mengukur serta mencatat pembelian serta
hutangnya dalam Pound Inggris. Jika transaksi tersebut dinyatakan dalam
Pound Inggris, perusahaan Indonesia tersebut harus menentukan berapa rupiah
transaksi tersebut, sebelum mencatatnya. Jika transaksi tersebut dinyatakan
dalam rupiah, perusahaan inggris tadi harus menentukan jumlah Pound yang
setara dengan transaksi tersebut. Untuk mengukur transaksi dalam mata uang
mereka sendiri, kebanyakan perusahaan di seluruh dunia mengambil nilai kurs
negosiasi sebagai dasarnya. Kurs ini merupakan hasl permintaan dan
37

penawaran mata uang di pasar uang dunia. Perhitungan Langsung Dan Tak
Langsung Atas Kurs Kurs adalah nisbah antara satu unit mata uang dengan
jumlah mata uang lain yang setara dengan mata uang tersebut pada satu
waktu. Kurs dapat dihitung langsung maupun tidak langsung. Jika
diasumsikan bahwa Rp.1.600 dapat ditukar dengan 1 Dollar Singapura, maka
: Perhitungan langsung (setara Rupiah) : Rp 1.600 = Rp 1.600 1 Perhitungan
tak langsung ( mata uang asing per Rupiah) : 1 = 0.000625 Dollar Singapura
Rp1.600 Pendekatan pertama disebut perhitungan langsung sebab kursnya
dinyatakan dalam rupiah. Artinya Rp1.600 sama nilainya dengan 1 Dollar
Singapura. Pendekatan kedua disebut perhitungan tak langsung sebab kursnya
dinyatakan dalam Dollar Singapura. Artinya, 0,000625 Dollar Singapura sama
nilainya dengan 1 Rupiah. Harian bisnis Indonesia setiap hari melaporkan
perhitungan langsung mata uang asing. Kurs Mengambang, Tetap, Serta
Berganda Kurs mengambang. Secara teoritis, nilai suatu mata uang harus
mencerminkan daya belinya dipasar dunia. Misalnya, peningkatan dalam laju
inflasi suatu Negara menunjukkan melemahnya daya beli mata uang Negara
tersebut. Maka nilai mata uang Negara tersebut melemah relative terhadap
nilai mata uang lain. Surplus perdagangan yang besar menunjukkan
peningkatan permintaan atas mata uang Negara yang bersangkutan dan
menyebabkan menguatnya mata uang tersebut relative terhadap mata uang
lain. Sebaliknya, defisit perdagangan yang besar mengakibatkan melemahnya
nilai mata uang Negara bersangkutan. Meskipun inflasi serta neraca
perdagangan merupakan basis bagi kurs mengambang, beberapa factor lain
seringkali menjadi lebih berpengaruh. Para investor membeli surat-surat
berharga dipasar dunia, tingkat bunga menjadi lebih menentukan dalam
permintaan dan penawaran mata uang ketimbang defisit perdagangan.
4. PSAK 10, 11 dan 52 tentang Mata Uang Asing
a. PSAK 10 tentang Mata Uang Asing
PSAK No. 10 menyatakan bahwa keuntungan dan kerugian akibat
translasi harus dinyatakan dalam perhitungan laba rugi periode dimana kurs
38

mengalami perubahan. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi


berada dalam suatu periode akuntansi yang sama maka seluruh selisih kurs
diakui dalam periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap
periode dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing
periode.
Ketentuan Dalam PSAK Ketentuan yang tercantum dalam PSAK No.
10 hanya diterapkan untuk transaksi mata uang asing dan untuk laporan
keuangan mata uang luar negeri. Untuk transaksi mata uang asing selain
kontrak berjangka, maka:
1. Pada tanggal transaksi diakui, setiap aktiva, kewajiban, penerimaan,
pengeluaran, keuntungan, dan kerugian yang ditimbulkan dari transaksi
tersebut harus dinilai dan dicatat dalam mata uang fungsional dan entitas yang
melakukan pencatatan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal
tersebut.
2. Pada setiap tanggal neraca, saldo yang tercatat dalam mata uang selain mata
uang fungsional dari entitas yang melakukan pencatatan harus disesuaikan
untuk mencerminkan kurs sekarang.
3. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke
dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila
terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca maka dapat
digunakan kurs tengah bank Indonesia.
4. Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
transaksi.
5. Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing
harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlakupada saat nilai
tersebut ditentukan.
39

b. PSAK 11 tentang Mata Uang Asing


Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak
perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan
(joint venture) atau cabang dari perusahaan pelapor, yang aktivitasnya
dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan
usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahaan
pelapor atau suatu entitas asing.

Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri (foreign
operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari
perusahaan pelapor. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan
dalam menyajikan laporan keuangan.

Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu
perusahaan. Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beda
nilai tukar (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan
jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada nilai
tukar yang berbeda. Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada
tanggal neraca. Investasi veto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share)
perusahaan pelapor dalam aktiva neto suatu entitas asing.

Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang
akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan. Nilai
wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar
pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham
(knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms‟s
length transaction).

Metode yang digunakan untuk menjabarkan laporan keuangan suatu


kegiatan usaha luar negeri tergantung pada cara pendanaan dan operasi
40

perusahaan pelapor. Untuk tujuan ini, kegiatan usaha luar negeri


dikiasifikasikan balk sebagai “kegiatan usaha luar negeri”.

c. PSAK 52 tentang Mata Uang Asing


PSAK 52 mengatur tentang mata uang yang digunakan oleh
perusahaan dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan. Disini berarti
bahwa perusahaan setelah memilih suatu mata uang tertentu sebagai mata
uang pelaporannya maka perusahaan tersebut pada periode akuntansi
selanjutnya harus mengubah catatan akuntansi dan laporan keuangannya
dalam mata uang yang baru, sesuai dengan mata uang pelaporan yang
dipilihnya. Pernyataan ini harus diterapkan untuk semua perusahaan yang
akan atau telah menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang
pelaporan. PSAK 52 memperbolehkan perusahaan menggunakan mata uang
selain rupiah sebagai mata uang pelaporan apabila mata uang yang akan
dipakai sebagai mata uang pelaporan memenuhi kriteria sebagai mata uang
fungsional.
Mata uang fungsional adalah mata uang utama yang dicerminkan
dalam kegiatan operasi perusahaan. Suatu mata uang bisa dikatakan sebagai
mata uang fungsional apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : · Indikator
Arus Kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan
didominasi oleh mata uang tertentu. Disini berarti apabila suatu perusahaan
penerimaan dan pengeluaran kasnya didominasi oleh mata uang tertentu maka
mata uang tersebut boleh dikatakan sebagai mata uang fungsional bagi
perusahaan tersebut. Contoh: sebuah hotel penerimaan kas dari pendapatan
kamar diterima dalam mata uang USD, pengeluaran-pengeluaran sebagian
besar juga dalam mata uang USD maka hotel tersebut apabila sebelumnya
menggunakan mata uang rupiah dapat menggunakan mata uang USD sebagai
mata uang pelaporannya · Indikator Harga Jual: harga jual produk perusahaan
dalam periode jangka pendek sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar
mata uang tertentu, atau produk perusahaan secara dominan dipasarkan untuk
41

ekspor. Dalam hal ini apabila PT "A" sebagian besar produknya diekspor ke
Jepang dan penjualannya dinyatakan dalam mata uang Yen Jepang maka PT
"A" tersebut dapat menggunakan mata uang Yen Jepang sebagai mata uang
pelaporannya. · Indikator Biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan
sangat dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu. Untuk perusahaan
yang memiliki lebih dari satu anak perusahaan atau operasi terpisah dan dapat
dibedakan, seperti cabang atau divisi, mungkin digunakan beberapa mata uang
fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uang tersebut perlu
dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional perusahaan
tersebut. Masalah berikutnya timbul untuk transaksi lainnya yang
menggunakan mata uang selain mata uang fungsional. Transaksi perusahaan
lainnya yang menggunakan mata uang selain mata uang fungsional
diperlakukan sebagai transaksi dalam mata uang asing dan mengikuti PSAK
10, sehingga apabila sebuah perusahaan di Indonesia sudah menentukan mata
uang USD sebagai mata uang fungsional dan pelaporan maka apabila
melakukan transaksi dalam mata uang Rupiah, transaksi tersebut harus dicatat
dan dilaporkan sebagai transaksi dalam mata uang asing dengan mata uang
USD sebagai mata uang dasar.

5. Transaksi Mata Uang Asing selain Kontrak Berjangka


Transaksi yang terjadi dalam suatu Negara merupakan transaksi lokal
yang dinilai dan dicatat dalam mata uang Negara tersebut, transaksi yang
dilakukan oelh perusahaan ank Indonesia di Inggris dicatat dalam pound
inggris, dan laporan keuangannya juga dinyatakan dalam pound. Namun
laporan keuangan ini harus dikonversikan ke dalam rupiah sebelum dilakukan
konsolidasi dengan perusahaan induknya di Indonesia.
42

BAB XII
LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING (HANGING VALES)

1. Penerapan Konsep Mata Uang Fungsional


a. Pengertian Mata Uang Fungsional
Secara sederhana, mata uang fungsional (atau mata uang pengukuran)
berarti mata uang yang digunakan dalam pengukuran transaksi (pencatatan
satuan mata uang dalam jurnal dan akun-akun buku besar).
PSAK 10 mengharuskan entitas menetapkan mata uang fungsional dan
mengukur transaksi yang dilakukannya menggunakan mata uang fungsional
itu. Entitas bisa saja menyajikan atau menjabarkan laporan keuangan
menggunakan mata uang lain. Meskipun demikian, PSAK 10 paragraf 38 juga
menegaskan bahwa mata uang pelaporan di Indonesia umumnya adalah
rupiah. Jika entitas melakukan transaksi dalam mata uang yang berbeda
dengan mata uang fungsional, maka entitas itu harus “menghitung transaksi
tersebut dalam mata uang fungsional”.
Menurut PSAK 10, mata uang fungsional entitas adalah mata uang
yang berlaku di lingkungan ekonomi utama tempat entitas beroperasi
(paragraf 8). PSAK 10 menjelaskan yang dimaksud lingkungan ekonomi
utama tempat entitas beroperasi biasanya adalah lingkungan yang menjadi
tempat utama entitas menghasilkan dan mengeluarkan kas (paragraf 9).

PSAK 10 juga mengharuskan entitas untuk mempertimbangkan faktor-faktor


berikut dalam menentukan mata uang fungsional (paragraf 9):

1. Mata uang utama yang memengaruhi harga jual barang dan jasa.
2. Mata uang utama yang memengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan
biaya lainnya dalam penjualan barang dan jasa.
43

Jika kedua faktor di atas tumpang tindih, maka PSAK 10 menyatakan bahwa
suatu entitas juga dapat mempertimbangkan bukti pendukung lain berikut
dalam menentukan mata uang fungsional (paragraf 10):

1. Mata uang yang digunakan dalam menghasilkan aktivitas pendanaan.


2. Mata uang yang digunakan dalam menahan pendapatan dari aktivitas
operasi.

Dalam menentukan mata uang fungsional entitas anak atau entitas asosiasi di luar
negeri (dan operasi di luar negeri lainnya) dan menentukan apakah mata uang
fungsional itu sama dengan mata uang fungsional entitas induk, faktor-faktor
tambahan yang harus dipertimbangkan adalah (paragraf 11):

 Apakah aktivitas operasi di luar negeri dilakukan sebagai perpanjangan entitas


induk.
 Apakah transaksi dengan entitas induk memiliki proporsi yang tinggi atau
rendah dengan aktivitas operasi di luar negeri.
 Apakah arus kas dari aktivitas operasi di luar negeri berpengaruh secara
langsung terhadap arus kas entitas induk.

Apabila indikator-indikator di atas tumpang tindih dan mata uang operasional


tidak jelas, PSAK 10 mengharuskan manajemen menggunakan penilaian (judgement)
untuk menentukan mata uang fungsional yang paling mencerminkan pengaruh
ekonomi dari transaksi, peristiwa dan kondisi yang dialami entitas (paragraf 12).
Istilah transaksi dalam mata uang asing atau transaksi mata uang asing memiliki
arti yang sama, yaitu transaksi yang dilakukan entitas menggunakan mata uang yang
bukan mata uang fungsional.
Contoh :

PT Viona merupakan entitas yang didirikan di Indonesia. Sebagian besar


transaksi penjualan, pembelian, dan pengeluaran operasi dilakukan menggunakan
USD. Dengan demikian, mata uang fungsional PT Viona adalah USD.
44

2. Pengukuran Kembali untuk akun-akun Entitas Asing


Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri
ke rupiah adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali untuk
umum sebagaimana translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang
fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang uang lokal. Pengukuran kembali
sama seperti translasi di mana tujuanya adalah untuk mendapatkan nilai setara
rupiah dari akun-akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan atau
dikonsolidasi dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tatapi, kurs
yang digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan
dalam traslasi, yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun
afiliasi asing.Proses pengukuran kembali harus memeberian hasil akhir yang sama
seakan-akan transaksi entitas luar negeri sejak awal telah dicatat dalam rupiah.

Oleh karna itu, beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi
nilai setara rupiah menggunakan kus historis, yaitu kurs tunai pada saat transaksi
awal terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter
dan non moneter. Aset dan kewajiban moneter seperti kas, piutang jangka
pendeek dan jangka panjang, dan utang jangka pendek dan jangka panjang,
mempunyai jumlah yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat
mengalami keuntungan atau kerugian dari perubahan kurs. Aset non moneter
adalah akun-akun seperti persediaan dan aset tetap, yang nilainya tidak tetap
dalam unit moneter.

Oleh karna digunakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca


percobaan mata uang asing, maka debit dan kredit dalam neraca percobaan setara
rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini, pos penyeimbang adalah keuntungana
atau kerugian pengukurana kembali, yang dimasukan dalam laporan laba rugi
periode berjalan.
45

a. Akun-Akun yang Diukur Kembali Menggunakan Kurs Historis Efek beharga :


o Efek ekuitas
o Efek utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampe jatuh tempo
o Persediaan
o Biaya dibayar dimuka sperti asuransi, iklan, dan sewa
o Aset tetap
o Akumulasi deprsiasi atas aset tetap
o Paten, maerek dagang, lisensi, dan formula
o Goodwiil
o Aset tak berwujut lainya
o Beban dan kredit ditanggungkan, kecuali pajak ditangguhkan dan biaya
perolehan polisuntukperusahaan asuransi jiwa
o pendapatan ditangguhkan
o Saham biasa
o Saham preferen yang di catat pada harga dikeluarkan
 Pendapatan dan beban terkait dengan pos nonmoneter, sebagai contoh:
o Harga pokok penjualan
o Depresiasi aset tetap
o Amortisasi aset tak terwujud seperti paten, lisensi, dan lain-lain
o Amortisasi beban dan kredit ditanggungkan kecuali pajak ditangguhkan biaya
perolehan polis untuk perusahaan asuransi jiwa.

1. Pengukuran kembali neraca percobaan anak perusahaan luar negeri untuk setelah
akuisisi, Tiga pos memerlukan perhatian kusus yaitu:

a. Aset tetap diukur kembali menggunakan kurs historis pada tanggal induk
perusahaan mengakuisisi anak perusahaan luar negeri. Jika anak perusahaan
membeli aset tetap tambahan setelah induk perusahaan mengakuisisi saham anak
perusahaan, maka tambahan aset tetap tersebur akan diukur kenbali menggunakan
kurs pada tanggal pembelian.
46

b. Haraga pokok penjualan terdiri dari transaksi yang terjadi pada berbagai kurs.

c. Beban operasi juga terjadi pada kurs yamg berbeda

d. Keuntungan pengukuran kembali diakui dalam laporan aba rugi periode berjalan.
Keuntungan pengukuran kembali adalah sebagai pos penyeimbanguntuk
memebuat total debit sama dengan total kredit, tetapi dapat dibuktikan dengan
menganalisi perubahan pos meneter selama periode berjalan.

 Ikhtisar Proses Translasi Pengukuran Kembali

Pos Proses Translasi Proses Pengukuran Kembali


Mata uang fungsional Rupiah Indonesia Metode moneter-
luar negeri Metode Unit mata uang lokal non moneter Kurs rata-rata
yang digunakan Akun- Metode kurs sekarang Kurs tertimbang, kecuali pendapatan
akun laba laporan laba rata-rata tertimbang terkait dengan pos nonmoneter
rugi pendapatan (kurs historis)
Kurs rata-rata tertimbang, kecuali
Beban Kurs rata-rata tertimbang beban terkait dengan pos
nonmoneter (kurs historis)
Akun –akun neraca
Akun-akun moneter Kurs sekarang Kurs sekarang
Akun-akun non
Kurs sekarang Kurs historis
moneter
Akun-akun modal
Kurs historis Kurs historis
pemegang saham
Saldo periode sebelumnya
Saldo periode sebelumnya ditambah
Saldo laba ditambah laba dikurangi
laba dikurangi deviden
deviden
Keuntungan atau kerugian
Selisih translasi
Selisih kurs yang pengukuran kenmbali yang
diakumulasikan diekuitas
timbul dari proses dimasukan dalam laporan laba rugi
pemegang saham
periode berjalan
47

2.Investasi Luar Negeri dan Anak Perusahaan Tidak Dikonsolidasi


Sebagian besar perusahaan mengonsolidasi anak perusahaan luar negeri sesuai
dengan PSAK No 4, “Laporan keuangan Konsolidasi” (PSAK 4). Dalam
beberapa kasus, anak perusahaan tersebut tidak dikosolidasi, karena kriteria yang
diterapkan untuk anak perusahaan luar negeri, kecuali jika salah satu kondisi
berikut sangat ketat sehingga perusahaan Indonesia yang memiliki perusahaan
luar negeri tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomis atas sumber
daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negeri yang merupakan syarat
konsolidasi, seperti berikut ini :
a. Pembatasan pertukaran mata uang asin dinegara asing.
b. Pembatasan transfer properti dinegara asing.
c. Ketidakpastian lain yang ditrapkan lain yang ditrapkan olh pemerintah neraca
perusahaan Indonesia. Perusahaan investor Indonesia harus menggunakan metode
ekuitas jika memepunyai kemampuan untuk melaksanakan “pengaruh signifikan”
atas kebijakan keuangan dan operasional investe.
Jika metode ekuitas digunakan untuk anak perusahaan luar negeri yang tidak
dikonsolidasi, lapran keuangan investee diukur kembali atau ditranslasikan
tergantung pada penentuan mata uang fungsional. Jika digunakan pengukuran
kembali, maka laporan keuangan entitas luar negeri akan diukur kembali dalam
dolar dan investor mencatat presentasenya atas laba investee dan membuat
amortisasi atau penurunan nilai yang diperlukan atas deferiansial.

3. Translasi dengan Hak Kepemilikan Minoritas


a. Hak Kepemilikan Minoritas
Hak minoritas (minority interest) mengacu pada sebagian kecil pemegang
saham di perusahaan di mana lebih dari 50% kontrol dipegang oleh perusahaan
induk. Karenanya, kepemilikan mereka kurang dari 50%. Juga disebut dengan
kepentingan non-pengendali (non-controling interest). Perhitungan jumlah
kepemilikan minoritas dalam perusahaan harus didasarkan pada laporan keuangan
perusahaan anak yang ditranslasikan atau diukur kembali. Laporan keuangan
48

investasi asing harus ditranslasikan atau diukur kembali sebelum akuntansi metode
ekuitas diterapkan.
Klasifikasi Hak Minoritas
Dalam praktek, hak minoritas secara variatif :
1. Diungkapkan sebagai kewajiban (liabilities).
2. Disajikan secara terpisah antara kewajiban dengan ekuitas.
3. Diungkapkan sebagai bagian dari ekuitas (stockholders‟ equity)
Pemegang saham minoritas atau minority interest merupakan salah satu istilah yang
dikenal dalam hukum perusahaan. UU Perseroan Terbatas yang saat ini berlaku, UU
Nomor 40 Tahun 2007 tidak mengatur tentang definisi pemegang saham minoritas.
Namun, secara implisit, definisi pemegang saham minoritas dapat ditafsirkan dari
rumusan Pasal 79 ayat (2) yang konteksnya mengatur tentang penyelenggaraan rapat
umum pemegang saham (RUPS).

Pasal 79 ayat (2) menyatakan RUPS dapat diselenggarakan atas permintaan satu
orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 atau lebih dari
jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu
jumlah yang lebih kecil.

Dari rumusan Pasal 79 ayat (2) dan sebagaimana dapat ditafsirkan dari kata
“minoritas”, istilah pemegang saham minoritas pada intinya mengacu pada kuantitas
saham yang dimiliki. Praktiknya, kuantitas saham untuk dapat dikategorikan sebagai
pemegang saham minoritas berbeda-beda. Kamus Bank Indonesia, misalnya
menyebutkan saham minoritas adalah saham yang jumlahnya kurang dari 50 persen
dari seluruh saham bank.

Terlepas dari tidak adanya definisi yang jelas, namun rezim hukum perusahaan di
Indonesia tetap berupaya memberikan perlindungan terhadap pemegang saham
minoritas. Namun begitu, jika rujukannya adalah UU Perseroan Terbatas, pengaturan
seputar perlindungan pemegang saham minoritas masih sangat minim.
49

Perlindungan di sini berkaitan dengan tindakan-tindakan pemegang saham mayoritas


yang dapat berimplikasi pada pemegang saham minoritas. Tindakan tersebut
misalnya mendilusi kepemilikan saham minoritas dengan cara menambah atau
meningkatkan modal perseroan.

Dalam kondisi tersebut, UU Perseroan Terbatas memberikan perlindungan bagi


pemegang saham minoritas yang diberi hak untuk melakukan tindakan-tindakan
tertentu. Pertama, melayangkan gugatan terhadap perseroan apabila dirugikan
sebagai implikasi dari keputusan RUPS, direksi dan/atau dewan komisaris.

Kedua, pemegang saham minoritas dapat meminta kepada persero agar sahamnya
dibeli kembali atas dasar pemegang saham minoritas tidak setuju terhadap tindakan
perseroan terkait perubahan anggaran dasar, pengalihan atau penjaminan kekayaan
perseroan yang nilainya lebih dari 50% serta penggabungan, peleburan,
pengambilalihan atau pemisahan.
Perlindungan terhadap pemegang saham minoritas juga dapat berpegangan pada
prinsip Majority Rule Minority Protection. Berdasarkan prinsip tersebut, maka setiap
tindakan perseroan tidak boleh merugikan pemegang saham minoritas. Prinsip ini
perlu diterapkan di sebuah perseroan untuk menangkal tindakan sewenang-wenang
pemegang saham mayoritas yang dapat berimplikasi buruk bagi pemegang saham
minoritas.
Selain itu, prinsip Good Corporate Governance (GCG) juga penting untuk diterapkan
di sebuah perseroan yang salah satu tujuannya untuk melindungi kepentingan
pemegang saham minoritas. Dalam GCG setidaknya terdapat empat elemen penting
yakni fairness (keadilan), transparency (transparansi), accountability (akuntabilitas)
dan responsibility (pertanggung-jawaban). Idealnya, jika empat elemen ini
dilaksanakan secara konsisten, maka kepentingan pemegang saham minoritas
terlindungi.
Sebagai contoh dengan menerapkan elemen fairness, pemegang saham minoritas
seperti halnya pemegang saham lain diberikan sejumlah hak, antara lain hak untuk
meminta keterlibatan pengadilan, hak untuk melakukan pemeriksaan dokumen
50

perusahaan, hak mengusulkan dilaksanakannya RUPS, hak untuk mengusulkan


agenda tertentu dalam RUPS, hak untuk minta pengadilan membubarkan perusahaan,
hak voting dalam sistem voting kumulatif, ds
51

BAB XIII
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN PERUSAHAAN ANAK
DI LUAR NEGERI

1. Mencatat Transaksi antar Perusahaan Induk dan Anak


Apabila transaksi yang terjadi merupakan transaksi persediaan antarperusahaan,
diperlukan ayat jurnal eliminasi untuk menghilangkan pendapatan dan beban yang
terkait dengan transfer antar perusahaan yang dicatat oleh masing-masing perusahaan.
Sedangkan pada saat penjualan antarperusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau
kerugian, tidak diperlukan penyesuaian atas jumlah persediaan dalam neraca pada
akhir periode untuk tujuan konsolidasi karena nilai tercatat persediaan dalam
pembukuan afiliasi pembeli sama dengan biaya perolehan afiliasi yang mentransfer
dan entias konsolidasi. Untuk tujuan konsolidasi, keuntungan tercatat atas penjualan
penjualan persediaan antarperusaan yang diakui pada periode persediaan tersebut
dijual kepada pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa. Pada saat perusahaan
menjual persediaan barang dagangan ke afiliasi, terjadi satu dari tiga situasi berikut :

1. Persediaan tersebut dijual ke non-afiliasi pada periode yang sama


2. Persediaan tersebut dijual ke non-afiliasi pada periode berikutnya
3. Persediaan tersebut dimiliki selama dua periode atau lebih oleh afiliasi pembeli

Contoh kasus :
PT Induk membeli 80% saham biasa PT Anak pada tanggal 31 Desember 2020
sebesar nilai bukunya, yaitu Rp. 240.000.000, Asumsikan pada tanggal 1 Maret 2021,
PT Induk membeli persediaan seharga Rp. 7.000.000 dan menjualnya ke PT Anak
seharga Rp. 10.000.000 pada tanggal 1 April 2021. PT induk mencata ayat jurnal
berikut pembukuannya:
1 Maret 2021
1) Persediaan 7.000
Kas 7.000
52

Pembelian persediaan
1 April 2021
2) Kas 10.000
Penjualan 10.000
Penjualan persediaan ke PT Anak
3) Harga pokok penjualan 7.000
Persediaan 7.000
Harga pokok penjualan yang dijual ke PT Anak
PT Anak mencatat pembelian persediaan dari
PT Induk dengan ayat jurnal berikut :
1 April 2021
4) Persediaan 10.000
Kas 10.000
Pembelian persediaan dari PT Induk Pada tanggal 5 November 2021, PT Anak
menjual persediaan yang dibelidari PT Induk ke PT Non-Afiliasi seharga Rp.
15.000.000 PT Anak menjual persediaan ke PT Non Afiliasi dengan ayat jurnal
berikut:
5) Kas 15.000
Penjualan 15.000
Penjualan persediaan ke PT non-Afiliasi
6) Harga pokok penjualan 10.000
Persediaan 10.000
Harga pokok persediaan yang dijual ke PT Non-Afiliasi

2. Menjabarkan Rekening yang dinyatakan dalam Uang Asing

Penjabaran rekening-rekening yang dinyatakan dalam mata uang asing ke


dalam rupiah berlaku ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur di dalam Prinsip
Akuntansi Indonesia seperti tertera pada prinsip 1.3. yang menyatakan :
Perkiraan anak-anak perusahaan atau bagian perusahaan yang melakukan
53

kegiatan usaha diluar negeri, harus dijabarkan dalam rupiah dengan kurs
pertukaran yang sesuai. Kurs pertukaran supaya dicantumkan dalam laporan
keuangan. Adapun ketentuan penjabaran tersebut adalah sebagai berikut :

a. Ketentuan penjabaran terhadap rekening-rekening neraca

1. Aktiva lanca kas, piutang jangka pendek dan aktiva lancer lainnya dijabarkan
dalam rupiah dengan kurs pada saat pembuatan neraca, terkecuali ada perjanjian
khusus dalam tukar-mnukar denganuang asing termaksud. Persediaan barang-
barang harus mengikuti ketentuan-ketentuan umum (standard rule) untuk
memilih “harga terendah antara harga pokok dengan harga pasar” (Cost ormarket
whichever is lower). Apabila persediaan barang-barang tidak dijabarkan dengan nilai
kursyang berlaku pada saat penyusunan neraca, maka harus diberikan alasan
mengenai prosedur lainyang diikutinya itu.„

2.Aktiva Tetap Aktiva tetap, investasi yang permanen dan piutang-piutang jangka panjang
harus dijabarkan ke dalam rupiah dengan kurs pada saat aktiva yang bersangkutan
diperoleh.

3. Penyusutan aktiva tetap di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi harus


dihitung atas dasar jumlah-jumlah yang sudah dinyatakan (dijabarkan) dalam
rupiah.3.Hutang jangka pendek (Hutang lancer Hutang-hutang jangka pendek yang
harus dibayar dengan uang asing harus dijabarkan dalamrupiah, dengan kurs yang
berlaku pada tanggal neraca.
4. Hutang jangka panjang hutang-hutang jangka panjang yang dinyatakan dalam
mata uang asing harus dijabarkan dalam rupiah, dengan kurs yang berlaku pada
saat terjadinya (timbulnya) hutang yang bersangkutan.

5. Modal yang disetor (Modal saham) modal yang disetor (modal saham) yang
dinyatakan dalam suatu uang asing harus dijabarkan dalam rupiah, dengan kurs
yang brlaku pada saat (modal) saham yang bersangkutandikeluarkan.
54

b. Ketentuan penjabaran terhadap rekening-rekening penghasilan dan biaya-biaya


Rekening-rekening penghasilan dan biaya-biaya harus dijabarkan dengan kurs rata-
rata yang berlaku dalam tahun buku yang berjalan. Apabila dalam tahun buku yang
berjalan terdapat fluktuasi yang besar dalam nilai kurs, maka dipakai kurs rata-rata
per bulan atau jika dimungkinkan dapat disadarkan atas nilai kurs rata-rata
tertimbang (weighted average) Dengan adanya ketentuan-ketentuan mengenai nilai
kurs mata uang yang harus dipakai didalam menjabarkan saldo rekening-rekning
pembukuan perusahaan anak di luar negeri tersebut, maka terdapat empat (4)
macam nilai kurs yang harus dipakai yang mungkin satu sama lain berbeda-beda.
Sebagai akibat penjabaran kedalam rupiah dengan nilai kurs yang berbeda-
bedaitu terhadap laporan keuangan (untuk periode tahun buku tertentu), sangat
dimungkinkan saldo-saldo rekening yang ada setelah dijabarkan secara keseluruhan
menjadi tidak seimbang.

3. Menyusun Laporan Laba Rugi, Laba ditahaan dan Neraca yang


Dikonsolidasikan
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan perusahaan induk dan anak-
anak perusahaan yang dalam operasi sehari-harinya perusahaan-perusahaan tersebut
adalah entitas-entitas yang terpisah. Pengendalian perusahaan induk atas anak
menyebabkan dalam banyak hal operasi anak dipengaruhi oleh induk, dengan
demikian akan banyak terjadi transaksi antara induk dan anak.

Dalam pembahasan ini, setiap transaksi yang dilakukan induk pada anak atau
sebaliknya, atau transaksi yang dilakukan satu anak dengan anak lain dalam
hubungan induk-anak disebut dengan transaksi antarperusahaan. Transaksi ini
menimbulkan keterkaitan akun-akun dalam laporan keuangan induk dan anak.
Transaksi ini tidak dipandang sebagai dalam penyusunan laporan konsolidasi.
Laporan konsolidasi memandang induk dan anak adalah satu sehingga bila induk
melakukan transaksi dengan anak, hal itu berarti transaksi dengan diri sendiri.
Transaksi antarperusahaan merupakan transaksi internal dari sudut pandang
konsolidasi. Apabila induk melakukan penjualan aset pada anak misalnya, dengan
55

sudut pandang konsolidasi hal itu sama artinya dengan induk menjual aset pada diri
sendiri sebab anak dan induk adalah satu dalam laporan konsolidasi. Laporan
keuangan konsolidasi tidak mengakui transaksi-transaksi seperti ini dan menganggap
penjualan tersebut semata-mata sebagai pemindahan aset saja, dan oleh karena itu
dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi transaksi-transaksi seperti ini harus
dieliminasi.

Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak terjadinya


hubungan induk-anak. Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari: neraca konsolidasi,
laporan laba rugi konsolidasi, laporan laba ditahan konsolidasi dan arus kas
konsolidasi. Pada tanggal akuisisi, hanya neraca konsolidasilah yang dapat disusun,
sebab laba/rugi anak menjadi hak induk pada periode setelah akuisisi. Laporan
laba/rugi dan laporan konsolidasi anak lainnya dikonsolidasi dengan induk satu
periode setelah akuisisi.

Contoh kasus:

PT Guntur mengakuisisi 80% saham PT Heri pada tanggal 1 Januari 2008 pada harga
5,6 miliar rupiah. Dalam proses akuisisi tersebut, terdapat selisih nilai wajar investasi
sebesar 400 juta rupiah, yaitu sebagai berikut:

Nama Akun Jumlah Keterangan


Piutang dagang – overvalue (400.000)
Persediaan – overvalue (280.000) Telah terjual tahun 2008
Bangunan – undervalue 10 Tahun, metode garis
400.000
lurus
Tanah – undervalue 640.000
Hutang pajak – overvalue (120.000)
Goodwill Diamortisasi selama 16
160.000
tahun
Pada tahun 2008, PT Heri mengumumkan laba dalam laporan keuangan sebesar Rp
200 juta dan dividen Rp 100 juta. Atas pengumuman laporan keuangan tersebut, PT
Guntur menyesuaikan nilai investasinya karena laba anak menunjukkan
56

perkembangan investasi induk. Sedangkan dividen yang diterima merupakan


pengurang nilai investasi.

Pembukuan PT. Guntur


Laba investi (80% x 200 juta) Rp160.000.000,00
Amortisasi selisih investasi
– Overvalue persediaan 280.000.000
– Undervalue bangunan (40.000.000)
– Goodwill (10.000.000)
Total Pendapatan Investasi 390.000.000
Jurnal dalam buku PT Guntur

Pendapatan investasi 390.000.000


Piutang dividen 80.000.000
Investasi dalam saham 80.000.000

Kertas Kerja Konsolidasi


Hubungan induk-anak setelah tanggal akuisisi mewajibkan induk menyusun laporan
keuangan konsolidasi. Laporan keuangan konsolidasi tersebut diperoleh dari kertas
kerja konsolidasi sebagai alat untuk mengeliminasi akun-akun yang berkaitan dengan
transaksi antarperusahaan, antara lain:

Pendapatan dari anak (induk) dan laba yang dibagi (anak)

Alokasi laba hak-hak saham minoritas (minority interest)

Saldo awal investasi dengan kekayaan anak per 1 Januari 2008

Amortisasi selisih investasi

Hutang-piutang sehubungan dengan dividen yang diumumkan anak


57

Berikut ini adalah kertas kerja untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi PT
Guntur (dalam ribuan rupiah):

Eliminasi Laporan
Keterangan PT Guntur PT Heri
Debit Kredit Konsolidasi
Laporan laba/rugi
Penjualan 1.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 30.000.000
Pendapatan dari PT

Heri 390,000 390,000
HPP (1.010.000)
(690,000) (600,000) 280,000
Beban Operasi
(300,000) (200,000) 50,000 (550,000)
Laba Hak Minoritas
40,000 (40,000)
Laba bersih
900,000 200,000 900,000
Laba ditahan 1/1/2008 2.000.000 1.000.000 1.000.000 2.000.000

Dividen
(400,000) (100,000) 80,000 (400,000)

20,000
Laba ditahan
2.500.000 1.100.000 2.500.000
31/12/2008
Eliminasi Laporan
Keterangan PT Guntur PT Heri
Debit Kredit Konsolidasi
Neraca
Kas
510,000 550,000 1.060.000
Piutang dividen –
80,000 80,000
Piutang Dagang
1.000.000 1.500.000 400,000 2.100.000
Persediaan
1.500.000 2.150.000 280,000 280,000 3.650.000
Investasi dalam PT
5.910.000
Heri 310,000
5.600.000 –
Bangunan 4.000.000 3.150.000 400.000 40.000 7.510.000
58

Tanah
6.000.000 2.000.000 640,000 8.640.000
Goodwill
Total aktiva 19.000.000 9.350.000 23.110.000
Hutang dividen
100,000 80,000 20,000
Hutang pajak
150,000 120,000 270,000
Hutang dagang 1.500.000 2.000.000
500,000
Hutang bank 3.000.000 2.000.000 5.000.000
Modal saham
10.000.000 5.000.000 5.000.000 10.000.000
(nom1.000)
Agio saham 2.000.000 2.000.000
500,000 500,000
Laba ditahan 2.500.000 1.100.000 2.500.000
Hak minoritas
20,000
1.300.000 1.320.000
Total Passiva 19.000.000 9.350.000 8.540.000 8.540.000 23.110.000

Laporan keuangan konsolidasi dapat disusun sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
1. Laporan Laba Rugi Konsolidasi
PT Guntur dan Anak Perusahaan
Neraca Konsolidasi
Per 31 Desember 2008
Penjualan 30.000.000
Pendapatan dari PT Heri –
HPP (1.010.000)
Beban Operasi (550.000)
Laba Hak Minoritas (40.000)
Laba bersih 900.000
2. Laporan Laba Ditahan Konsolidasi
PT Guntur dan Anak Perusahaan
59

Laporan Laba Rugi Konsolidasi


Per 31 Desember 2008
Laba bersih 900.000
Laba ditahan 1/1/2008 2.000.000
Dividen (400.000)
Laba ditahan 31/12/2008 2.500.000
3. Neraca Konsolidasi
PT Guntur dan Anak Perusahaan
Neraca Konsolidasi
Per 31 Desember 2008
Kas 1.060.000
Piutang dividen –
Piutang Dagang 2.100.000
Persediaan 3.650.000
Bangunan 7.510.000
Tanah 8.640.000
Total aktiva 23.110.000
Hutang dividen 20.000
Hutang pajak 270.000
Hutang dagang 2.000.000
Hutang bank 5.000.000
Modal saham (nom1.000) 10.000.000
Agio saham 2.000.000
Laba ditahan 2.500.000
Total Passiva 23.110.000
60

Anda mungkin juga menyukai