Anda di halaman 1dari 20

MINI BOOK PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

KEGIATAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Luar Sekolah


OLEH KELOMPOK 8 :

 JAMALLUDIN (900.19.186)
 NOVITA SARY (900.18.303)
 MUTIA PUTRI (900.19.283)
 MUHAMMAD AZIZ (900.19.267)

DOSEN PENGAMPU : Nurhasanah, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA
SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
T.A 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2

KEGIATAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH ...................................................................... 3

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ........................................................................ 3

Ekstrakurikuler ....................................................................................................................... 8

Lembaga Kursus Dan Pelatihan ........................................................................................... 12

KESIMPULAN ........................................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 19

2
KEGIATAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)

Membicarakan mengenai pendidikan Nonformal maka kita akan membahas mengenai


Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang merupakan sebuah lembaga pendidikan
yang lahir dari pemikiran tentang kesadaran pentingnya kedudukan masyarakat dalam proses
pembangunan pendidikan nonformal.

Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) menurut Sutaryat sebagaimana yang


dikutip oleh Ishak yaitu :

“PKBM merupakan tempat belajar yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam
rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, hobi dan bakat warga masyarakat,
yang bertitik tolak dari kebermaknaan dan kebermanfaatan program bagi warga belajar dengan
menggali dan memanfaatkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di
lingkungannya.” (Abdulhak, 2013: 58)

PKBM diharapkan dapat memberi peluang bagi masyarakat untuk belajar apa saja
sesuai dengan yang mereka butuhkan dan memberikan kesempatan bagi semua warga
masyarakat tanpa membedakan status sosial, agama, budaya dan lainnya untuk memperoleh
layanan pendidikan dan dapat mengakomodir berbagai keragaman yang ada serta meningkatan
kualitas proses layanan pendidikan pada masyarakat (Rahayu, 2015).

PKBM sebagai salah satu mitra kerja dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat
(bangsa) melalui programprogram pendidikan nonformal, diharapkan mampu menumbuhkan
masyarakat belajar (learning society) serta mampu menanamkan pendidikan karakter pula,
karena pada dasarnya manusia tanpa didasari karakter yang baik (good character) maka akan
dapat merusak sendi- sendi pancasila yang dianut oleh bangsa Indonesia serta dapat mencoreng
nama baik bangsa di rana Internasional. Dengan adanya PKBM diharapkan pada akhirnya akan
meningkatkan kemandirian, keberdayadidikan, dan inovatif dalam mencari invormasi baru
dalam rangka meningkatkan taraf kehidupannya.

Melihat karakter bangsa Indonesia saat ini sangat miris, maraknya KKN ( Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme ), kasus kekerasan, pencurian dan kasus-kasus serupa lainnya
merupakan fakta bahwa karakter masyarakat kian menurun atau kurangnya pemahaman

3
mengenai nilainilai karakter dalam masyarakat itu sendiri. Di tambah dengan perkembangan
teknologi yang begitu pesat saat ini, yang membuat semua interaksi menjadi tidak ada batasan.
Seperti yang banyak diberitakan di berbagai media, banyak anak remaja dan anak di bawah
umur yang berurusan dengan permasalahan sosial, seperti sudah menjadi pecandu rokok,
narkoba, free sex, tawuran, pencurian, dan tindakan kriminal lainnya, yang menyimpang dari
norma di masyarakat, bahkan berurusan dengan hukum (Ammelia, 2019).

Menandakan krisis moral yang dihadapi bangsa, jika tidak di imbangi dengan penanaman nilai-
nilai karakter akan membuat seseorang dapat disalah gunakan oleh kecanggihan tesebut,
mereka tidak dapat mencegah dampak buruk yang di sogohkan oleh media sosial misalnya,
atau yang menjadi momok menakutkan selanjutnya adalah masyarakat yang akhirnya kalah
saing akibat kurang atau tidak adanya nilai-nilai karakter yang melekat pada diri masyarakat.

Tindakan premanisme juga menjadi fenomena yang sering menghiasi layar kaca,
ketidakharmonisan hubungan antara umat beragama mewarnai halamanhalaman surat kabar,
dan demonstrasi anarkis telah memasuki wilayah yang sangat mengkhawatirkan. Seolah-olah
ketepurukan bangsa ini dari berbagai sisi memberi isyarat kuat untuk mengatakan bahwa
energy bangsa masih tekuras untuk mengurusi persoalan-persoalan internal yang secara
primordial belum terselesaikan (Yaumi, 2018: 81).

Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter seharusnya dapat terealisasikan


dan diterapkan dengan baik dalam masyarakat. 18 nilai karakter yang harus diinternalisasikan,
yaitu : religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab (Aisyah,
2018: 15).

Pentingnya 18 nilai karakte tersebut di perkuat dengan di buatnya PP RI No. 87 Tahun


2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Pada pasal 3 yang menyatakan bahwa “PPK
dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter terutama
meliputi nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggungjawab”.

Selain itu, defenisi PKBM yang dikutip dari UNESCO yaitu PKBM adalah sebuah
lembaga pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal diarahkan untuk
masyarakat pedesaan dan perkotaan dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi

4
kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan berbagai model pembelajaran dengan
tujuan mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar mampu meningkatkan
kualitas hidupnya.

Ada juga pendapat lain mengenai PKBM yaitu PKBM adalah sebuah model
pelembagaan yang diartikan, bahwa PKBM sebagai basis pendidikan masyarakat, dikelola
secara professional oleh LSM atau organisasi kemasyarakatan lainnya, sehingga masyarakat
dengan mudah dapat berhubungan dengan PKBM dan meminta informasi tentang berbagai
program pendidikan masyarakat, persyaratannya, dan jadwal pelaksanaannya. Pelembagaan
artinya menempatkan PKBM sebagai basis penyelenggaraan program pendidikan masyarakat
di tingkat operasional (desa/kelurahan).

Dari definisi- definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa PKBM adalah sebuah lembaga
pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat serta diselenggarakan di luar
sistem pendidikan formal baik diperkotaan maupun dipedesaan dengan tujuan untuk
memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan masyarakat agar mereka mampu
membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

Ada tiga tujuan penting dalam rangka pendirian dan pengembangan PKBM, yaitu:

1) Memberdayakan masyarakat agar mampu mandiri (berdaya);


2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi;
3) Meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya
sehingga mampu memecahkan permasalahan tersebut.

Tujuan pemberdayaan disini dalam arti memberdayakan seluruh potensi dan fasilitas
pendidikan yang ada di desa sebagai upaya membelajarkan masyarakat yang diarahkan untuk
mendukung pengentasan kemiskinan (miskin pendidikan dan miskin ekonomi), dengan prinsip
pengembangan dalam rangka mewujudkan demokrasi bidang pendidikan.

Bidang pendidikan merupakan program andalan PKBM saat ini. Beberapa program
pendidikan yang di kembangkan di antaranya antara lain:

1) Program keaksaraan fungsional

Salah satu program yang dikembangkan PKBM adalah program keaksaraan fungsional,
program ini bertujuan membelajarkan masyarakat (warga belajar) agar dapat

5
memanfaatkan kemampuan dasar baca, tulis, hitung dan kemampuan fungsionalnya dalam
kehidupan sehari-hari.

2) Pengembangan anak usia dini (early childhood)

Menurut hasil penelitian Balitbang Depdiknas , tingginya angka mengulang di kelas


awal (kelas I : 13 % dan kelas II : 8%) diduga disebabkan oleh lemahnya pembinaan ana
masa usia dini. Artinya, terdapat “korelasi positif antara pendidikan prasekolah yang
diperoleh dengan kesiapan ana memasuki sekolah”.

3) Program kesetaraan (equivalencey education)

Program kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab


permasalahan kualitas (mutu) sumber daya manusia. Sesuai dengan fungsi dan peranannya
PKBM sebagai pusat kegiatan pembelajaran masyarakat memiliki peran penting dalam
mengembangkan program-program kesetaraan di tengah-tengah masyarakatnya. Program
kesetaraan melingkupi program Kelompok Belajar paket A setara SD/MI, Kelompok
Belajar paket B setara SMP/MTs dan Kelompok Belajar paket C setara SMA/MA.

4) Kelompok belajar usaha

Melalui Program kejar usaha diharapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
kemampuan warga belajar akan semakin bertambah atau semakin meningkat. Terutama
bagi warga belajar yang belum memiliki sumber mata pencaharian tetap dan
berpenghasilan rendah.

5) Pengembangan program magang pada PKBM

Salah satu program yang teridentifikasi dikembangkan PKBM adalah program magang.
Dalam PKBM magang dibagi dalam dua kegiatan ada magang individual dan ada magang
kelompok. Magang individual adalah magang yang dilakukan oleh satu orang warga belajar
pada kegiatan-kegiatan pelatihan atau keterampilan tertentu. Sedangkan magang kelompok
adalah pemagangnya lebih dari 1 orang biasanya 2 sampai dengan 5 orang. Jenis
keterampilan yang dimagangkan sangat bervariasi dan tergantung kebutuhan dan kesiapan
warga belajar serta kesiapan PKBM dalam menyiapkan program-program yang sesuai
dengan dunia industry.

6) Program PKBM di Luar Program Depdiknas

6
Di samping program-program pendidikan nonformal ada beberapa PKBM yang
mengembangkan program pembangunan masyarakat, atau program yang dikembangkan
atas permintaan funding atau pemberi donor, program-program ini biasanya lebih
diarahkan pada peningkatan usaha/ekonomi atau peningkatan (income generating) warga
belajar dan masyarakat.

Adapun nilai-nilai karakter dalam pendidikan karakter yaitu:

a. Pengertian pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk


mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebijakan-kebijakan
inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi sebagaimana dikutip dalam Dharma


Kesuma “sebuah usaha untuk mendidik anakanak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” (Kesuma, 2013: 5)

Dalam konteks kajian P3, mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Pembelajaran


yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang
didasarkan pada suatu nilai tertentu”.

b. Tujuan dan fungsi pendidikan karakter

Secara prinsipiel, pendidikan karakter bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,


kompetitif, berakhlak mulia, bemoral bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic,
berkembang dinais, berorientasi ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila (Safitri, 2020:
7).

Secara operasional, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu


penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukkan
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh terpadu dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan.

Secara institusional pendidikan karakter bertujuan untuk mempertinggi mutu


penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah. Bila pendidikan karakter dapat
diterapkan secara baik dan komprehensif di sekolah, maka akan tercipta warga sekolah

7
yang disiplin, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, mapu menghargai orang lain, mencintai
kebajikan, jujur, sopan, taat asas dan taat menjalankan perintah agama

Sesuai dengan fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No. 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dala rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Aisyah, 2018: 13-14).

Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan wahana dalam mengembangkan bakat dan minat


siswa diluar jam pelajaran (Lestari, 2016: 137). Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan
diluar jam mata pelajaran dan pelayan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berwenang di sekolah. Adapaun pendapat lain yaitu kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan
sejak lama di sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dampaknya
belum signifikan bagi pengembangan keterampilan peserta didik, hal tersebut disebabkan
dalam pengelolaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah belum maksimal dan hanya cenderung
mendorong pengembangan bakat dan minat peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan dalam mengembangkan


aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan pada kurikulum yang sedang dijalankan,
termasuk yang berhubungan dengan bagaimana penerapan sesungguhnya dari ilmu
pengetahuan yang dipelajari oleh peserta didik sesuai dengan tuntutan kebutuhan hidup mereka
maupun lingkungan sekitarnya. Ekstrakurikuler merupakan kagiatan pendidikan diluar jam
pelajaran yang ditunjukkan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh peserta didik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
berkewenangan di sekolah (Wiyani , 2013: 107-108).

8
Kegiatan ekstrakurikuler selama ini dipandang sebelah mata, hanya sebagai pelengkap
kegiatan intrakurikuler. Hal itu sangat disayangkan sekali, karena menurut Karim (2013: 2)
melalui ekstrakurikuler siswa diarahkan memiliki karakter yang abadi dan universal seperti
kejujuran, kedisiplinan, menghargai pluralisme, mempunyai empati dan simpati. Semua aspek
ini akan sangat menunjang kesuksesan peserta didik kelak di masa mendatang.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan proses menyempurnakan pendidikan pada tingkat


kognitif menuju berkesinambungan ke aspek afektif dan psikomotorik sehingga dapat
menjebatani masalah pendidikan sekolah dengan pendidikan di keluarga dan tantangan arus
deras globalisasi bagi negera-negara berkembang, Indonesia. Secara umum, lembaga
pendidikan swasta standar mutunya dari aspek pendidik berorientasi pada ijazah formal, sarana
belajar berorientasi dan tradisi belajar berorientasi pada kemampuan menjawab soal UNBK.
Pembelajarannya cenderung berjalan secara verbalistik dan berorientasi kepada penguasaan
mata pelajaran. Pendidikan difokuskan agar peserta didik memahami informasi yang tersemat
dalam materi muatan pelajaran selanjutnya dievaluasi untuk mengetahui seberapa jauh/dalam
penguasaan materi yang dicapai oleh pebelajar. Terdapat tiga aspek pembelajaran yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik, dimana dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga
domain atau ranah itulah yang harus dijadikan target dalam setiap kegiatan evaluasi hasil
belajar. Namun, kebanyakan dalam mengevaluasi hasil belajar siswa adalah lebih
menitikberatkan dalam ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik kurang
dikembangkan. Untuk meningkatkan evaluasi hasil belajar pebelajar dalam ranah afektif dan
psikomotorik dapat ditempuh dengan langkah strategis, yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler
(Hambali, 2018: 196).

Syatibi (2013:167-168) menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah program


kegiatan di luar muatan pelajaran untuk mempermudah pebelajar untuk pengembangan diri
sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, serta minat mereka melalui kegiatan yang terencana
dan secara khusus diselenggarakan oleh tenaga kependidikan/ahli yang berkompeten dan
berwenang di sekolah. Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang esensial antara kegiatan
ekstrakulikuler Pendidikan Agama Islam dengan kegiatan ekstrakulikuler pada umumnya.
Secara sederhana, letak perbedaannya pada orientasi pelaksanaanya tentang ajaran agama
Islam serta dalam jenis kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan. Kegiatan
ekstrakurikuler keagamaan lebih fokus kepada ajaran/konseptual yang bernilai Islami seperti
shalat dhuha, berdo’a bersama sebelum pelajaran dimulai.

9
Pendidikan pertama yang didapat anak berlangsung dalam lingkungan keluarga, tetapi
hakikat anak sebagai warga sekolah ialah kedudukan anak sebagai peserta didik atau siswa.
Pendidikan anak adalah tugas orang tua, tetapi dalam lingkungan sekolah peran guru yang
sangat penting. Peserta didik sebagai subjek didik, tidak akan lepas dari peran guru dan orang
tua dalam membantu perkembangan dirinya dan tiap peserta didik tetap mempunyai potensi
sendiri-sendiri. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sebagai wahana yang tepat dalam membatu
pengembangan peserta didik.

Peserta didik merupakan warga negara hipotik, yang akan menjadi warga negara yang
nantinya apabila sudah mencapai umur yang pas dapat dikatakan sebagai warga negara yang
baik. siswa merupakan warga negara hipotik yang harus dididik untuk menjadi warga negara
yang dewasa yang sadar akan hak dan kewajibannya. Namun dalam kenyataannya, masih
banyak tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh para pelajar. cara berpakaian, berinteraksi
dengan lawan jenis, manikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan menikmati narkoba
menjadi tren anak muda yang sulit ditanggulangi. Kenakalan remaja merupakan faktor utama
yang sangat memengaruhi proses belajar mengajar peserta didik, karena kenakalan remaja
dewasa ini sudah menimbulkan kewarawan sehingga perlu mendapatkan perhatian dari
berbagai pihak baik dari masyarakat dan pemerintah.

Lebih jauh lagi, krisis moral yang melanda bangsa Indonesia mengenai kekerasan,
pelangaran lalu lintas, kebohongan publik, arogan, kekuasaan, korupsi kolektif,
penyalahgunaan wewenang, konflik antar warga pemeluk agama, pemalsuan ijazah, konflik
buruh dengan majikan jika hal tersebut tidak segera ditanggulangi maka akan menyebar luas
permasalahan nya. Oleh sebab itu kegiatan ekstra kurikuler harus diarahkan kepada kegiatan-
kegiatan yang dapat mengembangkan dan membina keterampilan para anggotanya baik dari
jenis program kegiatan yang direncanakan maupun yang akan dilaksanakan. ketidaksanggupan
sebuah bangsa dalam melakukan pembinaan karakter warga negaranya akan berpotensi untuk
menghadirkan beragam masalah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa.

Ekstrakurikuler merupakan suatu kegiatan pendidikan yang dilakukan di sekolah yang


dilakukan di luar kelas. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62
Tahun 2014 mengenai Ekstrakurikuler Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar
kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, dibawah bimbingan dan pengawasan satuan
pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,

10
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62
Tahun 2014 Tentang Ekstrakurikuler Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan pula bahwa
jenis ekrakurikuler antara lain sebagai berikut.

1. Krida, misalnya: Kepramukaan, Latihan Kepemimpinan Siswa (LKS), Palang Merah


Remaja (PMR), Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Pasukan Pengibar Bendera
(Paskibra), dan lainnya;
2. Karya ilmiah, misalnya: Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan penguasaan keilmuan
dan kemampuan akademik, penelitian, dan lainnya;
3. Latihan olah-bakat latihan olahminat, misalnya: pengembangan bakat olahraga, seni
dan budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, teknologi informasi dan komunikasi,
rekayasa, dan lainnya;
4. Keagamaan, misalnya: pesantren kilat, ceramah keagamaan, baca tulis Al Qur’an;
5. Bentuk kegiatan lainnya. Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk individu dan
berbentuk kelompok. Kegiatan individu bertujuan mengembangkan baklat peserta
didik secara individu atau perorangan di sekolah dan masyrakat. Sementara kegiatan
esktrakurikuler secara berkelompok menampung kebutuhan bersama atau
berkelompok.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sub sitem dari pendidikan. Kegiatan


ekstrakurikuler ini dirasakan wadah yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
oleh peserta didik agar mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal untuk mendukung pencapaian tujuan
pendidikan. Pengembangan potensi peserta didik melalui pendidikan secara optimal
merupakan langkah nyata layanan pendidikan.’

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler ayat (2) yaitu:

Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan


potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional (Yanti, 2016:
965).

11
Lembaga Kursus Dan Pelatihan

Pelatihan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Pelatihan pada dasarnya dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar
masyarakat. Di Indonesia pelatihan sudah banyak dilaksanakan, tentunya dengan berbagai
macam tujuan yang ingin dicapai. Kondisi yang terjadi saat ini yaitu tingginya tingkat
persaingan dalam dunia kerja. Antara kesempatan kerja dan jumlah tenaga kerja yang tidak
sebanding. Tingginya jumlah kebutuhan akan pekerjaan sedangkan peluang pekerjaan yang
masih rendah. Hal tersebut menunjukan bahwa banyak tenaga kerja yang belum siap pakai
sehingga akan menimbulkan bertambahnya angka pengangguran. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18% meningkat
dibanding TPT Februari 2015 (5,81%) dan TPT Agustus 2014 (5,94%).

Pengangguran dan rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah


ketenagakerjaan yang selalu mendapat perhatian oleh berbagai pihak. Pemerintah melihat
masalah ketenagakerjaan sebagai salah satu bahkan sentral pembangunan nasional, karena
ketenagakerjaan itu pada hakikatnya adalah tenaga pembangunan yang banyak sumbangannya
terhadap keberhasilan pembangunan bangsa termasuk pembangunan di sektor ketenagaan itu
sendiri (Kisworo, 2017: 101).

Pelatihan yang bertujuan untuk menciptakan, menggali dan mengembangkan potensi


yang ada dalam diri. Menurut Prasad (2014:1) menyatakan bahwa :

“Training is a learning experience in that it seeks a relatively permanent change in an


individual that will improve his or her ability to perform the job. Training is concerned with
improving and developing specified skills for a particular purpose. Training and Development
program focus more on preparation for improved performance of a particular job.”

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa pelatihan adalah pengalaman belajar dalam hal
mencari perubahan yang relatif permanen dalam individu yang akan meningkatkan
kemampuannya untuk melakukan pekerjaan. Pelatihan berkaitan dengan meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan tertentu untuk tujuan tertentu. Pelatihan dan program
pengembangan lebih fokus pada persiapan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan tertentu.

Pelatihan merupakan salah satu bentuk dari pendidikan nonformal. Pendidikan


nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan diluar sistem pendidikan persekolahan

12
yang berorientasi pada pemberian layanan pendidikan kepada sekelompok masyarakat yang
karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan formal di sekolah.

Pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang
dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan
efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi.

Saat ini pelatihan adalah faktor yang paling penting dalam dunia bisnis karena pelatihan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas karyawan dan organisasi. Kinerja karyawan tergantung
pada berbagai faktor. Namun faktor yang paling penting dari kinerja karyawan adalah
pelatihan. Pelatihan ini penting untuk meningkatkan kemampuan karyawan. Karyawan yang
memiliki lebih banyak pengalaman kerja memiliki kinerja yang lebih baik karena ada
peningkatan keterampilan baik & kompetensi karena lebih pada pengalaman kerja.

Pelatihan memiliki peranan penting untuk mencapai efektivitas dan efisiensi sebuah
lembaga. Menurut Singh (2014:28) menyatakan bahwa :

“Training is really essential for the efficient functioning of organisations; due to the fact that
through this process the work force becomes more skilful and more productive which in turn
in beneficial for every organisations.”

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa pelatihan benar-benar penting untuk fungsi


efisien dari organisasi; karena fakta bahwa melalui proses ini tenaga kerja menjadi lebih
terampil dan lebih produktif yang pada gilirannya di bermanfaat bagi setiap organisasi.

Magang merupakan salah satu model dari pelatihan. Magang adalah bentuk dari
pelatihan di tempat kerja yang biasanya mengkombinasikan latihan kerja dengan pengajaran di
ruang kelas di sekolah kejuruan, sekolah lanjutan, akademi atau univarsitas.

Lembaga pelatihan kerja merupakan salah satu lembaga/ organisasi yang


menyelenggarakan kegiatan pelatihan. Berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan
oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan/ ataulembaga pelatihan kerja swasta (Kisworo,
2017: 105).

13
Lembaga Pelatihan dan Kursus adalah salah satu bentuk satuan Pendidikan Nonformal
yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Proses
menghasilkan output yang berkualitas dalam penyelenggaraan pelatihan sangat ditentukan oleh
berbagai input dan bermacam-macam sumber yang mendukung proses pelatihan itu sendiri.
Pelatihan dikatakan berhasil bilamana membawa manfaat bagi tenaga kerja, bagi lembaga
penyelenggaraan dan bagi lingkungan atau dunia kerja. Terciptanya tenaga kerja yang terampil,
ahli, produktif, dan kompeten dibidang industri melalui pelatihan Menjahit yang mendukung
perluasan lapangan kerja, peningkatan produktifitas, perluasan kesempatan usaha kecil,
memenuhi kebutuhan masyarakat yang mendukung usaha kecil dan menengah serta
perekonomian nasional.

Berbagai upaya dilakukan oleh pendidikan nonformal dan salah satunya adalah melalui
pendidikan kecakapan hidup (life skill). Life skill ini memiliki cakupan yang luas, berinteraksi
antara pengetahuan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Pengertian
life skill di sini adalah kecakapan yang dimiliki oleh seseorang untuk berani menghadapi
problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa rasa tertekan, kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari serta menemukan solusi, sehingga akhirnya mampu mengatasinya, dan
memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri. Program kecakapan hidup (life skill)
dimaksudkan untuk memberikan bekal ketrampilan praktis yang terkait dengan kebutuhan
pasar kerja, peluang usaha, potensi ekonomi atau industri yang ada di masyarakat, salah satu
program life skill adalah program kursus. Program kursus diselenggarakan bagi warga belajar
yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan
ke tingkat yang lebih tinggi. Pendidikan kursus perlu adanya naungan atau lembaga yang
mengembangkan dan mendayagunakan potensi pendidikan kursus tersebut, salah satunya
adalah Lembaga Pelatihan Kerja Swasta Fortuna yang telah mampu membantu dalam rangka
pengembangan potensi yang dimiliki oleh masyarakat (Septyana, 2013: 47).

Program pemberdayaan masyarakat banyak dilakukan yang ditujukan kepada individu


maupun kelompok melalui program-program pemberdayaan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Pemberdayaan yang berkembang saat ini banyak program-program yang ditujukan
pada masyarakat dengan label pemberdayaan masyarakat. Program-programini bersumber dari
pembiayaan negara yang dikelola oleh pemerintah maupun dari sumber-sumber lainya yang
biasanya dijalankan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Akan tetapi kondisi sekarang

14
sudah berubah. Program yang ada sekarang menggunakan pola kemitraan, dimana dalam suatu
program yang selalu dilaksanakan oleh semua pihak baik pemerintah maupun non pemerintah.
Banyak program-programyang dijalankan oleh pemerintah mempersyaratkan pola kemitraan
dengan pihak non pemerintah yang di lakukan oleh dilakukan lembaga pendidikan non formal.

LKP (Lembaga Kursus dan Pelatihan) merupakan bagian dari pendidikan nonformal
yang sangat aktif dan berperan dalam memberikan layanan pengetahuan ketrampilan dan sikap
bagi masyarakat, hal ini didukung oleh jumlah lembaga kursus dan pelatihan yang mencapai
kurang lebih 20.152 LKP tahun 2107 di Indonesia menurut informasi Direktorat Pembinan
Kursus dan Pelaihan dengan berbagai jenis keterampilan sangat mendukung dan membantu
pemerintah dalam memeberikan solusi terhadap permasalahan sosial di masyarakat.
Pemerintah atau penyelenggara negara bukanlah satu-satunya lembaga atau kelompok yang
bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat, tetapi menjadi tanggung jawab antara
pemerintah, swasta maupun masyarakat, oleh karena itu pendekatan kemitraan dalam upaya
memberdayakan masyarakat merupakan sesuatu yang diidealkan. Menurut Kaswan (2016 : 2)
Pelatihan adalah proses meningkatkan pengetahuan dan keterampilan karyawan. Pelatihan juga
bisa meliputi dari sikap atau prilaku sehingga karyawan mampu melakukan tugas dan
menyelesaikan secara efektif.

Kursus meruapakan suatu lembaga pelatihan dari satuan pendidikan non formal. Dan metode
pembelajaran berlangsung seperti halnya kegiatan belajar mengajar pada umumnya.
Perbedaanya adalah biasanya kusus memepelajari satu keterampilan dan dengan waktu yang
sangat singkat. Pelatihan adalah pemberian suatu kegiatan yang berisi pengetahuan,
keterampilan, informasi untuk dapa merubah kehidupan seseorang ke arah yang lebih baik.

Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa :

“Kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan


kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan, standar
kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembanagan kepribadian
profesional”.

Menurut Kaswan (2016 : 2) Pelatihan adalah proses meningkatkan pengetahuan dan


keterampilan karyawan. Pelatihan mungkin juga meliputi perubahan yang ada pada diri
karayawan tersebut. Umumnya hasil yang diinginkan dari pelatihan ialah penguasaan atau
peningkatan. Proses pelatihan dikendalikan oleh pemilik keahlian yang diajarkan atau ahli yang

15
membantu mengembangkan keterampilan melalui pengalaman terstruktur Dale (Kaswan, 2016
: 3).

Dapat disimpulkan bahwa lembaga kursus dan pelatihan adalah untuk meningkatkan
keterampilan, pengetahuan dan sikap peserta didik untuk dapat meneruskan ke jenjang yang
lebih tinggi, sehingga mereka dapat memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau usaha
mandiri dalam meningkatkan penghasilan hidup yang layak.

Lembaga Kursus dan Lembaga Pelatihan merupakan dua satuan pendidikan Nonformal
seperti yang tertera dalam pasal 26 ayat (4) UU No. 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan
Nasional. Secara umum dalam pasal 26 ayat (5) dijelaskan bahwa Kursus dan pelatihan
diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan,
kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja,
usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu
kembali diperlengkapdalam pasal 103 ayat (1) PP No. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan bahwa kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat
dalam rangka untuk mengembangkan kepribadian profesional dan untuk meningkatkan
kompetensi vokasional dari peserta didik kursus.

Fungsi lembaga kursus untuk meningkatkan kemampuan dan memberikan


keterampilan khusus serta pengembangan sikap dan kepribadian dengan penekanan pada pre-
servise training, program kusus dan pelatihan untuk mempermudah masyarakat dalam
mendapatkan bekal keterampilan, pengetahuan dalammeningkatkan kemampuan profesinya.

Kehadiran Lembaga Pendidikan Kursus mempunyai peranan penting terutama


dalammemberantas kemiskinan dan penganguran masyarakat, hal ini terbukti dari
meningkatnya keterampilan masyarakat yang bisa dilihat dari semakin berkurangnya tingkat
pengangguran. Program-program lembaga kursus meliputi Pendidikan Kecakapan Hidup di
jalur Pendidikan Non Formal dan program kursus para profesi program yaitu suatu konsep
pendidikan dengan metode pendekatan yang memiliki keterpaduan dari pelatihan, sertifikasi
dan penempatan. Komponen sertifikasi, pelatihan, serta penempatan sering disebut strategi 3
in 1 (Fauzi, 2018: 34).

Adapun contoh dari LKP yaitu Kursus dan Pelatihan (LKP) Duta Bahasa Korea, yang
mana Kursus dan Pelatihan (LKP) Duta Bahasa Korea a adalah suatu lembaga yang
menyediakan jasa kursus dan pelatihan bahasa korea khusus bagi calon Tenaga Kerja
Indonesia. LKP Duta Bahasa Korea mengikuti program pengiriman Tenaga Kerja Indonesia

16
ke Korea Selatan via program G to G (Goverment to Goverment). Para calon TKI Korea yang
akan melamar kerja melalui program G to G Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) harus mengikuti ujian Employement Permit System (EPS)
TOPIK.

Proses bisnis yang terjadi pada LKP Duta Bahasa Korea meliputi proses pendaftaran
calon peserta kursus, informasi pendaftaran, informasi test, informasi nilai dan informasi hasil
test. Pada proses pendaftaran para calon peserta harus datang langsung ke LKP Duta Bahasa
Korea untuk mengisi data diri pada form pendaftaran, Selain itu pada proses mendapatkan
informasi nilai tryout peserta harus datang langsung ke LKP Duta Bahasa Korea untuk melihat
rekap nilai tryout yang dilaksanakan selama sebulan. Hal ini dirasa banyak memakan waktu
mengingat tidak seluruh calon peserta maupun peserta kursus memiliki tempat tinggal dengan
jarak yang berdekatan dengan LKP Duta Bahasa Korea.

Proses bisnis yang terjadi pada LKP Duta Bahasa Korea meliputi proses pendaftaran
calon peserta kursus, informasi pendaftaran, informasi test, informasi nilai dan informasi hasil
test. Pada proses pendaftaran para calon peserta harus datang langsung ke LKP Duta Bahasa
Korea untuk mengisi data diri pada form pendaftaran, Selain itu pada proses mendapatkan
informasi nilai tryout peserta harus datang langsung ke LKP Duta Bahasa Korea untuk melihat
rekap nilai tryout yang dilaksanakan selama sebulan. Hal ini dirasa banyak memakan waktu
mengingat tidak seluruh calon peserta maupun peserta kursus memiliki tempat tinggal dengan
jarak yang berdekatan dengan LKP Duta Bahasa Korea (Al-Kahfi, 2015).

Berdasarkan permasalahan diatas akan dibuatkan suatu sistem informasi akademik


pada Lembaga Pelatihan Duta Bahasa Korea” untuk menggali informasi pendaftaran dan
informasi mengenai akademik. Dengan demikian calon peserta dan peserta kursus mudah
dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan.

17
KESIMPULAN

PKBM adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikembangkan dan dikelola oleh
masyarakat serta diselenggarakan di luar sistem pendidikan formal baik diperkotaan maupun
dipedesaan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan belajar kepada seluruh lapisan
masyarakat agar mereka mampu membangun dirinya secara mandiri sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.

Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan


potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Lembaga kursus dan pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan


dan sikap peserta didik untuk dapat meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga mereka
dapat memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau usaha mandiri dalam meningkatkan
penghasilan hidup yang layak.

LKP yang menjadi salah satu wadah dalam melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat, LKP merupakan penidikan Non Formal yang khusus memeberikan pelatihan dan
kursus yang diselenggarakan bagi masyarakat yang ingin mempunyai bekal pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak. 2013. Penelitian Tindakan dalam Pendidikan Nonformal. Cetakan ke-2.
Jakarta : PT Rajagrafindo Persada
Aisyah. 2018. Pendidikan Karakter Konsep dan implementasinya. Edisi pertama. Jakarta:
Kencana
Aisyah. 2018. Pendidikan Karakter : Konsep dan Implementasinya. Edisi pertama. Jakarta:
Pranamedia group
Al-Kahfi. (2015). Metodologi Extreme Programming (Xp)
Ammelia, Dwi. 2019. Pendidikan karakter bagi generasi masa kini
Fauzi, Erwin Rifal, Novi Widiastuti. 2018. Peran Lembaga Kursus Dan Pelatihan Menjahit
Dalam Memperkuat Manajemen Pemberdayaan Masyarakat Di Desa Padalarang.
Jurnal Comm-Edu. Vol.1 No.2
Hambali, Muh., Eva Yulianti. 2018. Ekstrakurikuler Keagamaan Terhadap Pembentukan
Karakter Religius Peserta Didik Di Kota Majapahit. Jurnal Pedagogik, Vol. 05 No. 02
Karim. 2013. Pengaruh keikutsertaan siswa dalam bimbingan belajar dan ekstrakurikuler
terhadap prestasi belajar Matematika. JMP Matematika. JPM IAIN Antasari.Vol. 1
No. 1, pp 1-8.
Kaswan. (2016). Pelatihan dan Pengembangan untuk Meningkatkan SDM. Bandung: Alfabeta
Kesuma, Dharma. 2013. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Cetakan
ke-4. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kisworo, Bagus, Dessy Ayu Alfiati. 2017. Manajemen Pelatihan Praseleksi Program
Pemagangan Ke Jepang Di Lembaga Pelatihan Kerja Jiritsu. Jurnal Pendidikan Dan
Pemberdayaan Masyarakat. Vol. 4 No. 2
Lestari, Ria Yuni. 2016. Peran Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Mengembangkan Watak
Kewarganegaraan Peserta Didik. Untirta Civic Education Journal. Vol. 1, No. 2
PP RI No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter.
Prasad, Kongala Ram.2014. Analysis Study on Training and Development Programs on Human
Resource Talent: With Special Reference to National Thermal Power Corporation. The
International Journal Of Business & Management Volume 2 Issue 7
Rahayu, Isma Sri. 2015. Berdayakan PKBM sebagai Lembaga Pendidikan di Desa
Safitri, Ayu. 2020. Peranan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (Pkbm) Untuk Menanamkan
Nilai-Nilai Karakter Dalam Masyarakat Di Desa Bonde Kec. Cam Palagian Kab.
Polewali Mandar. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Makassar
Septyana, Hardhike. 2013. Manajemen Pembelajaran Berbasis Kompetensi Pelatihan
Menjahit Di Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (Lpks) Fortuna Dukuh Siberuk Desa
Siberuk Kabupaten Batang. Journal of Non Formal Education and Community
Empowerment. Vol 2 No 2

19
Singh, Vikram. 2014. Role of Staff Training and Personality Development Programs in Hotels
and Restaurants. International Journal of Enhanced Research in Management &
Computer Applications Volume 3 Issue 10
Syatibi Rahmat Raharjo. 2013. Pengembangan & Inovasi Kurikulum. Yogyakarta:
Azzagrafika.
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Menumbuhkan Pendidikan Karakter di SD (Konsep, Praktek dan
Strategi). Jogjakarta : Ar-Ruzz Media.
Yanti, Noor, dkk. 2016. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan
Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Negara Yang Baik Di Sma Korpri
Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Vol 6, No 11
Yaumi, Muhammad. 2018. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar Dan Implementasi. Cetakan
Ke-3. Jakarta : Pranamedia Group

20

Anda mungkin juga menyukai