MATA KULIAH
MANAJEMEN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Dr. Yudo Dwiyono, M.Si
Disusun Oleh :
1.Indarno (2205148060)
2.Nur Khayatuti (2205148052)
3.Rievka Yudia Pratiwi (2205148023)
4.Nur Aspalina (2205148067)
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dengan judul “Hak-hak Pendidik dan Tenaga Kependidikan “
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa , saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalalh ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………iv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1
BAB II
D. Kompensasi PTK……………………………………………………………………………8
E. KESIMPULAN ……………….……………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………9
3
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan adalah tenaga pendidik dan kependidikan.
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan penting terutama
dalam upaya membentuk karakter bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
hendak dicapai. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik terhadap masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang ada saat ini sudah sedemikian canggihnya. Hal ini
disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan dan pembelajaran, yang diperankan oleh
pendidik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya
dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Begitu pun dengan tenaga
kependidikan, mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Menurut Djam’an Satori, dkk (2007: 1) pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh
masyarakat modern dewasa ini yang sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan bagaimana
pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa dimasyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah
diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah guru yang baik. akan tetapi dengan ketiadaan
pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional maka hal ini menyebapkan timbulnya
bermacam-macam orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.
Dalam beberapa kasus akan ditemukan beberapa tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak
menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesionalisme kerjanya. fungsi manajemen tenaga
kependidikan di sekolah yang harus dilaksanakan guru dan kepala sekolah adalah
merekrut,mengembangkan, menggaji, dan memotivasi tenaga kependidikan guna mencapai tujuan
pendidikan secara optimal, membantu tenaga kependidikan mencapai posisi dan standar perilaku,
memaksimalkan perkembangan karier, meyelaraskan tujuan individu, kelompok, dan lembagan serta
melakukan pemberhentian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kami mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dijadikan bahan
pembahasan selanjutnya
4
BAB II
(PEMBAHASAN)
A. Pengertian Pemberhentian
pegawai adalah pemutusan hubungan kerja antara suatu badan usaha dengan seseorang atau
beberapa orang pegawai karena suatu sebab tertentu. Undang-undang No. 13 Tahun 2003:
Pemberhentian atau Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena
suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan
pengusaha.
5
B. Landasan Hukum dan Konsep dalam Pemberhentian PTK
a. meninggal dunia;
d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.
2. Diberhentikan tidak dengan hormat, PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
d. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana
3. Diberhentikan sementara. Sementara itu, untuk jenis ketiga diatur dalam Pasal 88 UU ASN
berikut ini:
6
c. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
Sementara pemberhentian karena alasan lain penyebabnya adalah pegawai yang bersangkutan
meninggal dunia, hilang habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan tidak melaporkan
diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun (Suharno, 2008 : 25 ).
Pemberhentian atau pensiunan pegawai negara sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 32 Tahun 1979. Menurut Rugiyah (2011 : 96 ) Pemberhentian PNS dapat tejadi karena
permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiunan, adanya penyerdehanan organisasi, tidak
cakap jasmani atau rohani, meninggalkan tugas, meninggal dunia atau hilang dan lain-lain.
Dalam pemahaman secara umum pemberhentian dan pemensiunan merupakan konsep yang
sama, yaitu sama-sama terjadi pemutusan kerja. Pemensiunan adalah pemberhentian karyawan
sendiri. Pemberhentian harus didasarkan UU No. 12 Tahun 1964 KUHP dan Seizin panitia
Setelah mengalami pemensiunan, seseorang akan memperoleh hak-hak sesuai ketentuan. Hak
pensiunan PNS diatur dalam Undang-undangan No. 11 tahun 1969. Pensiunan maksudnya
adalah berhentinya seseorang yang telah selesai menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri
sipil karena telah mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan hak atas
pensiunannya.
Peraturan BKN nomor 3 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis (JUKNIS) pemberhentian PNS.
Peraturan Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
(Juknis) Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS), mengatur tentang jenis pemberhentian
pengaktifan kembali; hak kepegawaian bagi PNS yang diberhentikan; uang tunggu dan uang
pengabdian.
Berdasarkan Peraturan BKN Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis)
Pemberhentian PNS, Jenis pemberhentian terdiri atas: pemberhentian atas permintaan sendiri;
7
organisasi atau kebijakan pemerintah; pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan/atau
rohani; pemberhentian karena meninggal dunia, tewas, atau hilang; pemberhentian karena
pemberhentian karena mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi presiden dan wakil presiden,
ketua, wakil ketua, dan anggota dewan perwakilan rakyat, ketua, wakil ketua, dan anggota dewan
perwakilan daerah, gubernur dan wakil gubernur, atau bupati/walikota dan wakil bupati/wakil
walikota; pemberhentian karena menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; dan
Selain jenis pemberhentian tersebut di atas, berdasarkan Peraturan BKN atau Perka BKN Nomor
3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pemberhentian PNS, dinyatakan pula bahwa
PNS dapat diberhentikan karena hal lain, yakni: tidak melapor setelah selesai menjalankan cuti di
luar tanggungan negara; PNS yang setelah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara
dalam waktu 1 (satu) tahun tidak dapat disalurkan; terbukti menggunakan ijazah palsu; tidak
melapor setelah selesai menjalankan tugas belajar; PNS yang menerima uang tunggu tetapi
menolak untuk diangkat kembali dalam jabatan; pemberhentian karena tidak menjabat lagi
sebagai komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; dan PNS yang tidak dapat memperbaiki
Pemberhentian seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atas permintaan sendiri merupakan
pemberhentian dengan hormat sebagai PNS, dan pemberhentian tersebut dapat ditunda
untuk paling lama satu tahun apabila secara kedinasan pengabdiannya masih diperlukan,
hal ini disebutkan dalam ketentuan Pasal 238 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah
Alasan pemberhentian berikutnya adalah karena memasuki batas usia pensiun, dimana
menurut ketentuan Pasal 239 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
8
Perampingan organisasi atau Kebijakan pemerintah merupakan salah satu dasar yang
dijadikan alasan pemberhentian PNS, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 241
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Tidak cakapnya rohani dan/atau rohani seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga
merupakan salah satu alasan untuk pemberhentian seorang sebagai pegawai negeri sipil,
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 242 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
Pemberhentian seorang pegawai negeri sipil yang meninggal dunia, tewas, atau hilang
diatur dalam ketentuan Pasal 243 – Pasal 246 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017
Pegawai Negeri Sipil yang melakukan tindak pidana dapat diberhentikan baik
diberhentikan dengan hormat maupun diberhentikan dengan tidak hormat. Hal ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil
diatur dalam ketentuan Pasal 253 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwajibkan untuk berhenti sebagai pegawai negeri
sipil apabila dirinya mencalonkan atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden,
Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPR, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPD, Gubernur
dan Wakil Gubernur atau Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota setelah
9
10. Pemberhentian karena menjadi anggota politik atau pengurus partai politik.
Pada dasarnya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak boleh atau dilarang menjadi
anggota dan/atau pengurus sebuah organisasi partai politik. Namun demikian apabila
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi anggota atau pengurus partai politik, maka
yang bersangkutan diwajibkan untuk mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah disebutkan dalam ketentuan Pasal 225 Peraturan Pemerintah Nomor
D. PROSES PEMBERHENTIAN
Pemberhentian pegawai merupakan masalah yang paling sensitif dan perlu mendapat perhatian
yang serius dari semua pihak di dalam dunia ketenagakerjaan maupun perusahaan, karena pada
masalah ini akan memiliki pengaruh pada saat penarikan ataupun pemberhentian pegawai
Pada saat penarikan pegawai, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan dana yang cukup besar
untuk digunakan sebagai pembayaran kompensasi dan pengembangan pegawai, sehingga para
pegawai dapat mengerahkan tenaganya untuk menciptakan kepentingan, tujuan dan sasaran
Pada waktu pemberhentian pegawai atau adanya pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan,
perusahaan juga akan mengeluarkan dana untuk pension, pesangon atau tunjangan lain yang
baru yang sama halnya seperti dahulu harus mengeluarkan dana untuk kompensasi dan
pengembangan pegawai.
Selain berkaitan dalam hal kebutuhan modal atau dana, hal yang juga perlu diperhatikan adalah
sebab dan akibat karyawan itu berhenti atau diberhentikan. Berbagai sebab atau alasan karyawan
berhenti dikarenakan ada yang didasarkan karena pemberhentian sendiri, ada juga karena alasan
peraturan yang sudah tidak memungkinkan lagi bagi karyawan untuk meneruskan pekerjaannya.
Sedangkan akibatnya dari pemberhentian pegawai akan memiliki pengaruh besar terhadap
pengusaha maupun karyawan. Karena, dengan diberhentikannya karyawan dari perusahaan atau
berhenti dari pekerjaan, karyawan tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan secara
10
maksimal untuk karyawan itu sendiri dan keluarganya. Maka dari itu manajer sumber daya
manusia harus sudah dapat memperhitungkan mengenai jumlah uang yang seharusnya diterima
oleh pegawai yang berhenti atau diberhentikan, agar pegawai tersebut dapat tetap memenuhi
kebutuhannya.
Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, diantaranya
adalah :
pemberhentian tersebut dapat ditunda untuk paling lama satu tahun apabila secara
kedinasan pengabdiannya masih diperlukan, hal ini disebutkan dalam ketentuan Pasal 238
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017.
mengajukan surat permohonan tertulis kepada pejabat kepegawaian melalui pejabat yang
berwenang. Jawaban atas permohonan tersebut dapat disetujui, ditunda atau ditolak dengan
berdasarkan kepada rekomendasi dari pejabat yang berwenang, dimana jawaban tersebut
sudah diterima pegawai negeri sipil yang bersangkutan untuk paling lama 14 hari kerja
Pemberhentian Dinas atau Pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alasan berikut
a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk
c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun harus
d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan
baik.
11
3. Pemberhentian sebab-sebab lain
bersangkutan meninggal dunia, hilang habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan
tidak melaporkan diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun.
Pegawai yang dijatuhi putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap
1). PNS yang telah dijatuhi putusan pidana, tidak diberhentikan sebagai PNS, dengan
ketentuan :
a.) PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
b.) PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS apabila
tersedia lowongan Jabatan. Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam jangka
waktu paling lama 2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat.
c) PNS yang tidak diberhentikan tersebut diatas, selama yang bersangkutan menjalani
pidana penjara maka tetap bersatus sebagai PNS dan tidak menerima hak
2) PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana dengan berencana, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum atau dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
12
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana,
ditetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak putusan pengadilan atas perkaranya yang
4) Pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat PNS yang melakukan tindak
pidana diusulkan oleh23: a) PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT
utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau b) PyB kepada PPK bagi PNS yang
5) Presiden atau PPK menetapkan keputusan pemberhentian dengan hormat atau tidak
dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah usul
pemberhentian diterima.
pemerintah No.32 tahun 1979. Menurut Rugiyah (2011 : 6) Pemberhentian PNS dapat
tejadi karena permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiunan, adanya penyerdehanan
organisasi, tidak cakap jasmani atau rohani, meninggalkan tugas, meninggal dunia atau
konsep yang sama, yaitu sama-sama terjadi pemutusan kerja. Pemensiunan adalah
Tahun 1964 KUHP dan Seizin panitia perselisihan pegawai dan peusahaan daerah (P4D)
ketentuan. Hak pensiunan PNS diatur dalam Undang-undangan No. 11 tahun 1969.
tugasnya sebagai pegawai negeri sipil karena telah mencapai batas yang telah ditentukan
13
Batas usia seseorang ini dapat diperpanjang menjadi (1) 65 tahun bagi pegawai
negeri sipil yang memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti, guru besar, lektor kepala dan
lektor, dan jabatan lain yang ditentukan oleh presiden, (2) 60 tahun bagi pegawai negeri
sipil yang memangku jabatan eselon I dan eselon II, pegawai, guru sekolah menengah
sampai dengan SMTA (Kepala sekolah dan pengawas), dan (3) 65 tahun bagi pegawai
negeri sipil yang memangku jabatan sebagai hakim (Rugaiyah, 2011 : 97).
Definisi:
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (“UU ASN”) sebagai berikut:
a. meninggal dunia;
atau
e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan
kewajiban.
2. Diberhentikan tidak dengan hormat, PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;
hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2
14
3. Diberhentikan sementara. Sementara itu, untuk jenis ketiga diatur dalam Pasal 88 UU
2). Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
15