Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATA KULIAH
MANAJEMEN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Dosen Pengampu: Dr. Yudo Dwiyono, M.Si

Disusun Oleh :

1.Indarno (2205148060)
2.Nur Khayatuti (2205148052)
3.Rievka Yudia Pratiwi (2205148023)
4.Nur Aspalina (2205148067)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dengan judul “Hak-hak Pendidik dan Tenaga Kependidikan  “
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa , saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna dikarenakan
keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalalh ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Bontang,    Oktober 2022

             Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………………i

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK…………………………………………………………ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….iii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...……….3

BAB II

A. PENGERTIAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1. Pengertian Pendidik …………………………………………………………………….6

2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan…………………………………………………….6

B. HAK-HAK PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

C. Kenaikan Pangkat dan Pengangkatan dalam jabatan ………………………………..……..7

D. Kompensasi PTK……………………………………………………………………………8

E. KESIMPULAN ……………….……………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………9

3
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar Belakang

Salah satu aspek yang terdapat dalam sistem pendidikan adalah tenaga pendidik dan kependidikan.
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peranan penting terutama
dalam upaya membentuk karakter bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang
hendak dicapai. Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik terhadap masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang ada saat ini sudah sedemikian canggihnya. Hal ini
disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan dan pembelajaran, yang diperankan oleh
pendidik yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya
dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Begitu pun dengan tenaga
kependidikan, mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,
pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Menurut Djam’an Satori, dkk (2007: 1) pendidikan yang baik, sebagaimana yang diharapkan oleh
masyarakat modern dewasa ini yang sifatnya yang selalu menantang, mengharuskan bagaimana
pendidik yang baik. Hal ini berarti bahwa dimasyarakat diperlukan pemimpin yang baik, di rumah
diperlukan orang tua yang baik, dan di sekolah guru yang baik. akan tetapi dengan ketiadaan
pegangan tentang persyaratan pendidikan profesional maka hal ini menyebapkan timbulnya
bermacam-macam orang tentang arti guru yang baik, tegasnya guru yang profesional.

Dalam beberapa kasus akan ditemukan beberapa tenaga pendidik dan kependidikan yang tidak
menjalankan pekerjaan sesuai dengan profesionalisme kerjanya. fungsi manajemen tenaga
kependidikan di sekolah yang harus dilaksanakan guru dan kepala sekolah adalah
merekrut,mengembangkan, menggaji, dan memotivasi tenaga kependidikan guna mencapai tujuan
pendidikan secara optimal, membantu tenaga kependidikan mencapai posisi dan standar perilaku,
memaksimalkan perkembangan karier, meyelaraskan tujuan individu, kelompok, dan lembagan serta
melakukan pemberhentian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, kami mengidentifikasi beberapa masalah yang akan dijadikan bahan
pembahasan selanjutnya

1. Apa saja alasan-alasan yang mendorong dilakukannya pemberhentian ?

2. Bagaimana Proses dan prosedur pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan ?

3. Apa landasan hukum yang mendasari pemberhentian PTK ?

4
BAB II

(PEMBAHASAN)

A. Pengertian Pemberhentian

Menurut KBBI pemberhentian adalah proses, cara, perbuatan memberhentikan. Arti

lainnya dari pemberhentian adalah tempat berhenti.Menurut Manullang (1972) pemberhentian

pegawai adalah pemutusan hubungan kerja antara suatu badan usaha dengan seseorang atau

beberapa orang pegawai karena suatu sebab tertentu. Undang-undang No. 13 Tahun 2003:

Pemberhentian atau Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena

suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antar pekerja dan

pengusaha.

5
B. Landasan Hukum dan Konsep dalam Pemberhentian PTK

Undang-undang tentang konsep pemberhentian di atur dalam undang-undang nomor

5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.(ASN) sebagai berikut:

1. Diberhentikan dengan hormat, PNS diberhentikan dengan hormat karena:

a. meninggal dunia;

b. atas permintaan sendiri;

c. mencapai batas usia pensiun;

d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau

e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.

2. Diberhentikan tidak dengan hormat, PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki

kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana

kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;

c. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

d. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap

karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana

yang dilakukan dengan berencana.

3. Diberhentikan sementara. Sementara itu, untuk jenis ketiga diatur dalam Pasal 88 UU ASN

berikut ini:

1.PNS diberhentikan sementara, apabila:

a. Diangkat menjadi pejabat negara;

b. Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau

6
c. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.

Sementara pemberhentian karena alasan lain penyebabnya adalah pegawai yang bersangkutan

meninggal dunia, hilang habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan tidak melaporkan

diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun (Suharno, 2008 : 25 ).

Pemberhentian atau pensiunan pegawai negara sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah

No. 32 Tahun 1979. Menurut Rugiyah (2011 : 96 ) Pemberhentian PNS dapat tejadi karena

permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiunan, adanya penyerdehanan organisasi, tidak

cakap jasmani atau rohani, meninggalkan tugas, meninggal dunia atau hilang dan lain-lain.

Dalam pemahaman secara umum pemberhentian dan pemensiunan merupakan konsep yang

sama, yaitu sama-sama terjadi pemutusan kerja. Pemensiunan adalah pemberhentian karyawan

( Tenaga Kependidikan) atas keinginan lembaga, undang-undang, atau keinginan karyawan

sendiri. Pemberhentian harus didasarkan UU No. 12 Tahun 1964 KUHP dan Seizin panitia

perselisihan pegawai dan peusahaan daerah (P4D) (Rugaiyah, 2011 : 96).

Setelah mengalami pemensiunan, seseorang akan memperoleh hak-hak sesuai ketentuan. Hak

pensiunan PNS diatur dalam Undang-undangan No. 11 tahun 1969. Pensiunan maksudnya

adalah berhentinya seseorang yang telah selesai menjalankan tugasnya sebagai pegawai negeri

sipil karena telah mencapai batas yang telah ditentukan atau karena menjalankan hak atas

pensiunannya.

Peraturan BKN nomor 3 Tahun 2020 tentang petunjuk teknis (JUKNIS) pemberhentian PNS.

Peraturan Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis

(Juknis) Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS), mengatur tentang jenis pemberhentian

PNS; pelaksanaan pemberhentian PNS; penyampaian keputusan pemberhentian; pemberhentian

sementara; pengaktifan kembali; kewenangan pemberhentian, pemberhentian sementara,

pengaktifan kembali; hak kepegawaian bagi PNS yang diberhentikan; uang tunggu dan uang

pengabdian.

Berdasarkan Peraturan BKN Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis)

Pemberhentian PNS, Jenis pemberhentian terdiri atas: pemberhentian atas permintaan sendiri;

pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun; pemberhentian karena perampingan

7
organisasi atau kebijakan pemerintah; pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan/atau

rohani; pemberhentian karena meninggal dunia, tewas, atau hilang; pemberhentian karena

melakukan tindak pidana/penyelewengan; pemberhentian karena pelanggaran disiplin;

pemberhentian karena mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi presiden dan wakil presiden,

ketua, wakil ketua, dan anggota dewan perwakilan rakyat, ketua, wakil ketua, dan anggota dewan

perwakilan daerah, gubernur dan wakil gubernur, atau bupati/walikota dan wakil bupati/wakil

walikota; pemberhentian karena menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; dan

pemberhentian karena tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara.

Selain jenis pemberhentian tersebut di atas, berdasarkan Peraturan BKN atau Perka BKN Nomor

3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Pemberhentian PNS, dinyatakan pula bahwa

PNS dapat diberhentikan karena hal lain, yakni: tidak melapor setelah selesai menjalankan cuti di

luar tanggungan negara; PNS yang setelah selesai menjalani cuti di luar tanggungan negara

dalam waktu 1 (satu) tahun tidak dapat disalurkan; terbukti menggunakan ijazah palsu; tidak

melapor setelah selesai menjalankan tugas belajar; PNS yang menerima uang tunggu tetapi

menolak untuk diangkat kembali dalam jabatan; pemberhentian karena tidak menjabat lagi

sebagai komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; dan PNS yang tidak dapat memperbaiki

kinerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Alasan pemberhentian PNS di dasarkan atas hal-hal berikut:

1.Permintaan atas diri sendiri

Pemberhentian seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) atas permintaan sendiri merupakan

pemberhentian dengan hormat sebagai PNS, dan pemberhentian tersebut dapat ditunda

untuk paling lama satu tahun apabila secara kedinasan pengabdiannya masih diperlukan,

hal ini disebutkan dalam ketentuan Pasal 238 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

2. Pemberhentian karena memasuki usia pensiun

Alasan pemberhentian berikutnya adalah karena memasuki batas usia pensiun, dimana

menurut ketentuan Pasal 239 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Manajemen Pegawai Negeri Sipil

3.Pemberhentian karena perampingan organisasi

8
Perampingan organisasi atau Kebijakan pemerintah merupakan salah satu dasar yang

dijadikan alasan pemberhentian PNS, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 241

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil

5. Pemberhentian karena tidak cakap jasmani dan rohani

Tidak cakapnya rohani dan/atau rohani seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) juga

merupakan salah satu alasan untuk pemberhentian seorang sebagai pegawai negeri sipil,

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 242 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun

2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

6. Pemberhentian karena meninggal dunia

Pemberhentian seorang pegawai negeri sipil yang meninggal dunia, tewas, atau hilang

diatur dalam ketentuan Pasal 243 – Pasal 246 Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017

tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

7. Pemberhentian karena melakukan tindak pidana

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan tindak pidana dapat diberhentikan baik

diberhentikan dengan hormat maupun diberhentikan dengan tidak hormat. Hal ini diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri

Sipil

8. Pemberhentian karena melakukan pelanggaran disiplin.

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS) karena melakukan pelanggaran disiplin

diatur dalam ketentuan Pasal 253 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang

Manajemen Pegawai Negeri Sipil

9. Pemberhentian karena mencalonkan atau di calonkan Presiden atau wakil Presiden,ketua,dan

wakil ketua,anggota DPD ,Gubernur dan wakil Gubernur,Bupati/Walikota

Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) diwajibkan untuk berhenti sebagai pegawai negeri

sipil apabila dirinya mencalonkan atau dicalonkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden,

Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPR, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPD, Gubernur

dan Wakil Gubernur atau Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota setelah

ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

9
10. Pemberhentian karena menjadi anggota politik atau pengurus partai politik.

Pada dasarnya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) tidak boleh atau dilarang menjadi

anggota dan/atau pengurus sebuah organisasi partai politik. Namun demikian apabila

seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi anggota atau pengurus partai politik, maka

yang bersangkutan diwajibkan untuk mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dengan mengajukan permohonan tertulis kepada pejabat yang berwenang,

sebagaimana telah disebutkan dalam ketentuan Pasal 225 Peraturan Pemerintah Nomor

11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.

D. PROSES PEMBERHENTIAN
Pemberhentian pegawai merupakan masalah yang paling sensitif dan perlu mendapat perhatian

yang serius dari semua pihak di dalam dunia ketenagakerjaan maupun perusahaan, karena pada

masalah ini akan memiliki pengaruh pada saat penarikan ataupun pemberhentian pegawai

terhadap dibutuhkannya modal atau dana.

Pada saat penarikan pegawai, pimpinan perusahaan akan mengeluarkan dana yang cukup besar

untuk digunakan sebagai pembayaran kompensasi dan pengembangan pegawai, sehingga para

pegawai dapat mengerahkan tenaganya untuk menciptakan kepentingan, tujuan dan sasaran

perusahaan dan pegawai itu sendiri.

Pada waktu pemberhentian pegawai atau adanya pemutusan hubungan kerja dengan perusahaan,

perusahaan juga akan mengeluarkan dana untuk pension, pesangon atau tunjangan lain yang

berkaitan dengan pemberhentian, sekaligus dapat memprogramkan kembali penarikan pegawai

baru yang sama halnya seperti dahulu harus mengeluarkan dana untuk kompensasi dan

pengembangan pegawai.

Selain berkaitan dalam hal kebutuhan modal atau dana, hal yang juga perlu diperhatikan adalah

sebab dan akibat karyawan itu berhenti atau diberhentikan. Berbagai sebab atau alasan karyawan

berhenti dikarenakan ada yang didasarkan karena pemberhentian sendiri, ada juga karena alasan

peraturan yang sudah tidak memungkinkan lagi bagi karyawan untuk meneruskan pekerjaannya.

Sedangkan akibatnya dari pemberhentian pegawai akan memiliki pengaruh besar terhadap

pengusaha maupun karyawan. Karena, dengan diberhentikannya karyawan dari perusahaan atau

berhenti dari pekerjaan, karyawan tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan secara

10
maksimal untuk karyawan itu sendiri dan keluarganya. Maka dari itu manajer sumber daya

manusia harus sudah dapat memperhitungkan mengenai jumlah uang yang seharusnya diterima

oleh pegawai yang berhenti atau diberhentikan, agar pegawai tersebut dapat tetap memenuhi

kebutuhannya.

Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis, diantaranya

adalah :

1. Pemberhentian atas permohonan sendiri

Pemberhentian atas permohonan pegawai sendiri, misalnya karena pindah lapangan

pekerjaan yang bertujuan memperbaiki nasib. Pemberhentian seorang pegawai atas

permintaan sendiri merupakan pemberhentian dengan hormat sebagai pegawai, dan

pemberhentian tersebut dapat ditunda untuk paling lama satu tahun apabila secara

kedinasan pengabdiannya masih diperlukan, hal ini disebutkan dalam ketentuan Pasal 238

ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017.

Pemberhentian pegawai negeri sipil atas permintaan sendiri dilakukan dengan

mengajukan surat permohonan tertulis kepada pejabat kepegawaian melalui pejabat yang

berwenang. Jawaban atas permohonan tersebut dapat disetujui, ditunda atau ditolak dengan

berdasarkan kepada rekomendasi dari pejabat yang berwenang, dimana jawaban tersebut

sudah diterima pegawai negeri sipil yang bersangkutan untuk paling lama 14 hari kerja

terhitung sejak surat permohonan diterima.

2. Pemberhentian atas Dinas atau Pemerintah

Pemberhentian Dinas atau Pemerintah bisa dilakukan dengan beberapa alasan berikut

a. Pegawai yang bersangkutan tidak cakap dan tidak memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik.

b. Perampingan atau penyederhanaan organisasi.

c. Peremajaan, biasanya pegawai yang telah berusia 50 tahun dan berhak pensiun harus

diberhentikan dalam jangka waktu satu tahun.

d. Tidak sehat jasmani dan rohani sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan

baik.

e. Melakukan pelanggaran tindak pidana sehingga dihukum penjara atau kurungan

f. Melanggar sumpah atau janji pegawai.

11
3. Pemberhentian sebab-sebab lain

Sementara pemberhentian karena alasan lain penyebabnya adalah pegawai yang

bersangkutan meninggal dunia, hilang habis menjalani cuti di luar tanggungan negara dan

tidak melaporkan diri kepada yang berwenang, serta telah mencapai batas usia pensiun.

Pegawai yang dijatuhi putusan pidana yang telah berkekuatan hukum tetap

1). PNS yang telah dijatuhi putusan pidana, tidak diberhentikan sebagai PNS, dengan

ketentuan :

a.) PNS yang dipidana dengan pidana penjara 2 (dua) tahun atau lebih berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS apabila:

(1) perbuatannya tidak menurunkan harkat dan martabat dari PNS;

(2) mempunyai prestasi kerja yang baik;

(3) tidak mempengaruhi lingkungan kerja setelah diaktifkan kembali; dan

(4) tersedia lowongan Jabatan.

b.) PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

tindak pidana tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS apabila

tersedia lowongan Jabatan. Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan dalam jangka

waktu paling lama 2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan diberhentikan dengan

hormat.

c) PNS yang tidak diberhentikan tersebut diatas, selama yang bersangkutan menjalani

pidana penjara maka tetap bersatus sebagai PNS dan tidak menerima hak

kepegawaiannya sampai diaktifkan kembali sebagai PNS.

2) PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan

tindak pidana dengan berencana, diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri sebagai PNS.

3) Pemberhentian PNS yang dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan

dan/atau pidana umum atau dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

12
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana

penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana,

ditetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak putusan pengadilan atas perkaranya yang

telah memiliki kekuatan hukum tetap

4) Pemberhentian dengan hormat atau tidak dengan hormat PNS yang melakukan tindak

pidana diusulkan oleh23: a) PPK kepada Presiden bagi PNS yang menduduki JPT

utama, JPT madya, dan JF ahli utama; atau b) PyB kepada PPK bagi PNS yang

menduduki JPT pratama, JA, JF selain JF ahli utama.

5) Presiden atau PPK menetapkan keputusan pemberhentian dengan hormat atau tidak

dengan hormat sebagai PNS dengan mendapat hak kepegawaian sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan, paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja setelah usul

pemberhentian diterima.

6) Presiden atau PPK menyampaikan keputusan pemberhentian kepada PNS yang

diberhentikan, dengan Tembusan keputusan pemberhentian kepada Kepala BKN untuk

dimasukkan dalam sistem informasi manajemen pemberhentian dan pensiun.

Pemberhentian atau pensiunan pegawai negara sipil diatur dalam Peraturan

pemerintah No.32 tahun 1979. Menurut Rugiyah (2011 : 6) Pemberhentian PNS dapat

tejadi karena permintaan sendiri, mencapai batas usia pensiunan, adanya penyerdehanan

organisasi, tidak cakap jasmani atau rohani, meninggalkan tugas, meninggal dunia atau

hilang dan lain-lain.

Dalam pemahaman secara umum pemberhentian dan pemensiunan merupakan

konsep yang sama, yaitu sama-sama terjadi pemutusan kerja. Pemensiunan adalah

pemberhentian karyawan ( Tenaga Kependidikan) atas keinginan lembaga, undang-

undang, atau keinginan karyawan sendiri. Pemberhentian harus didasarkan UU No. 12

Tahun 1964 KUHP dan Seizin panitia perselisihan pegawai dan peusahaan daerah (P4D)

(Rugaiyah, 2011 : 96).

Setelah mengalami pemensiunan, seseorang akan memperoleh hak-hak sesuai

ketentuan. Hak pensiunan PNS diatur dalam Undang-undangan No. 11 tahun 1969.

Pensiunan maksudnya adalah berhentinya seseorang yang telah selesai menjalankan

tugasnya sebagai pegawai negeri sipil karena telah mencapai batas yang telah ditentukan

atau karena menjalankan hak atas pensiunannya.

13
Batas usia seseorang ini dapat diperpanjang menjadi (1) 65 tahun bagi pegawai

negeri sipil yang memangku jabatan ahli peneliti dan peneliti, guru besar, lektor kepala dan

lektor, dan jabatan lain yang ditentukan oleh presiden, (2) 60 tahun bagi pegawai negeri

sipil yang memangku jabatan eselon I dan eselon II, pegawai, guru sekolah menengah

sampai dengan SMTA (Kepala sekolah dan pengawas), dan (3) 65 tahun bagi pegawai

negeri sipil yang memangku jabatan sebagai hakim (Rugaiyah, 2011 : 97).

Peraturan Pemerintah (PP) Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

Definisi:

pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang

mengakibatkan yang bersangkutan kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Ada 3 jenis pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (“PNS”) menurut Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (“UU ASN”) sebagai berikut:

1. Diberhentikan dengan hormat, PNS diberhentikan dengan hormat karena:

a. meninggal dunia;

b. atas permintaan sendiri;

c. mencapai batas usia pensiun;

d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini;

atau

e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan

kewajiban.

2. Diberhentikan tidak dengan hormat, PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a. Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki

kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak

pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum;

c. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau

d. Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan

hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2

(dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.

14
3. Diberhentikan sementara. Sementara itu, untuk jenis ketiga diatur dalam Pasal 88 UU

ASN berikut ini:

1). PNS diberhentikan sementara, apabila:

a. Diangkat menjadi pejabat negara;

b. Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau

c. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.

2). Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

15

Anda mungkin juga menyukai