Abstrak
Salah satu topik dalam tasawuf yang di bicarakan oleh para
tokoh sufi adalah tentang zuhud. Dalam memahami konsep
zuhud sering kali terjadi pro kontra, ada pendapat yang
mengharuskan seseorang menjalani zuhud untuk mencapai
ma’rifat pada Allah, dan dianggap sebagai salah satu tangga
(maqomat ) yang harus dilalui. Dan ada pula yang menganggap
bahwa konsep zuhud dalam ajaran tasawuf merupakan konsep
yang menjauhkan seseorang dari persoalan dunia sehingga
berdampak negative bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
peradaban Berdasarkan paradigma pemikiran di atas, terdapat
perbedaan corak pemikiran yang sangat signifikan antara
konsep zuhud sufisme lama dan fazlur Rahman, maka penulis
terdorong mengangkat persoalan ini sebagai objek kajian.
Penelitian ini diharapkan lebih konprehensif sehingga mampu
menangkap hakikat dan makna zuhud yang sesungguhnya
menurut Islam dan bermamfa’at bagi kehidupan manusia
modern untuk keluar dari krisis spiritualitas yang akut. Dengan
adanya kajian ini anggapan kaum modernis bahwa sufisme
merusak akidah Islam dan menyebabkan kemunduran umat
Islam dapat diatasi. Metodologi Rahman dalam memahami
Islam, dalam hal ini al-Qur’an, adalah metodologi historis. Yang
dimaksud metodologi historis adalah suatu upaya serius, kritis,
dan mendalam dalam memahami pesan-pesan al-Qur’an,
dengan mempertimbangkan factor eksternal:factor sosiologis,
politis, dan geografis, di samping factor internal yaitu pesan
inheren terkandung dalam teks suci al-Quran.
Kata Kunci: Sufisme, Tasauf, Modern, Zuhud.
31
32 Jurnal Al-Aqidah, Volume 11, Edisi 1, Juni 2019
zuhud, faqir, sabar, syukur, tawakkal itu. Pada masa sekarang harus di
dan ridho. Salah satu dari jumlah pahami dalam konteksnya yang tepat,
tangga atau station ini yang paling yaitu pemahaman yang mondar-
banyak dibicarakan dan menimbulkan mandir, memasukkan konteks kikinian
banyak pendapat pro dan kontra adalah ke masa diturunkan al-Qur’an, dan
zuhud. kembali lagi kemasa kini. Pemahaman
ini akan menjamin aktualisasi dan
Para sufi mengglongkan tanda-
kemampuan Islam menjawab tantangan
tanda orang yang sudah berada pada
zaman sepanjang sejarah. Setelah
maqam zuhud setidaknya terdiri dari
problema keumatan berkembang, maka
tiga golongan, yaitu: Pertama, adalah
sebagai tuntunan cultural dan historis,
mereka yang lari dari dunia meskipun
muncullah mazhab dalam berbagai
disodorkan kepada mereka secara
bidang, seperti politik, ilmu kalam,
cuma-cuma. Mereka sama sekali tidak
fiqih dan tasawuf, yang selanjutnya
tertarik karena lebih mementingkan
menampilkan diri sebgai disiplin ilmu
berzuhud untuk bisa berkonsentrasi
keIslaman. Berbagai rumusan mazhab
dalam beribadah kepada Allah SWT.
itu tidak bisa terlepas dari konteks
Kedua, adalah mereka yang tidak lari
zamannya, dan untuk memecahkan
dari dunia jika Allah memberikannya.
problema yang dihadapi umat Islam
Mereka menerima dan membagikannya
pada waktu itu.
kepada orang yang berhak
membutuhkannya. Mereka merupakan
Tasawuf sebagai salah satu
hamba Allah yang taat, yang mengikuti
disiplin ilmu keIslaman tidak bisa
Rasulullah SAW sebagai teladannya.
keluar dari kerangka itu. Rumusan
Dimana Rasulullah SAW juga tidak
ajaran tasawuf klasik, seperti yang
lari dari dunia ketika dunia
dikembangkan oleh para ulama sufi
mendatanginya, tetapi beliau
terdahulu, khususnya yang menyangkut
menginfakkannya di jalan Allah SWT
konsep zuhud sebagai maqam yang
dan menempatkan sesuai dengan
perintah Allah SWT. Ketiga, adalah diartikan sebagai sikap menjauhi
kesenangan dunia karena semata-mata
mereka yang terkadang mencari dunia
ingin bertemu dengan Allah SWT dan
hanya sekedar untuk mencukupi
mencapai ma’rifatNya. Ketika Islam
kebutuhan hidupnya. Mereka ini
tersebar sampai keseluruh penjuru
memiliki sifat syukur, ridho, qana’ah.
dunia, tentunya membawa
Dan sabar terhadap nikmat yang
konsekuwensi tersendiri, seperti
diberikan.
lahirnya kemakmuran negara Islam, di
satu pihak, dan pertikaian politik umat
B. Zuhud di zaman modern Islam, di pihak lain, sehingga sampai
menimbulkan perang saudara yang
Islam diturunkan sebagai berawal dari al-Fitnah al-Kubra, serta
rahmatan lil’alamin, diturunkan dalam perilaku semena-mena elit politik pada
konteks zamannya untuk memecahkan masa itu. Dengan melihat keadaan yang
problema kemasyarakatan pada masa sedemikian rupa, sebagian umat Islam
itu. Konteks dan latar belakang khususnya ulama sufi menjauhkan
perjuangan Rasulullah SAW dalam dirinya dari keramaian dunia untuk
situasi dan kondisi Arab Quraisy waktu beruzlah ( lari ke gua-gua, dan
Rita Handayani, Zuhud di Dunia Modern …. 33
manusia sosial. Sebab manusia butuh sempit, tidak aktual, dan bahkan akan
pedoman hidup yang bersifat spiritual cenderung tertinggal zaman. Memang
yang mendalam untuk menjaga al-Quran secara normatif, dalam arti
integritas pribadinya. teksnya, tidak berubah dan tidak akan
mengalami perubahan. Tetapi dalam
Istilah metodologi historis
arti historis, pada level tekhnis aplikasi
digunakan untuk mempermudah dalam
dan realisasi dari makna yang
mempetakan dan mensistematisasikan
terkandung dalam kitab tersebut
sebuah bangunan teoritis suatu
sangatlah mungkin berubah atau
pemikiran yang di dalam kategori
bahkan harus senantiasa dilakukan
sosial sering kali dibedakan dengan
reinterpretasi dan reaktualisasi.
istilah normatif. Kedua istilah tadi
Karenanya, pintu ijtihad akan tampak
lazim di gunakan untuk melihat sebuah
selalu terbuka. Ijtihad harus selalu
metodologi yang digunakan seorang
dilakukan. Siapapun boleh berijtihad.
pemikir dalam mengkaji objek yang di
telitinya. Setidaknya, Rahmanlah yang Pada aspek motodologi ini,
cukup bersemangat menganjurkan para nampaknya, Rahman tidak dapat
penstudi khususnya para penstudi Islam terlepas sama sekali dari pengaruh
baik dari kalangan muslim sendiri pemikiran filsafat Barat modern, dalam
maupun kalangan di luar Islam untuk hal ini hermeneutika Gadamer,
menggunakan metode historis tersebut. strukturalismenya Claude Levi Strauss,
Ia mengatakan “ maka, tugas utama atau bahkan para pemikir
mereka yang paling mendasar adalah strukturalisme lainya: Michel Foucault
mengembangkan suatu metodologi dan Jeques Derrida.
yang tepat dan logis untuk mempelajari Sebuah contoh yang cukup
al-Qur’an guna mendapatkan petunjuk transparan bahwa Rahman dipengaruhi
bagi masa depannya.” Taufik Adnan oleh Hermeneutika Gadamer misalnya,
Amal mengatakan: antara lain adalah bahwa ia, pada aspek
“Metode inilah yang ditemukan motodologinya dalam memahami teks
Rahman dalam beberapa karya al-Qur’an, selalu mempertimbangkan
intelektualnya. Dan metodologi ini aspek historis:sosial ekonomi dan
pulalah yang menjadi ciri pembeda sosial politis, geografis, dan sejarah,
antara neo-modernisme dan untuk kemudian tafsir tersebut
modernisme klasik. Lebih lanjut disesuaikan dengan konteks zamannya.
Rahman menyajikan bahwa metodologi Beberapa aspek di atas
yang ditawarkannya itu dapat kerapkali dijadikan bahan
menghindari pertumbuhan ijtihad yang pertimbangan oleh Rahman guna
sewenang-wenang dan liar. memahami (understanding) dan
Bagi Rahman, pendekatan menafsirkan (interpreting) ayat al-
historis adalah suatu keharusan, karena Qur’an. Bahkan tanpa
jika al-Qur’an atau teks suci dipandang mempertimbangkan aspek-aspek di
secara normatif an-sich, justru akan atas, menurut Rahman, penafsiran
menghilangkan makna universal Islam. menjadi tidak mungkin. Sebuah ayat
Islam yang dipandang normatif dan apa akan menjadi sangat
adanya dalam arti sudah dianggap sulit”berbunyi”dan dapat dipahami
selesai dan given akan nampak sangat secara penuh makna. Sementara
40 Jurnal Al-Aqidah, Volume 11, Edisi 1, Juni 2019