Disusun Oleh :
Heni Oktantri
2022030120
Disusun oleh:
Heni Oktantri
2022030120
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................ i
Lembar Pengesahan....................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I Laporan Pendahuluan..........................................................................1
A. Pengertian...........................................................................................1
B. Etiologi.............................................................................................. 1
C. Batasan Karakteristik......................................................................... 2
D. Fokus Pengkajian............................................................................... 3
E. Patofisiologi dan Pathway................................................................. 8
F. Masalah Keperawatan........................................................................ 9
G. Intervensi Keperawatan..................................................................... 9
BAB II Tinjauan Kasus............................................................................... 10
A. Pengkajian....................................................................................... 10
B. Analisa Data..................................................................................... 23
C. Intervensi Keperawatan................................................................... 24
D. Implementasi.................................................................................... 25
E. Evaluasi........................................................................................... 35
BAB III Pembahasan................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
B. Etiologi
Beberapa faktor risiko yang berhubungan pada terjadinya risiko perfusi serebra
l tidak efektif adalah sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1. Keabnormalan masa protrombin dan/atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Arterosklerosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
1
8. Miksoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulopati (mis. anemia sel sabit)
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler diseminata
13. Embolisme
14. Cedera kepala.
15. Hiperkolesterolemia
16. Hipertensi
17. Endokarditis
18. Katup prostetik mekanis
19. Stenosis mitral
20. Neoplasma otak
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolitik
25. Efek samping tindakan (mis. tindakan opeasi bypass).
C. Batasan Karakteristik
Beberapa kondisi klinis yang dapat menyebabkan timbulnya risiko
perfusi serebral tidak efektif adalah sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017):
1. Stroke
2. Cedera kepala.
3. Aterosklerotik aortic
4. Infark miokard akut
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium.
2
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskular diseminata
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindrom sick sinus
17. Stenosis carotid
18. Stenosis mitral
19. Hidrosefalus
20. Infeksi otak (mis. meningitis, ensefalitis, abses serebri)
D. Fokus Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua 40 -70 tahun
(Smeltzer & Bare,2013). Jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan
atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intrakranial. Kekeliruan, perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
3
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes
melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
6. Pengkajian psikospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
statusemosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
7. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-
B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang
terarah dan dihubungkan dengan keluhan-keluhan dari klien.
a. B1 (Breathing)
4
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum,
sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi
pernapasan. Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang
menurun yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan
tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos
metris, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi
tidak didapatkan bunyi napas tambahan
b. B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg).
c. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau
aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
d. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementarakarena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang kontrol
sfingter urine eksternal hilang atau berkurang. Selama periode ini,
dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril. Inkontinensia
urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas
e. B5 (Bowel)
5
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah
pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltik usus. Adanya inkontinensia alvi yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologis luas
f. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan kontrol
volunter terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas
menyilang, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh
dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang
berlawanan dari otak. Disfungsi motorik paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak
yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuhh,
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan O2 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan
buruk. Selain itu, perlu juga dikaji xiv tanda-tanda dekubitus terutama
pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
mobilitas fisik. Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise / hemiplegi, serta mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat
g. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar
dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.
Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa
sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam
kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran
klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS
6
sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan
h. Pengkajian fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
i. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya
status mental klien mengalami perubahan.
j. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu
nyata.
k. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
Wernicke) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada
bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan
disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancar. Disartria (kesulitan
berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara. Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan
tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika klien
mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
7
E. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan
1. Patofisiologi
Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak
aterosklerosis yang memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari
pembuluh darah diluar otak yang tersangkut di arteri otak. Saat
terbentuknya plak fibrosis (ateroma) dilokasi yang terbatas seperti di
tempat percabangan arteri. Trombosit selanjutnya melekat pada
permukaan plak bersama dengan fibrin, perlekatan trombosit secara
perlahan akan memperbesar ukuran plak sehingga terbentuk thrombus.
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
hingga terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan
pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan
mengalami kekurangan nutrisi dan juga oksigen, sel otak yang mengalami
kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan asidosis atau
tingginya kadar asam di dalam tubuh lalu asidosis akan mengakibatkan
natrium klorida, dan air masuk ke dalam sel otak dan kalium
meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian kalium
akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi
perusakan membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit
neurologis lalu mati (Esther, 2010).
8
2. Pathway
G. Intervensi Keperawatan
9
diharapkan masalah Observasi: Observasi:
keperawatan resiko - Identifikasi - Untuk
perfusi serebral tidak penyebab mengidentifikasi
efektif teratasi dengan peningkatan penyebab
kriteria hasil: Tekanan Intra peningkatan
Perfusi serebral Kranial Tekanan Intra
meningkat (L.02014) - Monitor MAP Kranial
- Tingkat - Monitor CVP, jika - Untuk memonitor
kesadaran perlu MAP
meningkat - Monitor status - Untuk memonitor
- Kognitif cukup pernafasan CVP, jika perlu
meningkat - Monitor intake dan - Untuk memonitor
- Tekanan intra kranial output cairan status pernafasan
cukup menurun - Monitor cairan - Untuk memonitor
- Sakit kepala cukup serebro- spinalis intake dan output
menurun (mis. Warna, cairan
- Gelisah menurun konsistensi) - Untuk memonitor
- Nilai rata-rata Terapeutik: cairan serebro-
tekanan darah cukup - Berikan posisi semi spinalis (mis.
membaik fowler Warna, konsistensi)
- Tekanan darah cukup - Atur setingan Terapeutik:
membaik ventilator - Untuk
- Pertahankan suhu memberikan posisi
tubuh semi fowler yang
Kolaborasi: nyaman
Kolaborasi pemberian - Untuk
diuretic osmosis, jika mengatur
perlu setingan ventilator
- Untuk
mempertahankan
suhu tubuh agar
stabil
Kolaborasi:
Untuk mengkolaborasi
pemberian diuretic
osmosis, jika perlu.
Kolaborasi
- Mengencerkan sputum
dan membantu
mengeluarkan sputum
12
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
13
Keluhan utama saat MRS:
Pusing
Keluhan utama saat pengkajian:
Pasien penurunan kesadaran, gelisah
pusing dan cegukan sejak 1 hari yang lalu setelah terapi bekam. Kesadaran composmentis
E4V5M6, TD : 186/120 mmHg, nadi : 120x/menit, suhu : 36,5 C, RR : 20x/menit. Terapi
yang diberikan di IGD IVFD Asering 20 tpm, injeksi ranitidin 50 mg, injeksi ondansentron
4 mg, captopril 12,5 mg, ISDN 5mg sublingual, CPG 75 mg, O2 3lpm NK, dilakukan
rekam jantung dengan gambaran EKG sinus takikardi.
Pada tanggal 10 April 2023 pukul 08.30 pasien dipindahkan ke ruang arumbinang 2 dan
pada pukul 09.10 pasien kejang dan penurunan kesadaran E4M5V2, TD; 164/123 mmHg,
nadi : 100x/menit, RR: 20x/menit, SpO2 98% dengan O2 4 lpm NK, kemudian pukul
09.30 pasien dipindahkan ke ruang ICCU, kesadaran somnolen E4M5V2, TD: 204/121
mmHg, nadi :130x/menit, Suhu : 36.5 C, RR: 20x/menit, terpasang O2 4 lpm NK.
Saat pengkajian pada tanggal 11 April 2023 pukul 12.30 kesadaran pasien somnolen
E3V3M4, pasien gelisah, TD : 172/118 mmHg, nadi : 101x/menit, suhu : 36.7 C, RR :
26x/menit, SpO2 100% terpasang O2 NRM 10 lpm, terpasang Syringpump ISDN 0,5
mg/jam, terpasang NGT, DC, kekuatan otot ektremitas kanan dan kiri 4
14
Riwayat di IGD :
Pasien datang ke IGD pada tanggal 10 April 2023 pukul 07.00 dengan keluhan lemes,
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU DAN
pusing dan cegukan sejak 1 hari yang lalu setelah terapi bekam. Kesadaran composmentis
E4V5M6, TD : 186/120 mmHg, nadi : 120x/menit, suhu : 36,5 C, RR : 20x/menit. Terapi
yang diberikan di IGD IVFD Asering 20 tpm, injeksi ranitidin 50 mg, injeksi ondansentron
4 mg, captopril 12,5 mg, ISDN 5mg sublingual, CPG 75 mg, O2 3lpm NK, dilakukan
rekam jantung dengan gambaran EKG sinus takikardi.
Riwayat Allergi : tidak ada
Riwayat Pengobatan : rutin minum obat amlodipin 5 mg
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mempunyai riwayat hipertensi
Keluarga tidak ada yang menderita sakit seperti klien, tidak ada riwayat penyakit menurun
dan menular.
15
Jalan Nafas : √Paten Tidak Paten
Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor √ Tidak ada
Nafas : √Spontan Tidak Spontan
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing √ Tidak Ada
Muntahan Darah Oedema
Gerakan dinding dada: √ Simetris Asimetris
RR : 26 x/mnt
Sesak Nafas : √ Ada Tidak Ada
Irama Nafas : √ Cepat Dangkal Normal
Pola Nafas : √ Teratur Tidak Teratur
Jenis : Normal Kusmaul Cyene Stoke
Lain...............
Bradypnea √Tachypnea
BREATHING
16
Pulse Oxymetri:
Nadi : √ Teraba Tidak teraba √ N: 101 x/mnt
SaO2 : √ Normal Tidak Normal Nilai: 100%
Palpitasi : √ Ada Tidak ada
Irama Jantung : Takikardi
Tekanan Darah : 172/118 mmHg
MAP: 133 mmHg
Clubbing Finger: Ya √ Tidak
Muka (kulit, bibir dan membran mukosa): pucat sianosis √ Tidak
CRT : √ < 2 detik 2 detik
BLOOD
Masalah Keperawatan:
17
Kesadaran: Composmentis Delirium √ Somnolen Apatis Koma
GCS : √ Eye 3 √ Verbal 3 √ Motorik 4
Pupil : √ Isokor Unisokor Pinpoint Midriasis
Refleks Cahaya: √ Ada Tidak Ada
Refleks Muntah: √ Ada Tidak Ada
Refleks fisiologis: √ Patela (-) Lain-lain : kaki sebelah kiri
Refleks patologis : Kaku Kuduk (-) Babinzky (- ) Kernig (-) Lain-lain ... ...
BRAIN
Masalah Keperawatan: -
18
Keluhan : Mual Muntah Sulit menelan
TB : 165 cm BB : 70kg
Nafsu makan : Baik √ Menurun
Makan : Padat √ Cair , Frekuensi : 6x/hr Jumlah : 200 cc/porsi
Minum : Frekuensi gls /hr Jumlah : cc/hr
NGT: Ya
BAB : Teratur √ Tidak
BOWEL
19
Deformitas : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Contusio : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Abrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Penetrasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Laserasi : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
(Muskuloskletal & Integumen)
Masalah Keperawatan:
20
Kepala
Bentuk : Mechocepal
Rambut : Hitam beruban
Kulit kepala : Bersih, tidak ada lesi
Penglihatan : √ baik penurunan kesadaran
Konjungtiva : Anemis √ Tidak Anemis
Sclera : Ikterik √Tidak Ikterik
Pernafasan Cuping hidung Ada √ Tidak Ada
Infeksi sinus : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Mulut : √ bersih kurang , kondisi………………
Stomatitis mukosa bibir : Ya √ Tidak
Pendengaran : baik √ penurunan kesadaran
Telinga : ada perdarahan √ Tidak serumen
HEAD TO TOE
Dada; Paru
Bentuk : √ normal pigeon chest barrel chest flail chest
Lesi : Ada √Tidak Lokasi
Retraksi otot bantu nafas : √ Ada Tidak Ada
Vokal fremitus: √ Ada Tidak
Perkusi : √ Normal Tidak , dengan bunyi…….
Bunyi Paru : √ Vesikuler Bronchovasikuler bronchial
Bunyi tambahan Paru: - Ronchi Wheezing crachless
Dada; Jantung
Denyut : Terlihat √ Tidak Lokasi ... ...
Denyut : √ Teraba Tidak Lokasi ... ...
Perkusi : √ normal, Pekak Tidak normal, ... ...
Bunyi Jantung: √ normal ada suara tambahan
Suara tamabahan: - gallop murmur friction rub
Abdomen
21
Inspeksi: Tampak simetris
Bentuk: √ datar cembung cekung
Asites: Ada √ Tidak Ada
Luka Jahit: Ada √ Tidak Ada
Ruam: Ada √ Tidak Ada
Ekimosis: Ada √ Tidak Ada
Dilatasi vena: Ada √ Tidak Ada
Pulsasi aorta: Ada, lokasi……… √ Tidak Ada
Lingkar Perut: .cm
Auskultasi, bising usus: 10 x
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
Distensi: Ada √ Tidak Ada
Nyeri: Ada, Lokasi………………. √Tidak Ada
Hepar: Teraba √ Tidak Teraba
Perkusi, Pekak √ Timpani
Ekstremitas
Edema: Ada √ Tidak Ada
Lokasi: -
Pitting Edema: -
Terpasang IVFD: √ perifer central
Syringe pump: √Ada, jenis obat ISDN 0.5 mg/jam Tidak Ada
Infus pump: √ Ada, jenis cairan Asering 1000cc/24jam Tidak Ada
Kulit
Sianosis: Ada √ Tidak Ada
Pallor: Ada √ Tidak Ada
Eritema: Ada √ Tidak Ada
Jaundice: Ada √ Tidak Ada
22
Petekie: Ada √ Tidak Ada
Lesi: Bula pustula vesikel sisik √ Tidak Ada
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
10/04/2023 Haemoglobin 13.0 13.2-17.3 g/dL
08.22 WIB
Leukosit 6.4 3,8-10.6 rb/uL
Hematokrit 40 40-50 %
MCH 31 26-34 pg
MCV 93 80-100 fL
Eosinophil 0.50 L 2-4 %
Monosit 7.90 2- 8 %
23
Kalium 3.9 3,5-5,0 mEq/L
b. Pemeriksaan Thorax
Tanggal 10/04/2023
- Cardiomegaly
- Aortosclerosis
- Pulmo tampak normal
c. Pemeriksaan CT Scan kepala
Tanggal 10/04/2023
- Lacunar infarc cerebri di thalamus bilateral
- Tak tampak gambaran perdarahan maupun SOL
d. Pemeriksaan EKG
Deskripsi : Sinus Takikardi
2. Terapi
No Tanggal Nama terapi Dosis
1 11/04/2023 IVFD Asering 500cc/24 jam
Injeksi pantoprazol 1x40 mg
24
Injeksi ondansentron 2x4 mg
Injeksi diazepam Jika kejang
Injeksi citicolin 2x500 mg
Injeksi midazolam 4 mg Ekstra
Injeksi ISDN SP 0.5 mg/jam
Irbesartan 150-0-0
Amlodipine 0-0-5 mg
Sucralfat syr 3x2 cth
Bisoprolol 0-2.5 mg-0
Phenytoin 2x1
CPG 1x75 mg
B. ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko perfusi cerebral tidak efektif berhubungan dengan stroke
25
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
dibuktikan dengan pasien tampak sesak nafas, RR: 26 x/menit, adanya
penggunaan otot bantu nafas, fase ekspirasi memanjang, pola nafas takipnea
26
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Rasional
Keperawatan Indonesia (SLKI)
1. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial Observasi:
cerebral tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam (I.06194) - Untuk mengidentifikasi
berhubungan dengan diharapkan masalah Observasi: penyebab peningkatan tekanan
stroke keperawatan resiko perfusi - Identifikasi penyebab peningkatan tekanan Intra Kranial
serebral tidak efektif teratasi Intra Kranial - Untuk memonitor MAP
dengan kriteria hasil: - Monitor MAP - Untuk memonitor status
Perfusi serebral meningkat - Monitor status pernafasan pernafasan
(L.02014) - Monitor intake dan output cairan - Untuk memonitor intake dan
- Tingkat kesadaran Terapeutik: output cairan
meningkat - Minimalkan stimulus dengan menyediakan Terapeutik:
- Kognitif cukup meningkat lingkungan yang tenang - Memberikan rasa nyaman pada
- Tekanan intra kranial cukup - Berikan posisi semi fowler pasien
menurun - Pertahankan suhu tubuh - Mengurangi tekanan ekspansi
- Sakit kepala cukup menurun Kolaborasi: paru serta memberikan rasa
- Gelisah menurun Kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika nyaman.
- Nilai rata-rata tekanan darah perlu - Untuk mempertahankan suhu
cukup membaik tubuh agar stabil
- Tekanan darah cukup Kolaborasi:
membaik Untuk mengkolaborasi pemberian
diuretic osmosis
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas (I.01011) Observasi
efektif berhubungan keperawatan selama 3x24 jam Observasi - Mengetahui frekuensi, kedalaman
dengan gangguan diharapkan masalah keperawatan - Monitor pola nafas dan usaha napas pada pasien
neuromuskuler pola nafas tidak efektif teratasi - Monitor bunyi nafas tambahan - Mengetahui adanya suara napas
dibuktikan dengan dengan kriteria hasil - Monitor sputum tambahan
pasien tampak sesak Pola nafas membaik ( L.01004) Terapetik
24
nafas, RR: 26 dengan kriteria hasil : - Pertahankan kepatenan jalan nafas - Mengetahui obstruksi jalan nafas
x/menit, adanya - Dispnea menurun - Posisikan semifowler atau fowler
penggunaan otot - Penggunaan otot bantu - Berikan oksigen Terapetik
bantu nafas, fase nafas menurun - Agar jalan napas tetap paten dan
ekspirasi dapat terbuka
- Pemanjangan fase Kolaborasi
memanjang, pola Kolaborasi pemberian bronkodiator, ekspekktoran, - Mengurangi tekanan ekspansi paru
ekspirasi menurun
nafas takipnea serta memberikan rasa nyaman.
- Frekuensi nafas membaik mukolitik jika perlu - Memenuhi kebutuha oksigenasi
- Kedalaman nafas untuk mencegah hipoksi
membaik
Kolaborasi
Membantu mengeluarkan dahak
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
25
O: Heni
- Pasien posisi semifowler
26
- MAP 86 mmHg
- TD : 177/121 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu : 36.5 C, RR :
20x/menit
1,2 08.00 WIB Memberikan terapi injeksi ondansentron 4 mg, citicolin S:-
500 mg, irbesartan 150 mg, sucralfat syr 2 cth, phenytoin O : terapi injeksi masuk perbolus, terapi oral masuk via NGT Heni
100 mg
27
1 12.30 WIB Memberikan diit sonde S:-
O : diit sonde 200 cc masuk via NGT Heni
1,2 16.00 WIB Memberikan terapi injeksi pantoprazole 40 mg, sucralfat S: Heni
syr 2 cth, bisoprolol 2.5 mg, CPG 75 mg O ; terapi injeksi masuk perbolus, terapi oral masuk via NGT
28
RR :24x/menit
- MAP 153 mmHg
1,2 08.10 WIB Memberikan terapi injeksi ondansentron 4 mg, citicolin S:-
500 mg, irbesartan 150 mg, sucralfat syr 2 cth, phenytoin O : terapi injeksi masuk perbolus, terapi oral masuk via NGT Heni
100 mg
29
1 14.00 WIB Memonitor TTV dan kesadaran S:-
O : kesadaran somnolent, E3V4M5, TD : 154/108 mmHg, nadi : Heni
67x/menit, suhu : 37 C
1,2 16.00 WIB Memberikan terapi injeksi pantoprazole 40 mg, sucralfat S:-
syr 2 cth, bisoprolol 2.5 mg, CPG 75 mg O : terapi injeksi masuk perbolus, terapi oral masuk via NGT Heni
1,2 20.00 WIB Memberikan terapi injeksi ondansentron 4 mg, injeksi S:-
citicolin 500 mg, phenytoin 100 mg, O : terapi injeksi masuk perbolus, terapi oral masuk via NGT Heni
30
31
E. EVALUASI
Evaluasi hari 1
11/04/2023 1 S:-
20.00 WIB O: Heni
11/04/2023 2 S:
20.00 O: Heni
- Pasien masih sesak nafas
- RR : 19x/menit
- terpasang O2 NRM 10 lpm
- Penggunaan otot bantu nafas
- Fase ekspirasi memanjang
Evaluasi hari ke 2
12/04/2023 1 S:-
20.00 WIB O: Heni
- Kesadaran somnolent, E3V4M5
- TD : 167/123 mmHg, nadi : 88 x/menit,
suhu : 36 C, RR :24x/menit
- MAP 153 mmHg
- Pasien tidak gelisah
A : MK risiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Pantau TTV dan kesadaran
12/04/2023 2 S:-
20.00 WIB O: Heni
31
- Sesak nafas berkurang, RR : 24 x/menit,
terpasang O2 4lpm NK
- Pemanjangan fase ekspirasi menurun
- Kedalaman nafas membaik
Evaluasi hari ke 3
13/04/2023 1 S:-
20.00 WIB O: Heni
- Kesadaran somnolent, E3V4M5
- TD : 162/104 mmHg, nadi : 60x/menit,
suhu : 36.7 C, RR: 22x/menit, SpO2 100
%
- MAP 125 mmHg
- Pasien tidak gelisah
13/04/2023 2 S:-
20.00 WIB O: Heni
- Pasien sesak nafas, RR : 22x/menit,
SpO2 100%
- Terpasang O2 NRM 8 lpm
- Fase ekspirasi memanjang
- Adanya penggunaan otot bantu nafas
32
BAB III
PEMBAHASAN
33
(< 0.05) yang artinya ada pengaruh pada saturasi oksigen setelah dilakukan
pemberian posisi head 30 derajat. Secara teoritis, posisi telentang dengan di sertai
head up menunjukkan aliran balik darah dari bagian inferior menuju ke atrium
kanan cukup baik karena resistensi pembuluh darah dan tekanan atrium kanan
tidak terlalu tinggi, sehingga
volume darah yang masuk (venous return) ke atrium kanan cukup baik dan
tekanan
pengisian ventrikel kanan (preload) meningkat, yang dapat mengarah ke
peningkatan stroke volume dan cardiacoutput. Pasien diposisikan head up 300
akan
meningkatkan aliran darah diotak dan memaksimalkan oksigenasi jaringan
serebral.
34
DAFTAR PUSTAKA