Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PUSAT INDUK KOPERASI SYARIAH (INKOPSYA)”

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Dipresentasikan dikelas EI-4C

Disusun oleh :

Kelompok 8

Adisti Yolanda (3221083)

Dhea Kasyana Tofa (3221098)

Dosen Pengampu :

Febby Irfayunita, S.Sy., M.E.

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM (S1)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH M. DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

TA. 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Induk Koperasi Syariah Indonesia (INKOPSYA) adalah organisasi yang
didirikan dengan tujuan memajukan koperasi syariah di Indonesia. Koperasi syariah
adalah bentuk koperasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah Islam, seperti
keadilan, kebersamaan, dan keberkahan. Seiring dengan berkembangnya ekonomi
syariah di Indonesia, koperasi syariah semakin banyak diminati oleh masyarakat.
Koperasi syariah memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
yang inklusif dan berkelanjutan, karena dapat memberdayakan masyarakat untuk
mengelola usaha bersama-sama dengan prinsip-prinsip syariah yang adil dan
transparan.
Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, koperasi syariah di Indonesia
masih menghadapi berbagai tantangan. Beberapa tantangan tersebut antara lain adalah
minimnya akses terhadap modal, kurangnya akses terhadap informasi dan pendidikan,
serta minimnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat.
Oleh karena itu, keberadaan INKOPSYA sebagai pusat induk koperasi syariah
di Indonesia menjadi sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pengembangan koperasi syariah yang inklusif dan berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pusat Induk Koperasi Syariah (INKOPSYA) ?
2. Apa saja peran dari Pusat Induk Koperasi Syariah (INKOPSYA) ?
3. Apa visi dan misi dari Pusat Induk Koperasi Syariah (INKOPSYA) ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Pusat Induk Koperasi Syariah
(INKOPSYA) ?
2. Untuk mengetahui apa saja peran dari Pusat Induk Koperasi Syariah
(INKOPSYA) ?
3. Untuk mengetahui apa visi dan misi dari Pusat Induk Koperasi Syariah
(INKOPSYA) ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian INKOPSYA
Induk Koperasi Syariah BMT (Inkopsya BMT) merupakan gerakan koperasi
sekunder yang didirikan oleh primer koperasi yang kegiatan usahanya berdasarkan
pola syariah. Didirikan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berlandaskan syariah islam.1
Induk Koperasi Syariah (Inkopsya) merupakan koperasi sekunder tingkat
nasional dan berkantor pusat di Jakarta. Didirikan pada tahun 1997 oleh gerakan BMT
secara nasional dengan kepeloporan yang sangat tinggi dari Prof. Dr. M. Amin Azis.
Kehadiran Inkopsya menjadi media silaturahim saling menguatkan antar sesama
koperasi primer serta dengan jaringan koperasi sekundernya.
Inkopsya telah mengalami dinamika yang panjang dalam sejarah pergerakan
BMT di Indonesia. Pergulatannya dengan politik pada era 1998, di mana Indonesia
mengalami krisis politik dan ekonomi menjadi tonggak penting bagi Inkopsya karena
komitmen jamaah tersebut lahir dari rahim reformasi. Perubahan besar haluan politik
nasional yang mempengaruhi secara langsung pembangunan ekonomi (umat),
mengantar gerakan BMT pada satu tekad bersama, bersinergi dalam shaf yang rapi
dengan nama Inkopsya dan BMT Bahtera menjadi bagian penting dalam momentum
tersebut.2
Sebagai bagian penting dalam ikhtiar penumbuhan dan pengembangan BMT
di Indonesia, BMT Bahtera telah menunjukkan peran melintasi zaman dan makan.
Sebagai BMT yang berdiri pada generasi awal dan terus bertumbuh serta memberi
makna untuk seluruh BMT di Indonesia, kehadirannya menjadi bukti penting dalam
dakwah ekonomi umat. Keberadaannya menunjukkan tiga hal penting, yakni:

1
Induk BMT, “Profil Perusahaan INKOPSYA BMT”. Diakses dari https://indukbmt.co.id/ , pada tanggal (13
Mei 2023), pukul (15:12 pm.).
2
Moh. Isro’I, dkk, “BMT Bahtera” (Pekalongan : NEM, 2021), hlm 182

2
1. Komitmen Keumatan
Pilihan dakwah dengan mendirikan BMT Bahtera menjadi bukti
tingginya komitmen para founding fathers dalam mewujudkan kehidupan yang
sejahtera (falah). Pilihan tersebut tidak serta merta lahir secara spontan tetapi
proses pergulatan dakwah sebelumnya turut melatarbelakangi lahirnya
komitmen tersebut.
2. Keberanian Risiko
BMT Bahtera dan juga BMT lain merupakan lembaga keuangan yang
mengandung risiko lebih tinggi dibanding dengan sektor usaha pada
umumnya. Pendiri dan manajemen telah mengambil tanggung jawab
membangun kehidupan umat di atas risiko. Keberanian ini menjadi bukti
bahwa BMT Bahtera merupakan elemen penting dalam proses pembangunan
peradaban ekonomi.
3. Istiqamah
Perjalanan panjang BMT Bahtera telah mampu melewati berbagai
tantangan, seiring dengan dinamika ekonomi nasional. Pengurus dan tim
manajemen telah membuktikan bahwa tantangan mesti dihadapi dengan
istiqamah.3

Dari segi usia, inkopsyah-BMT memang relatif muda. Cikal bakalnya dirintis
1997. Seiring perputaran waktu, lembaga ini pun tumbuh karena perannya sebagai
mediasi bagi anggota. Ditambah sifatnya yang dinamis serta terbuka menerima
perubahan, kehadirannya pun makin mendapat tempat di masyarakat.

Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa kali Anggaran Dasar (AD)


mengalami revisi menyesuaikan perkembangan jaman. Legalitas operasional yang
semula hanya dari Kanwil Depkop dan PPK DKI Jakarta pada 1997, kemudian pada
1998 status badan hukumnya meningkat menjadi tingkat nasional yang disahkan
Depkop dan PPK No.019/BH?M.I/VII/1998, yang pada waktu itu beralamat di Jl.
Kebon Sirih no.85.

Sebelum mengantongi SK Menegkop dan UKM pada 15 Februari 2002, yang


mengizinkan perluasan jangkauan ke seluruh Indonesia, Inkopsyah-BMT ruang
geraknya masih terbatas, terutama dalam hal permodalan. Sejak 2002 lembaga

3
Moh. Isro’I, dkk, “BMT Bahtera” (Pekalongan : NEM, 2021), hlm 183.

3
tersebut mendapat suntikan permodalan dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM)
sebesar Rp 2 miliar.

Keanggotaan secara perlahan tiap tahun pun bertambah. Setahun kemudian


setelah mengantongi SK dan suntikan dana tersebut, dilaporkan pengurus dan
pengawas pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) tahun buku 2002, anggotanya telah
menjadi 68 BMT. Setiap tahun jumlah anggota baru terus bertambah. Per 31
Desember 2004 telah berjumlah 134 BMT, tahun berikutnya bertambah lagi menjadi
144 BMT dan pada tahun buku 2006, totalnya 150 BMT dan calon anggota sebanyak
500 BMT.4

Ketua Umum Inkopsyah-BMT, Muhammad Amin Aziz mengatakan


lambannya perkembangan jumlah anggota, karena perekrutan anggota baru itu
mekanismenya harus melalui beberapa kriteria. Indikatornya, bukan cuma taat
membayar simpanan pokok, simpanan wajib dan beberapa simpanan lain saja, tetapi
harus bersedia mengikuti berbagai ketentuan lain yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidup lembaga. Kini, setelah lima tahun mengoperasikan Unit Simpan
Pinjam Syariah, Inkopsyah-BMT per 31 Desember 2006 membukukan aktiva sebesar
Rp 8,982 miliar.2

Kegiatan pelayanan terhadap anggota selama tahun buku 2006 dananya


bersumber dari modal penyertaan PNM sebesar Rp 2 miliar yang telah dipinjamkan
kepada anggota, serta angsurannya dapat dipinjamkan kembali. Modal sendiri Rp 940
juta, pinjaman dari PNM Rp 8 miliar, pinjaman dari 165 koperasi Rp 250 juta dan
simpanan berjangka amanah Rp 110 juta.

Sedangkan dana yang berhasil dikucurkan kepada anggota selama periode


2006 sebesar Rp 4,890 miliar. Rinciannya Rp 1,975 miliar yang bersumber dari modal
sendiri dan eksekutif PNM disalurkan kepada 17 BMT dan dana yang berasal dari
dana idle dan Pundi BMT sebesar Rp 2,915 miliar digulirkan kepada 15 BMT
lainnya. Peningkatan signifikan juga ditunjukkan oleh out standing pembiayaan yang
naik hingga Rp 20 miliar di 2009. Jumlah pembiayaan yang terealisasi di tahun lalu
mencapai Rp 38 miliar, tumbuh lebih dari 100 persen di 2008 yang sebesar Rp 18

4
Panji Rizky Nurdiansyah, “Pola Rekruitmen Anggota Baru Pada Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH-
BMT)”, (Jakarta : UIN Syarif Hidatullah, 2010), hlm 35.

4
miliar Di sisi pendapatan, jumlah yang terealisasi sebanyak Rp 4,3 miliar, naik dari
pendapatan di 2008 Rp 2,6 miliar. 5

Dari tahun ke tahun Inkopsyah BMT menunjukan kenaikan pendapatan yang


sangat signifikan sampai sekarang. Oleh karena itu INKOPSYAH-BMT ingin sekali
mengadakan perekrutan bagi anggota baru, agar anggota yang mendaftar dapat
merasakan dan dapat bergabung dalam memajukan Induk Koperasi Syariah BMT ini.
Memang kegiatan perekrutan yang di adakan INKOPSYAH bukan lah suatu kegiatan
yang di utamakan, akan tetapi kegiatan rekruitmen ini sangat penting dalam
mengembangkan dan memperluas atau memperbanyak anggota (BMT), agar
INKOPSYAH tetap aksis di dalam persaingan perekonomian Syariah ini.

Selanjutnya, dalam upaya menguatkan jaringan Industri BMT yang unggul


dan mewujudkan cita-cita sebagai APEX BMT, Inkopsyah BMT saat ini sudah
melakukan uji coba untuk 4 BMT anggota untuk bertransaksi dengan menggunakan
EDC on line dengan anggota dalam satu BMT dan transaksi antar anggota dengan
berlainan BMT, mirip ATM bersama.

Dengan adanya Apex Masional BMT yang dikendalikan oleh Inkopsyah


BMT, maka akan lebih banyak berperan lagi dalam sistem pelayanan anggota yang
menggunakan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi terpadu dalam ruang.
Kedepannya Inkopsyah BMT berharap agar para anggotanya menjadi agen terbaik
pada level jenis lembaga keuangan mikro dan menjadi jembatan terbaik bagi lembaga
keuangan besar syariah lainnya.6

B. Peran INKOPSYA
Baitul Maal wat-Tamwiil saat ini berperanan penting bagi masyarakat,
khususnya masyarakat menengah ke bawah karena fungsinya yang khas, yakni
bersedia untuk melayani kebutuhan pendanaan dan pembiayaan kepada kelompok
masyarakat menengah ke bawah yang pada umumnya memiliki kesulitan untuk
mendapatkan pelayanan pembiayaan dari perbankan karena keterbatasan mereka

5
Panji Rizky Nurdiansyah, “Pola Rekruitmen Anggota Baru Pada Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH-
BMT)”, (Jakarta : UIN Syarif Hidatullah, 2010), hlm 36.
6
Panji Rizky Nurdiansyah, “Pola Rekruitmen Anggota Baru Pada Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH-
BMT)”, (Jakarta : UIN Syarif Hidatullah, 2010), hlm 37.

5
dalam memenuhi berbagai persyaratan dari bank. Dan faktanya, saat ini BMT dapat
memenuhi harapan masyarakat yang membutuhkan pelayanan “perbankan” yang
tidak dapat dilayani oleh bank umum.7
Keberadaan BMT di tengah masyarakat dimulai sekitar tahun 90-an dan
semakin cepat tersebar keseluruh Indonesia setelah mendapatkan dukungan
pemerintah yakni dengan dicanangkannya gerakan BMT oleh Presiden Soeharto pada
tahun 1995. Hingga saat ini animo masyarakat untuk mendirikan BMT sebagai
Lembaga Keuangan Mikro Syariah semakin besar. Dalam catatan Pusat Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga yang banyak membidani kelahiran
BMT, pertumbuhan BMT dari segi kuantitas meningkat pesat. Sampai dengan tahun
1998 jumlah BMT yang beroperasi di seluruh Indonesia telah mencapai 3000 unit.
Namun sayangnya potensi yang besar ini saat itu tidak diiringi oleh akses pendanaan
yang memadai sehingga pertumbuhan BMT dari segi kualitas (kapasitas usaha) belum
sehebat pertumbuhan kuantitasnya atau masih jauh dari harapan.
Kepercayaan lembaga dana (kreditur) kepada BMT yang diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan usaha BMT saat itu masih sangat rendah disamping belum
adanya suatu wadah yang dapat menjadi mediator sekaligus penjamin bagi kegiatan
usaha BMT. Situasi inilah yang menggerakan PINBUK untuk menginisiasi pendirian
Induk Koperasi Syariah BMT (Inkopsya BMT).
Inkopsya BMT merupakan gerakan koperasi sekunder yang didirikan oleh
primer koperasi yang kegiatan usahanya berdasarkan pola syariah; didirikan pada
tanggal 7 Juli 1998 dengan pengesahan dari Menteri Koperasi dan UKM sebagai
koperasi sekunder tingkat nasional, dengan maksud untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil dan makmur berlandaskan syariah Islam.
Inkopsya BMT pertama kali beranggotakan 24 BMT dari sembilan propinsi di
Indonesia dan beroperasi dengan modal awal sebesar 12 juta rupiah berasal dari
setoran simpanan pokok 6 BMT (anggota pendiri). Posisi modal yang sangat minim
ini tentu saja menjadi kendala Inkopsya BMT dalam memberikan manfaat kepada
anggota secara maksimal.

7
Euis Amalia, “Keuangan Mikro Syariah” (Bekasi : Gramata Publishing, 2016), hlm 136.

6
Menjelang dilaksanakannya Rapat Anggota Tahunan (RAT) pertama pada
tahun 2001, Inkopsya BMT berhasil menjaring keanggotaan baru sebanyak 112 BMT
dan dengan demikian terjadi penambahan modal (simpanan pokok) yang cukup
signifikan yaitu menjadi sebesar 320 juta rupiah.8
Misi Inkopsya BMT pada tahun 2002 menjadi lebih nyata lagi terealisasi
setelah berhasil menggandeng PT. PNM (Persero) dengan masuknya penyertaan
modal PNM di unit simpan pinjam Inkopsya BMT sebesar 2 miliar rupiah dan
pembiayaan modal kerja sebesar 5 miliar rupiah. Dengan adanya kerjasama Inkopsya-
PNM ini maka unit simpan pinjam Inkopsya diberi nama PNM BMT.
Inkopsyah BMT yang berperan sebagai koperasi sekunder, harus memberikan
motivasi agar anggotanya menjadi lembaga yang kuat, kredibel dan mampu
memberikan pelayanan terbaik, sehingga dapat bersaing secara sehat. Koperasi
syariah harus bersatu membentuk dan membangun kekuatan bersama serta
berkomitmen menjaga dan meningkatkan pelayanan menjadi lebih baik, melalui
jaringan kerjasama usaha antar koperasi syariah (JKUK). Melalui JKUK, Inkopsyah
BMT menjadi pengayom (APEX) bagi para anggotanya agar lebih solid dan terarah,
sehingga diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Terminologi
APEX dalam bahasa Yunani berarti “pengayom”, yaitu memberikan amanat kepada
lembaga yang ditunjuk sebagai APEX menjadi pengayom bagi anggotanya.
Pengayom KSPPS merupakan self regulated organization atau organisasi yang
membuat aturan sendiri dan mengikat bagi setiap anggotanya. Organisasi ini bukan
sekedar asosiasi ataupun perhimpunan sebagai pressure group untuk memperjuangkan
nasib KSPPS, tetapi untuk membangun komitmen agar KSPPS dapat maju bersama
dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas.
Pemerintah memiliki peran penting dalam memberikan penyuluhan,
pendidikan maupun pengembangan berupa penelitian terkait permasalahan koperasi,
termasuk didalamnya melakukan pengawasan dan perlindungan, memberikan fasilitas
permodalan, serta pengembangan kerjasama. Memberdayakan koperasi sekunder
sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah dapat berfungsi untuk melihat dan
memantau operasional koperasi syariah yang ada di seluruh Indonesia.9

8
Euis Amalia, “Keuangan Mikro Syariah” (Bekasi : Gramata Publishing, 2016), hlm 137.
9
Muhammad Irwan, “Pengaruh fungsi Pengayom pada Induk Koperasi Syariah BMT terhadap tingkat
kesehatan Koperasi Syariah” (Bogor : IPB, 2020), hlm 96.

7
Sebagai lembaga keuangan, pengelolaan KSPPS dituntut harus profesional.
Selain wajib memiliki visi dan misi, koperasi wajib memiliki standar operasional
prosedur (SOP) dan standar operasional manajemen (SOM), serta sumber daya
manusia (SDM) yang bermutu. Semua ini bertujuan untuk demi terwujudnya
pengelolaan koperasi yang sehat, pelayanan yang prima, menjaga dan meningkatkan
citra, kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah kepada
anggota dan masyarakat sesuai ketentuan dan peraturan perundang-undangan. Selain
itu terjaminnya aset, meningkatnya transparansi dan akuntabilitas, serta meningkatnya
manfaat ekonomi anggota dalam kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan
syariah oleh koperasi.
Melalui peraturan deputi bidang pengawasan Kemenkop UKM Nomor
07/Per/Dep.6/ IV/2016 tentang pedoman penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam
pembiayaan syariah (KSPPS) dan unit simpan pinjam pembiayaan syariah (USPPS),
ruang lingkup penilaian kesehatan KSPPS dan USPPS dilakukan terhadap aspek: (1)
permodalan, (2) mutu aktiva produktif, (3) manajemen, (4) efisiensi, (5) likuiditas, (6)
kemandirian dan pertumbuhan, (7) jati diri koperasi serta (8) prinsip syariah. KSPPS
dan USPPS yang masih aktif menjalankan kegiatan usahanya, harus dinilai
kesehatannya berdasarkan peraturan tersebut secara periodik atau minimal satu tahun
sekali demi menjaga akses kerja sama dengan pihak ketiga dan stakeholder lainnya.
Dalam mewujudkan penilaian kesehatan tersebut, Inkopsyah BMT yang
berperan sebagai APEX BMT mempunyai fungsi utama, yakni sebagai lembaga resmi
dalam menangani sistem likuiditas para anggotanya (BMT) dan mempermudah segala
urusan transaksi antar lembaga BMT maupun antar anggota BMT yang berlainan,
serta membantu setiap anggota agar memiliki tingkat kepastian dan kenyamanan bagi
setiap penggunanya. Fungsi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Melakukan fungsi penghimpunan simpanan wajib minimum (SWM) (pooling
of funds) dan dana padanan (commited facility line);
2. Melakukan fungsi dukungan pendanaan (financial assistance);
3. Melakukan fungsi dukungan teknis (technical assistance);
4. Melakukan fungsi pelaporan (reporting) terhadap koperasi primer syariahnya;
5. Melakukan fungsi pengukuran dan pemeringkatan cepat (quick rating)
(Kemenkop UKM, 2017).

8
Berdasarkan fungsi tersebut peran Inkopsyah BMT sebagai APEX BMT
sangat diperlukan karena keberhasilan anggota primernya menjadi koperasi bermutu
yang secara tidak langsung memerlukan peran Inkopsyah BMT sebagai pembimbing
dan pengayom.10

C. Visi dan Misi INKOPSYA


Untuk meningkatkan pelayanan kepada para anggota serta meningkatkan
kesejahteraannya Inkopsyah BMT memiliki visi :
1. Menjadi Motor Penggerak Perekonomian Masyarakat, Khususnya Masyarakat
Lapisan Menengah dan Bawah.
2. Sebagai Pelaksana Sistim Ekonomi Syariah.
3. Penghubung Antara Pemilik Dana (Shahibul Maal) dengan Anggota.
4. Sebagai Mudharib yang secara berkesinambungan meningkatkan nilai tambah
bagi usaha anggotanya.

Untuk mewujudkan visi perusahaan tersebut di atas Induk Koperasi Syariah


BMT (Inkopsyah BMT) menjabarkan kedalam misi utamanya sebagai berikut :

1. Memperluas dan memperbesar pangsa pasar usaha anggota dan masyarakat


lapisan bawah.
2. Meningkatkan efisiensi usaha kecil dan menengah dan lembaga pendukung
lainnya.
3. Memobilisi dana sehingga berkembang dan bisa dijangkau oleh masyarakat
lapisan bawah dan menengah guna mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih professional dan islami.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota.11

Visi:
“Menjadi lembaga APEX bagi BMT di Indonesia yang mandiri, mengakar dan
sehat, dari, oleh dan untuk anggota dalam layanan pembiayaan dan dampingan teknis
serta membangun jaringan usaha yang kuat“.12

10
Muhammad Irwan, “Pengaruh fungsi Pengayom pada Induk Koperasi Syariah BMT terhadap tingkat
kesehatan Koperasi Syariah” (Bogor : IPB, 2020), hlm 96.
11
Induk BMT, “Profil Perusahaan INKOPSYA BMT”. Diakses dari https://indukbmt.co.id/ , pada tanggal (13
Mei 2023), pukul (18.04 pm.).
12
Panji Rizky Nurdiansyah, “Pola Rekruitmen Anggota Baru Pada Induk Koperasi Syariah (INKOPSYAH-
BMT)”, (Jakarta : UIN Syarif Hidatullah, 2010), hlm 38.

9
1. Menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat
lapisan menengah dan bawah.
2. Sebagai pelaksana sistem ekonomi syariah.
3. Penghubung antara pemilik dana dengan anggota.
4. Sebagai mudharib yang secara berkesinambungan meningkatkan nilai tambah
bagi para anggotanya.
Misi:
1. Memperluas dan memperbesar pangsa pasar usaha anggota dan masyarakat
lapisan bawah.
2. Meningkatkan efisiensi usaha kecil dan menengah dan lembaga pendukung
lainnya.
3. Memobilisasi dana sehingga berkembang dan bisa dijangkau oleh masyarakat
lapisan bawah dan menengah guna mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mempertinggi kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan Islami.
5. Meningkatkan kesejahteraan anggota.

Langkah-langkah yang ditempuh Inkopsyah dalam pembinaan BMT,


khususnya kepada anggota, dinilai penting bagi keberlangsungan usaha BMT
sehingga BMT menjadi sehat, profesional, menguntungkan dan berkomitmen dengan
syariah. Langkah-langkah tersebut antara lain berupa bantuan non finansial atau
bantuan teknis seperti penyiapan SDM, standarisasi sistem dan prosedur, penguatan
kelembagaan, pembiayaan dan penyertaan modal, serta implementasi sistem teknologi
informasi.13
Penyiapan SDM dilakukan dengan penguatan kapasitas yang meliputi
konsultasi manajemen, pelatihan, dan pendampingan kepada anggota (BMT) dalam
pengelolaan dana yang ada, khususnya dana dari kegiatan simpan-pinjam agar dana
tersebut dapat dikembangkan oleh anggota dan bisa dijangkau oleh masyarakat
lapisan bawah dan menengah dalam pengembangan usahanya.
Inkopsyah juga memfasilitasi anggotanya untuk dapat melakukan magang (on
the job training) di BMT yang lebih maju, dan melakukan sertifikasi kepada pengurus
dan pengelola BMT. Dalam upaya peningkatan kinerja dan nilai tambah bagi LKMS

13
Euis Amalia, “Keuangan Mikro Syariah” (Bekasi : Gramata Publishing, 2016), hlm 138.

10
BMT, Inkopsyah juga memberikan jasa standarisasi sistem dan prosedur seperti
penyiapan SOP, serta implementasi teknologi informasi dan bimbingan teknis
lainnya.

Dalam upaya penguatan kelembagaan, Inkopsyah membantu anggotanya


dalam upaya pengembangan bisnis berupa perluasan jaringan dengan cara
bekerjasama dengan BMT lain, pihak perbankan syariah ataupun dengan lembaga
lain. Selain itu untuk menjaga keamanahan BMT, Inkopsyah melakukan pengawasan
(monitoring) dan pengendalian (controlling) sejak dini guna mendeteksi atas kinerja
usaha BMT dan mencegah adanya penyelewengan terhadap prinsip syariah. Upaya
pelaksanaan pengawasan dan pengendalian kepada anggota ini juga dilakukan dengan
penyiapan instrument pelaksanaan rating dan scoring. Inkopsyah juga memberikan
bantuan berupa pembiayaan dan penyertaan modal kepada anggota dengan jumlah
terbatas.14

14
Euis Amalia, “Keuangan Mikro Syariah” (Bekasi : Gramata Publishing, 2016), hlm 139.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Didirikan dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berlandaskan syariah islam. Sebagai BMT yang berdiri pada generasi awal
dan terus bertumbuh serta memberi makna untuk seluruh BMT di Indonesia,
kehadirannya menjadi bukti penting dalam dakwah ekonomi umat.
Dengan adanya Apex Masional BMT yang dikendalikan oleh Inkopsyah
BMT, maka akan lebih banyak berperan lagi dalam sistem pelayanan anggota yang
menggunakan sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi terpadu dalam ruang.
Inkopsya BMT merupakan gerakan koperasi sekunder yang didirikan oleh
primer koperasi yang kegiatan usahanya berdasarkan pola syariah; didirikan pada
tanggal 7 Juli 1998 dengan pengesahan dari Menteri Koperasi dan UKM sebagai
koperasi sekunder tingkat nasional, dengan maksud untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil dan makmur berlandaskan syariah Islam.
Visi: “Menjadi lembaga APEX bagi BMT di Indonesia yang mandiri,
mengakar dan sehat, dari, oleh dan untuk anggota dalam layanan pembiayaan dan
dampingan teknis serta membangun jaringan usaha yang kuat“.
B. Saran
Mudah-mudahan setelah membaca makalah ini pembaca akan lebih
memahami tentang Pengertian Inkopsya, Peran Inkopsya serta Visi dan Misi
Inkopsya.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Amalia, Euis. 2016. Keuangan Mikro Syariah. Bekasi : Gramata Publishing.

Induk BMT. 2023. Profil Perusahaan INKOPSYA BMT. Jakarta Timur.

Moh. Isro’I, dkk. 2021. BMT Bahtera. Pekalongan : NEM.

Muhammad Irwan. 2020. Pengaruh fungsi Pengayom pada Induk Koperasi Syariah BMT
terhadap tingkat kesehatan Koperasi Syariah. Bogor : IPB.
Panji Rizky Nurdiansyah. 2010. Pola Rekruitmen Anggota Baru Pada Induk Koperasi
Syariah (INKOPSYAH-BMT), (Jakarta : UIN Syarif Hidatullah).

Anda mungkin juga menyukai