Anda di halaman 1dari 17

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR

Penelitian SENYAWA KUININ FRAKSI ETIL ASETAT


KULIT BATANG KINA (Cinchona
succirubra Pav. Ex Klotzsch) SECARA
KLT-DENSITOMETERI
Gede Sugiartha Giri

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Bali, Indonesia
Corresponding author’s email : gedesugiarthagiri27@gmail.com

ABSTRAK
Alkaloid kuinin terdapat pada tanaman kina yang menjadi bahan baku untuk
pembuatan obat pil kina yang berkhasiat dalam pengobatan penyakit malaria. Pemilihan
metode, pelarut, teknik identifikasi dan karakterisasi senyawa alkaloid kina di dalam
tanaman kina (Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch) perlu dilakukan dalam upaya
menghasilkan senyawa dengan pemisahan terbaik. Ekstraksi dengan metode maserasi,
identifikasi golongan dengan metode screening fitokimia. Fraksinasi dengan metode
ekstraksi cair-cair dan kromatografi kolom lambat. Isolasi dengan metode kromatografi
preparatif dan metode KLT-Densitometri. Ekstraksi maserasi didapat hasil filtrat dengan
warna coklat kemerahan. Skrining fitokimia hasil positif golongan triterpenoid dan
alkaloid. Ekstraksi cair-cair didapat hasil fraksi air, fraksi etil asetat I, dan fraksi etil asetat
II. KLT dan identifikasi perekasi kimia hasil positif mengandung kuinin pada fraksi etil
asetat II. Kromatografi kolom didapat hasil berupa 4 fraksinasi dengan warna yang
berbeda-beda. Kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dan isolasi senyawa dengan
KLT-Densitometri didapat hasil kadar kuinin rata-rata fraksi etil asetat yaitu 15,30%.
Fraksi etil asetat kulit batang kina (Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch) menghasilkan
kadar rata-rata kuinin sebesar 15,30% sesuai dengan tanaman kina yang dibudidayakan
yang mengandung alkaloid kuinin sampai 15%.

Kata Kunci: Kuinin, fraksi, Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch, KLT-Densitometri

ABSTRACT
Alkaloids quinine is found in the quinine plant which is the raw material for the
manufacture of quinine pills that are effective in the treatment of malaria. Selection of the
method, solvent, identification technique and characterization of the alkaloid quinine
compound in the quinine plant (Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch) need to be done
in an effort to produce the compound with the best separation.Extraction by maceration
method, identification of groups using phytochemical screening methods. Fractionation
using liquid-liquid extraction method and column chromatography. Isolation using
preparative chromatography method and TLC-Densitometry method. Maceration
extraction obtained the filtrate with a reddish brown color. Phytochemical screening was
positive for triterpenoids and alkaloids. Liquid-liquid extraction resulted in the water
fraction, ethyl acetate fraction I, and ethyl acetate fraction II. TLC and identification of
positive chemical reactions containing quinine in ethyl acetate fraction II. Column
chromatography obtained results in the form of 4 fractionations with different colors.
Preparative chromatography and compound isolation by TLC-Densitometry showed the
average quinine content of ethyl acetate fraction was 15.30%. The ethyl acetate fraction
of quinine stem bark (Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch) produced average quinine
alkaloids of 15.30% according to the cultivated kina plant which contains up to 15%
quinine alkaloids.

Keywords: Quinine, fraction, Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch, TLC-Densitometry

1
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
yang baik terhadap semua jenis
1. PENDAHULUAN plasmodium dan efektif sebagai
Tanaman merupakan salah satu sizontosida maupun gametosida
[3].

sumber bahan obat. Pemanfaatan Selain kandungan kuinin, dalam kulit


tanaman sebagai bahan baku obat batang kina juga terdapat berbagai
mulai sering digunakan terkait dengan senyawa kimia lainnya, yakni kinidin,
berbagai macam metabolit sekunder sinkonin, dan sinkonidin
[4].

yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Pemanfaatan alkaloid kina,


Metabolit sekunder berfungsi untuk seperti dalam dunia industri diawali
mempertahankan kelangsungan hidup dengan proses isolasi senyawa alkaloid
tanaman terhadap kondisi lingkungan kina dilakukan dari kulit tanaman kina
dan juga merupakan zat bioaktif yang untuk mendapatkan alkaloid yang
berkaitan dengan kandungan kimia diinginkan. Kandungan tanaman kina
dalam tumbuhan. Setiap tumbuhan yang bervariasi menyebabkan
memiliki metabolit sekunder yang diperlukannya metode untuk
bervariasi dan dalam jumlah yang mengekstraksi kuinin dengan
berbeda antar tumbuhan. Senyawa menggunakan beberapa pelarut-pelarut
metabolit sekunder yang terdapat di senyawa kimia yang cocok dan
dalam tanaman antara lain: alkaloid, diperlukan pula teknik identifikasi dan
steroid, terpenoid, dan flavonoid. karakterisasi senyawa alkaloid kina di
Tanaman Kina (Cinchona dalam tanaman kina (Cinchona
succirubra Pav. Ex Klotzsch) memiliki succirubra Pav. Ex Klotzsch). Metode
aktivitas sebagai anti malaria, anti isolasi, identifikasi dan karakterisasi
piretik serta stomakik (obat sakit perut). yang tepat menjadi acuan dalam isolasi
Kandungan kimia kina berupa alkaloid kuinin lebih lanjut, seperti dalam proses
dengan kadar tidak kurang dari 7% produksi dengan skala yang lebih besar
yang dihitung sebagai kuinin. Bagian [5].
Dengan demikian, dapat diperoleh
tanaman yang banyak digunakan senyawa murni dengan efek
[1]
adalah kulit batangnya . Alkaloid yang farmakologi yang diinginkan. Berbagai
terdapat pada tanaman kina, salah macam cara dapat dilakukan untuk
satunya adalah alkaloid kuinin yang mengisolasi senyawa. Pemisahan
menjadi bahan baku untuk pembuatan bertahap dengan berbagai metode perlu
obat pil kina yang berkhasiat dalam dilakukan dalam upaya menghasilkan
pengobatan penyakit malaria baik senyawa dengan pemisahan terbaik.
malaria tropikana maupun penyakit 2. METODE PENELITIAN
[2]
malaria kuartana . 2.1 Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksaksanakan di
Kuinin dapat digunakan sebagai obat
Laboratorium Fitokimia dan
malaria dikarenakan memiliki efektivitas
Farmakognosi, Gedung AI, Program

2
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan asam oksalat dan eter, hasil positif
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas larutan berfluoresesi biru di sinar UV
Udayana. Waktu pelaksanaan dilakukan 366 nm. Uji triterpenoid digunakan
pada bulan September hingga asam asetat anhidrat dan asam sulfat,
Desember 2019. hasil positif terbentuk cincin kecokelatan
atau violet pada batas larutan. Uji
2.2 Alat dan Bahan saponin digunakan air hangat dan asam
Alat yang digunakan yaitu klorida, hasil positif busa tidak hilang.
timbangan analitik (Mettler Toledo), alat- Uji alkaloid digunakan asam klorida dan
alat gelas (Pyrex Iwaki Glass), chamber pereaksi Mayer dan Dragendroff, hasil
KLT (Macherey Nagel), kolom, statif, positif Mayer endapan berwarna jingga
plat KLT silica gel GF254, TLC- sedangkan Dragendrof endapan kuning.
Scanner/ Densitometer (CAMAG).
Bahan yang digunakan yaitu serbuk 2.5 Ekstraksi Cair-Cair
simplisia kulit batang kina (Cinchona Sebanyak 620 mg ekstrak metanol
succirubra Pav. Ex Klotzsch), n- kulit batang kina ditambahkan 10 mL
heksana, metanol, etil asetat, kloroform, asam sulfat 10% b/v, dipartisi dengan
standar kuinin, gelas wol, aquadest, dan 20 mL etil asetat, ditambahkan 10 mL
serbuk silika. amonia cair dan ditampung kedua fase
hingga diperoleh fraksi air dan fraksi etil
2.3 Defatting dan Ekstraksi asetat. Fraksi diuapkan dalam oven
°
Sampel berupa serbuk kulit batang suhu 40 C.
kina sebanyak 25 gram di defatting
menggunakan 100 mL n-heksana 2.6 Identifikasi Alkaloid Kuinin
diaduk selama 10 menit, disaring dan Dielusi plat yang sudah ditotolkan
diperoleh filtrat. Ampas hasil defatting semua fraksi sebanyak 6 µL dan
dimaserasi menggunakan 62 mL standar kuinin 4 µL dibawah sinar UV
metanol selama 24 jam, disaring, dan 254 nm dan 366 nm dengan fase gerak
diperoleh filtrat, ampas kemudian kloroform:metanol (9:1) dan fase diam
diremaserasi kembali dengan 62 mL silica gel GF 254. Ditandai bercak positif
metanol selama 24 jam, disaring dan mengandung kuinin pada kertas kalkir
diperoleh filtrat. Filtrat yang didapat selanjutnya plat disemprot dengan
kemuadian diupakan pelarutnya dengan asam sulfat 10%, dideteksi di UV 366
°
oven selama 3 hari dengan suhu 40 C. nm dan ditanda bercak yang
2.4 Skrining Fitokimia mendandung kuinin pada kertas kalkir
Ekstrak metanol kulit batang kina serta dihitung Rf dan hRf.
ditimbang 10 gram dan dilarutkan
dengan 10 mL metanol sebagai larutan 2.7 Kromatografi Kolom Lambat
uji. Uji flavonoid digunakan asam borat,

3
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Fraksi etil asetat yang positif dideteksi di UV 254 nm dan 366 nm.
mengandung kuinin dielusi dengan Ditandai spot yang mengandung kuinin
campuran kloroform:metanol (9:1) dan dihitung Rf dan hRf.
dengan 4 replikasi hingga didapat fraksi
yang terpisah. 2.11 Identifikasi KLT-Densitometri
Fraksi etil asetat yang positif
2.8 KLT Hasil Fraksinasi mengandung kuinin dan standar
Fraksi hasil fraksinasi kolom lambat ditotolkan sebanyak 6 µL, fase gerak
dan standar kuinin ditotolkan pada plat kloroform:metanol (9:1) dan fase diam
dan dielusi dengan fase gerak silika gel GF 254. Diamati pada TLC
kloroform:metanol (9:1) dan fase diam scanner dan dianalisi pada
silika gel GF 254 dibawah sinar UV 254 densitometer pada panjang gelombang
nm dan 366 nm dan disemprot plat 250 nm, dibuat kurva kalibrasi dan
dengan asam sulfat 10% serta ditandai persamaan regresi linier dan dihitung
spot yang diduga kuinin dan dihitung Rf kadar kuinin dalam sampel.
dan hRf.
3. HASIL
2.9 Kromatografi Lapis Tipis
3.1 Defatting dan Ekstraksi
Preparatif
Tabel 1. Hasil Defatting dan Ekstraksi
Larutan uji fraksinasi dan standar
Pengamatan Warna Filtrat
kuinin ditotolkan bentuk pita. Dielusi
Serbuk kina + n- Coklat
dengan fase gerak kloroform:metanol
heksana
(9:1) dan fase diam silika gel GF 254.
Ampas + 62,5 mL Coklat
Diamati di UV 254 nm dan 366 nm,
Metanol kemerahan
dipotong plat 2 cm dari batas yang
Ampas + 62,5 mL Coklat
mengandung kuinin dan disemprot
Metanol kemerahan
dengan asam sulfat 10%, diamati
kembali di UV 254 nm dan 366 nm dan
ditandai bercak yang mengandung
kuinin dan dikerok silika plat KLT
kemudian diekstraksi dengan 1 mL
metanol dan didiamkan selama 1
malam, disaring.
2.10 KLT Hasil Fraksinasi
3.2 Skrining Fitokimia
Fraksi etil asetat dan standar
Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia
kuinin ditotolkan sebanyak 6 µL, dielusi
Golongan Hasil
dengan fase gerak kloroform:metanol
Senyawa
(9:1) dan fase diam silika gel GF 254,
Flavonoid -
disemprot plat dengan asam sulfat 10%,

4
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Triterponoid +
Saponin -
Alkaloid +

3.3 Ekstraksi Cair-Cair


Tabel 3. Hasil Ekstraksi Cair-Cair
N Hasil Fraksi Warna UV 254 nm UV 366 nm
o Gambar 2. Identifikasi KLT Sebelum
1 Fraksi Air Coklat Disemprot Asam Sulfat 10%
2 Fraksi Etil Asetat I Kuning
kecokelata
n
3 Fraksi Etil Asetat II Kuning

3.4 Identifikasi Alkaloid Kuinin

UV 254 nm UV 366 nm
Gambar 3. Identifikasi KLT Setelah
Disemprot Asam Sulfat 10%

Gambar 1. Fraksi yang Ditotolkan 3.7 KLT Preparatif

Hasil positif mengandung alkaloid pada


fraksi etil asetat II.

3.5 Kromatografi Kolom Lambat


Tabel 4. Hasil Kromatografi Kolom
UV 254 nm UV 366 nm
Lambat
Gambar 4. Identifikasi KLT Sebelum
Fraksi Etil Warna
Disemprot Asam Sulfat 10%
Asetat
Replikasi I Jingga tua
Replikasi II Jingga
Replikasi III Kuning
Replikasi IV Bening

Gambar 5. Identifikasi KLT Setelah


3.6 KLT Hasil Fraksinasi Disemprot Asam Sulfat 10%

3.8 KLT Hasil Fraksinasi

5
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Tabel 7. Kadar AUC Larutan Seri
Standar
Seri Konsentrasi AUC
Kuinin (ng)
I 2000 855,1
II 4000 1602,2

Gambar 6. A:Fraksi Replikasi I, B:Fraksi III 6000 2996,8

Replikasi II, dan C:Standar Kuinin IV 8000 4042,3


V 10000 6059,8
Tabel 5. Sebelum Disemprot H2SO 10%
Sampe UV 254 nm UV 366 nm
l Rf hRf Rf hRf

A 0.3 30 0,3 30

0,302 30,
B 0,3 30
5 25
C 0,3 30 0,3125 31,25
Gambar 7. Kurva Kalibrasi Larutan Seri

Tabel 6. Setelah Disemprot H2SO4 10% Standar

Sampe UV 254 nm UV 366 nm Persamaan regresi linier y = 0,610026x

l Rf hRf Rf hRf - 779,7167


A - - 0,3 30
B - - 0,3123 31,25
C - - 0,2875 28,75

Interpretasi:
Fraksi Replikasi I dan Replikasi II Gambar 8. Spektrum Standar Kuinin
mengandung kuinin karena
menunjukkan hasil positif dimana HRf
yang dihasilkan dari sebelum dilakukan
dan setelah dilakukan penyemprotan
H2SO4 10% b/v yaitu 28,75 sampai
31,25. HRf telah berada pada rentang
HRf kuinin 25 sampai 35. Gambar 9. Spektrum Hasil KLTP I

3.9 Identifikasi KLT-Densitometri

6
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Tabel 8. Penetapan Kadar Fraksi Hasil alkaloid dalam bentuk basa bebas
[8]
KLTP I maupun garamnya .
Kadar
Konsentrasi
Sampel Rf AUC sampel
(mg/mL) 4.2 Skrining Fitokimia
(%)
Skrining fitokimia bertujuan untuk
1 0,3 328, 15,135 0,3027
pemeriksaan kimia secara kualitatif
6 5
2 0,3 314, 14,94 0,2988 terhadap golongan senyawa - senyawa
6 0 aktif biologis yang terdapat dalam
3 0,3 379, 15,83 0,3167 simplisia. Metanol dapat menarik
9 5 alkaloid, saponin, dan flavonoid dari
Rata-rata [9]
15,30 0,3060 tanaman . Dalam skrining fitokimia
pemilihan pelarut merupakan hal yang
4. PEMBAHASAN penting karena pelarut berperan dalam
4.1 Defatting dan Ekstraksi melarutkan senyawa yang kita inginkan
Proses pemisahan, isolasi dan dan apabila pemilihan pelarut sudah
identifikasi alkaloid dari serbuk simplisia tepat maka skrining fitokimia akan
kulit batang kina (Cinchona succirubra menunjukkan hasil yang tepat. Pada uji
Pav. Ex Klotzsch) diawali dengan alkaloid dengan pereaksi Dragendorff,
proses defatting dan ekstraksi dengan nitrogen digunakan untuk membentuk
+
metode maserasi. Pelarut n-heksana ikatan kovalen koordinat dengan K
[10]
digunakan untuk proses defatting yaitu yang merupakan ion logam .
suatu proses yang bertujuan untuk
menghilangkan lemak, klorofil dan lipid 4.3 Ekstraksi Cair-Cair
yang terkandung dalam matriks Ekstraksi cair-cair merupakan
[6]
tumbuhan . metode pemisahan yang dapat
Pemilihan metode maserasi karena memisahkan alkaloid dari senyawa lain
mudah dikerjakan, alat yang digunakan dan pengotor dengan menggunakan
sederhana, analit dapat diperoleh dua jenis pelarut yang tidak saling
karena penyari mampu menembus campur, dimana senyawa-senyawa
dinding sel kemudian menuju rongga sel dalam ekstrak akan terpisah dengan
[11]
yang mengandung analit, setelah itu prinsip like-disolve-like .
melarutkannya dan membawa analit Fase air yang terbentuk berwarna
[7]
tersebut keluar dari sel sampel uji . coklat, berada di bagian atas dan fase
Pelarut metanol digunakan karena etil asetat I berwarna kuning
metanol merupakan pelarut yang kecokelatan pada bagian bawah. Hal ini
bersifat semipolar, dimana terdiri dari dikarekan air memiliki bobot jenis yang
gugus OH yang bersifat polar dan CH3 lebih besar yaitu 0,9971 g/mL daripada
yang bersifat nonpolar. Disamping itu bobot jenis etil asetat yaitu 0,894 -
[12]
metanol dapat melarutkan senyawa 0,898 g/mL . Tiga fraksi yang

7
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
dihasilkan yaitu fraksi air, fraksi etil 4.5 Kromatografi Kolom Lambat
asetat I, dan fraksi etil asetat II. Sistem kormatografi yang
digunakan pada praktikum ini adalah
4.4 Identifikasi Alkaloid Kuinin
sistem normal, dimana silika merupakan
Metode kromatografi lapis tipis dan
fase diam yang bersifat polar dan
pereaksi semprot dilakukan dengan
campuran kloroform dan metanol
tujuan untuk mengetahui adanya
bersifat non-polar. Pemilihan sistem ini
alkalkoid kuinin pada setiap fraksi yang
dilakukan karena kuinin bersifat
diperoleh dari ekstraksi cair-cair. Tujuan
cenderung non-polar sehingga harus
dari penyemprotan larutan pereaksi
dibawa keluar dari sistem kromatografi
H2SO4 10 % untuk mengubah senyawa [15]
dengan fase gerak non-polar .
kuinin menjadi kuinin sulfat yang
Komposisi fase gerak yang
mempuyai sifat fluoresensi lebih kuat
digunakan adalah 9:1 v/v, 8:2 v/v, 7:3
sehingga saat di amati dibawah sinar
v/v, 6:4 v/v dan 5:5 v/v, tiap komposisi
UV 366 nm warna spot yang dihasilkan
fase gerak memiliki tingkat kepolaran
akan menjadi lebih intensif atau lebih
yang lebih polar dibandingkan dengan
[13]
terang .
komposisi sebelumnya. Penggunaan
Fraksi metanol, fraksi air, dan fraksi
fase gerak bergradien ini bertujuan
etil asetat I tidak menunjukkan adanya
untuk memisahkan solut-solut pada
bercak sedangan fraksi etil asetat II
fraksi etil asetat sesuai dengan tingkat
menunjukan hasil positif. Dari hasil pada
kepolaran tersebut, dimana solut yang
UV 254 nm ditunjukkan bahwa fraksi etil
bersifat non polar akan keluar lebih
asetat II memiliki Rf 0,2 menunjukkan
dulu. Fraksi-fraksi kromatografi kolom
hasil yang kurang sesuai dengan
yang diperoleh adalah fraksi I, fraksi II,
standar kuinin yang memiliki Rf 0,075.
fraksi III dan fraksi IV.
Jika dibandingkan dengan pustaka, nilai
Rf standar kuinin yang diperoleh dalam
4.6 KLT Hasil Fraksinasi
hasil KLT ini berbeda, dimana menurut
Tujuan dilakukannya metode KLT
pustaka, dengan menggunakan fase
yaitu untuk mengidentifikasi ada
gerak kloroform: metanol (9:1 v/v) akan
tidaknya alkaloid kuinin dalam hasil
menghasilkan nilai Rf kuinin 0,77 dan
fraksinasi kromatografi kolom lambat.
[14]
hRf 77 .
Pada pengamatan di bawah sinar UV
Perbedaan hasil ini dikarenakan
254 nm dan 366 nm setelah disemprot
proses analisis KLT dilakukan pada
dengan H2SO4 10%, spot menjadi
waktu, suasana, dan dengan
berwarna biru yang lebih intensif. Hal ini
menggunakan alat yang berbeda
sesuai dengan pustaka yang ada
sehingga hasilnya pun kemungkinan
dimana disebutkan bahwa alkaloid
tidak akan akurat atau sama persis
kuinin apabila bereaksi dengan H2SO4
dengan pustaka.
akan memberikan fluoresensi biru

8
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
intensif Berdasarkan proses identifikasi 4.8 KLT Hasil Fraksinasi
tersebut maka bercak-bercak yang Identifikasi alkaloid kuinin hasil
dihasilkan kemudian dihitung nilai Rf- pemisahan KLT preparatif dengan
nya, diperoleh pada ketiga fraksi metode KLT dan pereaksi semprot
teridentifikasi adanya kuinin yang dilakukan untuk memastikan bahwa
ditunjukkan dengan adanya fluoresensi fraksi hasil pemisahan KLT preparatif
[16]
biru intensif pada UV 366 nm . mengandung senyawa yang diinginkan
yaitu alkaloid kuinin. Alkaloid kuinin
4.7 KLT Preparatif apabila dideteksi di bawah sinar UV 254
Prinsip pemisahan dalam KLT nm akan menghasilkan pemadaman
Preparatif didasarkan atas perbedaan bercak sehingga spot akan terlihat
daya serap dan daya partisi serta gelap sedangkan pada sinar UV 366 nm
kelarutan dari komponen-komponen akan memberikan fluoresensi berwarna
kimia yang akan bergerak mengikuti biru. Kuinin mampu berfluoresensi
kepolaran eluen atau fase gerak oleh karena memiliki struktur yang kaku dan
karena daya serap adsorben terhadap kromofornya yang diperpanjang. Sistem
komponen kimia tidak sama, maka rangkap terkonjugasi memiliki struktur
komponen kimia akan bergerak dengan yang planar dan kaku sehingga akan
kecepatan yang berbeda sehingga hal mampu menyerap secara kuat di
inilah yang menyebabkan terjadinya daerah 200-800 nm pada radiasi
[17] [19]
pemisahan . elektromagnetik .
Penotolan dalam bentuk pita Identifikasi bercak yang dihasilkan
dilakukan dengan jarak sesempit dilanjutkan dengan menggunakan
mungkin karena pemisahan dalam KLT pereaksi semprot H2SO4 10%.
Preparatif tergantung pada lebar pita, Penggunaan pereaksi semprot H2SO4
dimana semakin sempit pita yang 10% karena mempunyai sifat sebagai
ditotolkan maka pemisahan akan reduktor dalam merusak gugus
semakin baik. Pengerokan seluruh pita kromofor dari zat aktif simplisia
dilakukan untuk mencegah terjadinya sehingga panjang gelombangnya akan
kesalahan ketika dilakukan identifikasi bergeser ke arah yang lebih panjang
pita yang mengandung alkaloid kuinin sehingga noda menjadi tampak oleh
dibawah sinar UV. Hal yang harus mata, sehingga bercak akan tampak
diperhatikan dalam KLT Preparatif yaitu lebih jelas setelah direaksikan dengan
[20]
pelarutan hasil pita yang dikerok harus H2SO4 10% .
segera dilakukan karena semakin lama
analit terikat pada fase diam atau 4.9 Identifikasi KLT-Densitometri
adsorben maka semakin besar Standar kuinin memiliki konsentrasi
kemungkinan dari analit untuk terurai sebesar 1 mg/mL atau setara dengan
[18]
. 1000 ng/µL dan kadar seri 1, 2, 3, 4, 5

9
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
berturut-turut yaitu 2000 ng, 4000 ng, kuinin fraksi etil asetat replikasi I
6000 ng, 8000 ng, 10000 ng. Penetapan menghasilkan rata-rata kadar kuinin
kadar sampel dengan metode KLT- yaitu 15,30% yang sudah sesuai
spektrofotodensitometri menggunakan dengan pustaka yaitu kadar alkaloid
[23]
alat densitometer pada panjang kuinin 15% .
gelombang maksimum kuinin yaitu 250 5. KESIMPULAN
[21]
nm . Fraksi etil asetat kulit batang kina
Berdasarkan data AUC dari (Cinchona succirubra Pav. Ex Klotzsch)
standar maka diperoleh kurva kalibrasi replikasi I menghasilkan kadar rata-rata
dengan persamaan y = 0,6 (10025) - kuinin sebesar 15,30% yang mana
799,716 dengan nilai r = 0,99660. sesuai dengan hasil penelitian Misra et
Dilihat dari nilai r yang mendekati 1, al., (2008) menyebutkan tanaman kina
maka persamaan regresi l memenuhi yang dibudidayakan dapat mengandung
persyaratan linieritas. Penetapan kadar kadar alkaloid kina sampai 15%.
sampel pada hasil fraksi replikasi I
dengan konsentrasi kuinin dalam 6. SARAN
sampel I 0,3023 mg/mL; sampel II Perlu dilakukan pengujian lebih
0,2988 mg/mL; sampel III 0,3167 lanjut dengan menggunakan instrument
mg/mL dan kadar yang diperoleh pada spektrofotometer massa, Inframerah,
sampel I 15,135 %; sampel II 14,94 %; HPLC, dan NMR untuk mengidentifikasi
sampel III 15,83 %. Dengan rata-rata isolat yang didapat merupakan senyawa
kadar kuinin yaitu 15,30%. murni kuinin Cinchona succirubra Pav.
Sampel fraksi replikasi II tidak Ex Klotzsch golongan alkaloid.
terdeteksi pada instrumen dikarenakan
proses penotolan yang semakin ke 7. UCAPAN TERIMA KASIH
kanan menyebabkan jarak semakin Terima kasih penulis ucapkan
berkurang sehingga jarak totolan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
terakhir ke tepi plat kurang dari 1 cm keluarga, pihak yang telah memberikan
sedangkan pada instrumen diatur batas dukungan secara moral maupun
kanan dan kiri 1 cm maka sampel isolat material sehingga artikel ini dapat
II tidak dapat terbaca oleh instrument tersusun dengan baik. Terima kasih
[22]
. penulis ucapakan kepada dosen
Berdasarkan pustaka, kandungan Program Studi Farmasi, FMIPA,
kuinin dalam kulit batang kina liar Universitas Udayana serta teman-teman
adalah 7% sedangkan untuk tanaman yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
kina yang dibudidayakan dapat
mengandung kadar alkaloid kuinin DAFTAR PUSTAKA
sampai 15%. Sehingga dapat [1] Depkes RI. Materia Medika
disimpulkan bahwa penetapan kadar Indonesia, Jilid IV. Jakarta:

10
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Departemen Kesehatan Republik Bioscreening. America. Inc:
Indonesia, 1980. Graceway Publishing Company,
[2] Jhon, N. “Analisis dan 1985.
Karakterisasi Senyawa Alkaloid [10] Marliana, S. D., V. Suryanti, dan
dari Tanaman Kina (Chinchona Suyono. “Skrining Fitokimia dan
ledgeriana)”. Jurnal Penelitian Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Universitas Jambi Seri Sains. 14:2 Komponen Kimia Buah Labu Siam
(2012.): 59-64. (Sechium edule Jacq. Swartz.)
[3] Harijanto, P. N. Perubahan Radikal dalam Ekstrak Etanol”. Biofarmasi.
dalam Pengobatan Malaria di 3:1 (2005): 26-31.
Indonesia, Cermin Dunia [11] Gandjar, I. G. dan A. Rohman.
Kedokteran. Jakarta: PT Kalbe Analisis Kimia Farmasi.
Farma, 2006. Yogyakarta: Pustaka Penerbit,
[4] Amalia, E., T. Parwati dan P. 2007.
Simanjuntak. Produksi Asam [12] Moffat, C. A., M. D. Osselton, and
Lemak Oleat Oleh Mmroba Endofit B. Widdop. Clarke’s Analysis of
Sporodiobolus Salmonicolor dan Drugs and Poisons, In
Tumbuhan Kina (Cinchona Pharmaceuticals, Body Fluids, and
pubescens Vahl.). Bogor: Pusat Postmortem Material, 3 Edition.
Penelitian Bioteknologi LIPI, 2004. London: Pharmaceutical Press,
[5] Wibisana, A. Difusi Teknologi 2005.
Ekstraksi Kinin dan Sinkonin dari [13] Gandjar, I. G. dan A. Rohman.
Produk Samping lndustri Kina dan Analisis Obat secara
Sintesis Turunannya. Tangerang: Spekrofotometri dan 2012.
Balai Pengkajian Bioteknologi, [14] Wall, P. Thin-Layer
2010. Chromatography. United: A
[6] Depkes RI. Sediaan Galenik. Modern Practical Approach, 2005.
Jakarta: Direktorat Jenderal [15] Setyaningrum, M. dan E. Chayono.
Pengawasan Obat dan Makanan, “Pemisahan Sitronelal
1986. menggunakan Kromatografi Kolom
[7] Kusmardiyani, S. dan A. Nawawi. dengan Fasa Diam Siklodekstrin
Kimia Bahan Alam. Jakarta: Pusat Terasetilasi”. Indonesian Journal of
Antar Universitas Bidang Ilmu Chemical Science. 5:2 (2016).
Hayati, 1992. [16] Eagleson, M. Concise
[8] Depkes RI. Farmakope Indonesia, Encyclopedia Chemistry. New
Edisi III. Jakarta: Departemen York: Walter de Gruyter, 1993.
Kesehatan Republik Indonesia, [17] Misra, H., B. K. Metha, dan D. C.
1979. Jain. “Optimization of Extraction
[9] Thompson, E.B. Drug Conditions and HPTLC-UV

11
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020
Methodfor Determination of Chromatography”. Pharmaceutical
Quinine in Different Extracts of Research. 7:1 (2017): 7353-7358
Cinchona spesies Bark”. Rec. Nat.
Prod. 2:4 (2008): 107-115.
[18] Dewi, N. L. A., L. P. S. Adnyani, R.
B. R. Pratama, N. N. D. Yanti, J. I.
Manibuy, N. K. Warditiani.
“Pemisahan, Isolasi, dan
Identifikasi Senyawa Saponin dari
Herba Pegagan (Centella asiatica
L. Urban)”. Jurnal Farmasi
Udayana. 7:2 (2018): 68-76
[19] Stahl, E. Analisis Obat Secara
Kromatografi dan Mikroskopi.
Bandung.: Penerbit ITB, 1985.
[20] Ambarwati, N., R. Rakhmawati, D.
S. C. Wahyuni. “Uji Toksisitas
Fraksi Daun Ambre (Geranium
radula) terhadap Artemia Salina
dan Profil Kandungan Kimia Fraksi
Teraktif”. Biofarmasi. 13:1 (2015.):
15-24.
[21] Moffat, A. C., M. D. Osselton dan
B. Widdop. “Clarke’s Analysis of
Drugs and Poisons in
Pharmaceutical, Body Fluisd, and
Postmortem Material”. Fourth
Edition. London: Pharmaceutical
Press, 2011.
[22] Achan, J., A. O. Talisuna, A.
Erhart, A. Yeka, J. K. Tibenderana,
F. N. Baliraine, P. J. Rosenthal,
dan U. D’Alessandro. “Quinine, An
Old Anti-Malarial Drug in A Modern
World: Role in The Treatment of
Malaria”, Malaria Journal. 10:1
(2011): 144
[23] Bhusal, R. D., D. M. Nahor, P. B.
Dalri. “Review on: Flash Column

12
B I M F I Volume 7 No.2 | Oktober 2020 - Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai