Anda di halaman 1dari 9

Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang

berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder


hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga
tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada
fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan
diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk
mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul
sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Sebagian besar tanaman penghasil
senyawa metabolit sekunder memanfaatkan senyawa tersebut untuk
mempertahankan diri dan berkompetisi dengan makhluk hidup lain di
sekitarnya. Tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder (seperti:
quinon, flavonoid, tanin, dll) yang membuat tanaman lain tidak dapat
tumbuh di sekitarnya.
Alkaloid merupakan sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan. Golongan alkaloid
mempunyai peran dalam menghambat kerja enzim (mampu bersifat sebagai
antibiotik).
Antibiotik merupakan segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan
antibiotik khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi,
meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai
alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotik bekerja seperti
pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme,
hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik berbeda dengan desinfektan
karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan
lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat
bermacam-macam, namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk
menghambat perkembangan bakteri. Adapun salah satu antibiotik yang
dibahas dalam makalah ini yaitu Kina yang merupakan suatu golongan
alkaloid yang mempunyai sifat antipiretik (penawar panas) dan antimalaria.

Sejarah Penemuan Kina


Kina merupakan alkaloid ditemukan dalam kulit pohon cinchona. Kina
telah digunakan untuk mengobati malaria (penyakit berulang yang
ditandai dengan menggigil parah dan demam).

Penemuan dari Kina


1400-an. Kina diambil dari sisi timur Pegunungan Andes. Bubuk kering
kulit pohon kina (Quina) digunakan penduduk Indian Quechua Peru
(asli Amerika Selatan) untuk mengobati demam, demam ini yang
lebih dikenal dengan malaria.
1640: kina diperkenalkan di Kedokteran eropa: Countess Chinchon
sembuh dari Malaria. Jesuit adalah yang pertama untuk membawa
Kina ke Eropa.
1681: kina diterima sebagai Zat Antimalaria
1820: Sampel Kina diisolasi: Pelletier dan Caventou
o untuk menunjukkan kinin yang senyawa aktif terhadap malaria
o untuk Administrasi akurat dosis obat untuk pasien
o pabrik pertama ekstraksi kina di Paris
1849. Adolf Strecker mengidentifikasi rumus yang benar untuk kinin
C20H24N2O2
1850-1908 Sejak itu, beberapa laboratorium dilakukan percobaan
untuk memahami konektivitas dan mengidentifikasi kelompokkelompok yang berbeda functionnal
1856 : Perkin mensintesis quinin
1908 : Rabe konektivitas Molekuler
1918 : Rabe Rekonstruksi Kina dari Quinotoxine
1944 : Woodward Sintesis Total Doering Formal
1970 : Hoffmann-La Roche Sintesis Total, Gates Sintesis Jumlah
1972 : Taylor Total Sintesis
1897 : Mass Spectrometry
1903 : Kromatografi
1912 : X-Ray Kristalografi
1945 : NMR
2001 : Stork Total Sintesis
2004 : Jacobsen dan Sintesis Total Kobayashi
Tumbuhan Kina (Chincona sp.) merupakan bahan baku farmasi yang
sangat dinilai dan terkenal luas sebagai salah satu jenis tanaman obatobatan berkhasiat dan sudah lama digunakan sebagai obat anti malaria.
Khasiat tanaman ini, sabagai anti malaria berasal dari senyawa alkaloid
kuinina (alkaloid chincona) terutama senyawa kuinina (C20H24N2O2),
kuinidina (isomer dari kuinina), sinkonina (C19H22N2O), dan sinkonidina
(isomer dari sinkonina). Hampir keseluruhan bagian tanaman kina (akar,
batang, daun, dan kulit) mengandung senyawa alkaloid kiunina tersebut
dalam persentase yang berbeda.

Proses Sintesis Kina

Upaya untuk mempertahankan kelestarian tanaman obat dan


pemanfaatannya, yang seiring dengan perkembangan ilmu bioteknologi
dicoba satu cara terbaru dalam memproduksi senyawa alkaloid sinkona
dan turunannya dengan memanfaatkan mikroba endpfit yang hidup
dalam tanaman tersebut. Mikroba enoifit adalah mikroba yang hidup di
dalam tanaman sekurangnya selama periode tertentu dari siklus
hidupnya dapat membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa
membahayakan inangnya.
Meskipun penelitian mengenai endofitik telah telah dimulai sejak lama,
tetapi penggunaan mikroba endofit untuk memproduksi senyawa bioaktif
masih sedikit. Mikroba endofit diisolasi dari jaringan tanaman dan
ditumbuhkan pada medium fermentasi dengan komposisi tertentu. Di
dalam medium fermentasi tersebut mikroba endofit menghasilkan
senyawa sejenis seperti yang terkandung pada tanaman inang dengan
bantuan aktivitas enzim. Mikroba endofitik tumbuh dan memproduksi
senyawa metabolit sekunder lebih lambat pada medium buatan daripada
medium di dalam tanaman inangnya, oleh karena itu sangat penting
untuk merancang media lokasi maupun pertumbuhannya yang sesuai.
Kina disintesis dari triptofan melalui 16 tahap dengan menggunakan
membutuhkan
16 enzim untuk
menghasilkan Kina. Dalam proses
sintesis perlu dilakukan penambahan zat induser yang diinokulasikan
secara bersama-sama dengan mediumnya. Zat induser adalah suatu zat
yang memiliki komponen nutrisi yang serupa dengan dengan tanaman
inangnya dan dapat menstimulasi pertumbuhan mikroba endofit dalam
memproduksi senyawa bioaktif sebagai hasil metabolisme sekunder.
Aplikasi Kuinina
Kina akan menghambat proteolisis hemoglobin dan polimerase heme.
Kedua enzim tersebut diperlukan untuk memproduksi pigmen yang dapat
membantu mempertahankan hidup plasmodium tersebut. Kina akan
menghambatan aktivitas heme polimerase tersebut sehingga terjadi
penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme. Sehingga
menghambat sintesis protein, RNA dan DNA, maka akan mencegah
pencernaan hemoglobin oleh parasit dan dengan demikian mengurangi
suplai asam amino yang diperlukan untuk kehidupan parasit.

Kina merupakan alkaloid ditemukan dalam kulit pohon cinchona. Kina telah
digunakan untuk mengobati malaria (penyakit berulang yang ditandai
dengan menggigil parah dan demam).
Klasifikasi Kina (Chinchona spp. )
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Keluarga
: Rubiaceae
Genus : Chinchona
Spesies
: Chinchona spp.
Struktur Kina :

Senyawa Kina
Tumbuhan Kina (Chincona sp.) merupakan bahan baku farmasi yang sangat
dinilai dan terkenal luas sebagai salah satu jenis tanaman obat-obatan
berkhasiat dan sudah lama digunakan sebagai obat anti malaria. Pada
struktur kinin terdapat 2 bagian yaitu cincin kinin dan kinolin (lihat stuktur
kimia di atas). Pada cincin kinolin terdapat 2 atom C asimetrik sehingga
produknya berupa campuran dengan struktur dalam ruang yang berebda.
Khasiat tanaman ini, sabagai anti malaria berasal dari senyawa alkaloid
kuinina (alkaloid chincona) terutama senyawa kuinina
(C20H24N2O2),
kuinidina (isomer dari kuinina), sinkonina (C19H22N2O), dan sinkonidina
(isomer dari sinkonina). Hampir keseluruhan bagian tanaman kina (akar,
batang, daun, dan kulit) mengandung senyawa alkaloid kiunina tersebut
dalam persentase yang berbeda.
Asal Tumbuhan
Kina merupakan tanaman obat berupa pohon yang berasal dari Amerika
Selatan di sepanjang pegunungan Andes yang meliputi wilayah Venezuela,
Colombia, Equador, Peru sampai Bolivia. Daerah tersebut meliputi hutan-

hutan pada ketinggian 900-3.000 m dpl. Bibit tanaman kina yang masuk ke
Indonesia tahun 1852 berasal dari Bolivia, tetapi tanaman kina yang tumbuh
dari biji tersebut akhirnya mati. Pada tahun 1854 sebanyak 500 bibit kina
dari Bolivia ditanam di Cibodas dan tumbuh 75 pohon yang terdiri atas 10
klon. Nama daerah : kina, kina merah, kina kalisaya, kina ledgeriana. Dari
sekian banyaknya spesies kina di Indonesia, hanya 2 spesies yang penting
yaitu C. succirubra Pavon (kina succi) yang dipakai sebagai batang bawah
dan C. ledgriana (kina ledger) sebagai bahan tanaman batang atas..Klon-klon
unggul yang dianjurkan adalah antara lain: Cib 6, KP 105, KP 473, KP 484dan
QRC. C. calisaya Wedd. (kina kalisaya) juga banyak dikenal dan ditanam oleh
masyarakat.
Upaya
untuk
mempertahankan
kelestarian
tanaman
obat
dan
pemanfaatannya, yang seiring dengan perkembangan ilmu bioteknologi
dicoba satu cara terbaru dalam memproduksi senyawa alkaloid sinkona dan
turunannya dengan memanfaatkan mikroba endpfit yang hidup dalam
tanaman tersebut. Mikroba enoifit adalah mikroba yang hidup di dalam
tanaman sekurangnya selama periode tertentu dari siklus hidupnya dapat
membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya.
Meskipun penelitian mengenai endofitik telah telah dimulai sejak lama,
tetapi penggunaan mikroba endofit untuk memproduksi senyawa bioaktif
masih sedikit. Mikroba endofit diisolasi dari jaringan tanaman dan
ditumbuhkan pada medium fermentasi dengan komposisi tertentu. Di dalam
medium fermentasi tersebut mikroba endofit menghasilkan senyawa sejenis
seperti yang terkandung pada tanaman inang dengan bantuan aktivitas
enzim. Mikroba endofitik tumbuh dan memproduksi senyawa metabolit
sekunder lebih lambat pada medium buatan daripada medium di dalam
tanaman inangnya, oleh karena itu sangat penting untuk merancang media
lokasi maupun pertumbuhannya yang sesuai.
Kina disintesis dari triptofan melalui 16 tahap dengan menggunakan
membutuhkan 16 enzim untuk menghasilkan Kina. Dalam proses sintesis
perlu dilakukan penambahan zat induser yang diinokulasikan secara
bersama-sama dengan mediumnya. Zat induser adalah suatu zat yang
memiliki komponen nutrisi yang serupa dengan dengan tanaman inangnya
dan dapat menstimulasi pertumbuhan mikroba endofit dalam memproduksi
senyawa bioaktif sebagai hasil metabolisme sekunder.

Efek Farmakologi
Kulit kina banyak mengandung alkaloid-alkaloid yang berguna untuk obat. Di
antara alkaloid tersebut ada dua alkaloid yang sangat penting yaitu kinine
untuk penyakit malaria dan kinidine untuk penyakit jantung. Manfaat lain
dari kulit kina ini antara lain adalah untuk depuratif, influenza, disentri, diare,
dan tonik.
Kina akan menghambat proteolisis hemoglobin dan polimerase heme. Kedua
enzim tersebut diperlukan untuk memproduksi pigmen yang dapat
membantu mempertahankan hidup plasmodium tersebut. Kina akan
menghambatan aktivitas heme polimerase tersebut sehingga terjadi
penumpukan substrat yang bersifat sitotoksik yaitu heme. Sehingga
menghambat sintesis protein, RNA dan DNA, maka akan mencegah
pencernaan hemoglobin oleh parasit dan dengan demikian mengurangi
suplai asam amino yang diperlukan untuk kehidupan parasit.
Senyawa
: merupakan bentuk L-stereoisomer dari kuinidin.
Asal tumbuhan : kulit pohon chincona
Efek farmakologis :
#FARMAKOKINETIK
Kinin di absorbsi baik jika diberikan secara oral maupun intramuscular.
Absorbsi secara oral terutama terjadi di usus halus dan mencapai 80%,
walaupun pada pasien diare. Setelah pemberian secara oral, kadar kinin
dalam plasma mencapai maksimum dalam waktu 3-8 jam, dan kemudian
didistribusikan keseluruh tubuh. Farmakokinetik kinin dapat berubah sesuai
dengan keparahan infeksi malaria.
# FARMAKODINAMIK

Kinin bereaksi terutama melawan parasit malaria bentuk eritrositikaseksual


dan memiliki efek minimal terhadap parasit di hepar. Seperti antimalaria
lainnya, kinin juga membunuh bentuk seksual P.vivax, P.malariae dan P.ovale,
namun tidak membunuh bentuk gametosit dewasa P.falciparum. kini juga
tidak membunuh parasit malaria bentuk pre eritrositik. Mekanisme aksi kinin
sebagai antimalaria yaitu melalui inhibisi detoksifikasi haem parasit dalam
vakuola makanan, namun mekanismenya tidak jelas diketahui.

Quinin merupakan alkaloid penting yang dapat diperoleh dari kulit pohon
sinkona atau kina dan termasuk golongan kuinolin methanol yang memiliki:
1. Spektrum Afinitas Obat
a. Skizontosida darah
Quinin aktif sebagai skizontosida darah terhadap semua jenis Plasmodium.
Senyawa ini digunakan untuk kasus kegagalan pengobatan malaria tanpa
dan dengan komplikasi.
2. Gametositosida
Bersifat gametosida terhadap stadium gametosit P. vivax, P. malarie dan P.
ovale.
Farmakokinetik
Setelah melewati lambung, kina dengan cepat dan sempurna diserap oleh
usus halus, kemudian sebagian besar (sekitar 70%) beredar dalam bentuk
basa yang terikat pada protein plasma. Konsentrai puncak dalam plasma
dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah dosis pertama. Kontraksi dalam eritrosit
seperlima konsentrasi dalam plasma. Kina cepat melewati barrier plasenta
dan dapat ditemukan dalam cairan serebropinal. Sebagian besar kina
dimetabolisir di dalam hati dalam waktu 10-12 jam dan dieskresikan melalui
urin.
5. Toksisitas dan Efek Samping
Dosis tunggal > 3 g dapat menyebabkan timbulnya intoksikasi akut,
didahului dengan gejala depresi sususnan saraf pusat dn kejang hingga
kematian. Gejala lain yaitu hipotensi, cardiac arrest (gagal jantung) dan
gangguan penglihatan hingga kebutaan.
Pada pemakaian dosis harian, yaitu antara 600-1.500 mg akan menyebakan
timbulnya beberapa gejala sebagai berikut:
a. Sindrom Cinchonism: tinitus/telinga berdenging, gangguan pendengaran,
serta vertigo/pusing. Gejala ini biasanya timbul pada hari kedua, walaupun
demikian pengobatan harus tetap dilanjutkan.
b. Gangguan pada jantung dan peredaran darah, gastrointestinal, serta
sistem saraf pusat akibat akumulasi obat per oral atau pemberian per infus
yang berleihan. Hipotensi berat juga dapat terjadi bila pasien diinjeksi terlalu
cepat.
Hipoglikemis terjadi pada infus kina, hal ini disebabkan obat akan
menstimulasi sekresi insulin oleh sel pankreas terutama pada ibu hamil.
Penanganan: Tidak ada zat penangkal bagi kina, sehingga penanganan
dilakukan secara simptomatis.
6. Kontra Indikasi: idiosinkrasi, riwayat black water fever.
7. Interaksi Otot

Kina tidak boleh diberikan bersama dengan obat antimalaria lain, sperti
amiodarane dan flecanide. Resiko aritmia ventrikuler meningkat jika diberi
bersama dengan antihistamin seperti tefenadin, antipsitotik seperti pimozide
dan thioridazine. Simetidin akan menghambat metabolisme kina. Rifampicin
akan menurunkan konsentrasi plasma kina, sehingga akan meningkatkan
angka kegagalan pengobatan.
8. Formulasi Obat
a. Tablet berlapis gula, 222 mg kina sulfat.
b. Injeksi: i ampul 2 cc kina dihidroklorida 255 setara dengan 500 mg.
Contoh: Kina Sulfat haeptahidrat 2 mg/tablet salut
Kemasan: tube 10 tablet; dos 12 tablet; botol 1000 tablet.

Anda mungkin juga menyukai