Anda di halaman 1dari 6

1

KEBERADAAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI LAMBANG KEBANGGAAN


NASIONAL

Putro Nuriza Mulia


Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
pnurizamulia@gmail.com

ABSTRAK

Artikel ini memberikan perhatian pada implementasi penanaman pendidikan karakter nilai
nasionalisme melalui mencintai bahasa Indonesia. Karakter nasionalisme cinta bahasa Indonesia
ini merupakan perwujudan cinta kepada tanah air dan bangsa melalui mencintai penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar Pendidikan dan sebagai bahasa persatuan. Tujuan
penanaman karakter nasionalisme ini adalah agar mahasiswa mencintai dan dapat menggunakan
bahasa Indonesia dengan baik dan benar sebagai bahasa nasional dan bahasa yang bisa menyatukan
persatuan dan kesatuan dalam kehidupan pada keseharian mahasiswa di keluarga, kampus dan
masyarakat. Artikel ini ditulis berdasarkan pada kajian sikap bahasa, terutama kebanggaan
mahasiswa terhadap bahasa Indonesia.

Kata Kunci: Bahasa Indonesia, cinta tanah air, bahasa dan sastra.

ABSTRACT

This article pays attention to the implementation of the cultivation of character education of
nationalism values through loving Indonesian. The character of nationalism of love Indonesian is
a manifestation of love for the homeland and nation through loving the use of Indonesian as the
language of instruction in education and as a language of unity. The purpose of instilling
nationalism character is so that students love and can use Indonesian properly and correctly as a
national language and a language that can unite unity and unity in the daily lives of students in
families, campuses and communities. This article is written based on a study of language attitudes,
especially students' pride in Indonesian.

Keywords: Indonesian, love of homeland, language and literature.

1. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi yang umum dalam masyarakat. Bahasa diucapkan dan
didengar. Menurut Finocchiarno (1964:8) bahasa adalah satu system simbol vokal yang arbitrer,
memungkinkan semua orang dalam satu kebudayaan tertentu, atau orang lain yang telah
mempelajari system kebudayaan tersebut untuk berkomunikasi atau berinteraksi. Berdasarkan
paparan ringkas tersebut, wajar kiranya kita sebagai salah satu warga bangsa indonesia ikut andil
dalam melestarikan bahasa indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang bila diucapkan
2

tidak benar dan salah akan menjadi tidak baik. Seseorang yang memiliki kemampuan berbicara
akan lebih mudah dalam menyampaikan ide atau gagasan kepada orang lain, keberhasilan
mengunakan ide itu sehingga dapat diterima oleh orang yang mendengarkan atau yang diajak
berbicara. Penggunaan bahasa yang baik dan benar sangatlah diperlukan agar bisa menjadi identitas
bangsa yang beradab. Penggunaan gaya bahasa yang kasar dan tidak sopan akan menganggu nilai
nilai karakter yang baik. Kesopanan dalam berbicara dan bertutur katapun mesti dilestarikan dan
perlu ditanamkan sejak dini. Penanaman nasionalisme cinta tanah air perlu ditanamkan sejak dini
agar terwujud rasa nasionalisme cinta Indonesia. Salah satu kiat yang dapat kita lakukan adalah
dengan senang atau cinta berbahasa indonesia karena selain sebagai alat komunikasi pada
umumnya, bahasa juga memiliki fungsi- fungsi yang dapat kita temukan dari segi kedudukannya
sebagai bahasa negara dan bahasa nasional seperti alat pemersatu bangsa. Disisi lain, Bahasa
Indonesia telah banyak ditinggalkan atau 'dimelencengkan' penggunaannya. Bahasa Indonesia
bukan lagi bahasa pemersatu bangsa yang dapat dimengerti oleh kalangan manapun di Indonesia.
Berdasarkan alasan ini, maka penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah dengan judul “Keberadaan
Bahasa Indonesia Sebagai Lambang Kebanggaan Nasional”, agar dapat membantu melestarikan
bahasa Indonesia.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara keseluruhan, fenomena yang muncul dan terjadi di tengah-tengah mahasiswa


memperlihatkan penggunaan bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa daerah dan bahasa
inggris yang kadang terdengar lucu dan janggal. Misalkan oke dan otw. Secara umum, mahasiswa
berpendapat bahwa mereka bangga terhadap bahasa Indonesia, namun lucu, kaku dan terasa sangat
formal bila menggunakan bahasa Indonesia yang baik pada kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanggan mahasiswa terhadap bahasa Indonesia baru sebatas jargon, walau
tidak ada mahasiswa yang melecehkan bahasa Indonesia, seperti menganggap mempelajari bahasa
Indonesia itu tidak perlu, namun terlihat mahasiswa masih lebih mengutamakan menggunakan kata
asing dibandingkan dengan menggunakan padanan kata asli Indonesia, serta membuat istilah-
istilah baru yang merusak kata baku bahasa Indonesia. Dapat dilihat, secara umum kebanggaan
mahasiswa terhadap bahasa Indonesia ada, namun belum terbangkitkan secara maksimal karena
kurangnya motivasi dan teladan berbahasa Indonesia yang sesuai kaidah baik di lingkungan rumah
maupun di lingkungan kampus.

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu termasuk rumpun bahasa Austronesia yang
telah digunakan sebagai lingua franca di nusantara sejak abad- abad penanggalan modern, paling
tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari- hari ini sering dinamai dengan istilah
melayu pasar. Jenis ini sangat lentur sebab sangat mudah dipahami dan ekspresif. Awal penamaan
bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober
1928. Di sana, pada kongres nasional kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk Indonesia pasca-kemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya
sendiri, jawa (bahasa mayoritas saat itu), namun beliau memilih bahasa Indonesia berdasarkan
3

bahasa melayu yang dituturkan di Riau. Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan
Negara Republik Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut, jika bahasa Jawa
digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik Indonesia akan merasa dijajah oleh suku
Jawa yang merupakan puak (golongan) mayoritas di Republik Indonesia. Bahasa Jawa jauh lebih
sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan
kasar yang dipergunakan untuk orang yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila
pengguna kurang memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.
Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada tahun 1945, pengguna
bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura
masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan,
diharapkan di negara-negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan
semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.

Peran dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi
mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap
kebenaran informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang harus dihindari
dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa gaul. Hal ini
mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia
baik dalam kehidupan seharihari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian
bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini
mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini
membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat
diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang
berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturanaturan dari tempatnya
berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama
lainnya mengerti, alat tersebut disebut bahasa. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk
bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga
mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia memancarkan nilainilai sosial
budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita
harus bangga, menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan terhadap bahasa
Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus
bangga memakainya dengan memelihara dan mengembangkannya.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan lambang bangsa Indonesia.
Berarti bahasa Indonesia akan dapat mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan
watak sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri kepribadian kita tidak
tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa
Indonesia yang sebenarnya. Sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar
4

belakang sosial budaya dan bahasanya memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar
belakang sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu dalam kebangsaan,
cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan
serasi hidupnya, karena mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh
masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan menggunakan bahasa
Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah
masing-masing. Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah sedikit pun.
Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia.

Keberadaan bahasa Indonesia


Keberadaan berasal dari kata “ada” yang artinya “hadir, kelihatan, berwujud sesuatu baik
benda maupun manusia menyangkut apa yang dialami dalam kehidupan”, (Novi Sri P, 2009: 6).
Berbicara tentang keberadaan, seiring dengan perkembangan jaman, bahasapun telah banyak
mengalami perkembangan. Baik perkembangan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Keberadaan Bahasa Indonesia bisa saja punah bila kita tidak dapat melestarikannya. Bahasa
Indonesia bukan lagi bahasa pemersatu bangsa yang dapat dimengerti oleh kalangan manapun di
Indonesia. Tidaklah salah menggunakan bahasa adat yang ada, namun akan lebih baik bila kita juga
mampu berBahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak harus sesuai dengan EYD, tetapi dengan
adanya 'bahasa gaul', keberadaan Bahasa Indonesia telah hilang. Bahasa Indonesia dianggap kolot
dan tidak gaul. Jika kita tidak ingin Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing di negeri kita sendiri
maka keberadaannya senantiasa harus dipelihara, perkembangannya harus dicermati. Kepunahan
bahasa indonesia ditandai oleh beberapa hal, yaitu : 1. Sikap menganggap mudah terhadap bahasa
Indonesia. 2. Sikap yang lebih menghargai bahasa asing daripada bahasa Indonesia ( bahasanya
sendiri). 3. Anggapan sebagian pengajar yang bukan guru bahasa Indonesia.
Adapun upaya-upaya untuk tetap mencintai bahasa Indonesia sebagai media komunikasi dan
tetap ada dalam sanubari bangsa Indonesia, adalah sebagai berikut.
1. Teladan
Perbuatan yang dilakukan oleh pribadi-pribadi yang dipercaya sebagai pemimpin, haruslah
dapat dipertanggungjawabkan karena mereka selalu berhubungan dengan masyarakat luas,
sehingga semua gerakgerik, tingkah laku, serta bahasa yang digunakan selalu menjadi sorotan
masyarakat.
2. Tanggung jawab
Segala sesuatu yang dilakukan atau diperbuat oleh seseorang harus berdasarkan rasa
tanggung jawab, dalam arti tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Pentingnya Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan


Indonesia sebagai sebuah kesatuan fisik, semangat dan jiwa bukanlah cita-cita yang terbentuk
begitu saja. Pentingnya mempersatukan nusantara membuat Gajah Mada pernah bersumpah lewat
Sumpah Palapa: “Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika
mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang,
Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa“. Bahasa Indonesia itu memiliki
5

kekuatan luar biasa yang mampu melampaui kekuatan militer. Dengan bahasa Indonesia yang
mahir bung Tomo mampu membakar semangat para pejuang nasionalisme pada tanggal 10
Nopember 1945. Bung Karno, yang menguasai sedikitnya tujuh bahasa asing dengan baik, mampu
menyuarakan seruan hatinya dengan bahasa Indonesia lewat pidato-pidatonya yang membahana
dan memukau. Amunisi kata-katanya begitu kaya dan dalam. Kemampuannya membangun
struktur kalimat dalam setiap pidatonya mampu membuat siapa pun yang mendengarnya
merasakan tumbuhnya tunas semangat baru dalam hidupnya. Di era pembangunan kita semua pun
telah menjadi saksi bahwa bahasa mampu meredam gejolak ekonomi, mampu mengurangi
sensitifitas sosial dan politik bahkan membalikkan sesuatu yang berkesan negatif menjadi positif.
Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak popular dapat kita hindari dengan menghaluskan
ungkapan.
Bahasa Indonesia juga adalah bahasa yang mampu menjembatani jurang komunikasi antar
suku yang memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda. Sarana utama yang mewujudkan dan
memelihara Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah tidak perlu menerjemahkan setiap kebijakan
menjadi bahasa daerah yang berlain-lainan. Para peneliti, wisatawan, politisi, pengusaha dan pihak-
pihak yang berkepentingan lainnya tidak perlu mempelajari bahasa daerah jika mereka
mengunjungi daerah-daerah di seluruh pelosok Indonesia. Jika kita tidak ingin Bahasa Indonesia
menjadi bahasa asing di negeri kita sendiri maka keberadaannya senantiasa harus dipelihara,
perkembangannya harus dicermati.

Sikap Berbahasa
Sikap berbahasa merupakan respon yang diterima seseorang sebagai penilaian terhadap
bahasa tertentu (Fishman, 1986). Sikap bahasa adalah keadaan mental atau perasaan, baik rasa suka
maupun rasa tidak suka terhadap bahasa itu sendiri atau orang lain (Kridalaksana, 1985:153). Kedua
pendapat di atas menyatakan bahwa sikap bahasa merupakan reaksi seseorang (pemakai bahasa)
terhadap bahasanya maupun bahasa orang lain. Seperti dikatakan Richard, et al. dalam Longman
Dictionary of Applied Linguistics (1985:155) bahwa sikap bahasa adalah sikap pemakai bahasa
terhadap keanekaragaman bahasanya sendiri maupun bahasa orang lain. Rusyana (1988: 31 - 32)
menyatakan bahwa sikap berbahasa masyarakat sebagai pengguna bahasa baik yang dwibahasawan
maupun yang multibahasawan akan berwujud berupa perasaan bangga atau mengejek, menolak
atau sekaligus menerima suatu bahasa tertentu atau masyarakat pemakai bahasa tertentu, baik
terhadap bahasa yang dikuasai oleh setiap individu maupun oleh anggota masyarakat.
Seperti diketahui bahwa pada masyarakat kita muncul fenomena sikap negatif (rasa tidak
bangga) terhadap bahasa Indonesia, khususnya para generasi muda. Fenomena itu sangat
merugikan bagi perkembangan bangsa Indonesia. Tentu sikap positif juga tumbuh pada sebagian
kecil masyarakat Indonesia. Sikap positif berbahasa itu ditandai oleh tiga ciri, yaitu 1) kesetiaan
bahasa (language loyality), 2) kebanggaan bahasa (language pride), dan 3) kesadaran adanya norma
bahasa (awareness of the norm).

3. KESIMPULAN
6

Bahasa bisa menjadi ciri khas pribadi seseorang yang santun dan berbudaya. Keberadaan
Bahasa Indonesia bisa saja punah bila kita tidak dapat melestarikannya. Bahasa Indonesia bukan
lagi bahasa pemersatu bangsa yang dapat dimengerti oleh kalangan manapun di Indonesia.
Tidaklah salah menggunakan bahasa adat yang ada, namun akan lebih baik bila kita juga mampu
berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa itu baik bila digunakan sesuai dengan situasi
pembicaraan-penggunaannya. Melihat permasalahan di atas, dimana bahasa Indonesia yang baik
dan benar menjadi sebuah permasalahan yang kompleks. Maka langkah-langkah penanggulangan
untuk menjaga marwah dan keberadaan bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggan nasional
bangsa Indonesia adalah teladan dan tanggung jawab serta bijak dalam menggunakan bahasa
Indonesia dan juga bahasa gaul. Adapun kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri
sendiri berdampak pada lunturnya pemakaian bahasa Indonesia dalam pendidikan dan pengajaran
ataupun dalam kehidupan sosial masyarakat.

4. SARAN

Berdasarkan pembahasan pada tulisan ini, saran penulis mengenai permasalah tersebut dapat
diatasi dengan menerapkan sikap: 1) senang atau cinta mempelajari berbahasa indonesia, 2)
mengakui keberadaan bahasa Indonesia, dan 3) mengajarkan kepada anak- anak mengenai
perkembangan bahasa indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abid, S. 2015. Keberadaan Bahasa Indonesia Dalam Mewujudkan Persatuan Bangsa Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB 2015. Lubuk Linggau: Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu
Pendidikan (STKIP-PGRI) Kota Lubuk Linggau.
Chadijah, S. 2017. Kebanggaan Terhadap Bahasa Indonesia (Language Pride) Di Purwakarta. Kuningan:
Universitas Kuningan.
Kusumawati, I. 2019. Penanaman Karakter Nasionalisme Cinta Bahasa Indonesia Pada Bulan Bahasa Dan
Sastra. AoEJ: Academy of Education Journal Vol 10 No 2. Yogyakarta: Universitas
Cokroaminoto Yogyakarta.
Rahayu, A, P. 2017. Menumbuhkan Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar Dalam Pendidikan Dan
Pengajaran. Bahasa Indonesia dalam Pendidikan. Magetan: Sekolah Tinggi Agama Islam Ma‟arif
Magetan.
Riniwati. 2015. Mari Mencintai Bahasa Indonesia. Transformatika, Volume 11. Magelang: Universitas
Tidar.
Werdiningsih, E. 2016. Menumbuhkan Rasa Bangga Generasi Muda Terhadap Bahasa Indonesia Sebagai
Bahasa Nasional Dan Internasional. LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah. Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang.

Anda mungkin juga menyukai