Anda di halaman 1dari 238

PENGEMBANGAN E-MODUL BERBASIS PROBLEM BASED

LEARNING BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA


MATERI VIRUS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Shil Viina Rohmaniyah


11180161000027

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengembangan E-modul Berbasis Problem Based Learning


Bermuatan Pendidikan Karakter pada Materi Virus disusun oleh Shil Viina
Rohmaniyah, NIM 11180161000027, Program Studi Tadris Biologi, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta , telah melalui bimbingan dan dinyatakan sahh sebagai karya ilmiah yang
berhak untuk diujikan pada siding munaqasah sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 4 Januari 2023

Yang Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd Dina Rahma Fadlilah, M.Si


NIP. 19681228000031003 NIDN. 2028128903

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

Skripsi berjudul Pengembangan E-Modul Berbasis Problem Based Learning


Bermuatan Pendidikan Karakter pada Materi Virus disusun oleh Shil Viina
Rohmaniyah, NIM 11180161000027 diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah
dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 09 Februari 2023 di
hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Tadris Biologi.

Jakarta, 10 Februari 2023

Panitia Ujian Munaqasah


Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Program Studi)
Dr. Yanti Herlanti, M.Pd. 13-02-2023
NIP. 19710119 200802 2 010

Penguji I
Prof. Dr. Zulfiani, M.Pd. 13-02-2023
NIP. 197603092005012002

Penguji II
10-02-2023
Yuke Mardiati, M.Si.
NIP. 197601172007012013

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dr. Sururin, M.Ag.


NIP. 19710319 199803 2 001

iv
ABSTRAK

Shil Viina Rohmaniyah (11180161000027). Pengembangan E-modul Problem


Based Learning Bermuatan Pendidikan Karakter pada Materi Virus. Skripsi
Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan e-modul biologi problem based
learning dengan muatan pendidikan karakter pada materi virus yang layak untuk
digunakan dalam pembelajaran. Keterbacaan dan hasil respon peserta didik
terhadap e-modul juga menjadi tujuan dari penelitian ini. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode pengembangan atau developmental research
dengan model ADDIE, yaitu: Analyze, Design, Development, Implementation, dan
Evaluation. Pada tahap development dihasilkan produk e-modul yang sudah
divalidasi oleh 2 orang validator ahli, dan juga sudah diuji keterbacaannya melalui
uji coba skala kecil dengan 16 peserta didik sebagai sampel. Setelah dilakukan
revisi sesuai dengan hasil tahap development, produk e-modul diuji cobakan
terhadap 35 peserta didik untuk mengetahui respon mereka terhadap e-modul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa e-modul problem based learning bermuatan
pendidikan karakter pada materi virus layak digunakan dengan hasil validasi ahli
materi 94.55 %, dan ahli media 89,38% dengan kategori sangat layak untuk
digunakan. Sementara itu ,uji keterbacaan mendapat skor sebesar 95.5% yang
menunjukkan hasil sangat positif terhadap keterbacaan e-modul, dan hasil respon
peserta didik sebesar 77,104% yang berarti mendapat respon positif dari peserta
didik. Dengan demikian, e-modul yang dikembangkan dinyatakan layak untuk
digunakan sebagai salah satu bahan ajar penunjang dalam pembelajaran biologi.

Kata Kunci: e-modul; pendidikan karakter; problem based learning; virus;


addie

v
ABSTRACT

Shil Viina Rohmaniyah (11180161000027). Development E-modul Based on


Problem Based Learning With Character Education Content on Virus
Material. Skripsi of Biology Education Program, Faculty of Tarbiyah and
Teachers Training, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2023.
This study aimed to develop a problem based learning biology e-module with
character education content on virus material that is suitable for use in learning.
The method used in this research is the developmental research method with the
ADDIE model, namely: Analyze, Design, Development, Implementation, and
Evaluation. At the development stage, an e-module product was produced which
had been validated by 2 expert validators, and its readability had also been tested
through a small-scale trial with 16 students as a sample. After the revision was
carried out according to the results of the development stage, the e-module
product was tested on 35 students to find out their response to the e-module. The
results showed that the problem based learning e-module contains character
education on virus material which is feasible to use with the validation results of
material experts 94.55%, and media experts 89.38% with the category very
feasible to use. Meanwhile, the readability test got a score of 95.5% which
showed very positive results for the readability of the e-module, and the results of
the student response were 77.104% which means that students received a positive
response. Thus, the developed e-module is declared feasible to be used as one of
the supporting teaching materials in biology learning

Keyword: e-module; character education; problem based learning; virus; addie

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, Tuhan penguasa alam yang
telah memberikan limpahan nikmat, hikmah, dan hidayah-Nya kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan E-modul Problem
Based Learning Bermuatan Pendidikan Karakter pada Materi Virus”. Solawat
serta salam semoga selalu tersampaikan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, dan juga para sahabatnya.

Apresiasi dan terima kasih yang sebesar-besarnya, disampaikan kepada smeua


pihak yang terlibat dan juga memberikan dukungan pada penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Dengan tulus dan ikhlas, penulis berterimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Tadris Biologi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si., selaku sekretaris Program Studi Tadris
Biologi UIN Jakarta
4. Ibu Dr. Baiq Hana Susanti, M. Si., selaku pembimbing akademik yang
selalu memberikan semangat dan bimbingan kepada mahasiswa
Pendidikan Biologi A 2018
5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd. dan Ibu Dina Rahma Fadlilah, M.Si.,
selaku dosen pembimbing I dan II dengan penuh sabar membimbing dan
memberikan motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan sebaik-baiknya.
6. Bapak, Ibu, Kakak, dan semua keluarga yang selalu memberikan doa dan
dukungan secara moril maupun materil, dan kasih sayang yang tidak
terhingga
7. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Tadris Biologi yang telah banyak
memberikan ilmu dan juga pengalaman berharga
8. Validator e-modul yang telah memberikan banyak saran dan masukan
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbaikan e-modul

vii
9. Ibu Sulhah Amaliyah, S.Pd,. selaku guru Biologi MAN 1 Tangerang
Selatan yang selalu membantu penulis selama penelitian
10. Peserta Didik X MIPA MAN 1 Tangerang Selatan yang telah bersedia
membantu selama proses penelitian
11. Awanda, Ines, Ilu, APN, Dea, Helsa, Kamila, Hanna, dan semua teman-
teman Tadris Biologi 2018 A yang sudah banyak memberikan dukungan
pada penulis selama penelitian
12. Teman-teman Mblebs 18 yang selalu memberikan dukungan dan semangat

Kepada semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini semoga Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat ganda dan tidak ternilai sebagai amal saleh
dan ketaatan kepada-Nya. Amin.

Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam
karya ilmiah ini yang masih jauh dari sempurna, sehingga penulis memerlukan
kritik dan saran yang membangun terkait penelitian yang sudah dilakukan agar
menjadi pengalaman berharga di kemudian hari. Semoga karya ilmiah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca dan penulis untuk melakukan penelitian lanjutan.

Jakarta, 22 Desember 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI......................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH ........................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9
A. Deskripsi Teoritik ..................................................................................... 9
1. E- Modul Sebagai Bahan Ajar .................................................................. 9
2. Model Pembelajaran Problem based learning ........................................ 16
3. Pendidikan Karakter................................................................................ 23
4. Materi Virus ............................................................................................ 29
B. Penelitian Relevan .................................................................................. 33
C. Kerangka Berpikir ................................................................................... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 39
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 39
B. Metode Penelitian ................................................................................... 39
C. Desain Penelitian .................................................................................... 40

ix
1. Analisis ................................................................................................... 41
2. Desain ..................................................................................................... 41
3. Pengembangan (Development) ............................................................... 42
4. Implementasi ........................................................................................... 43
5. Evaluasi ................................................................................................... 44
D. Objek dan Subjek Penelitian ................................................................... 44
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 44
1. Instrumen Tahapan Analisis ................................................................... 45
2. Instrumen Tahap Pengembangan (Development) ................................... 47
3. Instrumen Tahap Implementasi............................................................... 49
F. Teknik Pengolahan Data ......................................................................... 49
1. Pengolahan Tahap Pengembangan (Development.................................. 49
2. Pengolahan Data Implementasi............................................................... 50
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 51
1. Analisis Data Validasi dan Respon Peserta Didik .................................. 51
2. Analisis Data Ketrebacaan E-modul ....................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 54
A. Deskripsi Hasil Pengembangan .............................................................. 54
1. Tahap Analyze (Analisis) ....................................................................... 54
2. Tahap Design (Perancangan) .................................................................. 63
3. Tahap Development (Pengembangan) .................................................... 68
4. Tahap Implementasi ................................................................................ 78
5. Tahap Evaluasi ........................................................................................ 78
B. Deskripsi dan Analisis Uji Coba ............................................................. 79
1. Data Hasil Validasi E-Modul Problem Based Learning Bermuatan
Pendidikan Karakter Pada Materi Virus ................................................. 79
2. Data Hasil Uji Coba Skala Kecil ............................................................ 97
3. Data Hasil Uji Coba Skala Besar .......................................................... 101
C. Kajian Produk Akhir ............................................................................. 108
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 111
A. Kesimpulan ........................................................................................... 111

x
B. Saran ..................................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113
LAMPIRAN ....................................................................................................... 122

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Wawancara Guru ................................................................... 45


Tabel 3. 2 Kisi-kisi Angket Peserta Didik ............................................................ 46
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Validasi Ahli Media .............................................................. 47
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi............................................. 47
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Instrumen Keterbacaan E-modul ........................................... 48
Tabel 3. 6 Kisi-kisi Instrumen Respon Peserta Didik ........................................... 49
Tabel 3. 7 Kriteria Pedoman Skor pada Skala Likert............................................ 50
Tabel 3. 8 Kriteria Pedoman Skor pada Skala Gutman ........................................ 50
Tabel 3. 9 Kriteria Pedoman Skor pada Skala Likert............................................ 51
Tabel 3.10 Kriteria Kelayakan E-modul ............................................................... 52
Tabel 3. 11 Kriteria Keterbacaan .......................................................................... 53
Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Guru Biologi................................................ 54
Tabel 4.2 Hasil Angket Peserta Didik ................................................................... 56
Tabel 4.3 Tujuan Pembelajaran............................................................................. 63
Tabel 4.4 Indikator Nilai Karakter dalam E-modul .............................................. 67
Tabel 4.5 Hasil Validasi Kelayakan Media........................................................... 80
Tabel 4.6 Hasil Perbaikan E-modul Sesuai Saran Validator Media ..................... 82
Tabel 4.7 Hasil Validasi Kelayakan Materi E-modul ........................................... 86
Tabel 4.8 Hasil Perbaikan Sesuai Saran Validator Materi .................................... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Keterbacaan ........................................................................... 98
Tabel 4.10 Hasil Respon Peserta Didik .............................................................. 102

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan Nilai Pendidikan Karakter dan Sikap Ilmiah .................. 29
Gambar 2 2 Kerangka Berpikir ............................................................................. 38
Gambar 3. 1 Model Pengembangan ADDIE......................................................... 40
Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Virus ................................................................. 60
Gambar 4.2 Nilai Karakter dalam E-modul .......................................................... 61
Gambar 4.3 Flowchart E-modul............................................................................ 66
Gambar 4.4 Header ............................................................................................... 68
Gambar 4.5 Judul E-modul ................................................................................... 69
Gambar 4.6 Panduan E-modul .............................................................................. 69
Gambar 4.7 Menu KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran ............................... 70
Gambar 4.8 Peta Konsep E-modul ........................................................................ 70
Gambar 4.9 Tampilan Awal Menu Kegiatan Pembelajaran ................................. 72
Gambar 4.10 Tampilan Materi .............................................................................. 72
Gambar 4.11 Tampilan Ayo Selidiki .................................................................... 73
Gambar 4.12 Tampilan Fitur Lets Be Creative ..................................................... 74
Gambar 4.13 Tampilan Soal Evaluasi ................................................................... 74
Gambar 4.14 Karakter Rasa Ingin Tahu ............................................................... 75
Gambar 4.15 Kritis ................................................................................................ 76
Gambar 4.16 Karakter dalam LKPD ..................................................................... 76
Gambar 4.17 Karakter dalam Info Biologi ........................................................... 77
Gambar 4.18 Karakter Religius, Tekun, Kerja Keras, dan Peduli ........................ 77
Gambar 4.19 Peta Konsep Sebelum Revisi .......................................................... 83
Gambar 4.20 Peta Konsep Setelah Revisi ............................................................. 84
Gambar 4.21 Tampilan Ilustrasi Sebelum Revisi ................................................. 84
Gambar 4.22 Ilustrasi Setelah Revisi .................................................................... 85
Gambar 4.23 Panduan Sebelum Direvisi .............................................................. 90
Gambar 4.24 Panduan Setelah Direvis Bagian Depani......................................... 90
Gambar 4.25 Panduan untuk Guru dan Peserta Didik yang Sudah Dipisah ......... 91
Gambar 4.26 Tujuan Pembelajaran Belum Direvisi ............................................. 92
Gambar 4.27 Tujuan Pembelajaran Setelah Direvisi ............................................ 93
Gambar 4.28 Materi Struktur Virus ...................................................................... 94
Gambar 4.29 Ilustrasi Siklus Litik dan Lisogenik Sebelum Direvisi ................... 95
Gambar 4.30 Ilustrasi Siklus Litik dan Lisogenik Setelah Direvisi ...................... 96
Gambar 4.31 Nama Virus a) Sebelum direvisi, dan b) Setelah direvisi ............... 97
Gambar 4.32 Tampilan Ayo Selidiki Sebelum Revisi .......................................... 99
Gambar 4.33 Tampilan Ayo Selidiki Setelah Revisi ............................................ 99
Gambar 4.34 Tampilan Halaman a) sebelum ditambah Glosarium, b) sesudah
ditambah Glosarium .................................................................... 101

xiii
Gambar 4.35 Tampilan Judul Sebelum Direvisi ................................................. 103
Gambar 4.36 Tampilan Judul dan Homepage Setelah Direvisi .......................... 104
Gambar 4 37 LKPD Sebelum Direvisi................................................................ 105
Gambar 4.38 LKPD Setelah Direvisi .................................................................. 106
Gambar 4.39 a) Panduan Peserta Didik Sebelum Direvisi, b) Panduan Peserta
Didik Setelah Direvisi ................................................................. 107

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara ............................................................................ 123


Lampiran 2. Instrumen dan Hasil Angket Analisis Kebutuhan ......................... 126
Lampiran 3. Hasil Analisi Kurikulum ................................................................ 130
Lampiran 4. Hasil Rancangan Produk Awal ...................................................... 132
Lampiran 5. Instrumen dan Hasil Validasi ........................................................ 146
Lampiran 6. Instrumen dan Hasil Uji Keterbacaan ........................................... 163
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .............................................. 170
Lampiran 8. Instrumen dan Hasil Respon Peserta Didik .................................. 177
Lampiran 9. Produk Akhir E-modul Problem Based Learning Bermuatan
Pendidikan Karakter ...................................................................... 181
Lampiran 10 Lembar Uji Referensi .................................................................... 201
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian...................................................................... 222
Lampiran 12. Dokumentasi ................................................................................. 223

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad 21 merupakan masa dimana perkembangan teknologi


informasi dan komunikasi semakin maju. Hal ini membuat persaingan
untuk mendapat kesempatan dalam berbagai hal tidak dapat dihindarkan,
sehingga pendidikan yang bermakna diperlukan untuk menciptakan
sumber daya manusia yang tangguh, mandiri, berakhlak mulai, cakap, dan
memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Pendidikan
mendorong individu untuk selalu mengembangkan potensi di dalam
dirinya sehingga mampu untuk menghadapi perubahan ilmu pengetahuan
dan teknologi.1

Pendidikan sendiri diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara


sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran dengan tujuan agar peserta didik mampu mengembangkan
potensi dalam dirinya secara aktif untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat. 2 Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam UU No. 20
Tahun 2003, yaitu mengembangkan kemampuan serta membentuk watak
dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

1
I Kadek Darmayasa, Nyoman Jampel, dan Alexander Hamonangan Simamora,
"Pengembangan E-Modul Ipa Berorientasi Pendidikan Karakter Di Smp Negeri 1 Singaraja",
Jurnal Edutech, Vol. 6, 2018, h. 53–65,.
2
Syaril dan Zelhendri Zen, Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2014) h.
32.

1
2

warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab. 3 Hal ini


menunjukkan bahwa pendidikan nasional berfungsi sebagai sarana
mengembangkan potensi dan menumbuhkan karakter baik dalam diri
seseorang.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional di atas, maka


pengembangan potensi dan karakter baik dalam diri peserta didik menjadi
sesuatu yang penting untuk dilakukan. Penerapan pendidikan karakter
dapat digunakan untuk mempersiapkan generasi yang mampu bersaing di
era masyarakat 5.0. Menurut World Economic Forum, era ini menekankan
pada kemampuan pemecahan masalah, penciptaan nilai, pengakuan
perbedaan, desentralisasi, resiliensi dan keberlanjutan, serta harmoni
dalam lingkungan. Masyarakat 5.0 juga disebutkan memiliki kehidupan
yang nyaman dan penuh semangat. Semua aspek tersebut tentunya
memerlukan sumber daya manusia yang memiliki karakter unggul sebagai
pengendali utama dalam integrasi dunia maya dan dunia nyata.4 Suwaratini
juga menyatakan bahwa generasi yang memiliki karakter unggul dapat
membantu untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.5

Salah satu persoalan yang dihadapi lembaga pendidikan di Indonesia


adalah rendahnya nilai karakter yang dimiliki oleh peserta didik. Saat ini
banyak peserta didik yang lebih mementingkan hasil belajar tanpa
memperhatikan pentingnya pengembangan karakter dan watak. Banyak
peserta didik yang ramai menyontek demi memperoleh nilai bagus, tidak

3
Agil Lepiyanto, "Membangun Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Biologi,"
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi), Vol. 2, 2011, h. 2.
4
Rajab Agustini dan Meysurah Sucihati, "Penguatan Pendidikan Karakter melalui
Literasi Digital sebagai Strategi menuju Era Society 5.0", Prosiding seminar nasional pendidikan
program pascasarjana universitas PGRI palembang, 2020, h 625,.
5
Sri Suwartini, Pendidikan Karakter dan Pembangunan Sumber Daya Manusia
Berkelanjutan, Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol. 4, 2017, h. 222.
3

memiliki sopan santun, tawuran, membolos sekolah, dan kebut-kebutan di


jalan raya.6

Selain itu, dampak dari kemajuan sarana teknologi, informasi, dan


komunikasi yang tidak dapat dihindari membuat generasi saat ini memiliki
sikap yang kontra dengan nilai-nilai pendidikan karakter. Data
menunjukkan sekitar 90% anak muda sekarang dapat mengakses media
sosial dengan mudah tanpa mengenal batasan waktu. Fenomena ini telah
memunculkan gejala-gejala yang kontra produktif dengan jiwa
nasionalisme, seperti sikap narsisme, hedonisme, kurangnya disiplin,
tanggung jawab, kurangnya perhatian dengan lingkungan sekitar, dan
masih banyak lainnya.7 Masalah-masalah ini harus diatasi sedini mungkin
untuk mengantisipasi munculnya generasi penerus yang tidak memiliki
perhatian terhadap lingkungan sekitar, tidak bertanggung jawab, dan
memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan


karakter peserta didik adalah melalui pendidikan formal yang terpogram,
bertahap, dan berkesinambungan. Sekolah menjadi lembaga pendidikan
formal yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan
pengembangan kompetensi peserta didik melalui pembelajaran dan
aktivitas di sekolah.8 Saat ini banyak sekolah yang mendukung
pelaksanaan pendidikan karakter dalam budaya atau kebiasaan yang
dilakukan di sekolah, salah satunya adalah MAN 1 Tangerang Selatann.
Hal ini dapat dilihat dari visi, misi, dan tujuan MAN 1 Tangerang Selatan
yang mengharapkan peserta didik untuk mengembangkan kepribadian dan
karakter baik dalam dirinya dan kehidupan bermasyarakat.

6
Mundiarto, "Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sains", Jurnal Pendidikan
Karakter, 2013, h. 153,.
7
Santoso, et al., "Urgensi Pendidikan Karakter Pada Masa Pandemi Covid 19", Seminar
Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2020, h. 559,.
8
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (1 ed.)
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2,.
4

Selain diaplikasikan dalam kegiatan pembiasaan di sekolah,


pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan dalam setiap materi
pembelajaran yang memiliki nilai-nilai tersendiri, seperti pembelajaran
biologi.9 Adanya muatan pendidikan karakter dalam pembelajaran biologi
bukanlah sesuatu yang baru. Sesuai dengan hakikat sains, pembelajaran
biologi dapat menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan sikap
jujur, disiplin, rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kreatif, tanggung jawab,
dan sikap lainnya.10 Dalam pembelajaran biologi sendiri pada tingkat
menengah berfokus pada penerapan nilai religius, peduli kesehatan,
mandiri, toleransi, bersahabat/komunikatif, peduli sosial, tanggung jawab,
dan peduli lingkungan.11 Selain melalui kegiatan pembelajaran, integrasi
materi pembelajaran dengan pendidikan karakter dapat dilakukan
menggunakan bahan ajar.

Bahan ajar sendiri merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Hal


ini lantaran bahan ajar berfungsi sebagai sesuatu yang diupayakan untuk
dipahami oleh peserta didik.12 Penggunaan bahan ajar dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bahan ajar juga dapat dirancang
sedemikian rupa untuk membantu peserta didik dalam mencapai suatu
kompetensi tertentu, salah satunya adalah pendidikan karakter.13
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin cepat,
membuat dibutuhkannya bahan ajar yang inovatif dan berbasis teknologi.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi saat ini,
memungkinakn adanya bahan ajar yang memuat berbagai media dalam
satu bahan ajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk belajar.
9
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 10.
10
Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto, Relavansi pendidikan karakter dengan sikap
ilmiah dalam perspektif pembelajaran IPA di sekolah dasar, Eksplorasi, Vol. XXIX, 2017, h. 214..
11
Eva Nauli Taib dan Masri, Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Biologi
pada Sekola Menengah Atas di Takengon dan Lhokseumawe, Jurnal Ilmiah Didaktika, Vol. 20,
2020h. 228.
12
Sugiarni, Bahan Ajar, Media, dan Teknologi Pembelajaran, (Tangerang Selatan: Pascal
Books, 2021), h. 44.
13
Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Sains, (1 ed.) (Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 5.
5

Hasil angket peserta didik kelas X MAN 1 Tangerang Selatan


menunjukkan jika pembelajaran di dalam kelas belum menggunakan
media yang variatif. Media yang digunakan oleh guru berupa powerpoint,
gambar, dan juga artikel. Peserta didik juga mengaku bosan dan tidak
semangat saat belajar menggunakan buku cetak yang menjadi bahan ajar di
kelas.. Selain itu, membahas tentang pendidikan karakter dalam
pembelajaran, buku yang digunakan sebagai bahan ajar di kelas belum
memiliki muatan pendidikan karakter. Hal ini disampaikan oleh guru saat
wawancara bahwa, bahan ajar cetak yang digunakan sebagai pegangan
peserta didik dalam belajar belum banyak memiliki muatan pendidikan
karakter di dalamnya. Materi yang disampaikan juga kurang fokus dan
terlalu luas.. Oleh karena itu diperlukan pengembangan sebuah bahan ajar
yang menarik, dengan media pembelajaran yang beragam, dan juga
mengandung muatan pendidikan karakter di dalamnya. Pengembangan ini
dilakukan agar pembelajaran lebih efektif dan efisien. 14

Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan adalah e-modul. E-


modul merupakan bentuk elektronik atau digital dari modul yang biasanya
hadir dalam bentuk cetak. E-modul memiliki beberapa keunggulan seperti
sifatnya yang interaktif memudahkan navigasi, serta mampu menampilkan
berbagai media seperti gambar, audio, video, dan juga animasi. Penyajian
soal latihan dalam e-modul juga memungkinkan peserta didik untuk
mendapatkan respon secara otomatis.15 Pengembangan e-modul dapat
membantu meningkatkan motivasi peserta didik, dengan susunan e-modul
yang mementingkan fleksibilitas, sesuai kebutuhan peserta didik dan
tujuan pembelajaran, serta berfokus dalam memberikan kesempatan
berlatih bagi peserta didik.16

14
I Kadek Darmayasa, Nyoman Jampel, dan AlexanderHamonangan Simamora, loc. cit.
15
Irfan Yusuf dan Sri Wahyu Widyaningsih, Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran, (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), h. 76.
16
Slamet Triyono, in Dinamika Penyusunan Modul, (Indramayu: CV. Adanu Abimata,
2021), h. 44,.
6

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengembangkan


e-modul sebagai bahan ajar biologi dengan muatan pendidikan karakter.
Pengembangan e-modul yang dilakukan mengangkat virus sebagai materi
utama dengan menggunakan fenomena covid 19 yang saat ini sedang
marak dibicarakan saat ini. Hal ini dilakukan agar e-modul memuat konten
materi yang kontekstual dan berkaitan dengan masalah dunia nyata,
sehingga dapat membuat peserta didik termotivasi untuk belajat lebih jauh.
Selain itu, penyusunan e-modul juga mempertimbangkan kemungkinan e-
modul digunakan dengan model pembelajaran yang mendukung keaktifan
peserta didik, yaitu problem based learning. Model ini sendiri
menekankan pada pendekatan pembelajaran berbasis masalah dunia
nyata.17 Penggunaan materi virus yang kontekstual dan model
pembelajatan inovatif problem based learning diharapkan dapat membantu
peserta didik untuk mengembangkan nilai karakter baik dalam dirinya
selama mempelajarai e-modul ini.

Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mengembangkan e-modul


berbasis problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada
materi virus.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini berdasarkan latar belakang


yang sudah disusun antara lain:
1. Kurangnya nilai karakter dalam diri peserta didik
2. Bahan ajar yang digunakan belum banyak terkandung nilai karakter
3. Bahan ajar yang digunakan kurang menarik dan media yang
digunakan kurang bervariasi
4. Kebutuhan peserta didik terhadap bahan ajar yang inovatif dan
dikemas secara menarik pada pembelajaran biologi

17
Israfiddin, Abdul Gani, dan Saminan, Penerapan Model Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Gerak di SMP Negeri 2
Delima, Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol. 4, 2016, h. 38,.
7

C. Batasan Masalah
Penelitian yang dilakukan hanya sebatas pada permasalahan berikut ini:
1. Pengembangan yang dimaksudkan adalah pengembangan e-modul
berbasis problem based learning dengan muatan pendidikan
karakter pada materi virus.
2. Nilai karakter yang dimasukkan dalam e-modul berdasarkan hasil
yang diperoleh saat tahap analisis
3. Pengembangan yang dilakukan hanya untuk menghasilkan e-modul
yang valid dan layak digunakan sebagai bahan ajar
4. Tahapan dalam susunan materi e-modul disampaikan dengan
menggunakan sintaks dari model pembelajatan problem based
learning

D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengembangan e-modul berbasis problem based learning
bermuatan pendidikan karakter pada materi virus?

E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menghasilkan e-modul berbasis problem based learning bermuatan
pendidikan karakter pada materi virusyang layak untuk digunakan
sebagai bahan ajar

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat bagi peserta didik, guru,
dan sekolah. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
a. Memberikan pengetahuan baru bagi peserta didik
b. Menambah referensi belajar peserta didik
c. Menambah sumber belajar yang bisa meningkatkan kemandirian
peserta didik
8

d. Memberikan pengetahuan tentang nilai karakter sebagai


landasan dalam berpikir dan bertindak
e. Meningkatkan pengalaman belajar peserta didik menjadi lebih
luas dengan bahan ajar yang inofativ
2. Bagi guru
a. Memperoleh bahan ajar tambahan yang bisa digunakan sebagai
alternative dalam kegiatan belajar mengajar.
b. Memperoleh bahan ajar inovatif yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik dan tuntutan kurikulum
c. Membantu dalam menyampaikan nilai karakter penting pada
peserta didik
3. Bagi sekolah
a. Sebagai salah satu bahan ajar alternatif yang dapat digunakan
di sekolah
b. Sebagai acuan untuk mengembangkan bahan ajar lainnya pada
mata pelajaran biologi
c. Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan
mutu pembelajaran di sekolah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritik

1. E- Modul Sebagai Bahan Ajar


Proses pembelajaran memerlukan sebuah sumber yang memuat
informasi yang dibutuhkan untuk belajar atau yang disebut sumber belajar.
Sumber belajar adalah komponen dalam proses belajar yang
memungkinkan peserta didik memperoleh pengetahuan kognitif, afektif,
keyakinan, emosional, dan perasaan. Singkatnya sumber belajar merupakan
sesuatu yang digunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya
proses belajar.1 Sedangkan bahan ajar adalah semua macam bentuk bahan
yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar
juga diartikan sebagai bahan yang dipelajari oleh peserta didik sebagai
sumber informasi.2

Bahan ajar digunakan oleh guru atau peserta didik bertujuan untuk
memudahkan proses pembelajaran. Seorang guru harus bisa menentukan
mana bahan ajar yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan
cocok dengan karakteristik peserta didik. Hal ini lantaran bahan ajar
digunakan sebagai sarana peserta didik untuk belajar, sehingga dalam
penyusunannya harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Tidak
hanya peserta didik, guru juga mendapatkan manfaat dengan adanya bahan
ajar. Guru bisa bebas memilih dan mengembangkan bahan ajar sesuai
dengan kebutuhan materi dan karakteristik peserta didik. Kesiapan guru
dalam menyusun dan menentukan bahan ajar memungkinkan guru untuk
lebih banyak terlibat dalam proses pembelajaran seperti mengembangkan

1
Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis, Desain Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Sains, (1 ed.) (Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 1.
2
Kosasih, Pengembangan Bahan Ajar, (1 ed.) (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2021), h.1.

9
10

minat peserta didik dan membantu peserta didik yang terlambat dalam
proses belajar.3

Tidak hanya bagi guru, bahan ajar juga memiliki peran bagi peserta
didik seperti bisa belajar sesuai urutan yang dipilihnya. Dengan adanya
bahan ajar, kegiatan belajar bisa menyesuaikan kecepatan masing-masing
peserta didik, sehingga belajar tidak terikat dengan keberadaan guru dan
waktu yang digunakan juga lebih fleksibel. Sebuah bahan ajar dikatakan
baik apabila memenuhi kepentingan peserta didik dan guru dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan kepentingan peserta didik, suatu bahan ajar
harus memberikan informasi secara sistematis dan terprogram, bahan ajar
harus mampu mengembangkan kemampuan peserta didik. Bahan ajar
berisi penguatan tentang materi yang telah dipelajari. Sementara untuk
kepentingan guru, bahan ajar haruslah menyampaikan materi secara
terprogram sesuai dengan kurikulum, kompetensi dasar haruslah
dijabarkan sesuai dengan kurikulum.4

Tersedianya bahan ajar dalam proses pembelajaran sangat penting.


Adanya bahan ajar menjadi salah satu indikator keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar merupakan pedoman kegiatan pembelajaran
sekaligus representasi dari penjelasan guru.5 Bahan ajar berisi uraian
informasi dan pesan yang harus disampaikan yang sesuai dengan target dan
sasaran yang akan di capai yaitu tujuan pembelajaran. Bahan ajar
membantu guru dalam menyampaikan materi selama kegiatan
pembelajaran. Umumnya, bahan ajar dibagi menjadi dua jenis berdasarkan
bentuknya yaitu bahan ajar cetak dan non-cetak. Salah satu bahan ajar cetak
yang banyak digunakan oleh guru adalah modul.

Modul merupakan bahan ajar cetak yang dirancang agar peserta didik
melakukan pembelajaran secara mandiri. Hal ini diartikan bahwa peserta
3
Ibid , h. 1-2.
4
Ibid, h. 4.
5
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), h.
273.
11

didik dapat melakukan kegiatan belajar sendiri tanpa bantuan pendidik.6


Modul didesain dengan mengedepankan kemandirian peserta didik dalam
belajar, dengan menggunakan modul pembelajaran dapat dilakukan dimana
saja dan kapan saja karena dapat digunakan dengan bimbingan minimal
dari guru.

Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh Yaumi bahwa modul


merupakan unit terkecil dari suatu pembelajaran, dimana peserta didik
dapat melakukan kegiatan pembelajaran tanpa kehadiran pendidik secara
langsung. Modul memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan
bantuan yang minimal dari guru.7 Adapun menurut Kosasih, modul
diartikan sebagai satuan pembelajaran yang lengkap, berdiri sendiri, dan
terdiri atas rangkaian kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kosasih menambahkan bahwa modul juga memiliki pengertian sebagai
satuan kegiatan belajar yang didesain oleh guru secara sistematis untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan tertentu.8 Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa modul merupakan suatu unit kegiatan belajar yang
didesain oleh tenaga pendidik secara utuh dan sistematis yang berguna
untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran secara
mandiri.

Modul memiliki ciri khas yang membedakannya dari bahan ajar


lainnya. Modul memiliki karakteristik yang mendefinisikan apa itu modul
dan juga bagaimana bentuknya. Modul dicirikan sebagai unit kegiatan
belajar terkecil, tersusun atas rangkaian kegiatan belajar yang sistematis,
memiliki tujuan belajar yang jelas dan khusus, serta selalu menerapkan
kemandirian belajar peserta didik.9 Departemen Pendidikan menjelaskan

6
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Pengembangan Media Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2021), h. 158.
7
Muhammad Yaumi, Media dan Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2018), h. 111.
8
Kosasih, op. cit., h. 18
9
Najuah, Pristi Suhendro Lukitoyo, dan Winna Wirianti, Modul Elektronik : Prosedur
Penyusunan dan Aplikasinya, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 8.
12

bahwa modul memiliki 5 karakteristik yang membedakannya dengan bahan


ajar lain. Lima karakteristik tersebut adalah self instruction, self contained,
stand alone, adaptive. dan user friendly.10 Pendapat tersebut tersebut
menunjukkan bahwa karakteristik utama modul adalah mendukung
kemandirian peserta didik dalam belajar, sehingga penyusunan modul harus
sistematis, berdiri sendiri, mudah digunakan, memiliki tujuan pembelajaran
yang jelas dan spesifik, serta informasi yang dimuat dalam modul sesuai
dengan perkembangan zaman. Dengan demikian meskipun hanya dengan
pengawasan minimal dari guru, peserta didik tetap dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan mandiri.

Adapun arti dari lima karakteristik modul menurut Departemen


Pendidikan adalah sebagai berikut, a) Self instruction, maksudnya adalah
penyusunan e-modul dilakukan agar peserta didik dapat memahaminya
dengan bantuan yang minimal dari orang lain; b) Modul disebut self
contained karena materi pembelajaran dalam e-modul harus disusun secara
utuh dan lengkap, sehingga peserta didik dapat mempelajari modul secara
tuntas. Pembagian materi modul dalam unit-unit harus memperhatikan
sistematika yang jelas. Selain itu, juga harus memperhatikan keluasan
kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik; c) Dalam
penggunaannya modul harus berdiri sendiri (stand alone) dan tidak
tergantung pada media lain atau harus digunakan bersamaan dengan media
lain; d) Informasi dan juga teknologi yang termuat dalam modul harus
adaptif terhadap perkembangan ilmu dan teknologi dan juga fleksibel untuk
digunakan; e) Penggunaan modul hendaknya memudahkan peserta didik
untuk memahami dan mempelajari isi modul. Oleh karena itu, media dalam
modul harus mudah dijalankan, instruksi yang disampaikan mudah dan
bahasa yang digunakan komunikatif dan sesuai dengan pembaca.11

10
Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun Prasetyo, "Pengembangan E-Modul Ipa Berbasis
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa", Jurnal Teknologi
Pendidikan, Vol. 07, 2019, h. 91,.
11
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, op. cit., h. 161-162
13

Salah satu karakteristik modul adalah tersusun secara utuh, lengkap,


dan tuntas. Dalam penyusunannya, modul memiliki komponen yang harus
termuat di dalamnya. Sebuah modul minimal harus terdiri dari 9 unsur yang
termuat di dalamnya, yaitu tujuan, petunjuk penggunaan, kegiatan belajar
yang dilakukan peserta didik, rangkuman materi, tugas dan latihan, daftar
pustaka, evaluasi, kriteria keberhasilan, dan kunci jawaban.12 Susunan lebih
lengkap dari sebuah modul dijelaskan oleh Daryanto bahwa sebuah modul
memiliki kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium,
pendahuluan, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Pendahuluan sebuah
modul berisi kompetensi sesuai kurikulum, deskripsi, waktu, prasyarat,
petunjuk penggunaan modul, tujuan akhir, dan cek penguasaan standar
kompetensi. Runtutan kegiatan pembelajaran berisi tujuan, uraian materi,
rangkuman, tugas, tes, dan lembar kerja untuk praktik.13 Intinya, dalam
sebuah modul harus termuat tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan,
kegiatan pembelajaran, tugas, soal evaluasi, glosarium, kunci jawaban, dan
kriteria keberhasilan.
Susunan modul secara singkat hanya terdiri atas bagian awal, bagian
isi, dan bagian penutup. Bagian pendahuluan berisi deskripsi modul,
kesesuaian modul dengan pengetahuan yang dimiliki, dan tujuan
pembelajaran. Bagian isi atau inti berisi penjabaran materi, dalam bagian
ini terdapat judul kegiatan pembelajaran, uraian materi, latihan,
kesimpulan, tes formatif, dan tindak lanjut. Bagian terakhir berisi penutup
modul, tes formatif, glosarium, dan lampiran terkait isi modul.14 Oleh
karena itu, sesuai dengan tiga pendapat sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa komponen modul terdiri dari bagian pendahuluan yang berisi judul,
panduan penggunaan, daftar isi, kata pengantar, dan tujuan pembelajaran,;
bagian inti tersusun atas kegiatan pembelajaran yang berisi uraian materi,

12
Wina Sanjaya, Perncanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Fajar
Interpratama, 2011), h. 156.
13
Daryanto, Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru dalam Mengajar,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 25-26.
14
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Op. Cit., h. 164.
14

lembar kerja, rangkuman, dan tugas.; bagian penutup berisi daftar rujukan,
glosarium, dan lampiran terkait isi modul.

Adapun kelebihan pembelajaran menggunakan modul adalah sebagai


berikut: a) modul dapat memberikan umpan balik sehingga peserta didik
langsung bisa langsung melakukan perbaikan, b) Tujuan pembelajaran
dalam modul dituliskan secara jelas sehingga kinerja peserta didik menjadi
lebih terarah, c) Modul dapat disusun dengan desain yang menarik dan
sesuai kebutuhan peserta didik, sehingga mampu meningkatkan motivasi
peserta didik untuk belajar, d) modul bersifat fleksibel, e) dapat menjalin
kerjasama dan mengurangi persaingan antar peserta didik, f) perbaikan bisa
dilakukan karena peserta didik mengetahui kelebihan dan kekurangannya
selama proses belajar menggunakan modul.15

Modul cukup populer dengan bentuk cetak, meski begitu penggunaan


internet untuk media pengembangan modul semakin marak dilakukan.
Transformasi modul dari bentuk cetakan menjadi bentuk digital tidak dapat
dihindarkan. Perubahan ini menjadikan modul elektronik atau e-modul
lebih diminati karena mudah dan fleksibel dalam penggunaannya. Beberapa
e-modul juga diintegrasikan dengan internet, sehingga memungkinkan
berbagai jenis media seperti video dan gambar dapat diakses hanya dengan
menggunakan satu bahan ajar saja yaitu e-modul. Penggunaan internet
seperti web membuat peserta didik lebih mudah dan fleksibel untuk
mengakses informasi yang dibutuhkan.16 Pembelajaran dalam jaringan pun
membuat belajar lebih efisien tanpa terikat ruang dan waktu. Tentunya
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan tersebut
berdampak pada pengubahan penyajian bahan ajar dari cetak menjadi
elektronik, salah satunya adalah dengan munculnya e-modul.

15
Lasmiyati dan Idris Harta, "Pengembangan Modul Pembelajaran untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Minat SMP", PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 9,
2014, h. 164.
16
Rehab Abdelhai, et al., "An E-Learning Reproductive Health Module To Support
Improved Student Learning And Interaction : A Prospective Interventional Study At A Medical
School In Egypt, BMC Education, Vol. 11, 2012. h. 4.
15

E-modul merupakan penggabungan media cetak dan media elektronik


yang menyajikan informasi secara sistematis, menarik, dan interaktif.
Sebagaimana prinsip modul, e-modul tetap menjunjung tinggi kemandirian
peserta didik dalam penggunaannya.17 E-modul juga diartikan sebagai
bahan ajar mandiri yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
tersusun secara sistematis, berbentuk elektronik. Sebagai bahan ajar
elektronik membuat e-modul dapat diintegrasikan dengan berbagai media
seperti audio, video, animasi, dan navigasi yang tentunya membuat e-modul
18
semakin interaktif. E-modul membuat pembelajaran lebih interaktif,
efisien, dan fleksibel sehingga prinsip kemandirian belajar dapat
diaplikasikan secara lebih maksimal dengan menggunakan e-modul.
Dengan adanya e-modul, peserta didik bisa belajar dimana saja dan kapan
saja dengan menggunakan gadget, seperti handphone, laptop, ataupun PC.

Fleksibilitas dalam memperoleh informasi menjadi salah satu manfaat


dari penggunaan e-modul. Dengan menggunakan e-modul, peserta didik
dapat memperoleh informasi yang lebih luas. Hal ini lantaran, dalam
penggunaan e-modul memungkinkan peserta didik untuk mengakses
sumber lain yang berasal dari internet. Selain itu, penggunaan e-modul
dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Penyajian konten
materi yang lebih menarik dengan memasukkan video, animasi, ataupun
gambar dalam e-modul, sehingga peserta didik lebih bersemangat untuk
belajar dengan menggunakan e-modul. Beberapa kemampuan abad 21
seperti kemampuan berpikir kritis dan literasi sains dapat ditingkatkan
dengan penggunaan e-modul.19 Penggunaan e-modul juga diharapkan dapat
menjadi alternatif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini

17
Haliyatun Najwa dan Bambang Sabariman, "Penerapan E-Modul Dengan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran Mekanika Teknik Di SMK Negeri 3
Surabaya", Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan, Vol. 7, 2021, h. 2.
18
Lidia Aprileny Hutahean, Siswandari, dan Harini, "Pemanfaatan E-Module Iteraktif
Sebagai Media Pembelajaran di Era Digital", Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan
Pascasarjana UNIMED, vol. 1, 2019, h. 301 .
19
Fatika Wulandari, Relsas Yogica, dan Rahmawati Darussyamsu, "Analisis Manfaat
Penggunaan E-Modul Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-
19", Khazanah Pendidikan: Jural Ilmiah Kependidikan, Vol. 15, 2021, h. 143.
16

lantaran penggunaan modul cetak sebelumnya kurang mendapat perhatian


dari peserta didik.20 Hasil ini juga tetap berkaitan dengan prinsip modul
yang dapat digunakan sesuai kebutuhan peserta didik.

Beberapa aspek dalam e-modul lebih unggul dari modul cetak. Salah
satunya adalah pola belajar yang memungkinkan peserta didik lebih
mandiri. Konten e-modul memudahkan peserta didik untuk lebih
memahami materi secara interaktif. Pembelajaran dengan menggunakan e-
modul tentunya lebih bervariasi dengan pengintegrasian berbagai media.
Meskipun begitu komponen yang ada dalam e-modul tidak memiliki
perbedaan yang signifikan, hanya dalam bentuknya saja.

2. Model Pembelajaran Problem based learning

Model pembelajaran merupakan proses perencanaan atau pendekatan


yang digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran yang
bertujuan untuk membentuk perubahan perilaku peserta didik agar dapat
meningkatkan motivasi dalam pembelajaran.21 Tujuan dari model
pembelajaran adalah untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik
bagi peserta didik, sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk belajar.
Selaras dengan hal tersebut, model pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik
dalam pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.22 Dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu
perencanaan pengalaman belajar yang sistematis untuk meningkatkan
motivasi peserta didik dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.

20
Najwa dan Sabariman, loc. cit.
21
Ponidi, Model Pembelajaran Karakter, in Model Pembelajaran Efektif dan Inovatif, ed.
Satria Abadi dan M. Uslihudin (Indramayu: CV Adanu Abimata, 2021), h. 10,.
22
Shilphy A Octavia, Model-Model Pembelajaran, (Sleman: Deepublish, 2020), h. 12.
17

Penggunaan model pembelajaran dapat diaplikasikan dalam


menyusun bahan ajar. Bahan ajar perlu untuk memuat sebuah model
pembelajaran yang mampu untuk meningkatkan suatu kemampuan peserta
didik sesuai kebutuhannya, salah satunya adalah problem based learning.
Model pembelajaran problem based learning menjadi salah satu model
yang direkomendasikan dalam kurikulum 2013 dan juga sebagai salah satu
model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendidikan karakter.
Problem based learning merupakan model pembelajaran yang
menitikberatkan pada keaktifan peserta didik dalam belajar, peserta didik
dituntut untuk menyelesaikan masalah dengan merumuskan solusi secara
mandiri.23 Problem based learning membuat pembelajaran lebih aktif, hal
ini tentunya mampu membuat sebuah suasana belajar lebih hidup,
menjadikannya efektif dan efisien sehingga dapat mencapai tujuan dalam
pembelajaran. Model ini membuat pembelajaran di dalam kelas menjadi
student center dan mengurangi peran guru sebagai pusat dalam
pembelajaran, sehingga peserta didik lebih dapat mengembangkan potensi
yang ada di dalam dirinya.
Model problem based learning merupakan suatu rangkaian proses
pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah
secara ilmiah.24 Proses penyelesaian masalah secara ilmiah ini
memungkinkan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar yang
lebih luas. Problem based learning membuat peserta didik berhadapan
langsung dengan permasalahan dunia nyata sebagai sumber dan sarana
belajar tanpa mengesampingkan pengetahuan dan konsep pembelajaran,
dengan tujuan untuk memberikan pengalaman bagi peserta didik dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan problem solving. 25

23
Najwa dan Sabariman, loc. cit.
24
Lilis Lismaya, Berpikir Kritis dan PBL (Problem Based Learning), (Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019), h. 13.
25
Ari Anang Setyo et al., Strategi Pembelajaran Problem Based Learning, (Makasar:
Yayasan Barcode, 2020), h. 19.
18

Pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai sumber dan sarana


belajar membuat pengetahuan yang didapatkan menjadi sulit untuk
dilupakan. Model ini juga disebut sebagai kegiatan belajar yang
menghasilkan suatu pengetahuan melalui proses kerja menuju pemahaman
dari suatu masalah.26 Dengan pembelajaran problem based learning,
pembelajaran menjadi pengalaman bermakna bagi peserta didik. Masalah
nyata yang diberikan membuat peserta didik lebih memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat dijadikan sebuah solusi. Secara
tidak langsung kemampuan berpikir kritis dan kreatif peserta didik akan
terasah selama proses pembelajaran.
Salah satu keuntungan dalam menggunakan problem based learning
adalah model ini mendorong peserta didik untuk belajar bekerjasama dalam
kelompok untuk menemukan solusi masalah dunia nyata. Problem based
learning memiliki kemampuan untuk melatih peserta didik menemukan
konsep berdasarkan masalah nyata dengan keterampilan penyelidikan.27
Pembelajaran menggunakan masalah sebagai sumber dan sarana belajar
bisa membiasakan peserta didik untuk mengaplikasikan dua pengetahuan
konseptual dan prosedural secara bersamaan. Kemampuan pemecahan
masalah juga dianggap penting untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.28 Problem based learning berguna dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi dan kolaborasi peserta didik, kemampuan problem solving,
kritis, dan kreatif juga dapat diasah menggunakan model pembelajaran ini.
Model problem based learning memiliki filosofi yang sama dengan
konstruktivis, dimana peserta didik diberi kesempatan untuk lebih banyak
mencari dan memproses informasi sendiri secara aktif, membangun
pengetahuan sendiri, dan membangun makna melalui pengalamannya

26
Howard S Barrows dan Robyn M Tamblyn, Problem-Based Learning: An Approach to
Medical Education, (New York: Springen Publishing Company, 1980), h. 1.
27
Rian Vebrianto, Problem Based Learning untuk Pembelajaran yang Efektif di SD/MI,
(Riau: Dotplus, 2021), h. 3.
28
Imami Arum Tri Rahayu, "Mengembangkan Keterampilan Memecahkan Masalah
Melalui Pembelajaran Berdasar Masalah", Journal of Vocational and Technical Education (JVTE),
Vol. 1, 2019, h. 1–2.
19

dalam belajar.29 Pembelajaran menggunakan problem based learning


memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
komunikasi dengan melakukan kerjasama di dalam kelompok. Melalui
penyelidikan, problem based learning juga dapat membantu peserta didik
untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengelaman belajar
yang aktif dan bermakna.
Model pembelajaran problem based learning bukan bertujuan untuk
memberi pengetahuan sebanyak-banyaknya pada peserta didik, melainkan
model ini bertujuan untuk membangun dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan pemecahan masalah peserta didik, serta meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan
sendiri.30 Hal ini menjadikan problem based learning sebagai salah satu
model pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Peserta didik dapat mekonstruksi pengetahuan
tentang suatu materi melalui pengalaman belajar, sehingga informasi yang
didapat menjadi tidak terlupakan.
Tidak seperti model pembelajaran lain, problem based learning
memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan model
pembelajaran lain. Menurut Tan, karakteristik problem based learning
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a) menggunakan masalah
sebagai starting point dari pembelajaran; b) masalah yang digunakan
adalah fenomena nyata yang disajikan secara tidak terstruktur; c) masalah
mengundang banyak perspektif; d) masalah menantang pengetahuan
peserta didik; e) pembelajaran mandiri adalah hal yang diutamakan; f)
memanfaatkan berbagai pengetahuan, h) pembelajaran berkaitan dengan
kolaborasi, komunikasi, dan kerjasama; g) mementingkan pengembangan
keterampilan inkuiri dan problem solving; f) problem based learning

29
Aminatul Husna, Miftahul Jannah, dan Siti Nurhalimah, "Implementasi Model
Pembelajaran Problem Based Learning Pada Materi Getaran dan Gelombang Berbasis Pendidikan
Karakter dalam Membentuk Iman dan Taqwa", Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam,
Vol. 2, 2020, h. 442.
30
Muhammad Fathurrahman, Model-Model Pembelajaran Inovatif, (Sleman: Ar-Ruzz
Media, 2015), h. 113-114.
20

menyangkut sintesis dan integrasi pembelajaran; h) problem based learning


termasuk di dalamnya terdapat evaluasi dan review dari pengalaman belajar
peserta didik. 31 .
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Fathurrahman, yang
menyatakan bahwa problem based learning memiliki karakteristik sebagai
berikut: a) belajar dimulai dengan suatu masalah; b) memastikan bahwa
masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata; c)
mengorganisasikan pelajaran di seputar masalah, bukan di seputar disiplin
ilmu; d) memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri; e) menggunakan kelompok kecil; f) menuntut pembelajar untuk
mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu
produk atau kinerja.32
Singkatnya menurut Trianto, model problem based learning memiliki
tiga ciri utama yaitu pertama terdapat aktivitas pembelajaran yang
mengaharapkan peserta didik untuk aktif berpikir, melakukan komunikasi,
mencari, mengolah, dan menyimpulkan. Kedua, penyelesaian masalah
merupakan arah dari akivitas pembelajaran dalam model ini. Dan ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah.33 Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
model problem based learning menjadikan masalah dunia nyata sebagai
stimulus dalam pembelajaran, yang mana membutuhkan kemandirian dan
tanggung jawab peserta didik untuk merumuskan pemecahan masalah.
Problem based learning mengedepankan praktik kolaborasi, komunikasi,
dan kerja sama dalam pembelajaran serta mengintegrasikan berbagai ilmu
pengetahuan dan penggunaan sumber ajar untuk memecahkan masalah.

31
Oon Seng Tan, Problem Based Learning Innovation, (Singapore: Cengage Learning
Asia Pte. LTD, 2003), h. 30-31.
32
Muhammad Fathurrahman, Op. Cit. h. 115.
33
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 65.
21

Sesuai dengan karakteristik dari problem based learning di atas,


dalam pelaksanaannya guru dapat memasukkan komponen penting yang
cocok dengan kompetensi peserta didik, salah satunya adalah pendidikan
karakter. Menurut Malikha tahap-tahap pembelajaran problem based
learning mencerminkan metode pembelajaran yang berkarakter. Nilai-nilai
karakter yang tampak dalam sintaks problem based learning diantaranya
rasa ingin tahu, kerja keras, gemar membaca, peduli, kreatif, kerja keras,
bersahabat, komunikatif, dan tanggung jawab.34

Adapun sintaks model pembelajaran problem based learning menurut


John Dewey dalam Sanjaya adalah sebagai berikut: a) Merumuskan
masalah: langkah pertama yang dilakukan peserta didik adalah menentukan
masalah yang akan menjadi sarana belajar; b) Menganalisis masalah: Siswa
melakukan peninjauan terhadap masalah yang akan dipecahkan secara kritis
menggunakan berbagai sudut pandang; c) Merumuskan hipotesis: peserta
didik merumuskan berbagai solusi dan pemecahan masalah yang
memungkinkan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya; d)
Mengumpulkan data: pengumpulan data dilakukan dengan mencari,
menggambarkan, dan memetakan informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah; e) Menguji hipotesis: peserta didik mengambil atau
merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan
hipotesis yang diajukan; f) Perumusan rekomendasi pemecahan masalah:
siswa memaparkan rekomendasi solusi dan pemecahan masalah yang dapat
dilakukan berdasarkan hasi uji hipotesis dan rumusan masalah.35

Johnson dan Johnson dalam Sanjaya menjabarkan 5 langkah problem


based learning, a) menentukan masalah dari suatu peristiwa; b)
Menentukan penyebab masalah; c) merumuskan alternatif solusi; d)

34
Dyan Rifiana Malikha, Strategi Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) sebagai
Salah Satu Metode Pembelajaran Berkarakter dan Berwawasan Global, Seminar Nasional
Pendidikan dan Kewarganegaraan IV, 2018, h. 95,
(http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SEMNASPPKN/article/view/162).
35
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 217.
22

memilih solusi yang paling baik; e) melakukan evaluasi.36 Kedua pendapat


diatas menjabarkan bahwa tahapan problem based learning dimulai dengan
pemilihan masalah yang akan dipecahkan, menganalisis masalah,
merumuskan hipotesis, melakukan penyelidikan untuk menguji hipotesis,
merumuskan solusi terbaik, dan melakukan evaluasi.

Sementara itu, menurut Tan, problem based learning memiliki 5


langkah esensial yaitu, a) meeting the problem; b) problem analysis and
generation of learning issues; b) discovery and reporting; d) solution,
presentation, and reflection; dan e) overview integration, dan evaluation.37
Artinya, dalam problem based learning memiliki lima tahapan yaitu
penemuan masalah, analisis masalah dan generalisasi masalah
pembelajaran, penyelidikan, penemuan solusi dan presentasi, dan terakhir
yaitu evaluasi dan peninjauan ulang. Rumusan dari Tan ini juga dijabarkan
oleh Ibrahim dan Nur dalam Trianto yaitu Orientasi peserta didik,
mengorganisasi siswa untuk belajar, Membimbing pengalaman
individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya,
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.38 Meskipun
memiliki istilah yang berbeda, sintaks problem based learning menurut
John Dewey dan Tan memiliki kesamaan, yaitu a) menjadikan masalah
sebagai permulaan pembelajaran; b) Memfasilitasi peserta didik untuk
meninjau masalah sehingga peserta didik mengetahui apa saja yang harus
dipelajari; c) Terdapat kegiatan menyelidiki dan mengolah data; d)
Membuat sebuah karya berupa solusi atau pemecahan dari masalah yang
diberikan; e) Adanya evaluasi.

Selain diimplementasikan langsung dalam pembelajaran, model


problem based learning juga dapat dimasukkan dalam susunan bahan ajar
seperti e-modul. Hal ini tentunya mampu membuat peserta didik lebih

36
Ibid., h. 218
37
Oon Seng Tan, Problem Based Learning and Creativity, (Singapore: Cengage Learning
Asia Pte. LTD, 2009),h. 9.
38
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, op. cit h. 72.
23

leluasa untuk mengkonstruk pengetahuan secara mandiri. Selain itu,


beberapa kemampuan abad 21 seperti berpikir kritis, problem solving,
literasi sains, dan hasil belajar peserta didik juga mengalami peningkatan
dengan menggunakan e-modul PBL sebagai bahan ajar.39 Integrasi problem
based learning dalam bahan ajar dapat dilakukan dengan menggunakan
sintaksnya untuk menyusun kegiatan pembelajaran dalam bahan ajar.
Terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih bahan
pelajaran dalam problem based learning yaitu, a) Bahan pelajaran
mengandung isu kesenjangan atau konflik yang berasal dari berita, video,
dan sebagainya; b) Pemilihan bahan pelajaran harus bersifat familiar bagi
siswa; c) Bahan pelajaran yang dipilih universal atau berhubungan dengan
banyak orang; d) Mengandung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki
peserta didik; e) Bahan yang dipilih sesuai dengan minat peserta didik.40

Adapun kelebihan problem based learning adalah sebagai berikut: a)


realistis dengan kehidupan peserta didik; b) konsep sesuai dengan
kebutuhan peserta didik; c) menumbuhkan sifat inkuiri peserta didik; d)
mengaitkan pemahaman konsep; e) melatih kemampuan problem solving
peserta didik. Selain kelebihan, terdapat juga beberapa kelemahan dari
problem based learning yaitu persiapan pembelajaran yang kompleks,
sulitnya mencari masalah yang relevan, sering terjadi miskonsepsi, dan
memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan.41
Meskipun begitu, kelemahan dari model pembelajaran ini dapat diatasi
dengan persiapan yang matang dari guru.

3. Pendidikan Karakter

Kecerdasan emosional menjadi salah satu bekal penting untuk


mempersiapkan peserta didik menyongsong masa depan, selain kecerdasan
intelektual. Kecerdasan emosional bisa membantu peserta didik dalam

39
Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun Prasetyo, loc. cit.
40
Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 216.
41
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Op. Cit., h. 71-72.
24

menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan


untuk mencapai keberhasilan. Implementasi pendidikan karakter secara
sistematis dan terstruktur dapat membantu peserta didik untuk membangun
kecerdasan emosional.42
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik serta
mengembangkan nilai karakter baik dalam peserta didik, agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulai, sehat, berilmu, mumpuni, kreatif, demokratis, dan bertanggung
jawab.43 Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa pendidikan di Indonesia
bertujuan tidak hanya untuk membantu peserta didik untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan melainkan juga untuk menumbuhkan karakter
dan kepribadian peserta didik agar menjadi manusia yang unggul.
Karakter sendiri diartikan sebagai watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari internalisasi berbagai norma,
moral, dan nilai yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk
berpikir, cara pandang, bersikap, dan bertindak.44 Karakter seseorang
memengaruhi cara pandang lingkungan terhadap dirinya. Jika seseorang
dinilai memiliki karakter yang baik dan kuat, maka di dalam masyarakat
akan dipandang sebagai orang yang memiliki akhlak, moral, dan budi
pekerti yang baik.45 Karakter menjadi suatu hal yang penting untuk
dimiliki peserta didik sebagai bekal untuk menghadapi masalah dunia
nyata sebagai manusia yang bermartabat.
Sementara itu pendidikan karakter diartikan sebagai suatu usaha
penanaman nilai-nilai karakter tertentu sekaligus memberi benih agar
peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga, peserta didik tidak hanya memahami pendidikan
sebagai bentuk pengetahuan saja, melainkan juga menjadikan pendidikan

42
Agil Lepiyanto, loc. cit.
43
Ibid.
44
Agil Lepiyanto, loc. cit.
45
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 1.
25

sebagai bagian dari hidup dan menggunakan nilai-nilainya sebagai dasar


hidup.46 Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
budi pekerti, yang hasilnya langsung dapat dilihat dalam tindakan nyata
seseorang, berupa tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, dan
nilai baik lainnya.47 Implementasi pendidikan karakter diharapkan dapat
menanamkan kebiasaan pada peserta didik agar lebih terbiasa berperilaku
sesuai dengan nilai yang berlaku untuk menjadi insan kamil.48
Berdasarkan uraian tersebut, pendidikan karakter adalah usaha untuk
menanamkan karakter baik dalam diri peserta didik melalui pendidikan
budi pekerti agar peserta didik dapat mengamalkan dan membiasakan
perilaku baik dalam kehidupannya sebagai manusia yang bermartabat.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menanamkan nilai-nilai
karakter tertentu kepada peserta didik. Dalam penanaman nilai tersebut
harus disertai komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta
tindakan untuk melakukan nilai tersebut.49 Menurut Samani dan Hariyanto
terdapat lima jangkauan yang terkandung dalam budi pekerti atau nilai
karakter yang diterapkan di Indonesia, yaitu: a) sikap dan perilaku dalam
hubungannya dengan Tuhan; b) sikap dan perilaku dalam hubungannya
dengan diri sendiri; c) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan
keluarga; d) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan masyarakat
dan bangsa; e) sikap dan perilaku dalam hubungannya dengan alam
sekitar.50 Jadi, pendidikan karakter disebut berhasil apabila seseorang atau
peserta didik secara sadar menerapkan sikap dan perilaku sesuai dengan

46
Sukatin dan M. Shoffa Saifillah Al-Faruq, Pendidikan Karakter, (Sleman: Deepublish,
2021), h. 55.
47
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 23.
48
R.K Hayah, "Character Education in Islamic Boarding School and The Implication to
Students Attitude and Critical Thinking Skills on Biodiversity Learnig", Journal of Physics:
Conference Series h. 2.
49
Siti Nur Aidah, Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bojonegoro: Penerbit KBM
Indonesia, 2020), h. 4.
50
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 38,.
26

nilai-nilai karakter terhadap Tuhan YME, diri sendiri, keluarga, bangsa,


dan lingkungan sekitar.
Pendidikan karakter memiliki 6 pilar penting dalam karakter
manusia. Pilar karakter ini dapat digunakan untuk menilai dan mengukur
watak serta perilaku manusia dalam hal khusus. Enam pilar tersebut yaitu,
respect, responsibility, citizenship-civic duty, fairness, caring, dan
trustworthy. Adapun maksud dari setiap pilar tersebut adalah sebagai
berikut: a) Respect maksudnya adalah orang yang menghargai sesuatu; b)
responsibility menjadi orang yang bertanggung jawab; c) citizenship
berperilaku seperti warga negara yang baik; d) fairness adalah menjadi
sosok yang adil, jujur, dan sportif; e) caring peduli terhadap sesama dan
lingkungan sekitar; f) trustworthy berarti menjadi individu yang jujur dan
dapat diandalkan.51 Untuk menilai seseorang sudah memiliki karakter baik
atau belum, maka dapat dilihat melalui caranya mengambil keputusan dan
bertindak, apakah sudah sesuai dengan enam pilar penting ini.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan telah merumuskan 18 nilai pokok yang
bertujuan untuk memperkuat pendidikan karakter dalam satuan
pendidikan. 18 nilai ini digunakan untuk mencapai fungsi dari pendidikan
karakter yaitu mengembangkan potensi dasar agar berperilaku baik,
berhati baik, dan berpikiran baik, memperkuat dan membangun perilaku
bangsa yang multikultur, dan meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam pergaulan dunia. Berikut nilai yang dirumuskan oleh
Pusat Kurikulum sebagai berikut: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung
jawab.52

51
Fathul Mu‟in, Pendidikan Karakter: Konstrusi Teoritik dan Praktik, (1 ed.) (Sleman:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 211-212.
52
Mohammad Kosim, Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, Karsa, Vol.
19, 2011, h. 85–92,.
27

Selain delapan belas nilai di atas, dalam program PPK terdapat 5


karakter utama yang diterapkan dalam pendidikan karakter, yaitu religius,
integritas, mandiri, nasionalis, dan gotong royong. Religius meliputi
menghargai perbedaan, tertib, teguh pendirian, percaya diri, persahabatan,
dan cinta lingkungan sekitar. Karakter integritas terdiri dari nilai dapat
dipercaya, keteladanan, memenuhi tugas, dan keadilan. Sementara itu
karakter gotong royong meliputi bekerjasama, tolong menolong, sikap
kerelawanan, anti diskriminasi, dan solidaritas. Karakter mandiri dapat
dilihat dari sikap bekerjasama, kreatif, dan mandiri. Karakter nasionalisme
meliputi taat hukum, taat aturan, dan menghormati keragaman suku,
budaya, dan agama.53
Nilai karakter rumusan Pusat Kurikulum Badan Penilitian dan
Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Program
Penguatan Pendidikan Karakter memiliki maksud dan juga nilai yang
sama. Hanya saja, PPK lebih mengerucutkan 18 nilai karakter menjadi 5
karakter yang merupakan fokus utama dalam program tersebut. Nilai-nilai
karakter tersebut jika diterapkan dalam pembelajaran akan dapat
mewujudkann tujuan pendidikan untuk menciptkan generasi yang cakap,
berilmu, religius, dan memiliki karakter yang unggul.
Keberhasilan peserta didik dalam mengamalkan pendidikan karakter
tidak terlepas dari peran sekolah dalam melaksanakan pembiasaan nilai
karakter dalam budaya sekolah. Tidak hanya melalui aktivitas di luar
kelas, penerapan pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan dalam
kegiatan pembelajaran. Setiap mata pelajaran sejatinya dapat dimasukkan
muatan pendidikan karakter di dalamnya tidak terkecuali mata pelajaran
Biologi.54 Karakter yang baik dibutuhkan untuk mendukung proses
pembelajaran yang baik. Dalam pembelajaran biologi, karakter peserta
didi harus dapat ditanamkan melalui proses pembelajaran. Dengan begitu,

53
Nureza Fahira dan Zaka Hadikusuma Ramadan, Analisis Penerapan Nilai Karakter Dalam
Pembelajaran di Sekolah Dasar, Qalamuna-Jurnal Pendidikan, Solusi, dan Agama, Vol. 13, 2021,
h. 656,.
54
Suyadi, Op Cit., h. 10.
28

pengetahuan yang didapatkan peserta didik dapat diperoleh dengan baik.55


Sebagai sains, biologi terdiri dari proses-proses pembelajaran ilmiah yang
mengarahkan peserta didik untuk memahami sesuatu yang dipelajari.
Dalam proses penemuan tersebut, peserta didik dibiasakan untuk bertindak
dengan menerapkan sikap ilmiah.
Sikap ilmiah adalah sikap yang harus ada di diri seorang ilmuwan
saat menghadapai persoalan ilmiah. Sikap ilmiah mengandung makna
sikap terhadap sains dan sikap yang dimiliki setelah mempelajari sains.56
sikap ilmiah juga terdapat poin-poin penting. Menurut Muslich, sikap
ilmiah memiliki 6 poin penting yaitu rasa ingin tahu, jujur, kritis,
berpikiran terbuka, objektif, menghargai karya orang lain, dan berani
mempertahankan kebenaran.57 Menurut Harlen, sikap ilmiah memiliki 7
aspek yaitu sikap ingin tahu, sikap respek terhadap fakta dan data, sikap
berpikir kritis, sikap penemuan dan kreatifitas, sikap berpikiran terbuka
dan kerjasama, sikap ketekunan, dan sikap peka terhadap lingkungan.58
Dengan demikian pembelajaran biologi yang baik akan menanmkan sikap
rasa ingin tahu, peduli lingkungan, kerjakeras, kerjasama, toleransi,
disiplin, kritis, kreatif, disiplin, tanggung jawab, dan jujur.
Sikap ilmiah dalam pembelajaran biologi hendaknya menjadi fokus
yang amat penting karena berbagai fenomena sudah menunjukkan
menurunya moralitas pada perkembangan sosial saat ini. Sikap ilmiah
dapat digunakan sebagai usaha untuk menanamkan pendidikan karakter
pada diri peserta didik melalui pembelajaran biologi. Menurut Arjaya,
sikap ilmiah di dalam pembelajaran sains ternyata mengandung nilai-nilai
yang terdapat dalam pendidikan karakter seperti rasa ingin tahu, tekun,

55
Tanti, et al., Comparison of Student Attitudes Toward Natural Sciences in Rural
Middle Schools in Jambi Province, Ta’dib, Vol. 23, 2020, h. 63.
56
Baktiar Nasution, Sikap Ilmiah dari Pedagogik, in Teori dan Konsep Pedagogik, (Bandung:
Insania, 2021), h. 23,.
57
Syarifah Widya Ulfa, "Mentradiksi Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Biologi", Jurnal
Biolokus Jurnal, Vol. 1, 2018, h. 1–10,.
58
Herson Anwar, "Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains", Jurnal Pelangi
Ilmu, Vol. 2, 2009, h. 108,.
29

kemampuan menyelidiki, teliti, kerjasama, terbuka, kritis, dan objektif.59


Selain itu, sikap ilmiah dan pendidikan karakter sama-sama
mengembangkan sikap jujur, disiplin, rasa ingin tahu, peduli, kreatif, dan
tanggung jawab. Sementara itu, keduanya juga memiliki ciri nilai yang
hampir mirip seperti sikap toleransi dan bersahabat hampir sama dengan
sikap tidak buruk sangka, kerjasama, dan mawas diri, kemudian sikap
kerjakeras pada pendidikan karakter sama dengan sikap tidak mudah putus
asa atau ketekunan.60 Pernyataan ini menunjukkan bahwa sikap ilmiah
dan pendidikan karakter memiliki tujuan yang sama untuk meningkatkan
karakter baik dalam diri peserta didik.

Gambar 2.1. Hubungan Nilai Pendidikan Karakter dan Sikap


Ilmiah
4. Materi Virus

Virus menjadi salah satu materi yang diajarkan di kelas X pada


semester 1. KD virus yaitu 3.4 menyatakan bahwa materi virus yang

59
Ida Bagus Ari Arjaya, Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ( Character
Building ) Dalam Sikap Ilmiah Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas Vii Slub Saraswati 1 Denpasar,
Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III, 2013, h. 31,.
60
Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto, Op. Cit, h. 214.
30

diajarkan mencakup ciri virus, struktur virus, reproduksi virus, jenis virus
dan peranan virus dalam kehidupan sehari-hari. KD 4.4 virus menyatakan
tuntutan pada peserta didik untuk melakukan kampanye tentang bahaya
virus bagi kehidupan manusia. Saat ini masyarakat dunia berusaha untuk
kembali bangkit dari Pandemi Covid 19 yang sudah sekitar dua tahun
menghambat aktivitas. Hal ini membuat materi virus menjadi materi yang
penting untuk diketahui secara mendalam oleh peserta didik, serta
pembelajaran materi virus saat ini dapat digunakan sebagai sarana edukasi
peserta didik tentang bahaya virus untuk kesehatan.
Menurut Harahap dkk materi virus lebih baik diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran yang bisa membuat peserta didik
bertindak dan bekerja dengan menggunakan pengetahuan yang sudah
dimilikinya, Harahap juga merekomendasikan problem based learning
sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajar materi ini.61
Virus merupakan mikroorganisme yang memiliki ukuran sangat
kecil. Ukurannya bahkan disebut lebih kecil dari bakteri. Dengan bentuk
yang tak kasat mata tersebut, virus hanya dapat diamati menggunakan
mikroskop elektron saja.62 Seperti yang diketahui, makhluk
mikroorganisme seperti bakteri atau Protista, dapat diamati cukup dengan
menggunakan mikroskop cahaya saja. Namun, untuk mengamati virus
dengan ukuran yang ratusan kali lebih kecil dari bakteri perlu untuk
menggunakan mikroskop elektron.
Virus menjadi makhluk penginfeksi kecil yang memiliki struktur
sederhana. Tubuh virus hanya tersusun atas asam nukleat dan selubung
protein yang disebut kapsid. Dalam kasus yang sangat jarang virus juga
memiliki amplop membran yang menyelimuti kapsid. Penjelasan tersebut

61
Desy Putriyani Harahap, Martina Restuati, dan Hardiansyah, "Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Virus
Dikelas X Man Rantau Prapat", Jurnal Pelita Pendidikan, Vol. 5, 2017, h. 48,.
62
Michael J Pelczar dan E C S Chan, Dasar-Dasar Mikrobiologi, (Depok: UI Press,
2015), h. 204.
31

menunjukkan bahwa virus merupakan makhluk yang lebih sederhana dari


bakteri.63 Virus hanya memiliki dua struktur yaitu asam nukleat dan kapsid
atau selubung. Berbeda dari makhluk hidup lain, virus hanya memiliki satu
jenis asam nukleat saja yaitu RNA atau DNA tergantung dari jenis virus.
Oleh karena itu suatu virus bisa disebut dengan virus DNA atau virus
RNA berdasarkan kandungan asam nukleat yang ia miliki. Sedangkan
kapsid atau selubung merupakan kulit protein yang menyelubungi asam
nukleat. Kapsid memiliki bentuk yang bermacam-macam tergantung dari
jenis virus. Selubung ini tersusun atas banyak subunit protein yang disebut
kapsomer dengan jenis protein yang tidak bervariasi.64
Virus pertama kali ditemukan oleh Adolf Meyer (1887) yang
menemukan bercak kuning pada daun tembakau. Beberapa tahun
setelahnya Dimitri Ivanovsky menemukan bahwa filtrat dari daun yang
terserang penyakit kuning bisa menginveksi daun sehat apabila dioleskan
pada daun. Selanjutnya M. Beijerink mengemukakan bahwa makhluk yang
menginfeksi daun tembakau tersebut lolos dari saringan bakteri, yang
artinya makhluk tersebut berukuran sangat kecil dan diberi sebutan virus.
Pada tahun 1935 W.M Stanley berhasil mengisolasi dan mengkristalkan
virus penyebab penyakit bercak kuning pada daun tembakau.65
Seiring ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat, peneliti
pun sudah berhasil mengidentifikasi karakteristik dari virus. Adapun ciri-
ciri dari virus yaitu sebagai berikut; a) Berukuran sangat kecil, virus jauh
lebih kecil dari bakteri yaitu berkisar 20-300 milimikron sehingga perlu
mikroskop untuk mengamati hewan kecil ini; b) Struktur virus sangat
sederhana, yaitu terdiri atas asam nukleat DNA atau RNA dan kapsid atau
selubung. Genom pada virus terkecil hanya berisi 4 gen saja; c) Virus
hanya bisa berkembang biak di dalam sel atau jaringan hidup, sehingga
disebut sebagai parasit obligat intraseluler; d) Virus tidak mempunyai

63
Eric J Simon, et al., Intisari Biologi, (Jakarta: Erlangga, 2017), h. 186.
64
Neil A Campbell dan Jane B Reece, Biologi 1, (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 398.
65
Lestanto Unggul Widodo, Mikrobiologi, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2015), h. 4.3.
32

membran plasma, sitoplasma, dan ribosom sehingga tidak bisa disebut sel;
e) Bentuknya bervariasi; f) Virus dapat dikristalkan.66 Berbeda dari
organisme lain, virus dapat dikristalkan. Saat tidak berada di dalam sel
inang virus akan masuk dalam mode pasif, dan kembali aktif saat
menginfeksi sel inang. Di dalam sel inang, virus melakukan metabolisme
untuk bereproduksi. Sebutan virus sebagai parasite intraseluler obligat
merujuk pada cara hidup virus yang hanya dapat melakukan metabolisme
di dalam tubuh sel inangnya saja.

Virus tidak memiliki ribosom sehingga ia tidak mampu untuk


membentuk protein sendiri. Oleh karena itu, virus menggunakan inang
sebagai sumber protein untuk berkembangbiak.67 Perkembangbiakan virus
disebut replikasi, karena virus banyak melakukan duplikasi dari setiap
struktur tubuhnya di dalam sel inang. Virus yang terisolasi disebut sebagai
paket yang berisi sekumpulan gen yang berpindah dari satu sel ke sel lain.
Virus memiliki dua siklus untuk bereplikasi yaitu siklus litik dan siklus
lisogenik. Siklus litik merupakan siklus replikasi virus yang menyebabkan
kematian pada inang. Seperti virus Bacteriophage yang mengakibatkan sel
bakteri yang terinfeksi mengalami lisis dan melepaskan Phage untuk
menginfeksi sel sehat lainnya.68 Tahapan siklus litik terdiri dari 5 tahapan
yaitu absorbsi, injeksi, replikasi, perakitan, dan litik. Berkebalikan dengan
siklus litik, siklus lisogenik tidak mengakibatkan kematian sel inang.
Siklus ini dapat mereplikasi virus dengan tanpa menghancurkan sel inang.
Adapun tahapan dari siklus lisogenik adalah dengan absorbsi, penetrasi,
penggabungan, dan pembelahan.69

Replikasi virus secara litik dan lisogenik dibedakan berdasarkan


hasil akhir dari setiap siklus. Siklus litik akan menghancurkan sel inang di
akhir tahapannya, sementara siklus lisogenik hanya menempelkan materi

66
Ibid., h. 4.4-4.5.
67
Neil A Campbell dan Jane B Reece, Op.Cit., h. 399.
68
Ibid, h. 400.
69
Lestanto Unggul Widodo, Op.Cit., h. 4.7- 4.9
33

genetik virus dalam DNA sel inang. Materi tersebut akan terus menempel
pada sel inang mengalami pembelahan, dan diturunkan pada keturunan sel
inang. Ketika sel inang lemah, materi genetik virus tersebut akan langsung
mengambil alih metabolisme sel inang dan melakukan siklus litik. Hal ini
menujukkan perbedaan kondisi dari sel inang saat siklus litik dan siklus
lisogenik dilakukan. Siklus litik dilakukan saat sel inang sedang dalam
kondisi lemah, sedangkan siklus lisogenik akan dilakukan saat sel inang
dalam kondisi yang prima dengan imunitas yang kuat.

Virus dikenal sebagai parasit yang menyebabkan penyakit pada


organisme lain. Penyakit yang disebabkan oleh virus menyerang
tumbuhan, hewan, dan manusia yang mengakibatkan kerugian dalam
kehidupan. Seperti penyakit mosaik yang menyerang tanaman tembakau
membuat petani tembakau gagal panen, penyakit kuku dan mulut yang
menyerang sapi mengakibatkan banyak hewan yang mati, dan Covid 19
menyerang manusia menimbulkan perubahan besar dalam berbagai bidang
kehidupan. memiliki peranan yang merugikan bagi kehidupan, salah
satunya adalah Meskipun begitu virus juga dapat dimanfaatkan dalam
bidang kesehatan. Beberapa produk kesehatan seperti pembuatan
antitoksin, pembuatan vaksin, dan pembuatan antibodi diketahui
memanfaatkan kemampuan virus dalam proses produksinya. Selain itu,
virus juga dapat membunuh bakteri yang berbahaya bagi manusia.

B. Penelitian Relevan
Penelitian dari Kimianti dan Prasetyo mengatakan bahwa e-modul
berbasis problem based learning yang mereka kembangkan mampu
meningkatkan literasi sains peserta didik dengan validitas yang baik dari
segi materi dan juga media yang digunakan.70

Penelitian yang dilakukan oleh Vina Serevina Dkk yang diterbitkan


dalam jurnal Turkish Online Journal Of Educational Technology,

70
Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun Prasetyo, loc. cit.
34

menunjukkan bahwa modul problem based learning yang dikembangkan


mendapat 82,20% untuk validitas isi materi, 75,78% untuk validitas media,
dan mendapatkan hasil sebesar 94,36% dalam semua kategori aspek
kemampuan belajar, yang mana hasil dari praktik yang dilakukan oleh
guru dan murid masing – masing mendapat skor 86,31% dan 80,78%.
Dengan demikian, modul yang dikembangkan masuk dalam kategori
sangat baik.71

Hasil penelitian dari Aidil Akbar dan Abdul Razak yang dimuat
dalam International Journals of Science and High Technologies,
menunjukkan bahwa pengembangan modul problem based learning oleh
peneliti masuk dalam kategori sangat valid dengan skor untuk presentasi
atau tampilan, bahasa, dan grammar yaitu 84,00%, 82,57%, dan 79,19%.
Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa modul berbasis PBL yang
dikembangkan sangat valid dan cocok untuk digunakan dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.72

Penelitian Darmayasa dkk menunjukkan E-modul IPA bermuatan


pendidikan karakter sangat baik dan layak untuk digunakan. Efektifitas
pengembangan e-modul IPA berorientasi pendidikan karakter yang
dikembangkan efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada
mata pelajaran IPA.73

Hasil penelitian oleh Sujiono dan Arif Widiyatmoko menyatakan


hasil dari pengembangan modul berbasis PBL mendapat rata – rata skor
dari ahli sebesar 3,6% dengan kriteria sangat layak, tanggapan siswa
mencapai 98,9% dengan kriteria sangat baik, dan tanggapan guru 94,79%.

71
Vina Serevina and Inayati Juwita Sari, “Development of E-module Based on Problem
based learning ( PBL ) on Heat and Temperature to Improve Student ‟ s Science Process Skill,”
vol. 17, 2018, 26.
72
Aidil Akbar dan Abdul Razak, Module Development Based on PBL (Problem Based
Learning) on Environmental and Ecosystem Change Materials For Student of Class X SMAN 1
Singkarak, International Journal of Progressive Sciences and Technologies, Vol. 15, 2019, h. 1.
73
Darmayasa, Jampel, and Simamora, “Pengembangan E-modul Ipa Berorientasi
Pendidikan Karakter Di Smp Negeri 1 Singaraja.”, loc.cit.
35

Nilai untuk kefektifan modul dalam meningkatkan kemampuan berpikir


kritis siswa adalah 0,6 dengan kategori sedang. Hasil belajar siswa
memperoleh nilai rata – rata 80,34 dengan ketuntasan klasikal 100%.
Dengan demikian, modul berbasis PBL yang dikembangkan sangat efektif
untuk diterapkan.74

Penelitian dari Ataji, Sujarwanta, dan Muhfahroyin menunjukkan


bahwa e-modul pada materi virus dengan terintegrasi nilai karakter
keislaman sangat cocok digunakan peserta didik dengan hasil analisis
86%. Tingkat validitas modul elektronik yang dikembangkan ini pun
menunjukkan predikat sangat baik dengan nilai 83% untuk materi, 78%
untuk desain, dan 75% untuk bahasa.75

Penelitian Angela dkk, menyatakan hasil yang sangat valid untuk


handout biologi bermuatan pendidikan karakter yang mereka kembangkan.
Dari segi validitas bahan ajar dan materi, handout ini bernilai 3,7 dan 3,6.
Hasil uji coba respon guru pun mendapat nilai di angkan 3,4. Jadi bisa
disimpulkan bahwa pengembangan handout bermuatan pendidikan
karekter ini valid dan layak digunakan.76

Penelitian Rahmawati dkk menunjukkan bahwa e-modul berbasis


problem based learning disertai nilai karakter pada ekosistem kelas X
mendapat predikat sangat baik. Hal ini disimpulkan berdasarkan validasi
ahli materi dan ahli media yang mendapat masing-masing nilai 88,5% dan

74
Sujiono and Arif Widiyatmoko, “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis
Problem based learning Tema Gerak Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa,”
Science Education Journal 3, no. 3 (2014): 685.
75
Hafis M Kaunang Ataji, Agus Sujarwanta, dan Muhfahroyin Muhfahroyin,
Pengembangan Modul Materi Virus Terintegrasi Nilai-Nilai Islam Berbasis E-Learning dan QR
Code, Bioedusiana: Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6, 2022, h. 166.
76
Angela, Hamka, dan Syamsiah, Pengembangan Handout Biologi Bermuatan
Pendidikan Karakter Pada Materi, UNM Journal of Biological Education, Vol. 2, 2018, h. 1.
36

95%, sedangkan hasil respon peserta didik mendapat respon yang sangat
positif yaitu 91%.77

C. Kerangka Berpikir
Pendidikan Indonesia memiliki tujuan untuk membentuk sumber daya
manusia yang memiliki potensi unggul, cakap, religius, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Tidak hanya tentang kemampuan
kognitif, pendidikan Indonesia juga menitikberatkan pada perkembangan
karakter baik dalam diri peserta didik. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pihak guru dan sekolah harus mampu menciptakan sebuah atmosfer
pembelajaran yang sarat dengan muatan pendidikan karakter. Pendidikan
karakter berfungsi untuk membentuk watak dan kepribadian peserta didik
untuk menjadi manusia yang baik dan bermartabat.

Rendahnya karakter baik pada peserta didik juga menjadi salah satu
alasan pentingnya pendidikan karakter dalam pembelajaran. Dalam
pembelajaran sains, khususnya Biologi karakter merupakan hal yang
esensial untuk dimiliki peserta didik dalam pembelajaran. Sains bukan
hanya tentang konsep dan hafalan saja, melainkan termasuk juga di
dalamnya sikap ilmiah yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan
karakter, seperti rasa ingin tahu, tekun, disiplin, jujur, objektif, kritis,
kreatif, tanggung jawab, dan toleransi. Nilai-nilai tersebut harus
ditanamkan dalam pembelajaran Biologi agar peserta didik berhasil dalam
proses belajar dan bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.
Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran harus didukung
dengan model pembelajaran yang aktif dan berpusat pada peserta didik.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model

77
Rani Rahmawati, Handoko Santoso, dan Triana Asih, Pengembangan E-Modul
Berbasis Problem Based Learning Disertai Nilai Karakter Pada Materi Ekosistem Kelas X Sma, in
Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun 2022, 2022, h. 126.
37

problem based learning. Model ini mengangkat permasalahan dari


kehidupan nyata, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
didik. Selain itu, problem based learning memiliki sintaks yang di
dalamnya memfasilitasi peserta didik untuk meningkatkan nilai
karakternya.
Ketersediaan bahan ajar yang bermuatan pendidikan karakter dengan
model pembelajaran problem based learning masih jarang ditemui.
Kebanyakan bahan ajar yang digunakan sebagai sumber belajar peserta
didik berupa buku cetak dan power point, dimana di dalamnya masih
sedikit muatan pendidikan karakter dan belum disusun dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu bahan ajar yang bermuatan pendidikan karakter dan
berbasis problem based learning dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi dan komunikasi, seperti e-modul.
E-modul membuat belajar lebih fleksibel karena bisa dilakukan
dimana saja dengan menggunakan gadget berupa handphone atau laptop.
E-modul juga dapat didesain sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan
peserta didik. Dalam penyusunan e-modul bermuatan pendidikan karakter,
materi yang diangkat juga harus kontekstual dan berkaitan dengan masalah
di kehidupan nyata, seperti virus. Pandemi Covid 19 membuat materi virus
sudah santa familiar bagi peserta didik. Hal ini dapat membuat
pembelajaran semakin bermakna. Dengan demikian, pengembangan e-
modul problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi
virus menjadi penting untuk dilakukan untuk membantu guru dalam
meningkatkan kompetensi dan karakter peserta didik dalam pembelajaran.
38

Tujuan pendidikan nasional untuk


mengembangkan potensi dan
watak, sehingga tercipta manusia
yang religius, cakap, kreatif,
berakhlak mulia, mandiri, sehat,
dan berilmu.

Kurangnya karakter
baik dalam diri peserta
didik, seperti jujur,
displin, kreatif, kritis,
dst.

Penerapan pendidikan
karakter dalam
pembelajaran.

Pendidikan karakter Materi yang disajikan Dibutuhkannya


harus didukung harus kontekstual dan bahan ajar yang
dengan pembelajaran mengangkat interaktif, variatif,
yang aktif dan permasalahan nyata di dan menarik
berpusat pada peserta kehidupan
didik

Pengembangan e-
modul problem based
learning bermuatan
pendidikan karakter
pada materi virus

Gambar 2 2 Kerangka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Tangerang Selatan yang


berlokasi di Jalan Raya Serpong, Kademangan, Kecamatan Setu,
Kabupaten Tangerang Selatan, Banten 15313 pada tahun ajaran
2022/2023. Pada tahun ajaran tersebut, MAN 1 Tangerang Selatan masih
menggunakan Kurikulum 2013 dan memiliki visi, misi, dan tujuan untuk
meningkatkan nilai karakter dan kemampuan berpikir peserta didik.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan


(Developmental Research). Metode pengembangan merupakan suatu
metode penelitian yang digunakan untuk membuat atau mengembangkan
suatu produk tanpa adanya pengujian teori.1 Penelitian ini biasanya
digunakan untuk mengembangkan suatu produk yang digunakan sekolah
dan bukan untuk menguji suatu teori saat mengembangkan produk. Produk
pengembangan yang dihasilkan bisa berupa metode, model, atau media
pembelajaran.
Penelitian pengembangan diartikan sebagai sebuah kumpulan
proses yang membentuk siklus. Metode penelitian terdiri dari
pengembangan produk dan menguji kelayakan produk, sehingga
dihasilkan sebuah produk yang dapat digunakan dalam dunia pendidikan,
seperti modul, media, instrumen, ataupun sistem pembelajaran.2
Model yang digunakan dalam pengembangan ini adalah ADDIE
yang dikembangkan oleh Branch. Model ini memiliki lima tahapan yang
merupakan akronim dari analyze, design, development, implementation,

1
Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, Science Education
Research, (Jakarta: Uiniversitas Syarif Hidayatullah, 2014) h. 16.
2
Ibid., h. 17.

39
40

dan evaluation.3 Pada model ini peneliti melakukan analisis awal terkait
permasalahan dan kebutuhan pembelajaran, selanjutnya penyusunan
desain produk, dilakukan untuk mengonstruksi produk awal. Kemudian
produk tersebut akan dikembangkan, implementasi, dan evaluasi untuk
mengetahui kelayakan dari produk yang dikembangkan. Dalam hal ini
produk yang dikembangkan adalah e-modul berbasis problem based
learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus.

C. Desain Penelitian

Pengembangan e-modul problem based learning bermuatan


pendidikan karakter dilakukan berdasarkan lima tahapan yaitu sebagai
berikut:

Gambar 3. 1 Model Pengembangan ADDIE4

3
Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria, Media Pembelajaran Inovatif dan
Pengembangannya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018), h. 126.
4
Ibid
41

1. Analisis

Analisis merupakan langkah awal dari prosedur penelitian. Tujuan


dari tahapan analisis adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang
memungkinkan terjadinya kesenjangan dalam pembelajaran.5 Pada tahap
ini, peneliti melakukan dua jenis analisis yaitu analisis kebutuhan dan
analisis kurikulum.
Analisis kebutuhan dilakukan melalui wawancara dengan guru
biologi MAN 1 Tangerang Selatan untuk mengetahui kegiatan
pembelajaran di kelas, materi yang sulit dipahami, model, metode, dan
pendekatan yang digunakan, media yang digunakan, dan sumber belajar
atau bahan ajar yang sering digunakan, serta karakteristik peserta didik.
Selain itu, pemberian angket pada peserta didik juga dilakukan peneliti
untuk mengetahui karakteristik peserta didik, model, dan media yang
disukai peserta didik dalam pembelajaran.
Sementara itu, analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui
cakupan materi dan juga nilai karakter yang dibebankan dalam KI dan KD
materi virus.

2. Desain

Tahap desain merupakan tahap perancangan produk yang akan


digunakan sebagai solusi dari hasil analisis sebelumnya. Produk yang
dirancang dalam penelitian ini adalah e-modul berbasis problem based
learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus. Adapun dalam
tahapan ini peneliti membuat rancangan e-modul yang akan
dikembangkan. Mulai dari menyusun tujuan pembelajaran, outline materi,
dan penyusunan flowchart, yang dibangun berbentuk diagram alur dari
struktur materi atau pesan yang ingin disampaikan.6

5
Robert Maribe Branch, Instructional Design: The ADDIE Approach, (New York:
Springer, 2009), h. 24.
6
Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria, Op. Cit., h. 135
42

3. Pengembangan (Development)
Tahapan ini berisi kegiatan realisasi rancangan e-modul dari tahap
sebelumnya. Tujuan dari tahap development adalah untuk memproduksi
dan memperbaiki bahan ajar yang sudah dikembangkan untuk digunakan
dalam mencapai tujuan pembelajaran.7 Dalam tahapan ini, peneliti
melakukan beberapa langkah yaitu, sebagai berikut:
a. Penyusunan produk awal
Setelah membuat rancangan dari e-modul, hasil desain tersebut
direalisasikan dalam bentuk sebuah e-modul utuh yang sudah memuat
materi dan juga media yang dibutuhkan. Produk awal disusun dengan
menggunakan software Wordpress dalam bentuk web yang dapat diakses
secara online melalui perangkat handphone dan laptop.
Wordpress merupakan website open source yang menggunakan CMS
atau content management system. CMS memungkinkan pemula untuk
memasukkan konten materi dengan mudah melalui halaman administrator.
Membuat website dengan menggunakan Wordpress lebih mudah karena
pengembang tidak harus memahami bahasa coding untuk membuat sebuah
website pembelajaran.8
b. Uji kelayakan (validasi)
Produk awal yang telah selesai dikembangkan akan melalui proses
validasi untuk menguji kelayakannya. Pengujian dilakukan oleh ahli
materi dan ahli media untuk melihat apakah isi dan juga desain dari e-
modul sudah sesuai dan layak untuk digunakan. Data yang diperoleh
berupa saran dan komentar dari validator. Saran dan komentar tersebut
digunakan sebagai dasar perbaikan e-modul, sehingga e-modul yang
dikembangkan layak untuk digunakan.

7
Rahmat Arofah Hari Cahyadi, "Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model",
Halaqa: Islamic Education Journal, Vol. 3, 2019, h. 37.
8
Fiqih Ismawan, Nasrulloh Isnain, dan Rudi Apriyadi Raharjo, "Pemanfaatan Website
Berbasis CMS - WordPress Sebagai Media Pembelajaran Guru TK Binakheir Cibinong – Bogor",
Jurnal PKM: Pengabdian kepada Masyarakat, Vol. 03, 2020, h. 69.
43

c. Uji Coba Skala Kecil


Pada uji coba ini peneliti mengumpulkan sekitar 16 peserta didik
untuk mengikuti uji coba produk. Peserta didik dipilih secara random
sampling untuk menilai keterbacaan dari e-modul. Jumlah ini merujuk
pada pendapat Branch dalam Suryani dan Setiawan yang mengatakan
bahwa jumlah responden untuk uji coba skala kecil berkisar 8-20 peserta
didik.9
Peserta didik yang menjadi sampel uji coba ini diminta untuk
mengisi angket dan memberikan komentar tentang kualitas keterbacaan e-
modul yang dikembangkan. Hasil dari uji coba ini akan digunakan sebagai
dasar untuk melakukan revisi selanjutnya sebelum uji coba skala besar
atau tahap implementasi.

4. Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap dilakukan uji coba skala besar


pada peserta didik untuk mengetahui respon peserta didik terhadap
praktikalitas e-modul. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan e-
modul yang dikembangkan untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
Selain itu uji coba ini juga dapat digunakan untuk mengetahui respon dan
saran dari peserta didik untuk menyempurnakan e-modul yang
dikembangkan. Tahap implementasi dilakukan di MAN 1 Tangerang
Selatan yang menjadi tempat penelitian.
Uji coba skala besar dilakukan pada 35 peserta didik kelas X IPA
MAN 1 Tangerang Selatan tahun ajaran 2022/2023. Seperti uji coba skala
kecil, pada uji coba ini peserta didik diberikan angket respon untuk menilai
kualitas e-modul berbasis problem based learning bermuatan pendidikan
karakter yang dikembangkan. Penilaian peserta didik berdasarkan angket
yang sudah disusun peneliti sebelumnya. Hasil dari uji coba skala besar
digunakan sebagai dasar evaluasi untuk e-modul yang dikembangkan.

9
Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan Aditin Putria, Op. Cit., h. 135
44

5. Evaluasi

Tahapan selanjutnya adalah evaluasi. Tujuan dari evaluasi sendiri


adalah untuk menilai kualitas media yang dikembangkan dalam membantu
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.10 Proses evaluasi
dalam penelitian ini dilakukan secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan sebelum melakukan implementasi yaitu
validasi isi e-modul oleh ahli dan uji coba skala kecil untuk melihat
kelayakan dan juga keterbacaan dari e-modul. Evaluasi sumatif dilakukan
dengan memberikan angket kepada peserta didik dan guru untuk
mengetahui persepsi peserta didik terhadap e-modul. Hasil ini nantinya
akan menjadi dasar untuk perbaikan e-modul yang dikembangkan.

D. Objek dan Subjek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah e-modul berbasis problem based


learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus. Subjek
penelitian ini yaitu validator ahli materi dan ahli media untuk proses
validasi, dan peserta didik kelas X MAN 1 Tangerang Selatan tahun
ajaran 2022/2023. Peserta didik berjumlah 16 orang untuk uji coba skala
kecil dan 35 orang untuk uji coba skala besar.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono, instrumen merupakan alat yang digunakan


untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati.11 Instrumen
dalam penelitian ini disusun untuk mengetahui urgensi dari pengembangan
dan juga bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari e-modul berbasis
problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
10
Ibid., h. 147
11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 101.
45

1. Instrumen Tahapan Analisis


Adapun instrumen yang digunakan pada tahap analisis adalah
sebagai berikut:

a. Wawancara Guru
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dengan tanya jawab, biasanya tanya jawab
dilakukan secara sepihak dalam artian responden kebanyakan hanya
menjawab dan tidak memberikan pertanyaan. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui kegiatan pembelajaran peserta didik di kelas, karakteristik
peserta didik, sumber dan media pembelajaran yang digunakan, serta
model, metode, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Wawancara bersama guru dilakukan pada tahap awal penelitian sebagai
dasar pengembangan e-modul berbasis problem based learning bermuatan
pendidikan karakter pada materi virus.
Wawancara yang dilakukan termasuk dalam jenis wawancara tidak
terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang
bebas dimana pedoman wawancara tidak tersusun secara sistematis dan
lengkap, pedoman hanya berupa garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan saja. Adapun istrumen wawancara pada penelitian ini dapat
dilihat melalui tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3 1 Kisi-kisi Wawancara Guru12

No. Indikator Nomor Pertanyaan


1. Karakteristik Peserta Didik 1, 2, 3, 4, 5
2. Kegiatan Pembelajaran di Kelas 10, 11
3. Implementasi Pendidikan 6, 7, 9
Karakter dalam Pembelajaran
4. Kebutuhan Bahan Ajar 8, 12, 13, 14, 15, 16
Bermuatan Pendidikan karakter

12
Lampiran 1
46

b. Instrumen Angket Peserta Didik


Angket atau yang sering disebut kuesioner adalah salah satu teknik
pengambilan data dengan cara memberikan sejumlah daftar pertanyaan
secara tertulis kepada responden.13 Angket digunakan untuk mengambil
data yang sifatnya rahasia, penilaian, atau pendapat terhadap sesuatu.14
Angket yang digunakan bersifat tertutup, dimana sudah tersedia jawaban
pada setiap pertanyaan sehingga responden/peserta didik hanya perlu
memilih jawaban yang sudah disediakan. Angket peserta didik digunakan
untuk mengetahui kegiatan pembelajaran peserta didik di kelas dan
menentukan media apa yang disukai peserta didik selama proses
pembelajaran. Berikut kisi-kisi dari angket kebutuhan peserta didik. Kisi-
kisi angket kebutuhan bahan ajar peserta didik dapat dilihat melalui tabel
3.2 berikut ini.

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Angket Peserta Didik15

No. Indikator Nomor Pertanyaan


1. Karakteristik Peserta Didik 1, 6, 8, 10, 13
2. Kegiatan Pembelajaran dalam 2,3, 4, 5, 7, 9, 11, 12,
Kelas
3. Pengetahuan Pendidikan 14, 15, 16,
Karakter
4. Kebutuhan Bahan Ajar 17, 18
Bermuatan Pendidikan karakter

13
Bahri. Al-Fajri, et al., Evaluasi Program Pendidikan, (Medan: UMSU Press, 2022), h.
86.
14
Kurniawan.Asep, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018), h. 127.
15
Lampiran
47

2. Instrumen Tahap Pengembangan (Development)


a. Validasi
Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari e-modul
berbasis problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada
materi virus yang dikembangkan. Validasi dilakukan oleh ahli materi dan
ahli media. Penilaian dalam lembar validasi menggunakan skala likert
dengan rentang nilai 1-5. Nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 5
menunjukkan nilai tertinggi. Kisi-kisi lembar validasi untuk ahli media
dapat dilihat melalui tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3 3 Kisi-kisi Validasi Ahli Media16

No. Aspek Jumlah


1. Navigasi 7 butir
2. Desain Visual 5 butir
3. Penggunaan Media 3 butir
4. Bahasa 9 butir

Instrumen validasi ahli materi menilai kelayakan konten, kelayakan


komponen e-modul, kelayakan konstruksi, dan relevansi dengan
pendidikan karakter. Relevansi pendidikan karakter ini terdiri dari tiga
aspek yaitu kesesuaian konten materi dengan nilai karakter, kesesuaian
nilai karakter dalam aktivitas pembelajaran, dan relevansi terhadap
kehidupan sehari-hari. Berikut kisi-kisi dari instrumen validasi ahli
materi.

Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi17

No. Aspek Jumlah


1. Komponen e-modul 7 butir
2. Kelayakan konten 8 butir
3. Kelayakan konstruksi 6 butir

16
Lampiran 5
17
Ibid
48

No. Aspek Jumlah


4. Kesesuaian Konten Materi dengan Nilai Karakter
6 butir

5. Keseuaian nilai karakter dalam aktivitas pembelajaran


5 butir

6. Relevansi terhadap kehidupan sehari-hari


2 butir

b. Instrumen Uji Coba Skala Kecil


Instrumen keterbacaan digunakan untuk mengetahui respon peserta
didik terhadap keterbacaan dari e-modul berbasis problem based learning
bermuatan pendidikan karakter pada materi virus yang dikembangkan.
Instrumen keterbacaan diberikan pada peserta didik pada uji coba skala
kecil. Keterbacaan ini dilakukan untuk mengetahui bahasa, materi, dan
tata letak e-modul dapat digunakan peserta didik untuk memahami materi
yang ada di dalamnya.18 Instrumen ini memiliki 4 aspek yaitu
keterbacaan, kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Kisi-kisi dari

Tabel 3. 5 Kisi-kisi Instrumen Keterbacaan E-modul19

No. Aspek Jumlah


1. Keterbacaan 3 butir
2. Kemudahan 5 butir
3. Kemenarikan 4 butir
4. Keterpahaman 3 butir

18
Nuriana Rachmani Dewi Dan Florentina Yuni Arini, "Uji Keterbacaan Pada
Pengembangan Buku Ajar Kalkulus Berbantuan Geogebra Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Dan Representasi Matematis", Jurnal Prosiding Seminar Nasional
Matematika, Vol. 1, 2018, h. 301,.
19
Lampiran 6
49

3. Instrumen Tahap Implementasi

Penggunaan instrumen ini bertujuan untuk mengetahui respon


peserta didik terhadap beberapa aspek dari e-modul berbasis problem
based learning bermuatan pendidikan karakter. Respon peserta didik
digunakan untuk melihat kepraktisan dari e-modul sebagai bahan ajar yang
memuat pendidikan karakter. Berikut kisi-kisi dari instrumen respon
peserta didik dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3 6 Kisi-kisi Instrumen Respon Peserta Didik20

No. Aspek Jumlah


1. Kemudahan e-modul untuk dipahami 7 butir
2. Kejelasan dalam penggunaan ilustrasi dan 5 butir
contoh
3. Kemampuan e-modul dalam meningkatkan 3 butir
motivasi peserta didik
4. Kebermanfaatan e-modul sebagai bahan ajar 6 butir

F. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Tahap Pengembangan (Development)


a. Data Validasi
Data validasi diperoleh menggunakan angket dengan skala likert
metode check list. Rentang skala yang digunakan dalam angket ini adalah
1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 merupakan terendah dan nilai 5
merupakan terbesar. Kriteria pedoman skor pada skala likert dapat dilihat
melalui tabel 3.7 berikut ini.

20
Lampiran 7
50

Tabel 3. 7 Kriteria Pedoman Skor pada Skala Likert21

Skor Keterangan
1 Sangat Tidak Sesuai
2 Tidak Sesuai
3 Cukup
4 Sesuai
5 Sangat Sesuai

b. Pengolahan Data Keterbacaan


Data uji keterbacaan didapatkan melalui angket dengan skala
guttman. Skala guttman memiliki dua interval saja yaitu Ya dan Tidak.
Jawaban Ya mendapat skor 1 dan Tidak mendapat skor 0. 22

Tabel 3. 8 Kriteria Pedoman Skor pada Skala Gutman

Skor Keterangan
1 Ya
0 Tidak

2. Pengolahan Data Implementasi


Data implementasi diperoleh dari hasil angket respon peserta didik
terhadap praktikalitas e-modul. Angket ini menggunakan skala likert
dengan rengtang nilai 1-5 untuk mendeskripsikan kelayakan e-modul
dalam setiap indikator. Berikut kriteria pedoman skor dari angket respon
peserta didik.

21
Sugiyono, Op. Cit., h. 94
22
Ibid, h. 96.
51

Tabel 3. 9 Kriteria Pedoman Skor pada Skala Likert23

Skor Keterangan
1 Sangat Tidak Sesuai
2 Tidak Sesuai
3 Cukup
4 Sesuai
5 Sangat Sesuai

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data


secara kualitatif dilakukan melalui hasil wawancara dan juga angket analisis
kebutuhan peserta didik. Sementara itu analisis data kuantitatif dilakukan
dengan cara berikut ini:

1. Analisis Data Validasi dan Respon Peserta Didik


Analisis data validasi dan respon peserta didik dilakukan secara
statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara deskriptif atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
atau generalisasi.24 Lembar validasi dan respon peserta didik memiliki 5
pilihan jawaban sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Selanjutnya, hasil
dari validasi dan respon peserta didik dianalisis menggunakan rumus
berikut.25
( )

23
Loc. Cit.
24
Ibid, h. 147
25
I‟anatut Thoifah, Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif, (Malang:
Madani, 2015), h. 42.
52

Tabel 3.10 Kriteria Kelayakan E-modul26


No. Persentase Interpretasi

1. 0 – 20% Sangat Tidak Layak/


Sangat Negatif

2. 21% - 40% Tidak Layak/ Negatif

3. 41% - 60% Cukup Layak/ Cukup

4. 61% - 80% Layak/Positif

5. 81% - 100% Sangat Layak/Sangat


Positif

2. Analisis Data Ketrebacaan E-modul


Data keterbacaan e-modul diperoleh dari uji coba skala kecil yang
melibatkan 16 peserta didik. Data uji coba dianalisis secara statistic
deskriptif, hasil dari perhitungan data keterbacaan e-modul kemudian
diinterpretasikan ke dalam kategori kualitatif. Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.27

26
Ibid.
27
Ajeng Mariana Sawitri et al., “respon siswa terhadap penggunaan modul mnemonik
dengan metode rwp (reading-writing-presentation) dalam pembelajaran biologi di smk analis
kesehatan”, Jurnal Pembelajaran dan Pendidikan Saiins, Vol. 2 No. 1 (2017), h. 1–8,.
53

Tabel 3. 11 Kriteria Keterbacaan28

No. Persentase Interpretasi

1. 0 – 20% Sangat Negatif

2. 21% - 40% Negatif

3. 41% - 60% Cukup

4. 61% - 80% Positif

5. 81% - 100% Sangat Positif

28
I‟anatut Thoifah, loc. cit.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan E-modul problem based


learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran Biologi. Pengembangan e-modul ini berdasarkan model
pengembangan ADDIE yang memiliki 5 tahapan yaitu analyze (analisis),
design (desain), development (pengembangan), implementation
(implementasi), dan evaluation (evaluasi).

1. Tahap Analyze (Analisis)

a. Analisis Kebutuhan
Tahapan analisis kebutuhan dilakukan melalui kegiatan wawancara
dan pemberian angket analisis kebutuhan pada peserta didik. Wawancara
dilakukan bersama guru biologi MAN 1 Tangerang Selatan yaitu Ibu Sulhah
Amaliyah, S.Pd. Wawancara tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan
informasi seputar kegiatan pembelajaran yang dilakukan, materi yang sulit,
karakteristik peserta didik, dan implementasi pendidikan karakter pada mata
pelajaran biologi. Adapun hasil wawancara tersebut secara lengkap bisa
dilihat dalam lampiran 1, atau secara ringkas dapat dilihat melalui tabel
berikut:

Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Guru Biologi

No. Hasil Wawancara Guru


Peserta didik sangat aktif bertanya saat di kelas baik secara
1.
langsung ataupun melalui Whatsapp
Karakter peserta didik yang sudah muncul dalam pembelajaran
2.
biologi seperti kerja sama dan mandiri
3. Toleransi dan sikap ilmiah menjadi karakter yang belum

54
55

No. Hasil Wawancara Guru


muncul dalam diri peserta didik saat pembelajaran
Sikap yang perlu ditanamkan dalam diri peserta didik seperti
4. rasa ingin tahu, sikap ilmiah, jujur, disiplin, ulet, menghargai
pendapat, dan objektif
Penanaman karakter peserta didik dilakukan melalui kontrak
5. pembelajaran di awal pertemuan, melalui praktikum, dan
kegiatan problem solving di awal kegiatan pembelajaran
Tidak terdapat kesulitan dalam menerapkan pendidikan
6.
karakter pada mata pelajaran biologi
Virus menjadi materi yang sederhana namun perlu contoh dan
7.
pendekatan secara kontekstual
Model yang digunakan selama pembelajaran dalam materi
8.
virus adalah problem based learning dengan metode ceramah
Media yang biasanya digunakan saat pembelajaran adalah
9.
artikel dan gambar tentang virus
Bahan ajar yang digunakan peserta didik berupa buku cetak
10.
yang belum banyak mengandung nilai karakter
Guru sudah pernah membuat bahan ajar bermuatan pendidikan
11. karakter berupa diktat dan PPT yang belum digunakan secara
maksimal dalam pembelajaran di kelas X
Guru menganggap bahwa diperlukan bahan ajar yang
12.
mengandung muatan pendidikan karakter

Setelah melakukan wawancara, peneliti memberikan angket kepada


peserta didik untuk mengetahui ketertarikan dan kebutuhan peserta didik
terhadap suatu bahan ajar. Adapun hasil dari angket peserta didik dapat
dilihat melalui tabel berikut ini.
56

Tabel 4.2 Hasil Angket Peserta Didik

No. Hasil
1. Metode yang banyak digunakan guru adalah ceramah
2. Bahan Ajar yang digunakan guru selain buku paket adalah e-
modul dan LKPD
3. Media yang digunakan guru adalah PPT
4. Buku yang digunakan sebagai bahan ajar membuat peserta
didik tidak bersemangat dalam belajar
5. Guru sudah pernah menggunakan e-modul sebagai bahan ajar
6. Peserta didik menyukai belajar menggunakan internet, seperti
mengakses website ruang guru, quipper, dst
7. Virus merupakan materi yang sulit bagi peserta didik
8. Peserta didik mengetahui tentang pendidikan karakter dan
menganggapnya penting
9. Komunikatif, tekun, teliti, disiplin, dan jujur adalah karakter
yang sebagian besar peserta didik menganggap belum
memilikinya.
10. Peserta didik merasa bahan ajar dengan muatan pendidikan
karakter bisa meningkatkan nilai karakter peserta didik.
11. Siswa merasa tertarik jika e-modul berbasis problem based
learning bermuatan pendidikan karakter dikembangkan sebagai
bahan ajar.

Berdasarkan hasil wawancara dan angket di atas diketahui media


pembelajaran yang digunakan berupa buku cetak, powerpoint, gambar, dan
artikel. Keterbatasan media ini membuka peluang untuk pengembangan
sebuah bahan ajar yang mengintegrasikan berbagai media di dalamnya,
dengan teknologi informasi guna mendukung ketercapaian keterampilan
abad 21.1 Meskipun hasil angket peserta didik menyebutkan jika

1
Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun Prasetyo, loc. cit.
57

pembelajaran dalam kelas sudah pernah menggunakan e-modul, observasi


lebih lanjut dari peneliti menemukan bahwa e-modul yang digunakan
dalam bentuk powerpoint. Setelah dianalisis, penyusunan e-modul tersebut
tidak sesuai dengan sistematika modul. Hal ini bertentangan dengan
pendapat Sanjaya yang menyatakan bahwa sebuah modul memiliki 9 unsur
utama, yaitu tujuan pembelajaran, panduan, materi, tugas, evaluasi, kriteria
keberhasilan, kunci jawaban dan daftar pustaka.2 Dengan begitu,
powerpoint yang digunakan di kelas tidak dapat dikategorikan sebagai e-
modul.

Sementara itu, penerapan pendidikan karater menurut penuturan


guru sudah dilakukan dalam beberapa proses pembelajaran seperti ketika
praktikum, kontrak belajar, dan problem solving di awal kegiatan
pembelajaran. MAN 1 Tangerang Selatan sendiri merupakan sekolah yang
menekankan penerapan nilai karakter dalam visi, misi, dan tujuannya.
Meskipun begitu, saat wawancara bersama guru Biologi menunjukkan
bahwa terdapat nilai karakter dalam peserta yang belum muncul dalam
pembelajaran dan perlu untuk dikembangkan yaitu, sikap ilmiah, disiplin,
jujur, tekun, toleransi, dan rasa ingin tahu. Sikap-sikap tersebut merupakan
nilai-nilai universal yang terkandung dalam pendidikan karakter.

Unsur-unsur dalam sikap ilmiah sendiri memiliki kesamaan dengan


nilai dalam pendidikan karakter, seperti jujur, rasa ingin tahu, kerjasama,
kerjakeras, tanggung jawab, disiplin, kritis, kreatif, komunikatif, toleransi,
dan peduli. Oleh karena itu, pengembangan e-modul akan dilakukan
dengan memuat nilai tersebut. Hal ini juga didukung dengan hasil angket
kebutuhan peserta didik yang menunjukkan bahwa peserta didik masih
merasa kurang memiliki nilai karakter seperti tekun, teliti, disiplin, dan
komunikatif. Peserta didik juga menunjukkan ketertarikan peserta didik
terhadap bahan ajar yang memiliki muatan pendidikan karakter di

2
Wina Sanjaya, Perncanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Fajar
Interpratama, 2011), hal. 156.
58

dalamnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengembangkan e-


modul dengan muatan pendidikan karakter di dalamnya.

Selain itu, pengintegrasian nilai karakter dalam bahan ajar juga masih
belum maksimal dilakukan dalam pembelajaran. Menurut penuturan guru
Biologi, buku cetak yang digunakan sebagai bahan ajar hanya sedikit yang
memasukkan nilai karakter di dalamnya. Pengembangan bahan ajar yang
dilakukan guru berupa diktat juga belum maksimal digunakan sebagai bahan
ajar di dalam kelas.

Penerapan nilai karakter menuntut peserta didik untuk menjadi


pembelajar aktif, dengan guru yang hanya berperan sebagai fasilitator. Hal
ini karena dalam pembelajaran berkarakter peserta didik merupakan subjek
belajar yang memegang peranan penting dalam ilmu pengetahuan yang
dipelajarinya.3 Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah model pembelajaran
yang dapat memfasilitasi peserta didik sebagai pembelajar aktif di kelas.
Berdasarkan wawancara guru, dalam materi virus model pembelajaran yang
digunakan adalah problem based learning. Sementara metode yang sering
digunakan guru saat mengajar Biologi adalah metode ceramah.

Hasil angket menunjukkan bahwa peserta didik terbiasa


menggunakan internet sebagai sumber belajarnya. Banyak website seperti
Ruang Guru, Quipper dan lainnya yang peserta didik gunakan untuk
mencari informasi tentang materi pelajaran. Hasil tersebut membuat peneliti
tertarik untuk mengembangan e-modul dalam bentuk website dengan
menggunakan software Wordpress.. Hal ini memungkinkan e-modul untuk
memiliki berbagai media seperti gambar, teks, video, dan animasi. Peserta
didik juga dapat terus mengakses materi pembelajaran kapanpun dan
dimanapun dengan rasa nyaman.4 Pemilihan Wordpress sebagai media

3
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 18.
4
Nana, Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Fisika Berbasis Model Pembelajaran
PO2WE, (1 ed.) (Klaten: Lakeisha, 2022), h. 154.
59

untuk mengembangkan e-modul lantaran sifat dari Wordpress yang mudah


digunakan dan ringan diakses di berbagai perangkat.5

Berdasarkan hasil wawancara guru dan angket peserta didik tersebut


dapat disimpulkan bahwa 1) kurangnya variasi media pembelajaran yang
digunakan, 2) nilai pendidikan karakter disampaikan dalam pembelajaran
kurang maksimal, 3) pembelajaran problem based learning pada materi
virus belum maksimal, 4) pada materi virus diperlukan contoh yang sesuai
kehidupan nyata, 5) Masih adanya karakter yang belum muncul dalam diri
peserta didik selama pembelajaran 6) peserta didik terbiasa menggunakan
website sebagai sumber belajar, 7) belum adanya bahan ajar yang bermuatan
pendidikan karakter yang digunakan dalam kegiatan belajar dan mengajar,
8) pengembangan bahan ajar bermuatan pendidikan karakter dengan model
pembelajaran masa kini menjadi penting untuk dilakukan. Kesimpulan
tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengembangkan e-modul berbasis
problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus.

b. Analisis kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk mengetahui cakupan materi
berdasarkan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang telah ditentukan.
Pemilihan materi virus dianggap sesuai dengan aspek yang ada dalam model
problem based learning, dimana peserta didik diharapkan dapat
memberikan sebuah solusi terkait penyebaran virus yang saat ini sedang
terjadi. Hasil analisis KI dan KD dapat dilihat di lampiran 3.6
Berdasarkan hasil analisis KI dan KD dapat diketahui bahwa cakupan
materi untuk virus adalah struktur virus, ciri virus, replikasi virus, peran
virus dalam kehidupan, dan cara pencegahan virus melalui kampanye.
Cakupan materi virus secara lengkap dapat dalam peta konsep berikut ini.

5
Fahmi Achta Pratama dan Hansi Effendi, "E-Learning Bebasis Wordpress Sebagai
Alternatif Media Pembelajaran", Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran, Vol. 4, 2021, h. 466,.
6
Lampiran
60

Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Virus


Sementara itu, berdasarkan kompetensi inti dan kompetensi dasar,
karakter yang perlu dimunculkan dalam materi virus adalah religius, jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli lingkungan, rasa ingin tahu, komunikatif,
kreatif, kerjakeras, dan mandiri. Meskipun begitu, karakter yang
dimunculkan dalam e-modul tidak hanya berdasarkan hasil analisis
kurikulum saja, namun juga dikaitkan dengan hasil analisis kebutuhan. Oleh
karena itu karakter yang dimunculkan dalam e-modul yaitu religius, sikap
ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, objektif/jujur, toleransi, kritis, kreatif,
kerjasama, teliti, tekun, dan peduli lingkungan.

Adanya pandemi Covid 19 juga membuat materi virus lebih kontekstual


karena memberikan masalah nyata untuk diselesaikan, seperti cara
pencegahan Covid 19 yang masih sering diabaikan oleh masyarakat. Hal ini
sesuai dengan kompetensi dasar materi virus yang mengharapkan peserta
didik untuk melakukan kampanye pencegahan penyebaran virus. Muatan
61

pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan dalam materi virus, sehingga


pembelajaran semakin bermakna. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan
melalui aktivitas pembelajaran menggunakan problem based learning,
dimana peserta didik dapat meningkatkan sikap kritis, kreatif, rasa ingin
tahu, kerjasama, kerja keras, teliti dan tekun, tanggung jawab, dan
terbuka/komunikatif. 7

Gambar 4.2 Nilai Karakter dalam E-modul


Tidak hanya dalam aktivitas pembelajaran, pendidikan karakter juga
termuat dalam konten materi yang disajikan. Pemilihan materi virus
didasarkan pada fenomena Covid 19 yang nyata dihadapi oleh peserta didik.
Hal ini menjadikan materi virus dekat dengan peserta didik. Pengetahuan
tentang virus menurut Haruna dkk memiliki korelasi terhadap perilaku
peserta didik mencegah penularan virus Covid 19, sehingga sikap menjaga

7
Dyan Rifiana Malikha, loc. cit.
62

kesehatan dan kebersihan lingkungan akan muncul dalam diri peserta didik.8
Perilaku mencegah penyebaran virus Covid 19 juga dapat menumbuhkan
sikap disiplin dan juga bertanggung jawab.
Selain itu, pencegahan terhadap penyebaran virus Covid 19 juga
membiasakan peserta didik untuk bersikap disiplin mengikuti protokol
kesehatan dan jujur kepada petugas kesehatan saat memiliki gejala Covid
19. Materi virus juga dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan
nilai-nilai religius, karena menurut Wathoni dan Nursyamsu fenomena
makhluk virus sebagai makhluk yang tidak kasat mata tetapi mampu
menyebabkan wabah penyakit menunjukkan kekuasaan Tuhan YME atas
segala makhluknya.9

Materi virus termasuk ke dalam materi yang abstrak dan banyak


terdapat istilah-istilah. Tidak hanya belajar tentang ciri, struktur, dan
reproduksinya, KD materi virus mengharapkan peserta didik untuk
mengetahui perannya dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga
dituntut untuk dapat menyampaikan pengetahuannya dalam sebuah
kampanye untuk pencegahan virus. Oleh karena itu, dalam mengikuti
pembelajaran materi virus, peserta didik harus memiliki motivasi tinggi.10
Dalam meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar, rasa ingin tahu
harus ditumbuhkan untuk menarik perhatian peserta didik saat
pembelajaran.

KD 4.4 menginginkan peserta didik memiliki kemampuan pemecahan


masalah terhadap penyebaran virus HIV. Dalam penelitian ini, peneliti
menambahkan fenomena Covid 19 sebagai fokus masalah dalam e-modul

8
Moh. Fahri Haruna, Nurlia, dan Sri Astuti, "Korelasi Pengetahuan Materi Virus Dengan
Perilaku Siswa Sma Mencegah Penularan Virus Corona Di Kabupaten Banggai", Jurnal
Pendidikan Glasser, Vol. 5, 2021, h. 38.
9
Lalu Muhammad Nurul Wathoni dan Nursyamsu Nursyamsu, "Tafsir Virus (Fauqa
Ba‟Ūdhah): Korelasi Covid-19 Dengan Ayat-Ayat Allah," el-’Umdah, Vol. 3, 2020, h. 63–84.
10
Ni Luh Putu Suratna Dewi, "Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada
Materi Virus dengan Pembelajaran Flipped Classroom", JPE ( Jurnal Pendidikan Edutama ), Vol.
7, h. 47–60,.
63

yang akan dikembangkan. Dengan demikian, berdasarkan KD 4.4 materi


virus membuat peserta didik terbiasa untuk berpikir kritis dan juga kreatif.

2. Tahap Design (Perancangan)

Tahap perancangan ini susunan rancangan atau garis besar e-modul


berbasis problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi
virus dilakukan. Tahapan ini dimulai dengan penyusunan tujuan
pembelajaran dan materi e-modul. Materi diambil dari berbagai sumber
seperti Biologi karya Campbel edisi 11, buku paket Biologi 1 terbitan
Graffindo, Buku Siswa Aktif dan Kreatif Belajar Biologi terbitan Graffindo,
dan Biologi 1 karya Irnaningtyas. Penyusunan tujuan pembelajaran dan
materi didasarkan pada indikator yang sudah dibuat sebelumnya pada
tahapan analisis. Tujuan pembelajaran disusun berdasarkan model ABCD,
yaitu audience, behavior, condition, dan degree.11 Adapun tujuan
pembelajaran dalam e-modul adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan pembelajaran tentang virus menggunakan model
pembelajaran problem based learning, peserta didik diharapkan
mampu:

1. Menjelaskan sejarah penemuan virus dengan runtut


2. Menyebutkan tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses
penemuan virus dengan tepat
3. Mengidentifikasi ciri-ciri virus dengan benar setelah
melakukan pengamatan
4. Mendeskripsikan struktur virus dengan tepat beserta fungsinya
setelah melakukan pengamatan
5. Menyebutkan bentuk virus dan beserta contohnya minimal satu
melalui gambar
6. Membedakan struktur dan ciri virus dengan organisme lain
minimal 4
7. Mengklasifikasikan virus setelah melakukan diskusi
8. Menjelaskan perbedaan virus DNA dan virus RNA melalui

11
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013),
h. 168,.
64

Tujuan Pembelajaran
analisis kasus
9. Menjelaskan tahapan proses replikasi virus dengan benar
10. Menganalisis tahapan siklus litik dan siklus lisogenik dengan
lengkap dan urut
11. Menganalisis persamaan dan perbedaan siklus litik dan siklus
lisogenik
12. Menganalisis peran virus dalam kehidupan sehari-hari
13. Menyebutkan solusi pencegahan penyakit yang disebabkan
oleh virus
14. Membuat poster atau infografis yang berisi cara pencegahan
virus
15. Melakukan kampanye tentang bahaya penyakit HIV/AIDS dan
Covid 19

Selanjutnya dilakukan perancangan e-modul berbasis problem based


learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus. Komponen e-
modul disusun berdasarkan pendapat Kustandi dan Darmawan yang
menyatakan bahwa inti dari komponen e-modul memiliki tiga bagian yaitu
pendahuluan, isi, dan penutup.12 Sistematika e-modul yang dikembangkan
terdiri dari 1) Homepage yang berisi beberapa menu seperti Tentang
Website dan Glosarium di bagian header, judul e-modul, panduan, daftar isi,
dan mutiara penyemangat. Meskipun mutiara penyemangat bukan termasuk
dalam susunan inti e-modul, bagian ini dibuat untuk memberi peserta didik
motivasi dengan mengutip petuah bijak dari para ilmuwan. Selain itu,
bagian mutiara penyemangat juga berfungsi untuk mempercantik e-modul.
E-modul sendiri harus disusun dengan desain yang menarik dan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.13 2) Isi e-modul terdiri dari menu KD,
Indikator dan Tujuan Pembelajaran, Peta Konsep, dan Kegiatan
Pembelajaran 3) Penutup e-modul tersusun atas soal evaluasi dan daftar
pustaka.

12
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Pengembangan Media Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana, 2021), h. 164.
13
Lasmiyati dan Idris Harta, loc. cit.
65

Sementara itu, penyusunan outline e-modul dibuat berdasarkan sintaks


problem based learning. Desain isi kegiatan pembelajaran e-modul dapat
dilihat sebagai berikut:
1) Tahapan mengorientasi pada masalah ditunjukkan pada fitur “Ayo
Mengamati”. Dalam fitur Ayo Mengamati disajikan fenomena yang
termuat dalam gambar, video, atau artikel tentang Covid 19. Tema covid
19 digunakan lantaran fenomena tersebut dekat dan akrab dengan peserta
didik saat ini. Dengan begitu, diharapkan peserta didik dapat termotivasi
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Trianto yang menyatakan bahwa tahapan awal dari problem
based learning hendaknya untuk menyajikan suatu masalah yang dekat
dengan peserta didik, sehingga memunculkan ketertarikan peserta didik
untuk belajar.14
2) Organisasi peserta didik tercermin dalam kegiatan menjawab
pertanyaan setelah mengamati video, artikel, atau pernyataan yang
disampaikan. Pada tahapan ini, e-modul memfasilitasi peserta didik untuk
menentukan tugas belajar sesuai dengan masalah yang disajikan. Peserta
didik di-stimulus untuk melakukan diagnosis masalah dan merumuskan
hipotesis untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari masalah yang akan
dipecahkan.
3) Membantu penyelidikan dilakukan dengan menggunakan LKPD
dalam fitur “Ayo Selidiki”. LKPD ini mendorong peserta didik untuk
memproses suatu data. LKPD berisi pertanyaan-pertanyaan yang
membantu peserta didik untuk melakukan penyelidikan mengenai solusi
dari suatu masalah tentang HIV dan Covid 19 yang disajikan. Penyeldikan
dilakukan dengan mencari berbagai informasi dan juga referensi untuk
menguatkan solusi yang diajukan peserta didik saat mengerjakan LKPD.15
Data yang dihasilkan berupa kumpulan informasi yang diambil dari

14
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif,
dan Kontekstual, (Jakarta: Kencana, 2014), h. 74.
15
Op. Cit, h. 67.
66

berbagai sumber untuk memecahkan masalah dari fenomena yang


ditampilkan dalam LKPD
4) Fitur „Lets be Creative” mencerminkan tahapan menyajikan karya.
Fitur ini berupa penugasan kepada peserta didik untuk membuat poster
atau infografis berdasarkan kesimpulan dari LKPD yang dikerjakan.
5) Tahapan menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
terdapat dalam fitur “Explore Your Knowledge”. Lebih jelasnya bisa
dilihat melalui flowchart berikut ini.

Gambar 4.3 Flowchart E-modul


Penyusunan materi diintegrasi dengan nilai pendidikan karakter dan
sikap ilmiah sesuai dengan kebutuhan pengembangan e-modul ini. Karakter
yang dimasukkan dalam e-modul merujuk pada hasil analisis, dimana
berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa karakter yang
dimasukkan dalam e-modul adalah rasa ingin tahu, jujur, kritis, kreatif,
ketekunan (kerjakeras), kerjasama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, dan
67

peduli lingkungan. Kemudian, indikator dari setiap karakter diambil


berdasarkan buku Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
yang diterbitkan oleh Kemendiknas pada tahun 2010 yang menjadi salah
satu buku pedoman dalam program pendidikan karakter dengan penjelasan
yang rinci pada setiap nilai karakternya.

Tabel 4.4 Indikator Nilai Karakter dalam E-modul16

Nilai Karakter Indikator


Rasa Ingin Tahu 1. Antusias mencari jawaban
2. Perhatian pada obyek yang diamati

Sikap jujur 1. Objektif


2. Mengambil keputusan sesuai fakta
3. Bertindak sesuai dengan kejadian yang
terjadi

Kritis 1. Menanyakan hal baru yang berbeda


2. Tidak mengabaikan data meskipun
kecil

Kreatif 1. Menggunakan fakta atas dasar


konklusi
2. Menunjukkan karya berbeda dari
teman
Toleransi dan kerjasama 1. Menghargai pendapat orang lain
2. Menerima saran dari teman
3. Berpartisipasi aktif dalam kelompok

Sikap ketekunan 1. Fokus terhadap hal yang diamati dan


dikerjakan
Peka terhadap lingkungan 1. Perhatian terhadap peristiwa sekitar
2. Menjaga kelestarian lingkungan sekitar

Religius 1. Mengagumi kebesaran tuhan dalam


ciptaannya
Disiplin 1. Selalu tertib dan teliti dalam
mengerjakan tugas
2. Tertib dalam menerapkan aturan

16
Kementerian Pendidikan Nasional, Pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2010), h. 9-10.
68

Tanggung jawab 1. Melaksanakan tugas dan kewajiban


yang seharusnya dilakukan

3. Tahap Development (Pengembangan)

Tahap development bertujuan untuk merealisasikan rancangan dari e-


modul pada tahapan sebelumnya. Adapun langkah yang dilakukan dalam
tahapan ini adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan Produk Awal
Tahap ini merupakan tahap awal untuk menghasilkan suatu rancangan
produk. Dalam tahap ini outline materi direalisasikan dalam bentuk website
secara utuh. Selain menggunakan Wordpress dalam penyusunan e-modul
ini, peneliti juga menggunakan Canva, YouTube, dan juga Google Form
untuk membangun tampilan dari e-modul.
Produk awal diproduksi dengan menggunakan website Wordpress
yang dioperasikan secara daring. Penyusunan e-modul menggunakan
Wordpress memerlukan beberapa plugin seperti Elementor dan Learn Dash,
sehingga website e-modul yang dikembangkan memiliki tampilan dinamis
dan professional. Adapun tampilan awal e-modul bisa ditinjau melalui
gambar berikut, atau lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.

Gambar 4.4 Header


69

Gambar 4.5 Judul E-modul

Gambar 4.6 Panduan E-modul


70

Gambar 4.7 Menu KD, Indikator, dan Tujuan


Pembelajaran

Gambar 4.8 Peta Konsep E-modul


Tampilan e-modul dibuat dengan menggunakan plugin Elementor
untuk mendesain homepage, menu Tentang Website, Glosarium, KD,
71

Indikator, dan Tujuan Pembelajaran, dan Peta Konsep. Tampilan homepage


terdiri atas header yang berisi logo, menu home, menu glosarium, dan menu
Tentang Website. Di bawah header terdapat judul e-modul, panduan
penggunaan, daftar isi, dan mutiara penyemangat. Semua tampilan tersebut
menggunakan latar belakang biru dan dipercantik dengan gambar virus di
bagian judul. Tulisan dibuat dengan font Roboto dengan warna putih atau
hitam menyesuaikan latar belakang yang digunakan. Setiap menu dalam e-
modul memiliki tombol “Next” dan “Previous”. Ini untuk memudahkan
pengguna jika ingin kembali ke halaman sebelumnya atau menuju ke
halaman selanjutnya.
Sementara itu, tampilan kegiatan pembelajaran disusun dengan plugin
Learndash dan didesain dengan menggunakan Elementor. Kegiatan
pembelajaran dibuat dengan tampilan latar belakang berwarna putih. Di
setiap materi pembelajaran terdapat judul di bagian paling atas. Tampilan
paling awal menu kegiatan pembelajaran memuat deskripsi e-modul, serta
daftar materi dan kegiatan pembelajaran di bawahnya. Jika pengguna
menekan judul dalam daftar tersebut maka akan langsung menuju pada
halaman yang diinginkan sesuai dengan nama yang tertera. Pada setiap
halaman materi pembelajaran terdapat sidebar yang berisi daftar isi kegiatan
pembelajaran. Sidebar tersebut terletak di sebelah kiri halaman dan
digunakan untuk mempermudah peserta didik menuju halaman yang
diinginkan. Sama seperti tampilan pada menu lainnya, huruf pada menu
kegiatan pembelajaran menggunakan jenis font Roboto. Menu kegiatan
pembelajaran secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran.17

17
Lampiran
72

Gambar 4.9 Tampilan Awal Menu Kegiatan Pembelajaran

Gambar 4.10 Tampilan Materi


Dalam kegiatan pembelajaran dilengkapi dengan gambar dan juga
video pembelajaran sesuai dengan materi yang disajikan. Penyajian LKPD
73

dalam fitur Ayo Selidiki disajikan dengan menggunakan Canva. Sementara


fitur Explore Your Knowledge yang berisi soal evaluasi dan self assessment
disajikan dengan menggunakan Google form. Umpan balik saat
mengerjakan evaluasi dapat dilihat diakhir setelah peserta didik
mengumpulkannya. Tampilan e-modul secara lengkap bisa dilihat dalam
lampiran.18

Gambar 4.11 Tampilan Ayo Selidiki

18
Lampiran
74

Gambar 4.12 Tampilan Fitur Lets Be Creative

Gambar 4.13 Tampilan Soal Evaluasi


Nilai pendidikan karakter termuat dalam materi dan juga kegiatan
pembelajaran yang ada dalam e-modul. Karakter religius, rasa ingin tahu,
75

kritis, kreatif, kerjasama, tekun dan teliti, jujur, disiplin, peduli, tanggung
jawab, objektif, dan toleransi termuat dalam fitur Ayo Mengamati, Info
Biologi, Ayo Selidiki, Lets Be Creative, Explore Your Knowledge, dan
dalam konten materi. Adapun cuplikan tampilan muatan pendidikan
karakter dalam e-modul dapat dilihat melalui gambar di bawah ini. Untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.19

Gambar 4.14 Karakter Rasa Ingin Tahu

19
Lampiran 4
76

Gambar 4.15 Kritis

Gambar 4.16 Karakter dalam LKPD


77

Gambar 4.17 Karakter dalam Info Biologi

Gambar 4.18 Karakter Religius, Tekun, Kerja Keras, dan Peduli

b. Validasi
Tahapan ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk e-modul yang
valid atau layak berdasarkan penilaian dan saran dari validator ahli. Hal ini
sesuai dengan pendapat Aidil dan Razak yang menyatakan bahwa validasi
penting dilakukan agar bahan ajar yang dihasilkan layak untuk digunakan.20
Validasi dilakukan oleh satu orang ahli materi dan satu orang ahli media.
Ahli materi dan juga pendidikan karakter merupakan guru biologi di MAN 1

20
Aidil Akbar dan Abdul Razak, loc. cit.
78

Tangerang Selatan. Sementara ahli media merupakan dosen dari Program


Studi Tadris Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tahap validasi yang dilakukan
menghasilkan skor rata-rata sangat layak terhadap produk e-modul yang
dikembangkan. Lebih rincinya, hasil validasi dapat ditinjau pada poin
deskripsi dan analisis uji coba.
c. Uji Coba Skala Kecil
Uji coba skala kecil dilakukan untuk menilai keterbacaan dari e-modul
yang dikembangkan. Uji coba skala kecil ini menggunakan 16 peserta didik
kelas X MAN 1 Tangerang Selatan sebagai sampel yang dikumpulkan
secara random sampling untuk menilai keterbacaan e-modul. Hasil dari uji
coba skala kecil adalah “Sangat Positif” dengan nilai rata-rata 95.68%.
Beberapa revisi juga dilakukan berdasarkan komentar dari peserta didik.
Hasil uji ini lebih rinci dapat dilihat pada poin deskripsi dan analisis uji
coba.

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahapan untuk menerapkan bahan ajar


yang sudah melewati proses validasi di lapangan.. Setelah mendapatkan
hasil uji keterbacaan dan melakukan revisi sesuai kebutuhan peserta didik,
kemudian dilanjutkan dengan uji coba skala besar dengan 35 peserta didik
kelas X MAN Tangerang Selatan untuk mengetahui respon peserta didik
terhadap praktikalitas e-modul. Hasil dari uji coba skala besar mendapat
total rata-rata 77,140 % dengan kategori positif dan layak untuk digunakan
sebagai bahan ajar. Adapun hasil uji skala besar dapat ditinjau lebih jelas
pada poin deskripsi dan analisis uji coba.

5. Tahap Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan melakukan validasi produk oleh validator


ahli media dan validator ahli materi dan uji coba skala kecil yang termasuk
79

dalam evaluasi formatif, dimana evaluasi dilakukan sebelum dilakukannya


implementasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan evaluasi sumatif
yaitu uji coba skala besar yang dilakukan pada tahapan implementasi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Branch yang mengatakan bahwa dalam tahapan
ADDIE terdapat dua jenis evaluasi yang berfungsi sebagai dasar perbaikan
terhadap produk yang dikembangkan.21 Keseluruhan evaluasi tersebut
menunjukkan bahwa e-modul problem based learning bermuatan
pendidikan karakter pada materi virus layak untuk digunakan.

B. Deskripsi dan Analisis Uji Coba

E-modul yang telah selesai dikembangkan akan melalui proses uji


kelayakan atau validasi oleh ahli pada masing-masing aspek. Setelah
dilakukan revisi sesuai dengan komentar dan saran dari validator, e-modul
akan diujikan pada peserta didik untuk mengetahui keterbacaan dan respon
peserta didik terhadap e-modul. Validasi dilakukan dengan tujuan untuk
menghasilkan sebuah e-modul problem based learning bermuatan
pendidikan karakter yang valid dan layak untuk digunakan sebagai
penunjang pembelajaran.

1. Data Hasil Validasi E-Modul Problem Based Learning Bermuatan


Pendidikan Karakter Pada Materi Virus

Validasi E-Modul Problem Based Learning Bermuatan Pendidikan


Karakter Pada Materi Virus bertujuan untuk menilai kelayakan e-modul
yang telah dikembangkan. Penilaian kelayakan dilakukan yaitu pada media
dan materi. Berikut adalah hasil analisis kelayakan e-modul pada masing-
masing bagian.

21
Robert Maribe Branch, Instructional Design: The ADDIE Approach, (New York:
Springer, 2009), h. 122.
80

a. Analisis Kelayakan Media E-Modul Problem Based Learning


Bermuatan Pendidikan Karakter Pada Materi Virus
Ada 4 aspek yang dinilai untuk menentukan e-modul yang
dikembangkan layak secara media, yaitu navigasi, desain visual, media,
dan bahasa. Berikut hasil analisis kelayakan media e-modul untuk setiap
aspek.
Tabel 4.5 Hasil Validasi Kelayakan Media
Persentase Penilaian
No. Aspek (%) Interpretasi
1. Navigasi 85,71 Sangat Layak
2. Desain Visual 96 Sangat Layak
3. Media 93.3 Sangat Layak
4. Bahasa 82.5 Sangat Layak
Rata-rata 89.38 Sangat Layak

Tabel 4.5 di atas memperlihatkan penilaian dari e-modul berbasis


problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi
virus, yang mendapatkan kriteria sangat layak di setiap aspeknya.
Persentase penilaian tertinggi terdapat pada aspek desain visual dengan
persentase penilaian sebesar 96% dengan interpretasi sangat layak.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa e-modul memiliki
tampilan yang menarik, hasil tersebut juga mengatakan bahwa e-modul
memiliki tampilan yang nyaman untuk dibaca dan dipelajari. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh Roblyer, bahwa sebuah e-modul yang
berbentuk website harus memiliki tampilan yang atraktif, kreatif, dan
mudah dibaca.22 Indikator penilaian yang terdapat dalam aspek desain
visual adalah kesesuaian font dan ukuran huruf dengan pembaca,
penggunaan layout yang menarik, pemilihan warna yang menarik,

22
Roblyer M.D, Integrating Educational Technology Into Teaching, (7 ed.) (United
States: Pearson, 2016),h. 199.
81

fleksibilitas desain layar di berbagai perangkat, dan kemenarikan


penyajian informasi.
Adapun aspek media mendapat persentase penilaian sebesar 93.3%.
Dengan begitu, media yang disajikan dalam e-modul sudah sesuai
dengan konten materi dan juga membuat pengguna mampu untuk
memahami setiap informasi yang disajikan saat belajar. Hal ini sesuai
dengan tujuan dari penggunaan media sebagai visualisasi konten materi
dalam e-modul, sehingga dapat membantu peserta didik untuk
mempermudah penyerapan informasi.23 Indikator dalam aspek media
mencakup kesesuaian ilustrasi yang digunakan, resolusi video yang
digunakan baik, serta penempatan dan penggunaan gambar juga ilustrasi
tidak mengganggu pembaca.
Sebagai sebuah website, e-modul harus mencerminkan sebuah situs
dengan karakteristik dan fitur yang mudah dipahami cara
penggunaannya. Oleh karena itu, penilaian tidak terlepas dari aspek
navigasi yang terdiri dari beberapa indikator, meliputi petunjuk navigasi
untuk setiap halaman jelas, penyusunan tampilan menarik, navigation
tool bekerja sesuai dengan fungsinya, tampilan website yang konsisten,
buttons dan links dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan, konten dapat
dibuka dengan sekali klik, dan website tidak lama saat loading. Aspek
navigasi mendapat persentase penilaian sebesar 85,7% dan mendapat
kategori sangat layak. Hal ini menunjukkan bahwa e-modul yang
dikembangkan sudah sesuai dengan prinsip user friendly.24 Meskipun
begitu, penilaian terhadap lamanya website untuk loading mendapat nilai
60 lantaran e-modul masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
memuat halaman awal.
Sementara itu, aspek bahasa mendapat nilai terendah dari 3 aspek
sebelumnya yaitu 82,5%. Bahasa dalam e-modul haruslah komunikatif

23
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Op.Cit., h.168.
24
Ibid.
82

dan sesuai dengan tingkat perkembangan pembaca.25 Dalam


penyusunannya, e-modul harus memperhatikan kesederhanaan, struktur
kalimat yang sesuai, dan kaidah bahasa yang tepat. Selain itu, bahasa
yang disampaikan dalam e-modul harus mendukung adanya interaksi
26
antara e-modul dengan pembaca. Interaksi yang termuat dalam bahasa
e-modul disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan untuk mengetahui
pendapat pembaca sebelum masuk ke pembahasan materi, seperti “Apa
yang kamu ketahui tentang virus?” dan seterusnya. Penggunaan bahasa
yang seperti itu menciptakan interaksi semu antara e-modul dengan
pembaca, sehingga pembaca tidak merasa sendiri saat belajar
menggunakan e-modul.
Berdasarkan hasil validasi pada setiap aspek kelayakan media,
dapat disimpulkan bahwa e-modul berbasis problem based learning
bermuatan pendidikan karakter pada materi virus dinilai sangat layak,
dengan total rata-rata 89,38%. Terdapat beberapa komentar dari validator
terhadap desain media e-modul, seperti halaman website yang
membutuhkan waktu muat yang cukup lama dan beberapa gambar yang
ditampilkan dalam e-modul belum terlihat jelas, sehingga mengganggu
saat digunakan
Tabel 4.6 Hasil Perbaikan E-modul Sesuai Saran Validator
Media

Sebelum Revisi Setelah Revisi


E-modul membutuhkan waktu E-modul tidak terlalu memakan
loading yang cukup lama waktu lama untuk loading
Peta konsep yang disajikan Peta konsep yang disajikan
terlalu kecil dan kurang jelas diubah ukuran dan resolusinya
Gambar yang disajikan untuk Gambar yang disajikan untuk
materi resolusinya kurang baik. materi resolusinya diperbaiki

25
E. Kosasih, Pengembangan Bahan ajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2021), h. 25.
26
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, Op.Cit., h. 166.
83

Gambar 4.19 Peta Konsep Sebelum Revisi

Gambat 4.19 diatas menunjukkan peta konsep sebelum direvisi. Peta


konsep didesain dengan menggunakan aplikasi Canva. Memiliki latar
belakang berwarna biru, kotak berwarna putih, dan text berwarna hitam.
Peta konsep dimasukkan ke dalam e-modul dalam bentuk kode html yang
disematkan (embed) dari Canva. Namun, cara tersebut membuat ukuran
peta konsep kecil dan memiliki resolusi rendah yaitu 960x1080 pixel. Saat
di zoom in pun peta konsep masih memiliki tampilan yang kurang jelas.
84

Gambar 4.20 Peta Konsep Setelah Revisi

Gambar diatas memperlihatkan peta konsep yang sudah diperbaiki.


Perbaikan dalam Peta Konsep terlihat dari ukuran dan juga resolusi yang
ditampilkan. Setelah direvisi Peta Konsep memiliki resolusi dan ukuran
1024 x 1024 pixel, sehingga tampilan lebih besar dan lebih jelas. Latar dari
peta konsep juga diganti dengan warna yang lebih ringan dan tidak
mencolok, sesuai dengan tampilan e-modul.

Gambar 4.21 Tampilan Ilustrasi Sebelum Revisi


85

Tampilan ilustrasi percobaan Martinus Beijerink pada materi sejarah


virus sebelum direvisi dapat dilihat pada gambar 4.21. Tampilan ilustrasi
terletak di sebelah kanan dengan ukuran medium. Penyusunan ini
membuat ilustrasi kurang terlihat jelas karena tulisan yang terlalu kecil.

Gambar 4.22 Ilustrasi Setelah Revisi


Setelah direvisi, gambar memiliki penampilan yang lebih besar dan
fokus. Peletakan gambar juga diubah menjadi linear selaras dengan tulisan
di atasnya dan di bawahnya. Tampilan baru ini juga membuat gambar
lebih mudah untuk diamati, pembaca juga tidak merasa terganggu dengan
peletakan gambar. Disamping kiri juga terdapat keterangan untuk
menandai ilustrasi tersebut adalah percobaan Martinus Beijerink.
Komentar validator tentang loading website yang membutuhkan
waktu lama diperbaiki dengan menghapus media yang tidak diperlukan
dalam website. Penghapusan media seperti foto, video, atau plugin dari
website dapat mempercepat laju website saat loading. 27 Namun, lamanya
proses loading website juga dapat disebabkan oleh hosting yang digunakan
peneliti merupakan hosting gratis.28 Penggunaan hosting gratis membuat
proses loading website tidak maksimal. Penggantian hosting dapat
dilakukan dengan meng-upgrade hosting menjadi berbayar. Namun,

27
Anonim, Cara Mengatasi Website yang Lemot, 2022,
(https://www.niagahoster.co.id/kb/website-lambat-atau-lemot-ketika-diakses-overload), Diakses
tanggal 27 November 2022 pukul 20.00.
28
Ibid.
86

terdapat keterbatasan dari peneliti sehingga penggantian hosting tidak


dapat dilakukan.
a. Analisis Kelayakan Materi E-Modul Berbasis Problem Based
Learning Bermuatan Pendidikan Karakter Pada Materi Virus
Kelayakan materi e-modul dilihat dari komponen e-modul,
kelayakan konten, kelayakan konstruksi e-modul sesuai PBL, kesesuaian
materi dengan pendidikan karakter, kesesuaian kegiatan pembelajaran
dalam e-modul dengan pendidikan karakter, dan relevansi dengan
kehidupan sehari-hari. Adapun hasil analisis kelayakan materi e-modul
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Hasil Validasi Kelayakan Materi E-modul
Persentase
No. Aspek Penilaian (%) Interpretasi
1. Komponen E-modul 77.1 Layak
2. Kelayakan Konten 93.3 Sangat Layak
3. Kelayakan 96.7 Sangat Layak
Konstruksi
4. Kesesuaian Materi 83.3 Sangat Layak
dengan Pendidikan
Karakter
5. Kesesuaian Kegiatan 100 Sangat Layak
Pembelajaran dalam
E-modul dengan
Pendidikan Karakter
6. Relevansi dengan 100 Sangat Layak
Kehidupan Sehari-
hari
Rata-rata 94.5 Sangat Layak

Tabel 4.8 diatas menunjukkan hasil penilaian kelayakan materi e-


modul berbasis problem based learning bermuatan pendidikan karakter
87

pada materi virus. Kelayakan materi menilai 6 aspek yaitu komponen e-


modul, konten e-modul, konstruksi e-modul, kesesuaian kegiatan
pembelajaran dengan pendidikan karakter, kesesuaian materi dengan
pendidikan karakter, dan relevansi materi e-modul dengan kehidupan
sehari-hari.
Aspek komponen e-modul mendapat hasil 77,1% dari total 7
indikator yang dinilai. Indikator tersebut meliputi kesesuaian judul, tujuan,
dan soal evaluasi pembelajaran dengan kompetensi dasar, ketepatan
panduan penggunaan untuk guru dan peserta didik, kandungan sintaks
problem based learning dan muatan pendidikan karakter dalam e-modul.
Aspek komponen ini menjadi sesuatu yang penting dalam proses penilaian
e-modul, hal ini untuk mengetahui apakah susunan e-modul sudah sesuai
dengan kompetensi dasar dan tujuan dari pembuatannya. Dengan total nilai
berada dalam rentang 60-80, maka aspek komponen e-modul termasuk
dalam kategori “Layak”.
Aspek lainnya yaitu kelayakan konten e-modul bertujuan untuk
mengetahui apakah materi yang disajikan dalam e-modul sudah sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam kurikulum dan apakah materi
e-modul disajikan dengan mengangkat masalah kontekstual. Aspek ini
mendapat nilai sebesar 93.3% dengan kategori “Sangat Layak”. Hasil ini
menunjukkan bahwa materi dalam e-modul dapat meningkatkan
pemahaman dan rasa ingin tahu peserta didik terhadap materi virus,
dengan menyajikan materi yang sesuai KI dan KD, dan kontekstual.
Adapun aspek kelayakan konstruksi merujuk pada kelayakan
penyajian e-modul yang disusun berdasarkan sintaks problem based
learning. Hal ini sesuai dengan pendapat Putri dan Yohandi yang
menyatakan bahwa tampilan penyajian harus sesuai dengan model
pembelajaran yang diusung dalam e-modul.29 Aspek kelayakan konstruksi

29
Yosa Aulya Putri dan Yohandri, "Validity of Teaching Materials Based on Problem
Based Learning Using Contextual Teaching and Learning Approach to Improve Critical
Thinking", International Journal of Progressive Sciences and Technologies (IJPSAT), Vol. 23,
2020, h. 63–70.
88

dalam e-modul mendapat nilai sebesar 96.7% yang menunjukkan bahwa


penyusunan e-modul sudah sesuai dengan sintaks problem based learning,
sehingga mendapat interpretasi “Sangat Layak”.
Sementara itu aspek kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan
pendidikan karakter, kesesuaian materi dengan pendidikan karakter, dan
relevansi materi e-modul dengan kehidupan sehari-hari mendapat
persentase 100%, 83,3%, dan 100% dengan kategori “sangat layak”. Hal
ini sesuai dengan pendapat Yaumi yang mengatakan bahwa terdapat 3
aspek penting dalam pengembangan bahan ajar yaitu integrasi konten,
integrasi dalam aktivitas pembelajaran, dan pemberdayaan budaya sehari-
hari.30
Rata-rata dari uji kelayakan materi e-modul adalah 94.5% yang
menunjukkan bahwa materi dalam e-modul mendapat penilaian sangat
layak dari validator ahli. Meskipun begitu masih ada beberapa poin
penting dalam e-modul yang harus diperbaiki, seperti instruksi atau
panduan penggunaan ditujukan untuk peserta didik dan juga guru. Menurut
validator panduan dalam e-modul masih perlu diperbaiki karena masih
terdapat bias antara poin panduan yang ditujukan untuk guru dan peserta
didik.
Validator juga memberikan saran untuk mengubah redaksi tujuan
pembelajaran. Selain itu, validator juga memberikan masukan seperti
penambahan studi kasus, perbaikan penulisan tata nama virus, perbaikan
terhadap gambar, tabel, dan juga bagan dalam e-modul. Beberapa ilustrasi
seperti bagan yang menunjukkan siklus litik dan siklus lisogenik juga
dinilai kurang jelas karena tidak terdapat keterangan yang terperinci dalam
setiap tahapan. Berkaitan dengan ini, peneliti melakukan perbaikan sesuai
dengan saran yang diberikan oleh validator. Mengenai daftar revisi yang
dilakukan oleh peneliti bisa dilihat melalui tabel berikut.

Tabel 4.8 Hasil Perbaikan Sesuai Saran Validator Materi

30
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, dan Implementasi, (1 ed.)
(Jakarta: Kencana, 2014)., h. 143.
89

Sebelum Revisi Setelah Revisi


Panduan e-modul masih
Panduan e-modul untuk guru dan
bercampur antara panduan
peserta didik sudah dipisah.
untuk guru dan panduan untuk
peserta didik.
Terdapat kata yang kurag tepat Kata dan redaksi dari tujuan
dalam tujuan pembelajaran pembelajaran sudah diganti
Belum ada penambahan materi Materi tentang tes Covid 19
tentang tes Covid 19 ditambahkan dalam e-modul
Bagan siklus litik dan siklus Bagan siklus litik dan siklus
lisogenik kurang lengkap lisogenik sudah dilengkapi
Penulisan tata nama virus tidak Tata nama virus ditulis
menggunakan garis miring menggunakan garis miring

Perbaikan yang dilakukan peneliti meliputi pemisahan panduan e-


modul untuk guru dan peserta didik dengan menambahkan tombol. Kata
dan redaksi dalam tujuan pembelajaran sudah diganti dan sesuai dengan
bentuk ABCD. Materi tentang tes Covid 19 ditambah untuk membuat
materi semakin kontekstual dan menarik untuk dipelajari. Ilustrasi siklus
litik dan siklus lisogenik diubah menjadi lebih jelas dengan penambahan
keterangan di dalamnya. Perbaikan tata nama ilmiah virus juga direvisi
sesuai dengan ketentuan penulisan tata nama ilmiah.
90

Gambar 4.23 Panduan Sebelum Direvisi

Sebelum mengalami perbaikan, panduan e-modul digabung untuk


guru dan juga peserta didik dalam satu section. Perbedaan yang terlihat
antara panduan guru dan peserta didik hanya terletak dari redaksi
kalimatnya saja. Terdapat kata „peserta didik‟ pada poin panduan yang
diperuntukkan bagi peserta didik, sedangkan untuk guru tidak ada. Hal ini
bisa saja menimbulkan bias saat penggunaannya.

Gambar 4.24 Panduan Setelah Direvis Bagian Depani


91

Gambar 4.25 Panduan untuk Guru dan Peserta Didik yang


Sudah Dipisah

Gambar 4.25 merupakan tampilan panduan e-modul yang belum


mengalami perbaikan dan tampilan panduan e-modul yang sudah
diperbaiki sesuai saran validator. Setelah melakukan perbaikan, panduan
untuk peserta didik dan guru dibedakan dengan menambah tombol pada
tampilan. Tombol diletakkan sejajar satu sama lain dengan warna hijau.
Jika tombol “Panduan Guru” ditekan, maka akan muncul pop-up berisi
panduan untuk guru (gambar 4.25). Hal yang sama juga terjadi jika tombol
“Panduan Peserta Didik” ditekan. Pemisahan ini bertujuan untuk
menghindari bias dalam penggunaan panduan e-modul, sehingga panduan
menjadi jelas dan dapat menuntun guru atau peserta didik dalam
92

menggunakan e-modul.31 Selain itu, panduan juga diperjelas dengan


merinci penjelasan tentang fitur yang ada dalam e-modul.

Gambar 4.26 Tujuan Pembelajaran Belum Direvisi

Gambar 4.26 menampilkan tujuan pembelajaran sebelum direvisi.


Sebelum dilakukan revisi, ada beberapa kata dalam tujuan pembelajaran
yang kurang tepat menurut validator.. Misalnya penggunaan kata “runtut”
pada poin 1. Beberapa poin tujuan pembelajaran juga dinilai kurang jelas
seperti “Mengidentifikasi ciri-ciri virus dengan benar setelah melakukan
pengamatan”. Selain itu, validator juga mengatakan jika tujuan
pembelajaran yang dibuat belum sesuai dengan teori ABCD, dimana
bagian condition dan degree belum disebutkan secara jelas. Seperti
“Mengklasifikasi virus setelah melaukan pengamatan”, kalimat tersebut
belum menunjukkan degree yang diinginkan untuk diukur dan dicapai oleh
peserta didik. Berdasarkan komentar tersebut, tujuan pembelajaran
disempurnakan dengan menambah poin-poin yang masih dirasa kurang
dalam tujuan pembelajaran menurut validator. Hasil dari revisi tujuan
pembelajaran dapat dilihat melalui gambar di bawah ini.

31
Lasmiyati dan Idris Harta, loc. cit.
93

Gambar 4.27 Tujuan Pembelajaran Setelah Direvisi

Setelah dilakukan revisi, kata runtut dihapus dan peneliti pun


mengubah redaksinya menjadi “Menjelaskan sejarah penemuan virus
beserta tokoh yang berjasa dengan benar”. Kemudian setiap poin dalam
tujuan pembelajaran diperjelas dengan memperbaiki redaksi dari kondisi
dalam tujuan pembelajaran menjadi “Mengidentifikasi ciri-ciri virus
melalui pengamatan gambar dan video dengan benar”.

a) Sebelum Revisi
94

b) Setelah Revisi
Gambar 4.28 Materi Struktur Virus

Saran validator untuk menambahkan materi tentang tes Covid 19


dilakukan peneliti dengan memasukkannya dalam materi struktur virus.
Hal ini lantaran tes Covid 19 menggunakan struktur virus seperti protein
kapsid dan asam nukleatnya untuk mendeteksi keberadaan virus dalam
tubuh. Penyampaian materi tersebut dilakukan di awal materi struktur
virus dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Peletakan bahasan
tentang tes Covid 19 di awal materi ini dapat merangsang motivasi dan
rasa ingin tahu peserta didik. Penambahan materi ini menjadikan konten e-
modul lebih kontekstual dan terasa dekat dengan peserta didik sehingga
dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar lebih jauh tentang
materi virus. Hal ini sesuai dengan pendapat Ataji yang menyatakan
bahwa materi pembelajaran yang baik merupakan materi pembelajaran
yang menarik dan dapat memotivasi peserta didik.32

32
Hafis M Kaunang Ataji, Agus Sujarwanta, dan Muhfahroyin Muhfahroyin, loc. cit.
95

a) Siklus Litik

b) Siklus Lisogenik
Gambar 4.29 Ilustrasi Siklus Litik dan Lisogenik Sebelum
Direvisi

Ilustrasi dari siklus litik dan siklus lisogenik mendapat komentar dari
validator. Komentar tersebut berupa bagan yang kurang lengkap karena
tidak mencantumkan keterangan dalam ilustrasi. Tampilan ilustrasi
sebelum direvisi dapat dilihat pada gambar 4.29, yang menunjukkan
ilustrasi hanya dilengkapi dengan nomor dan juga teks sebagai penanda
tahapan dari siklus litik dan siklus lisogenik. Tampilan ini digunakan
lantaran keterangan dari setiap tahapan dijelaskan di bawah gambar.
Namun, menurut validator gambar yang terlalu polos akan membuat
peserta didik kurang memahami siklus litik dan siklus lisogenik. Hal ini
sesuai dengan pernyataan dari Kustandi dan Darmawan, bahwa gambar
dalam e-modul haruslah mencerminkan pesan, mudah dipahami, dan dapat
96

memotivasi peserta didik untuk belajar.33 Oleh karena itu, ilustrasi siklus
lisogenik diubah dengan merujuk pada ilustrasi yang ada buku Biologi
Campbell.34 Hal ini sesuai dengan saran validator untuk memberikan
gambaran keterkaitan antara siklus litik dan siklus lisogenik dalam
replikasi virus.

Gambar 4.30 Ilustrasi Siklus Litik dan Lisogenik Setelah


Direvisi

Gambar 4.30 diatas menunjukkan tampilan ilustrasi siklus lisogenik


dan siklus litik setelah direvisi. Penambahan teks keterangan diberikan
dalam ilustrasi untuk memperjelas setiap tahapan yang terjadi dalam
siklus. Warna dari ilustrasi dalam siklus lisogenik juga diubah dari abu-
abu ke biru.

33
Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan, loc. cit.
34
Neil A Campbell dan Jane B Reece, Biologi 1, (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 401.
97

a)

b)
Gambar 4.31 Nama Virus a) Sebelum direvisi, dan b) Setelah
direvisi
Gambar di atas menunjukkan perbedaan penulisan nama virus dalam
soal evaluasi sebelum dan setelah direvisi. Sebelum direvisi nama virus
ditulis menggunakan huruf tegak. Setelah dilakukan revisi nama virus
ditulis dengan menggunakan huruf miring.

2. Data Hasil Uji Coba Skala Kecil

Setelah melakukan uji kelayakan atau validasi dan melakukan revisi


sesuai saran dari validator, e-modul kemudian diujicobakan pada peserta
didik. Uji coba pertama dilakukan dengan skala kecil untuk melihat
keterbacaan dari e-modul. Keterbacaan e-modul dilihat dari pendapat
peserta didik terhadap 4 aspek yang diujikan, yaitu keterbacaan,
kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman. Adapun hasil uji
keterbacaan e-modul bisa dilihat melalui tabel di bawah ini.
98

Tabel 4.9 Hasil Uji Keterbacaan


Persentase
No. Aspek Penilaian (%) Interpretasi
1. Keterbacaan 93.75 Sangat Positif
2. Kemudahan 96.25 Sangat Positif
3. Kemenarikan 96.875 Sangat Positif
4. Keterpahaman 95.83 Sangat Positif
Rata-rata 95,833 Sangat Positif

Tabel diatas menguraikan data hasil uji keterbacaan yang dilakukan


pada 16 perwakilan peserta didik kelas X MAN 1 Tangerang Selatan. Data
tersebut menjelaskan bahwa tingkat keterbacaan e-modul yang
dikembangkan adalah sangat positif atau sangat baik dengan rata-rata skor
total 95,68%. Setiap aspek tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan.
Skor terendah dan skor tertinggi hanya memiliki rentang 3% saja. Adapun
skor terendah adalah aspek keterbacaan yaitu 93,75%. Hal ini karena e-
modul dinilai memiliki beberapa istilah baru yang sulit dipahami oleh
peserta didik.
Sementara itu, beberapa aspek lain seperti kemenarikan mendapat
saran dan juga komentar. Aspek yang disorot oleh peserta didik adalah
halaman yang memuat fitur Ayo Selidiki dinilai masih memiliki tampilan
yang rumit dan membingungkan. Beberapa peserta didik juga menemukan
masih ada beberapa kata yang salah tulis dan juga istilah yang sulit
dipahami. Berdasarkan hasil uji coba skala kecil ini peneliti melakukan
perbaikan e-modul sebagai berikut.
99

Gambar 4.32 Tampilan Ayo Selidiki Sebelum Revisi

Gambar 4.33 Tampilan Ayo Selidiki Setelah Revisi


Gambar 4.32 dan 4.33 memperlihatkan perbedaan tampilan fitur Ayo
Selidiki sebelum dan sesudah direvisi. Fitur Ayo Selidiki memiliki
tampilan yang langsung memperlihatkan bagian LKPD. Dalam fitur ini
sendiri terdapat dua LKPD yaitu LKPD yang membahas tentang Covid 19
dan LKPD yang membahas tentang HIV. Sebelum direvisi, kedua LKPD
tersebut langsung ditampilkan dalam satu halaman dan hanya dipisahkan
dengan menggunakan heading untuk menandai judul pada setiap LKPD.
100

Pengerjaan LKPD dilakukan dengan menekan tombol di bawah LKPD,


tombol tersebut akan langsung mengarahkan peserta didik pada aplikasi
Canva untuk mengisi LKPD. Namun, tampilan tersebut justru tidak sesuai
dengan prinsip kemudahan e-modul, karena membuat bingung peserta
didik sebagai pengguna saat mengerjakannya.35
Peneliti pun mengubah tampilan fitur Ayo Selidiki agar lebih ramah
pengguna. LKPD tidak langsung ditampilkan dalam satu halaman,
melainkan dipisah menjadi 2 halaman baru yang dapat diakses dengan
menggunakan tombol yang sudah disediakan. LKPD juga tidak lagi
menggunakan Canva untuk mengerjakannya. Setelah direvisi, LKPD
interaktif dibuat dengan Worksheet dan diintegrasikan dalam e-modul.
Tampilan ini lebih memudahkan peserta didik untuk mengerjakan LKPD.

a) Sebelum Revisi

35
E. Kosasih, Op. Cit., h. 21.
101

b) Setelah Revisi
Gambar 4.34 Tampilan Halaman a) sebelum ditambah
Glosarium, b) sesudah ditambah Glosarium

Saat uji coba skala kecil, terdapat komentar tentang adanya


beberapa istilah asing yang belum dipahami oleh peserta didik. Dalam e-
modul sebenarnya sudah terdapat daftar makna dari istilah penting yang
tersusun dalam menu Glosarium. Glosarium sendiri berada di bagian
header yang hanya bisa diakses di halaman sebelum kegiatan
pembelajaran. Jadi jika peserta didik ingin melihat arti kata istilah penting
yang termuat dalam e-modul dapat membuka glosarium di homepage.
Oleh karena itu, peletakan menu Glosarium diubah untuk menyesuaikan
kebutuhan dari peserta didik. Setelah direvisi menu Glosarium terdapat
dalam setiap halaman kegiatan pembelajaran dengan bentuk floating
button yang akan memunculkan popup ketika ditekan.

3. Data Hasil Uji Coba Skala Besar

Setelah dilakukan uji coba skala kecil dan revisi sesuai saran dan
komentar peserta didik terhadap keterbacaan e-modul, selanjutnya
dilakukan uji coba skala besar terhadap e-modul. Uji skala besar ini
bertujuan untuk melihat respon peserta didik terhadap beberapa aspek
untuk menilai e-modul. Terdapat 35 peserta didik yang dijadikan
sampel dalam uji coba skala besar ini. Adapun aspek yang dinilai
102

adalah kemudahan e-modul untuk dipahami, kejelasan dalam


penggunaan ilustrasi dan contoh, kemampuan e-modul dalam
meningkatkan motivasi peserta didik, dan kebermanfaatan e-modul
sebagai bahan ajar. Dalam aspek kebermanfaatan e-modul, indikator
yang disajikan berkaitan dengan manfaat e-modul dalam meningkatkan
sikap berdasarkan nilai karakter yang sudah dipelajari dalam e-modul.
Adapun hasil dari uji coba ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.10 Hasil Respon Peserta Didik


No. Aspek Persentase Interpretasi
1 Kemudahan e-modul untuk 77.55 Postif
dipahami

2. Kejelasan dalam 78.057 Positif


penggunaan ilustrasi dan
contoh
3. Kemampuan e-modul 72.571 Positif
dalam meningkatkan
motivasi peserta didik
4. Kebermanfaatan e-modul 80.38 Positif
sebagai bahan ajar
Rata-rata (%) 77.140 Positif

Berdasarkan hasil uji respon peserta didik terhadap e-modul


didapatkan skor rata-rata sebesar 77.140%. Hal ini menunjukkan bahwa e-
modul yang dikembangkan mendapat respon positif dari peserta didik,
sehingga e-modul yang dikembangkan layak dan praktis untuk digunakan
sebagai bahan ajar.
Uji respon peserta didik memiliki 4 aspek yang mendapat skor
penilaian dengan interpretase prositif. Aspek kebermanfaatan e-modul
sebagai bahan ajar mendapat skor yang tinggi yaitu 80,38% dengan
kategori sangat layak. Aspek tersebut berisi tentang manfaat bahan ajar
dalam meningkatkan nilai karakter peserta didik, seperti apakah e-modul
meningkatkan sikap kritis dan kreatif, apakah e-modul memberikan
pengetahuan untuk menjaga lingkungan, apakah belajar menggunakan e-
103

modul membiasakan peserta didik untuk kerjasama, disiplin, tanggung


jawab, dan toleransi.
Sementara itu, skor terendah diperoleh pada aspek bahan ajar dapat
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar yaitu 72,571%. Hal ini
lantaran terdapat komentar dari peserta didik tentang tampilan yang kurang
menarik. Selain itu, terdapat juga komentar peserta didik pada sisi
kemudahan penggunaan e-modul yaitu tampilan LKPD yang tidak praktis
karena harus scan barcode. Peserta didik juga mengeluhkan tentang
penggunaan e-modul yang tidak dapat langsung menuju ke materi
pembelajaran yang diinginkan, tetapi mulai dari menu awal. Berdasarkan
komentar tersebut peneliti melakukan perbaikan sebagai berikut.

Gambar 4.35 Tampilan Judul Sebelum Direvisi

Sebelum diperbaiki, tampilan judul dan homepage e-modul memiliki


latar belakang warna biru yang solid, sehingga membuat penampilan awal
kurang menarik karena variasi warna yang monoton. Selain itu, panduan
penggunaan diletakkan tepat di bawah judul. Penyajian panduan
diletakkan tepat di bawah judul dan disajikan dalam bentuk teks, meskipun
terdapat tombol untuk panduan guru dan panduan peserta didik di akhir
fitur. Latar belakang yang digunakan juga berwarna biru, tulisan berwarna
putih, dan simbol ikon juga berwarna putih.
104

Gambar 4.36 Tampilan Judul dan Homepage Setelah Direvisi

Tampilan homepage setelah revisi memadukan berbagai warna dan


juga gambar animasi yang lebih menarik dan nyaman untuk dilihat.
Panduan penggunaan e-modul juga dikemas dalam bentuk menu baru yang
diletakkan di bagian daftar isi. Selain itu, ukuran section juga diubah dari
1000 menjadi 500 agar saat e-modul dibuka menggunakan handphone
tampilan e-modul tidak berubah jauh dari tampilan e-modul yang dibuka
melalui laptop atau PC. Sebelumnya, panduan penggunaan e-modul
terletak di bawah judul dalam bentuk teks langsung. Namun, setelah
perbaikan panduan penggunaan e-modul diubah menjadi satu menu baru
dalam daftar isi. Menu Panduan akan mengantarkan pengguna menuju
halaman panduan penggunaan e-modul.
105

Gambar 4 37 LKPD Sebelum Direvisi


Gambar di atas menunjukkan tampilan LKPD yang belum direvisi.
Bagian kegiatan nomor 2 menampilkan barcode, dimana barcode tersebut
akan menuju website Biodigital apabila dilakukan pemindaian dengan
kamera smartphone. Biodigital sendiri merupakan website yang berisi
model tiga dimensi struktur virus yang dapat membantu peserta didik lebih
memahami materi virus. Website tersebut menyediakan model AR yang
memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara
interaktif. Namun, penggunaan barcode membuat peserta didik bingung,
hal ini lantaran website Biodigital tidak bisa diakses tanpa melalui proses
Login, sehingga membuat pembelajaran kurang efektif.
106

Gambar 4.38 LKPD Setelah Direvisi

Gambar 4.38 di atas menunjukkan gambar tampilan LKPD yang


sudah direvisi. Penggunaan scan barcode diganti dengan video Youtube
yang memiliki kesamaan konten dengan website Biodigital yang
digunakan pada LKPD yang sebelum direvisi. Video tersebut berisi
struktur virus Covid 19 secara 3D, namun karena berbentuk video tentunya
peserta didik akan memiliki pengalaman berbeda dengan model AR dari
Biodigital. Meskipun begitu, perubahan ini tetap dilakukan untuk
mempermudah peserta didik dalam mempelajari e-modul.
107

a)

b)

Gambar 4.39 a) Panduan Peserta Didik Sebelum Direvisi, b)


Panduan Peserta Didik Setelah Direvisi

E-modul didesain dengan mengedepankan prinsip kemudahan dalam


penggunaanya. Setiap menu dan fitur dalam e-modul bisa langsung di klik
untuk menuju halaman yang diinginkan sesuai dengan tujuan links dan
juga tombolnya. Pada setiap halaman kegiatan pembelajaran, terdapat
daftar isi materi di bagian kiri halaman untuk mempermudah peserta didik
108

untuk menuju materi yang diinginkan tanpa harus menekan tombol “Next”
atau “Previous” untuk menuju ke halaman tertentu. Oleh karena itu,
komentar peserta didik mengenai tampilan e-modul yang sulit dipahami
diatasi peneliti dengan menambahkan video dalam panduan penggunaan e-
modul, sehingga peserta didik dapat memahami hal tersebut.

C. Kajian Produk Akhir

Tahap ini merupakan tahap dihasilkannya produk akhir e-modul


problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus.
Produk ini sudah melewati tahap validasi, uji coba skala kecil, dan uji coba
skala besar. Hasil validasi kelayakan materi dan kelayakan media, e-modul
yang dikembangkan mendapatkan hasil sangat layak digunakan dengan
beberapa revisi, sehingga peneliti melakukan perbaikan sesuai dengan
saran dan komentar dari validator.
Setelah dilakukan revisi, e-modul diujicobakan pada 16 peserta didik
kelas X MAN 1 Tangerang Selatan untuk mengetahui keterbacaan dari e-
modul. Berdasarkan uji coba tersebut, keterbacaan e-modul masuk dalam
kategori sangat baik atau sangat positif. Meskipun begitu, ada beberapa
saran dari peserta didik terhadap e-modul. Peneliti pun melakukan
perbaikan pada e-modul sesuai dengan saran tersebut. Setelah dilakukan
revisi, e-modul siap untuk diujicobakan pada skala yang lebih besar. Uji
coba skala besar dilakukan untuk melihat respon 35 peserta didik terhadap
e-modul. Hasilnya, e-modul mendapat respon positif dari peserta didik dan
mendapat kategori baik. Hal ini menunjukkan peserta didik dapat
memahami materi dan penyajian dalam e-modul. Seperti tahapan
sebelumnya, e-modul juga mendapat beberapa saran dan komentar dari
peserta didik pada tahap ini. Oleh karena itu, peneliti kembali melakukan
revisi.
Produk akhir yang dihasilkan adalah e-modul problem based
learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus. E-modul ini
memiliki tiga bagian yaitu pendahuluan berupa homepage, fitur KD,
109

indikator, dan tujuan pembelajaran, dan Peta Konsep, isi yang terdiri dari
kegiatan pembelajaran, dan penutup yang berisi soal evaluasi dan daftar
pustaka. Homepage menampilkan header yang berisi menu Tentang
Website, judul e-modul, panduan penggunaan untuk guru dan peserta
didik, daftar isi, dan kata mutiara.
Kegiatan pembelajaran di-konstruksi menggunakan sintaks model
pembelajaran problem based learning. Bagian orientasi masalah disajikan
video, artikel, dan juga gambar yang sesuai dengan materi dan dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Organisasi peserta didik dimunculkan pada
pertanyaan yang disajikan setelah video, artikel atau gambar untuk
mengarahkan peserta didik dalam belajar. Kedua tahapan ini terdapat
dalam satu fitur yaitu fitur Ayo Mengamati. Fitur ini tersebar dan disajikan
di awal dalam setiap sub materi yang ada di e-modul. Tahapan
membimbing penyelidikan di-konstruksi dengan menggunakan LKPD
dalam fitur Ayo Menyelidiki. Selanjutnya terdapat fitur Lets Be Creative
yang merepresentasikan tahapan menyajikan karya. Analisis dan evaluasi
ada di bagian akhir dengan mengerjakan self assessment. Selain itu, nilai
karakter seperti rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, kritis, kreatif,
jujur, objektif, tekun, teliti, kerjasama, dan toleransi juga diintegrasikan
dalam materi dan kegiatan pembelajaran dalam e-modul.
Adapun kelebihan dari e-modul problem based learning bermuatan
pendidikan karakter pada materi virus yang dikembangkan diantaranya
yaitu memiliki tampilan yang menarik, dapat diakses tanpa mendownload
aplikasi tambahan karena e-modul yang dikembangkan menggunakan
website. E-modul juga tersusun atas sintaks pbl dan terdapat pula integrasi
nilai karakter yang disesuaikan dengan sikap ilmiah yang harus dimiliki
oleh peserta didik, sehingga dapat membantu untuk meningkatkan sikap
rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin, kritis, kreatif, jujur, objektif,
tekun, teliti, kerjasama, dan toleransi yang sangat penting dalam
pembelajaran biologi.
110

Sementara itu, kekurangan dari e-modul ini adalah waktu loading


yang membutuhkan waktu lama karena menggunakan hosting dan domain
gratis serta membutuhkan waktu yang lama dalam proses loading. Dalam
pengembangan ini, peneliti memiliki beberapa keterbatasan dalam
mengembangkan media, yaitu penggunaan hosting gratis membuat e-modul
memerlukan waktu yang lama untuk proses loading, kedua penggunaan
scan barcode yang membuat peserta didik kesulitan untuk mengakses media
yang digunakan dalam e-modul, ketiga keterbatasan peneliti dalam
pemilihan warna dan juga tata letak desain e-modul membuat hasil
pengembangan e-modul menjadi kurang maksimal dan tidak sesuai dengan
harapan peneliti.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian dalam mengembangkan e-modul berbasis problem based


learning bermuatan pendidikan karakter pada materi virus dilakukan melalui
lima tahapan yaitu analisis (analyze), desain, pengembangan (development),
Implementasi, dan evaluasi.
Tahapan penelitian ini mendapatkan hasil yang dapat disimpulkan
bahwa e-modul problem based learning bermuatan pendidikan karakter
pada materi virus memiliki kelayakan media sebesar 89,38 % dengan
kategori sangat layak, dan kelayakan materi sebesar 94,55% yang juga
masuk dalam kategori sangat layak. Begitu pula dengan hasil uji
keterbacaan pada uji coba skala kecil juga menunjukkan hasil yang sangat
positif dengan persentase sebesar 95.833%. Hasil respon peserta didik
terhadap e-modul pada uji coba skala besar mendapat kategori layak dengan
persentase sebesar 77,104%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengembangan e-modul problem based learning bermuatan pendidikan
karakter pada materi virus menghasilkan modul yang layak digunakan
dalam proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran


sebagai berikut:
1. Guru dan peserta didik diharapkan menggunakan e-modul berbasis
problem based learning bermuatan pendidikan karakter pada materi
virus sebagai bahan ajar alternatif dalam pembelajaran
2. E-modul berbasis problem based learning bermuatan pendidikan
karakter pada materi virus diharapkan dapat dikembangkan lagi
dengan menggunakan domain dan hosting yang lebih baik

111
112

3. Pengembangan lanjutan dapat dilakukan agar e-modul memiliki


tampilan yang lebih baik, dinamis, dan memuat isi konten dan media
yang lebih menarik
4. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengetahui efektifitas
dari e-modul problem based learning bermuatan pendidikan karakter
pada materi virus dalam membantu peserta didik dalam pembelajaran
5. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdelhai, Rehab., et al. An E-Learning Reproductive Health Module to Support


Improved Student Learning and Interaction : A Prospective Interventional
Study at A MedicalSschool in Egypt. BMC Education. Vol. 12, 2012.

Agustini, Rajab., dan Sucihati, Meysurah. Penguatan Pendidikan Karakter melalui


Literasi Digital sebagai Strategi menuju Era Society 5.0. Prosiding seminar
nasional pendidikan program pascasarjana universitas PGRI palembang.
2020 625.

Aidah, Siti Nur. Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bojonegoro: Penerbit KBM


Indonesia, 2020.

Akbar, Aidil., dan Razak, Abdul. Module Development Based on PBL (Problem
Based Learning) on Environmental and Ecosystem Change Materials For
Student of Class X SMAN 1 Singkarak. International Journal of Progressive
Sciences and Technologies. Vol. 15, 2019.

Al-Fajri, Bahri., et al. Evaluasi Program Pendidikan. Medan: UMSU Press, 2022.

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,


Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Kencana, 2014.

Angela., et al. Pengembangan Handout Biologi Bermuatan Pendidikan Karakter


Pada Materi. UNM Journal of Biological Education. Vol. 2, 2018.

Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto. Relavansi pendidikan karakter dengan


sikap ilmiah dalam perspektif pembelajaran IPA di sekolah dasar.
Eksplorasi. Vol. XXIX, 2017.

Anonim. Cara Mengatasi Website yang Lemot. 2022.

Anwar, Herson. Penilaian Sikap llmiah Dalam Pembelajaran Sains. Jurnal

113
114

Pelangi Ilmu. Vol. 2, 2009.

Arjaya, Ida Bagus Ari. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ( Character


Building ) Dalam Sikap Ilmiah Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas Vii Slub
Saraswati 1 Denpasar. Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III. 2013 31.

Ataji, Hafis M Kaunang., et al. Pengembangan Modul Materi Virus Terintegrasi


Nilai-Nilai Islam Berbasis E-Learning dan QR Code. Bioedusiana: Jurnal
Pendidikan Biologi. Vol. 6, 2022, h. 166–83.
https://doi.org/10.37058/bioed.v6i2.2985.

Barrows, Howard S., dan Tamblyn, Robyn M. Problem-Based Learning: An


Approach to Medical Education. New York: Springen Publishing Company,
1980.

Branch, Robert Maribe. Instructional Design: The ADDIE Approach. New York:
Springer, 2009.

Cahyadi, Rahmat Arofah Hari. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Addie Model.
Halaqa: Islamic Education Journal. Vol. 3, 2019, h. 35–42.
https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.2124.

Campbell, Neil A., dan Reece, Jane B. Biologi 1. Jakarta: Erlangga, 2016.

Darmayasa, I Kadek., et al. Pengembangan E-Modul Ipa Berorientasi Pendidikan


Karakter Di Smp Negeri 1 Singaraja. Jurnal Edutech. Vol. 6, 2018, h. 53–65.

Daryanto. Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru dalam Mengajar.
Yogyakarta: Gava Media, 2013.

Dewi, Ni Luh Putu Suratna. Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
pada Materi Virus dengan Pembelajaran Flipped Classroom. JPE ( Jurnal
Pendidikan Edutama ). Vol. 7, n.d., h. 47–60.

Dewi, Nuriana Rachmani., dan Arini, Florentina Yuni. Uji keterbacaan pada
pengembangan buku ajar kalkulus berbantuan geogebra untuk meningkatkan
115

kemampuan pemecahan masalah dan representasi matematis. Jurnal


Prosiding Seminar Nasional Matematika. Vol. 1, 2018, h. 299–303.

Fahira, Nureza., dan Ramadan, Zaka Hadikusuma. Analisis Penerapan Nilai


Karakter Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar. Qalamuna-Jurnal
Pendidikan, Solusi, dan Agama. Vol. 13, 2021, h. 656.

Fathurrahman, Muhammad. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Sleman: Ar-


Ruzz Media, 2015.

Gunawan, Heri. Pendidikan Karakter: Konsep dan Implementasinya. Bandung:


Alfabeta, 2012.

Harahap, Desy Putriyani., et al. Pengaruh Model Problem Based Learning


Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Materi Pokok Bahasan Virus
Dikelas X Man Rantau Prapat. Jurnal Pelita Pendidikan. Vol. 5, 2017, h. 47–
51.

Haruna, Mohammad Fahri., et al. Korelasi Pengetahuan Materi Virus Dengan


Perilaku Siswa SMA Mencegah Penularan Virus Corona di Kabupaten
Banggai. Jurnal Pendidikan Glasser. Vol. 5, 2021, h. 38.

Hayah, R.K. Character Education in Islamic Boarding School and The Implication
to Students Attitude and Critical Thinking Skills on Biodiversity Learnig.
Journal of Physics: Conference Series. Vol. 812, 2017, h. 1–7.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/755/1/011001.

Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Science


Education Research.Jakarta: Uiniversitas Syarif Hidayatullah, 2014.

Husna, Aminatul., et al. Implementasi Model Pembelajaran Problem Based


Learning Pada Materi Getaran dan Gelombang Berbasis Pendidikan Karakter
dalam Membentuk Iman dan Taqwa. Prosiding Konferensi Integrasi
Interkoneksi Islam. Vol. 2, 2020, h. 441–44.

Hutahean, Lidia Aprileny., et al. Pemanfaatan E-Module Iteraktif Sebagai Media


116

Pembelajaran di Era Digital. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi


Pendidikan Pascasarjana UNIMED., 1:298–305 2019.

Ismawan, Fiqih., et al. Pemanfaatan Website Berbasis CMS - WordPress Sebagai


Media Pembelajaran Guru Tk Binakheir Cibinong – Bogor. Jurnal PKM:
Pengabdian kepada Masyarakat. Vol. 03, 2020, h. 68–77.

Israfiddin., et al. Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan


Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Gerak di SMP
Negeri 2 Delima. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia. Vol. 4, 2016, h. 36–44.

Kimianti, Febriyani., dan Prasetyo, Zuhdan Kun. Pengembangan E-Modul Ipa


Berbasis Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa.
Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 07, 2019, h. 91–103.

Kosasih. Pengembangan Bahan ajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2021.

-------. Pengembangan Bahan Ajar. (1 ed.)Jakarta: PT Bumi Aksara, 2021.

Kosim, Mohammad. Urgensi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran. Karsa.


Vol. 19, 2011, h. 85–92.

Kurniawan.Asep. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2018.

Kustandi, Cecep., dan Darmawan, Daddy. Pengembangan Media Pembelajaran.


Jakarta: Kencana, 2021.

Lasmiyati., dan Harta, Idris. Pengembangan Modul Pembelajaran untuk


Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Minat SMP. PYTHAGORAS: Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol. 9, 2014, h. 161–174..

Lepiyanto, Agil. Membangun Karakter Siswa Dalam Pembelajaran Biologi.


BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan Biologi). Vol. 2, 2011.
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v2i1.201.

Lismaya, Lilis. Berpikir Kritis dan PBL (Problem Based Learning). Surabaya:
117

Media Sahabat Cendekia, 2019.

M.D, Roblyer. Integrating Educational Technology Into Teaching. (7 ed.)United


States: Pearson, 2016.

M.Pd, Dr. Nana. Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Fisika Berbasis Model
Pembelajaran PO2WE. (1 ed.)Klaten: Lakeisha, 2022.

Malikha, Dyan Rifiana. Strategi Pembelajaran PBL (Problem Based Learning)


sebagai Salah Satu Metode Pembelajaran Berkarakter dan Berwawasan
Global. Seminar Nasional Pendidikan dan Kewarganegaraan IV. 2018 95.

Mu‟in, Fathul. Pendidikan Karakter: Konstrusi Teoritik dan Praktik. (1


ed.)Sleman: Ar-Ruzz Media, 2011.

Mundiarto. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan


Karakter. 2013, h. 153–63.

Najuah., et al. Modul Elektronik : Prosedur Penyusunan dan Aplikasinya. Medan:


Yayasan Kita Menulis, 2020.

Najwa, Haliyyatun., dan Sabariman, Bambang. Penerapan E-Modul Dengan


Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Mata Pelajaran
Mekanika Teknik Di SMK Negeri 3 Surabaya. Jurnal Kajian Pendidikan
Teknik Bangunan. Vol. 7, 2021, h. 1–8.

Nasional, Kementerian Pendidikan. Pengembangan pendidikan budaya dan


karakter bangsa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum, 2010.

Nasution, Baktiar. Sikap Ilmiah dari Pedagogik. In Teori dan Konsep Pedagogik.,
23Bandung: Insania, 2021.

Octavia, Shilphy A. Model-Model Pembelajaran. Sleman: Deepublish, 2020.

Panggabean, Nurul Huda., dan Danis, Amir. Desain Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Sains. (1 ed.)Yayasan Kita Menulis, 2020.
118

Pelczar, Michael J., dan Chan, E C S. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Depok: UI


Press, 2015.

Ponidi. Model Pembelajaran Karakter. In Model Pembelajaran Efektif dan


Inovatif., diedit oleh Satria Abadi, dan M. Uslihudin, 10Indramayu: CV
Adanu Abimata, 2021.

Pratama, Fahmi Achta., dan Effendi, Hansi. E-Learning Bebasis Wordpress


Sebagai Alternatif Media Pembelajaran. Jurnal Pedagogi dan Pembelajaran.
Vol. 4, 2021, h. 466. https://doi.org/10.23887/jp2.v4i3.41534.

Putri, Yosa Aulya., dan Yohandri. Validity of Teaching Materials Based on


Problem Based Learning Using Contextual Teaching and Learning Approach
to Improve Critical Thinking. International Journal of Progressive Sciences
and Technologies (IJPSAT). Vol. 23, 2020, h. 63–70.

Rahayu, Imami Arum Tri. Mengembangkan Keterampilan Memecahkan Masalah


Melalui Pembelajaran Berdasar Masalah. Journal of Vocational and
Technical Education (JVTE). Vol. 1, 2019, h. 1–6.
https://doi.org/10.26740/jvte.v1n1.p1-6.

Rahmawati, Rani., et al. Pengembangan E-Modul Berbasis Problem Based


Learning Disertai Nilai Karakter Pada Materi Ekosistem Kelas X Sma. In
Seminar Nasional Pendidikan IPA Tahun 2022., 126–37 2022.

Samani, Muchlas., dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter., (1


ed.), 2Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Sanjaya, Wina. Perncanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Fajar


Interpratama, 2011.

-------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana, 2014.

Santoso., et al. Urgensi Pendidikan Karakter Pada Masa Pandemi Covid 19.
Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang. 2020 559.
119

Sawitri, Ajeng Mariana., et al. Respon Siswa Terhadap Penggunaan Modul


Mnemonik dengan Metode RWP (Reading-Writing-Presentation) dalam
Pembelajaran Biolgi di SMK Analis Kesehatan. Jurnal Pembelajaran dan
Pendidikan Saiins. Vol. 2, 2017, h. 1–8.

Setyo, Ari Anang., et al. Strategi Pembelajaran Problem Based Learning.


Makasar: Yayasan Barcode, 2020.

Simon, Eric J., et al. Intisari Biologi. Jakarta: Erlangga, 2017.

Sugiarni. Bahan Ajar, Media, dan Teknologi Pembelajaran. Tangerang Selatan:


Pascal Books, 2021.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta, 2013.

Sukatin., dan Al-Faruq, M. Shoffa Saifillah. Pendidikan Karakter. Sleman:


Deepublish, 2021.

Suryani, Nunuk., et al. Media Pembelajaran Inovatif dan Pengembangannya.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018.

Suwartini, Sri. Pendidikan Karakter dan Pembangunan Sumber Daya Manusia


Berkelanjutan. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. Vol. 4, 2017, h. 222.

Suyadi. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2013.

Syaril, Zelhendri. Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2014.

Taib, Eva Nauli., dan Masri. Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran
Biologi pada Sekola Menengah Atas di Takengon dan Lhokseumawe. Jurnal
Ilmiah Didaktika. Vol. 20, 2020. https://doi.org/10.19109/td.v21i1.744.

Tan, Oon Seng. Problem Based Learning and Creativity. Singapore: Cengage
Learning Asia Pte. LTD, 2009.
120

-------. Problem Based Learning Innovation. Singapore: Cengage Learning Asia


Pte. LTD, 2003.

Tanti., et al. Comparison of Student Attitudes Toward Natural Sciences in Rural


Middle Schools in Jambi Province. Ta’dib. Vol. 23, 2020, h. 63.
https://doi.org/10.31958/jt.v23i1.1607.

Thoifah, I‟anatut. Statistika Pendidikan dan Metode Penelitian Kuantitatif.


Malang: Madani, 2015.

Triyono, Slamet. Dinamika Penyusunan Modul. In Dinamika Penyusunan Modul.,


41–42Indramayu: CV. Adanu Abimata, 2021.

Ulfa, Syarifah Widya. Mentradiksi Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Biologi.


Jurnal Biolokus Jurnal. Vol. 1, 2018, h. 1–10.

Vebrianto, Ruan. Problem Based Learning untuk Pembelajaran yang Efektif di


SD/MI. Riau: Dotplus, 2021.

Wathoni, Lalu Muhammad nurul., dan Nursyamsu, Nursyamsu. Tafsir Virus


(Fauqa Ba‟Ūdhah): Korelasi Covid-19 Dengan Ayat-Ayat Allah. el-’Umdah.
Vol. 3, 2020, h. 63–84. https://doi.org/10.20414/el-umdah.v3i1.2154.

Widodo, Lestanto Unggul. Mikrobiologi. Tangerang Selatan: Universitas


Terbuka, 2015.

Wulandari, Fatika., et al. Analisis Manfaat Penggunaan E-Modul Interaktif


Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Pandemi Covid-19.
Khazanah Pendidikan: Jural Ilmiah Kependidikan. Vol. 15, 2021, h. 139–44.
https://doi.org/10.30595/jkp.v15i2.10809.

Yaumi, Muhammad. Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia


Group, 2018.

-------. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, dan Implementasi. (1 ed.)Jakarta:


Kencana, 2014.
121

-------. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana, 2013.

Yusuf, Irfan., dan Widyaningsih, Sri Wahyu. Pengembangan dan Pemanfaatan


Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pembelajaran. Bandung: Media
Sains Indonesia, 2022.

Zubaedi. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana, 2011.


LAMPIRAN

122
123

Lampiran 1. Hasil Wawancara

No. Pertanyaan Jawaban


1. Ada berapa jumlas peserta Ipa itu 35 +35 jadi 70, tapi ada satu
didik kelas X MAN 1 yang pindah sekolah jadi 69.
Tangerang Selatan?
2. Bagaimana sikap peserta Peserta didik suka bertanya dan aktifdi
didik selama mengikuti kelas, karena dalam pemilihan saat
pembelajaran di kelas? penerimaan lebih selektif. Menurut guru
pembelajaran tatap muka sebelumnya
tidak berdampak pada keaktifan peserta
didik.
3. Karakter peserta didik apa Kerja sama ditunjukkan dalam
saja yang sudah muncul praktikum, aktif bertanya secara
dalam pembelajaran langsung ataupun melalui whatsapp,
biologi? selalu ingin tahu dibuktikan dengan
selalu menginginkan jawaban yang
detail dalam bertanya. Kompetitif
karena dari berbagai macam sekolah.
4. Karakter apa yang belum Karakter yang belum muncul itu ada
muncul dalam diri peserta toleransi pada teman dan selalu
didik? bersaing, juga sikap ilmiah
5. Apakah peserta didik Sangat mandiri, seperti saat melakukan
sudah mandiri dalam praktikum harus individu dan
belajar? diwajibkan untuk membawa alat dan
bahan sendiri tidak boleh mengandalkan
orang lain.
6. Cara apa yang digunakan Semuanya diawali dari kontrak belajar,
guru untuk menanamkan guru menjelaskan tentang penilaian
karakter tersebut dalam kognitif, afektif, dan psikomotorik.
pembelajaran? Kognitif berupa uts,pas, dan ulangan
yang mencirikan karakter jujur, disiplin,
dan kerja keras. Hal tersebut
disampaikan secara lisan dalam kontrak
belajar. Guru juga memberikan sangsi
yang berat. Sedangkan untuk
psikomotorik didapat dari praktikum
dengan menekankan karakter kerja
sama. Afektif dilihat dari kehadiran di
kelas dan keaktifan di kelas. Kalau
dalam pembelajaran tergantung
materinya, seperti di biologi diawali
dengan problem solving.
7. Apakah terdapat kesulitan Gampang kalau biologi, karena
dalam menanamkan nilai berhubungan dengan makhluk hidup.
karakter menggunakan Jika belum terlihat karakter dalam diri
124

cara tersebut? peserta didik maka hubungannya


dengan cara belajar peserta didik.
Seperti kok ada anak yang nilainya
bagus tapi dalam praktikum tidak bisa.
Ketahuannya dari hasil belajarnya.
Maka diberikan perlakukan berupa
pengayaan dan perbaikan. Dan biasanya
dilakukan peer teaching.
8. Menurut guru, apakah Iya sangat efektif dan sangat diperlukan.
penanaman nilai karakter Karena tidak mungkin hanya
menggunakan bahan ajar disampaikan dengan ceramah saja jadi
efektif dalam pendidikan perlu sebuah bahan ajar yang
karakter? Jika iya apa mengandung karakter. Dalam ulangan
alasannya dan jika tidak biasanya guru menekankan agar siswa
apa alasannya. lebih baik mengosongi jawaban
daripada mengarang bebas.
7. Menurut guru, nilai Karakter yang perlu untuk ditingkatkan
karakter apa yang perlu rasa ingin tahu yang tinggi, sikap
untuk ditanamkan pada ilmiah, jujur, disiplin, ulet, menghargai
peserta didik? pendapat dan obyektif.

10. Materi apa di kelas x Protista jika dilihat dari banyaknya


semester 1 yang paling materi, bakteri juga banyak namun tidak
sulit untu dipahami terlalu, jamur juga sama saja. Virus
peserta didik? sendiri simple, namun harus bisa
diajarkan secara kontekstual dan
meluas. RNA dan DNA menjadi sub
bab sulit, kemudian litik dan lisogenik
harus jelas, ciri-ciri dari penyakit,
seperti HIV.
11 Model dan metode apa Problem Based Learning dan ceramah,
yang digunakan ketika tidak menggunakan praktikum.
mengajar materi tersebut?
12. Bahan ajar apa yang Erlangga dan buku sumber lain di
digunakan peserta didik? perpustakaan
13. Apakah bahan ajar Belum, masih sedikit. Dan masalah
tersebut sudah yang diangkat dalam buku tersebut juga
mengandung muatan belum focus.
pendidikan karakter?
14. Apakah guru sudah Sudah pernah, tapi bukan dalam bentuk
pernah membuat bahan modul tapi diktat dan juga PPT
ajar pendamping?
15. Apakah diperlukan bahan Sangat diperlukan
ajar pendamping yang
mengandung muatan
pendidikan karakter?
125

16. Apa media yang biasanya Artikel kasus-kasus tentang virus dan
digunakan dan bisa gambar
menarik peserta didik
dalam materi tersebut?
126

Lampiran 2 Instrumen dan Hasil Angket Analisis Kebutuhan

A. Instrumen angket analisis kebutuhan


127
128

B. Hasil Angket Peserta Didik

No Pertanyaan Hasil
1.Apakah kamu menyukai mata pelajaran biologi 91.1% Ya
8.9% Tidak
2.Metode apa yang paling banyak digunakan guru biologi 42.2% Ceramah
daalam mengajar? 24.4% Diskusi
26.7% Praktikum
4.4% Tanya jawa
2.2%
demosntrasi
3.Apakah guru pernah menggunakan sumber belajar lain 100% pernah
selain buku?
4.Bahan ajar apa saja yang pernah digunakan? 46.7% e-modul
33.3% lkpd
13.3% video
6.7% artikel
berita
5.Apakah kamu menyukai bahan ajar tersebut (merujuk 80% Iya
pada pertanyaan sebelumnya)? 20% Tidak
6.Media apa yang biasa digunakan guru selama 93.3% PPT
mengajar? 4.4% Gambar
2.2% video
7.Apakah media yang digunakan membuat kamu mudah 91.1% Ya
memahami pelajaran? 8.9% Tidak
8.Apakah kamu menggunakan buku ajar cetak sebagai 95.6% Ya
sumber belajar? 4.4% Tidak
9.Apakah kamu merasa bosan saat belajar menggunakan 55.6% Ya
buku cetak tersebut? 44.4%% Tidak
10.
Apakah buku yang digunakan memiliki tampilan yang 68.9% Ya
menarik? 31.1% Tidak
11.
Apakah guru pernah menggunakan e-modul dalam 66.7% Ya
kegiatan pembelajaran? 33.3% Tidak
12.
Apakah kamu menyukai belajar dari internet? 93.3% Ya
6.7% Tidak
13.
Apakah kamu menyukai belajar melalui website seperti 75.6% Ya
ruang guru, quipper, zenius, atau website pembelajaran 24.4% Tidak
lainnya?
14.
Apakah virus merupakan materi yang sulit kamu 55.6% Ya
pahami? 44.4 % Tidak
15.
Apakah kamu mengetahui tentang pendidikan 80% Ya
karakter? 20% Tidak
16.
Menurut kamu apakah pendidikan karakter itu penting? 100% Ya
17.
Menurut kamu apakah karakter menentukan masa 100% Ya
depan seseorang?
18.
Apakah kamu sudah menerapkan nilai karakter baik 80% Sudah
129

dalam kehidupan sehari-hari? 20% belum


19.
Mana karakter di bawah ini yang belum ada dalam diri Jujur 40%
kamu? Disiplin 44.4%
Rasa Ingin Tahu
35.6%
Toleransi 24.4%
Gemar membaca
35.6%
Kerjasama 28.9%
Kreatif 37.8%
Kritis 33.3%
Tanggung Jawab
33/3%
Peduli
lingkungan
37.8%
Tekun 44.4%
Teliti 51.1%
Mandiri 31.1%
Komunikatif
42.2%
Berpikiran
terbuka 37.8%
20.
Menurut kamu, apakah pendidikan karakter bisa diasah 95.6% Ya
melalui penggunaan bahan ajar yang bermuatan nilai 4.4% Tidak
karakter?
21.
Apakah kamu tertarik jika dikembangan e-modul pbl 88.9% Ya
bermuatan pendidikan karakter dalam bentuk website? 11.1% Tidak
130

Lampiran 3. Hasil Analisi Kurikulum

KI 1. Menghayati dan Mengamalkan ajaran


agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli, santun,
responsive, dan proaktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan
ssosial dan alam serta menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan,
mengenalisis pengetahuan factual,
konseptual, procedural, berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
procedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan abstrak
terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri dan mampu menggunakan
131

metoda sesuai kaidah keilmuwan.


KD 3. 4 Menganalisis struktur, replikasi dan
peran virus dalam kehidupan.

4.4 Melakukan kampanye tentang bahaya


virus dalam kehidupan terutama bahaya AIDS
berdasarkan tingkat virulensinya
Nilai Karakter Religius, Jujur, Disiplin, Tanggung Jawab,
Peduli Lingkungan, Rasa Ingin Tahu,
Komunikasi, Kreatif, Kerja Keras, Mandiri

Indikator 1. Menjelaskan sejarah penemuan virus


Pembelajaran 2. Mengidentifikasi ciri-ciri virus
3. Mengidentifikasi bentuk-bentuk virus
4. Mendeskripsikan struktur virus
5. Membedakan struktur tubuh virus
dengan tubuh organisme lain.
6. Menjelaskan proses replikasi virus
7. Menganalisis persamaan dan
perbedaan siklus litik dan siklus
lisogenik
8. Menelaah kondisi saat siklus litik dan
lisogenik terjadi
9. Menganalisis peran virus dalam
kehidupan sehari-hari
10. Mendiskusikan cara pencegahan dari
infeksi virus corona dan HIV
132

Lampiran 4. Hasil Rancangan Produk Awal

A. Isi Rancangan Awal E-modul


No. Gambar Keterangan
1. Header Rancangan awal
header berisi logo e-
modul, menu Home,
menu Glosarium, dan
menu Tentang
Website.
2. Judul Berisi judul dari e-
modul dan juga pop
up “Selamat Datang”.
Bagian judul ini
selain berada di
landing page, judul
ini juga ada di bagian
menu KD, Indikator,
dan Tujuan
Pembelajaran, serta
fitur Peta Konsep
3. Panduan penggunaan Panduan untuk guru
dan peserta didik.

4. Daftar Isi Daftar isi berisi daftar


fitur utama dalam e-
modul, yaitu KD,
Indikator, dan Tujuan
Pembelajaran, Peta
133

Konsep, Kegiatan
Pembelajaran, dan
Video Pembelajaran.
6. Isi menu dalam e-
modul seperti,
glosarium, tentan
website, KD dan
Indikator,

Menu KD, Indikator, dan Tujuan


Pembelajaran
7. Peta Konsep Berisi peta konsep
dari materi e-modul.

8. Fitur Kegiatan Pembelajaran Berisi kegiatan


pembelajaran dan
materi dalam e-
modul. Dalam
kegiatan
pembelajaran ini
diintegrasi nilai
karakter yang sudah
dianalisis
134

sebelumnya.
Bagian awal berisi
pengantar atau
overview dari e-
modul yang akan
dipelajari. Di bagian
ini juga terdapat
daftar materi yang
akan dipelajari. Hal
ini tentu
mempermudah
peserta didik untuk
langsung menuju
halaman yang
diinginkan tanpa
harus mengulangi dari
awal.
Bagian tengah berisi
materi yang disajikan
mengikuti sintaks
problem based
learning. Terdapat
fitur Ayo Mengamati,
Info Biologi, Ayo
Selidiki, Lets be
Creative,
Rangkuman, dan
Explore Your
Knowledge.
Dalam kegiatan
pembelajaran ini juga
135

diintegrasikan nilai-
nilai karakter.
9. Fittur ayo mengamati Fitur ayo mengamati
berisi artikel, video,
gambar dan juga
pertanyaan mengenai
pendapat peserta
didik.

10. Fitur info biologi Fitur ini berisi info-


info biologi yang
dapat meningkatkan
pengetahuan peserta
didik tentang materi
yang dipelajari.
Dalam fitur ini juga
diintegrasikan nilai
karakter.
11. Fitur ayo selidiki Fitur ini berisi
Lembar Kerja Peserta
136

Didik tentang Covid


19 dan HIV. Terdapat
tampilan LKPD dan
juga tombol untuk
mengerjakan LKPD.
Tombol tersebut akan
langsung membawa
peserta didik ke
software Canva untuk
mengisi LKPD.

12. Fitur lets be creative Fitur ini berisi


perintah untuk
membuat karya
infografis atau poster
berdasarkan hasil
diskusi yang
dilakukan
menggunakan LKPD.
Fitur ini dilengkapi
dengan tombol untuk
mengunggah poster
dan infografis.
12. Rangkuman Berisi rangkuman
materi pembelajaran
137

13. Fitur Explore Your Knowledge Berisi soal evaluasi


dan self assessment.

14 Daftar Pustaka Berisi sumber rujukan


yang digunakan
dalam penyusunan e-
modul
138

15. Glosarium Glasarium berisi


informasi tentang
daftar istilah kata
penting.

16. Fitur Tentang Website Berisi informasi


singkat tentang
website dan juga
pengembang website.

B. Nilai Karakter dalam E-modul

No. Gambar Keterangan


1. Rasa Ingin Tahu Nilai karakter rasa
ingin tahu
kebanyakan berada
di bagian fitur Ayo
Mengamati. Hal ini
lantaran dalam fitur
mengamati peserta
didik akan
139

diarahakan untuk
memerhatikan
video, gambar, atau
artikel yang
disajikan. Selain
itu, rasa ingin tahu
juga disajikan
dengan
menggunakan
fenomena yang
sedang terjadi.
Peserta didik diberi
pertanyaan-
pertanyaan untuk
merangsang rasa
penasaran peserta
didik tentang
sesuatu yang
diamati.
140

2. Kritis Nilai kritis


diintegrasikan
melalui pertanyaan
tentang pendapat
peserta didik
mengenai video,
gambar, atau
artikel yang sudah
diamati. Dalam
kegiatan ini,
peserta didik
diarahkan untuk
141

memberikan suatu
pendapat dari sudut
pandang berbeda
dengan tidak
mengabaikan setiap
keterangan kecil
yang ada dalam
video, gambar, atau
artikel.

3. Tekun dan teliti Nilai karakter


tekun dan teliti
diintegrasikan
dalam bagian awal
pembelajaran untuk
menyadarkan
peserta didik
bahwa salah satu
kunci kesuksesan
adalah dengan
tekun dan teliti.
142

4. Kerjasama dan toleransi Nilai kerjasama


dan toleransi
dimasukkan dalam
kegiatan diskusi
dengan teman
sebangku dan
teman kelompok.

5. Objektif/Jujur Nilai objektif/jujur


dimasukkan dalam
fitur info biologi,
dimana dalam fitur
ini diberikan
informasi yang
berkaitan tentang
materi. Kemudian
informasi tersebut
disertai dengan
bagaimana karakter
yang dapat diambil
dari informasi
tersebut, yang
dalam hal ini
143

adalah
objektif/jujur.
6. Religius Nilai religius
dihubungkan
dengan kekuasaan
Tuhan YME dalam
menciptakan virus,
sehingga peserta
didik dapat
mengagumi
kekuasaan Tuhan
melalui ciptaannya.
7. Tanggung jawab Tanggung jawab
diintegrasikan
dalam fitur info
biologi dan
kegiatan saat
mengerjakan
LKPD.

8. Peduli lingkungan Nilai peduli


lingkungan
144

dikaitkan dengan
sikap dari peserta
didik untuk
mencegah penyakit
yang disebabkan
oleh virus. Sikap
ini tentunya
meningkatkan
kepedulian peserta
didik pada
masyarakat dan
lingkungan sekitar.
9. Disiplin Nilai disiplin
mengharuskan
peserta didik untuk
mengerjakan tugas
secara tertib dan
mematuhi
peraturan yang ada.
Nilai ini peneliti
masukkan dalam
fitur Ayo Selidiki
dan Explore Your
Knowledge.

10.Kreatif Nilai kreatif


mengharapkan
peserta didik untuk
membuat karya
yang berbeda dan
menjadikan data
145

hasil diskusi
sebagai acuan.
Nilai ini
dimasukkan dalam
fitur Lets Be
Creative.
146

Lampiran 5. Instrumen dan Hasil Validasi

A. Instrumen kelayakan materi

LEMBAR VALIDASI AHLI MATERI

E-modul PBL(Problem Based Learning) Bermuatan Pendidikan Karakter pada


Materi Virus

Nama Mahasiswa : Shil Viina Rohmaniyah

NIM : 11180161000027

Nama Validator

A. Petunjuk Pengisian
1. Fungsi lembar validasi ini untuk memberikan penilaian terhadap
muatan pendidikan karakter terhadap e-modul. Penilaian dari
Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas e-
modul ini.
2. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan Bapak/Ibu berkenan menanggapi
setiap indikator penilaian di bawah ini dengan menulis tanda checklist
() pada kolom yang telah disediakan.
3. Penilaian diberikan berdasarkan skala berikut:
1 = Sangat tidak baik/sesuai
2 = Kurang sesuai
3 = Cukup
4 = Baik
5 = sangat baik/sesuai
4. Jika menurut Bapak/Ibu ada yang perlu diperbaiki pada e-modul ini,
mohon menulis saran pada kolom yang sudah disediakan.
147

5. Atas ketersediaan dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

B. Penilaian

Aspek Penilaian Nilai Komentar.


1 2 3 4 5
Komponen E- 1. Kesesuaian judul e-
Modul modul dengan KD
yang digunakan
2. Instruksi dalam E-
modul ditujukan
untuk guru dan
murid
3. Tujuan pembelajaran
sesuai dengan KD
4. E-modul merujuk
pada kompetensi
dasar yang harus
dicapai peserta didik
5. E-modul
mengandung model
pembelajaran PBL
6. E-modul
mengandung muatan
pendidikan karakter
7. Latihan soal dan soal
evaluasi sesuai
dengan materi dalam
e-modul
Kelayakan 1. Materi yang
Konten disajikan dalam E-
modul sesuai dengan
KI dan KD
2. Fakta masalah yang
disajikan relevan
dengan topic e-
modul
3. Fakta dan materi
yang disajikan dapat
meningkatkan
pemahaman peserta
didik
4. Konsep dalam e-
modul sesuai dengan
148

Aspek Penilaian Nilai Komentar.


ilmu biologi
5. Konsep materi yang
disajikan tidak
menimbulkan
banyak interpretasi
6. Studi kasus yang
disajikan sesuai
dengan kehidupan
sehari-hari
7. Studi kasus yang
disajikan mampu
meningkatkan
pemahaman peserta
didik
8. Materi dalam e-
modul
membangkitkan rasa
ingin tahu peserta
didik
Konstruksi 1. Penyajian sesuai
dengan standar
urutan bahan ajar
2. Fase 1 Orientasi
Masalah: Proses
membuat peserta
didik termotivasi
untuk melakukan
kegiatan pemecahan
masalah dan juga
untuk mendorong
rasa ingin tahu
peserta didik untuk
belajar (Fitur ayo
mengamati)
3. Fase 2
Mengorganiasi
peserta didik:
Tahapan ini
membantu peserta
didik untuk
mendefinisikan dan
memfasilitasi peserta
didik untuk
memformulasikan
masalah berdasarkan
149

Aspek Penilaian Nilai Komentar.


masalah yang sudah
diamati (pertanyaan
di fitur Ayo
Mengamati)
4. Fase 3 Membimbing
untuk melakukan
penyelidikan:
Memfasilitasi
peserta didik untuk
memproses suatu
data (Fitur Ayo
Selidiki)
5. Fase 4 Menyajikan
karya: Memfasiltasi
peserta didik untuk
menyimpulkan hasil
investigasi, bertanya
pada guru, dan
bersiskusi bersama
teman(Fitur Ayo
Selidiki),
memfasilitasi peserta
didik
mengkomunikasikan
hasil penyelidikan
(Fitur Lets be
Creative)
6. Fase 5 analisis dan
evaluasi program:
Memfasilitasi guru
dan murid untuk
melakukan kegiatan
refleksi
pembelajaran
(explore your
knowledge).
Keseuaian 1. Integrasi karakter
konten materi dalam materi
dengan nilai dilakukan secara
karakter holistic
2. Integrasi karakter
sesuai dengan
konsep materi

3. Karakter yang
150

Aspek Penilaian Nilai Komentar.


diintegrasikan sesuai
KD
4. Contoh dan ilustrasi
yang diberikan
konkret
5. Penyusunan konten
materi membuat
peserta didik
mengagungi
kekuasaan Tuhan
6. Kasus yang diangkat
dalam e-modul dapat
membangun karakter
baik peserta didik
Keseuaian 1. Penyusunan materi
nilai karakter e-modul dapat
dalam membangkitkan
aktivitas rasa ingin tahu
pembelajaran peserta didik
2. Penyusunan materi
e-modul mendorong
peserta didik
berpikir kritis dan
kreatif
3. Kegiatan
pembelajaran dalam
e-modul
memfasilitasi peserta
didik untuk
kerjasama
4. Kegiatan
pembelajaran dalam
e-modul mendorong
peserta didik
meningkatkan sikap
disiplin dan
tanggung jawab
5. Susunan materi e-
modul mampu
memotivasi peserta
didik untuk
bertindak jujur
Relevansi 1. Materi dapat
terhadap menambah
kehidupan pengetahuan yang
151

Aspek Penilaian Nilai Komentar.


sehari-hari dapat diaplikasikan
dalam kehidupan
sehari-hari
2. Materi dapat
meningkatkan
kepedulian peserta
didik terhadap
lingkungan sekitar
(Diadopsi dari Putri dan Yohandri, Yaumi)

C. Komentar/ Saran
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

D. Kesimpulan
E-modul PBL (Problem Based Learning) bermuatan pendidikan karakter
pada materi virus*)
1. Layak digunakan di lapangan tanpa revisi
2. Layak digunakan di lapangan dengan revisi
3. Tidak layak digunakan

*) Coret yang tidak perlu


……………………………………….2022
Validator

NIP.
152

B. Instrumen kelayakan media

LEMBAR VALIDASI AHLI MEDIA

E-modul PBL(Problem Based Learning) Bermuatan Pendidikan Karakter pada


Materi Virus

Nama Mahasiswa : Shil Viina Rohmaniyah

NIM : 11180161000027

Nama Validator :

E. Petunjuk Pengisian
6. Fungsi lembar validasi ini untuk memberikan penilaian terhadap
muatan pendidikan karakter terhadap e-modul. Penilaian dari
Bapak/Ibu akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas e-
modul ini.
7. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan Bapak/Ibu berkenan menanggapi
setiap indikator penilaian di bawah ini dengan menulis tanda checklist
() pada kolom yang telah disediakan.
8. Penilaian diberikan berdasarkan skala berikut:
1 = Sangat tidak baik/sesuai
2 = Kurang sesuai
3 = Cukup
4 = Baik
5 = sangat baik/sesuai
9. Jika menurut Bapak/Ibu ada yang perlu diperbaiki pada e-modul ini,
mohon menulis saran pada kolom yang sudah disediakan.
10. Atas ketersediaan dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
153

F. Penilaian

Aspek Penilaian Nilai Ket.


1 2 3 4 5
Navigasi 1) Petunjuk navigasi setiap halaman
website jelas
2) Penyusunan dan tampilan konten rapi
dan menarik
3) Setiap navigation tools bekerja sesuai
dengan fungsinya
4) Website memiliki tampilan yang
konsisten
5) Buttons dan links dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan
fungsinya
6) Pengguna dapat membuka konten
dengan sekali klik saja
7) Website tidak lama saat loading
Desain 1) Menggunakan font dan ukuran huruf
Visual yang sesuai dengan pembaca
2) Pemilihan layout yang menarik dan
memudahkan untuk dibaca
3) Desain layar fleksibel digunakan di
berbagai perangkat
4) Pemilihan warna yang menarik
5) Informasi yang disajikan dapat
menarik perhatian pembaca
Media 1) Ilustrasi yang digunakan sesuai
dengan materi

2) Video yang digunakan memiliki


resolusi yang baik
3) Penggunaan gambar dan ilustrasi
tidak mengganggu pembaca
Bahasa 1) Keakuratan struktur kalimat

2) Penggunaan kalimat efektif

3) Ejaan sesuai dengan PUEBI

4) Kalimat yang digunakan komunikatif


5) Kemampuan untuk menyampaikan
informasi
6) Penggunaan bahasa mendorong
peserta didik untuk aktif dalam
154

pembelajaran
7) Kemampuan untuk mendorong
berpikir kritis
8) Kesesuaian dengan perkembangan
intelektual dan emosional peserta
didik
9) Istilah yang digunakan konsisten
(Diadapatasi dari Roblyer M.D)

G. Komentar/ Saran
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………

H. Kesimpulan
E-modul PBL (Problem Based Learning) bermuatan pendidikan karakter
pada materi virus*)
4. Layak digunakan di lapangan tanpa revisi
5. Layak digunakan di lapangan dengan revisi
6. Tidak layak digunakan
*) Coret yang tidak perlu
……………………………………….2022
Validator

NIP.
155

C. Hasil validasi kelayakan materi


156
157
158
159
160

D. Hasil validasi kelayakan media

LEMBAR VALIDASI AHLI MEDIA

E-modul PBL(Problem Based Learning) Bermuatan Pendidikan Karakter pada


Materi Virus

I. Petunjuk Pengisian
Sebelum melakukan penilaian, mohon Bapak/Ibu untuk mengisi identitas
secara lengkap terlebih dahulu pada kolom yang sudah disediakan.
11. Penilaian dinilai pada setiap butir indikator di tiap aspek
12. Penilaian diberikan berdasarkan skala berikut:
1 = Sangat tidak baik/sesuai
2 = Kurang sesuai
3 = Cukup
4 = Baik
5 = sangat baik/sesuai
13. Mohon untuk memberikan komentar khusus untuk setiap indikator
pada kolom catatan dan komentar umum mengenai komentar
keseluruhan isis angket pada tempat yang telah disediakan
14. Atas ketersediaan dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
J. Identitas Validator
Nama : Solihin, M.Pd
Pelatihan/Pendidikan Terakhir : S2
Instansi : UIN Jakarta
K. Penilaian

Aspek Penilaian Nilai Ket.


1 2 3 4 5
Navigasi 8) Petunjuk navigasi setiap ✓ Ya
halaman website jelas
9) Penyusunan dan tampilan ✓ Ya
konten rapi dan menarik
10) Setiap navigation tools ✓ Ya
bekerja sesuai dengan
fungsinya
161

11) Website memiliki tampilan ✓ Ya


yang konsisten
12) Buttons dan links dapat ✓ Ya
digunakan sesuai dengan
kebutuhan dan fungsinya
13) Pengguna dapat membuka ✓ Ya
konten dengan sekali klik
saja
14) Website tidak lama saat ✓ Ya
loading
Desain 6) Menggunakan font dan ✓ Ya
Visual ukuran huruf yang sesuai
dengan pembaca
7) Pemilihan layout yang ✓ Ya
menarik dan memudahkan
untuk dibaca
8) Desain layar fleksibel ✓ Ya
digunakan di berbagai
perangkat
9) Pemilihan warna yang ✓ Ya
menarik
10) Informasi yang disajikan ✓ Ya
dapat menarik perhatian
pembaca
Media 4) Ilustrasi yang digunakan ✓ Ya
sesuai dengan materi

5) Video yang digunakan ✓ Ya


memiliki resolusi yang baik
6) Penggunaan gambar dan ✓ Ya
ilustrasi tidak mengganggu
pembaca
Bahasa 10) Keakuratan struktur kalimat ✓ Ya

11) Penggunaan kalimat efektif ✓ Ya

12) Ejaan sesuai dengan PUEBI ✓ Ya

13) Kalimat yang digunakan ✓ Ya


komunikatif
14) Kemampuan untuk ✓ Ya
menyampaikan informasi
15) Penggunaan bahasa ✓ Ya
mendorong peserta didik
untuk aktif dalam
162

pembelajaran
16) Kemampuan untuk ✓ Ya
mendorong berpikir kritis
17) Kesesuaian dengan ✓ Ya
perkembangan intelektual
dan emosional peserta didik
18) Istilah yang digunakan ✓ Ya
konsisten

L. Komentar/ Saran
Tulisan di peta konsep kurang besar pas tampilan awal, namun masih bisa
di perbesar. Point 6&7 ketika diklik loading. Namun masih bisa
digunakan dengan baik. Sudah layak digunakan. Saran saya, jika
dihibahkan atau dedikasikan pasa satuan pendidik hostingnya bisa diganti.
M. Kesimpulan
E-modul PBL (Problem Based Learning) bermuatan pendidikan karakter
pada materi virus*)
7. Layak digunakan di lapangan tanpa revisi
8. Layak digunakan di lapangan dengan revisi ✓
9. Tidak layak digunakan
*) Coret yang tidak perlu
Jakarta, 28 Oktober
2022
Validator

Solihin, M.Pd

NIDN. 202109870
163

Lampiran 6. Instrumen dan Hasil Uji Keterbacaan (Uji Coba Skala Kecil)

A. Instrumen Keterbacaan
164
165
166
167
168

B. Hasil Uji Keterbacaan (Uji Coba Skala Kecil)


Nomor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Soal

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 16 14 15 16 15 16 16 14 16 16 15 15 15 15 16
Rata-rata
100 87.5 93.75 100 93.75 100 100 87.5 100 100 93.75 93.75 93.75 93.75 100
perbutir (%)
Rata-rata
93.75 96.25 96.875 95.833
Peraspek (%)
Rata-rata
95,8333
Total (%)
Interpretasi Sangat Positif
169

Keterangan:

Keterbacaan

Kemudahan

Kemenarikan

Keterpahaman
170

Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : MAN 1 Tangerang Selatan

Mata Pelajaran : Biologi

Kelas/Semester : X/1

Materi : Virus

Alokasi Waktu : 135 Menit

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli


(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsive, dan
proaktif dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di
lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara, kawasan regional, dan kawasan internasional.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan


factual, konseptual, procedural, dan metakognitif, pada tingkat teknis, spesifik,
detil, dan kompleks berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik yang seuai
dengan bakat dan minantnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Menunjukkan kemampuan menalar, mengolah, dan menyaji secara


efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif
dalam ranah konkret dan abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah
keilmuwan

A. Kompetensi Dasar
3.4 Menganalisis struktur, replikasi, dan peran virus dalam kehidupan
4.4 Melakukan kampanye tentang bahaya virus dalam kehidupan terutama
bahaya AIDS berdasarkan tingkan virulensinya
B. IPK
171

3.4 Menganalisis struktur, 11. Menjelaskan sejarah penemuan


replikasi, dan peran virus virus
dalam kehidupan 12. Mengidentifikasi ciri-ciri virus
13. Mengidentifikasi bentuk-
bentuk virus
14. Mendeskripsikan struktur virus
15. Membedakan struktur tubuh
virus dengan tubuh organisme
lain.
16. Menjelaskan proses replikasi
virus
17. Menganalisis persamaan dan
perbedaan siklus litik dan
siklus lisogenik
18. Menganalisis peran virus
dalam kehidupan sehari-hari

4.4 Melakukan kampanye tentang 1. Mendiskusikan cara


bahaya virus dalam kehidupan pencegahan dari infeksi virus
terutama bahaya AIDS Covid 19 dan HIV/AIDS
berdasarkan tingkan virulensinya 2. Mengumpulkan data dari hasil
pengamatan terhadap
fenomena Covid 19 dan
HIV/AIDS
3. Membuat poster atau infografis
tentang solusi pencegahan
Covid 19 dan HIV/AIDS

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan pembelajaran tentang virus menggunakan model


pembelajaran problem based learning, peserta didik diharapkan mampu:

1. Menjelaskan sejarah penemuan virus beserta tokoh yang berjasa


dengan benar
2. Mengidentifikasi ciri-ciri virus melalui pengamatan gambar dan
video dengan benar
3. Mendeskripsikan struktur virus beserta fungsinya setelah
melakukan pemgamatan melalui video dan gambar dengan benar
4. Menyebutkan bentuk virus dan beserta contohnya dengan benar
5. Membedakan struktur dan ciri virus dengan organisme lain yang
disajikan dalam gambar dengan tepat
172

6. Mengklasifikasikan virus dengan benar setelah melakukan dskusii


dengan teman
7. Menjelaskan perbedaan virus DNA dan virus RNA melalui analisis
kasus dengan benar
8. Menjelaskan tahapan proses replikasi virus dengan benar
9. Menganalisis tahapan siklus litik dan siklus lisogenik dengan
lengkap dan urut
10. Menganalisis persamaan dan perbedaan siklus litik dan siklus
lisogenik melalui pengamatan dengan benar
11. Menganalisis peran virus dalam kehidupan sehari-hari melalui
studi kasus
12. Menyebutkan solusi pencegahan penyakit yang disebabkan oleh
virus setelah melakukan diskusi dengan teman
13. Membuat poster atau infografis yang berisi cara pencegahan virus
setelah melakukan diskusi dengan menarik dan kreatif
14. Mengakampanyekan tentang bahaya penyakit HIV/AIDS dan
Covid 19 melalui media sosial

D. Materi Pembelajaran
Faktual: Sejarah virus, struktur virus, bentuk virus
Konseptual: Ciri virus, klasifikasi virus, replikasi virus, peran
menguntungkan virus dan peran merugikan virus
Prosedural: Tahapan siklus litik dan siklus lisogenik, cara pencegahan
penyakit akibat virus.
E. Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran
Model : Problem based learning
Pendekatan : Saintifik
Metode : Tanya jawab, diskusi, penugasan, presentasi
F. Sumber dan Media Pembelajaran
Media/Alat/Bahan : LKPD, PPT, video, dan gambar
Sumber Belaar : E-modul

G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Nilai Karakter Waktu
Pendahuluan Religius dan 10
15. Guru mengucapkan salam kepada peserta disiplin menit
didik
16. Guru menanyakan kabar dan melakukan
absensi sepert “Bagaimana kabar kalian
semua? Semoga selalu dilimpahi
kesehatan dan juga kebahagiaan. Baik
sekarang ibu akan melakukan absensi”
17. Guru meminta peserta didik untuk
merapikan pakaian dan tempat duduknya
173

sebelum memulai pembelajaran (disiplin)


18. Guru membimbing peserta didik untuk
melakukan doa bersama (Religius)
19. Guru memberikan apersepsi dengan
mengingat kembali pandemic Covid 19
dan menanyakan perasaan peserta didik
saat itu.
“Sudah lebih dari dua tahun kita
mengalami pandemic Covid 19, apa yang
kalian rasakan saat pertama kali menjalani
PSBB karena pandemic?”(Rasa
InginTahu)
20. Guru memberikan motivasi pada peserta
didik untuk selalu menjaga kesehatan.
(peduli)
Isi Rasa ingin 115
1. Guru meminta peserta didik untuk tahu, kritis, menit
membuka e-modul melalui link yang kerjasama,
sudah dibagikan dan meminta peserta kreatif,
didik untuk menonton video yang komunikatif,
sudah disediakan (Problem Statement) teliti, tekun,
(Tekun dan teliti) toleransi.
2. Guru memancing peserta didik untuk
bertanya dengan mengarahkan mereka
mengisi form yang sudah disediakan di
e-modul, seperti “setelah menonton
video tersebut, apa 115 menitpendapat
kalian? Adakah pertanyaan yang
memenuhi pikiran kalian saat
menonton video
tersebut?(mengorganisasi peserta didik)
(Kritis dan rasa ingin tahu)
3. Guru menjelaskan materi tentang virus
dengan diselingi kegiatan pengamatan
pada materi tertentu seperti pada materi
reproduksi virus dan peran virus
(mengorganisasi untuk belajar)(rasa
ingin tahu, tekun, teliti, kritis)
4. Guru menyelingi kegiatan pembelajarn
dengan mengintegrasikan karakter
dalam pembelajaran seperti “Dalam e-
modul bisa kalian klik fitur integrasi
karakter, dari pernyataan dalam fitur
tersebut bisa kita pahami bahwa sikap
kerjasama dan komunikasi sangat
penting untuk diterapkan dalam
174

kehidupan sehari-hari” dan seterusnya.


5. Guru meminta peserta didik untuk
berkelompok untuk mengerjakan
LKPD dalam e-modul (membimbing
penyelidikan)(kerja sama, tanggung
jawab, toleransi)
6. Peserta didik mengumpulkan LKPD
dan membuat rancangan desain poster
kampanye (menyajikan karya)(kreatif)
Penutup Jujur 10
7. Guru menayakan apakah peserta didik menit
sudah memahami materi virus.
8. Guru dan peserta didik menyimpulkan
kegiatan pembelajaran “Setelah
mempelajari tentang materi virus dapat
disimpulkan bahwa virus merupakan
hewan sederhana dan memiliki banyak
peran di kehidupan kita”
9. Guru meminta peserta didik untuk
mengerjakan self assessment dan soal
evaluasi yang sudah tersedia dalam e-
modul

H. Penilaian
Pengetahuan : Soal evaluasi
Keterampilan : poster atau infografis
Sikap : Peer Asessment

1. KriteriaPenilaian Poster
No Kriteria Bobot Skor
1. Orisinalitas karya 10
21. Ide merupakan hasil
diskusi kelompok
22. Poster tidak sama
dengan kelompok
lainnya
Memuat 1 aspek dari semua aspek 5
Tidak memuat semua aspek 2
2. Format poster 25
a. Keseuaian karya dengan
tema
b. Keunikan karya
c. Susunan teori dan juga
konsep menarik
175

Memuat 2 aspek dari semua aspek 15


Memuat 1 aspek dari semua aspek 5
Tidak memuat semua aspek 2
3. Isi 25
a. Struktur gambar yang ada
dalam poster sesuai dengan
tema
b. Komposisi gambar rapi
c. Keindahan/sisi artistic
penyajian visual
Memuat 2 aspek dari semua aspek 15
Memuat 1 aspek dari semua aspek 5
Tidak memuat semua aspek 2
4. Kualitas poster 25
a. Penyampaian pesan
b. Poster yang dibuat mudah
dimengerti
c. Poster mampu menarik
perhatian pembaca
Memuat 2 aspek dari semua aspek 15
Memuat 1 aspek dari semua aspek 5
Tidak memuat semua aspek 2

2. Lembar peer assessment


No. Aspek Pengamatan Skor
1 2 3 4
1. Mendengarkan ketika guru menjelaskan
(tekun dan teliti)
2. Antusias dalam kegiatan mengamati dan
mencari jawaban (tekun dan teliti) (rasa
ingin tahu)
3. Selalu berpenampilan rapi (disiplin)
4. Selalu mengerjakan tugas dengan rapid dan
teliti (disiplin)
5. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
kelompok (kerja sama)
6. Selalu antusias dalam mencari
jawaban/informasi saat diskusi (kerja sama
dan tanggung jawab)
7. Mau mengerjakan tugas kelompok sesuai
kesepakatan (tanggung jawab)
8. Menerima pendapat dan kritik dari teman
(toleransi)
176

9. Memerhatikan kondisi teman lain saat


diskusi (peduli)
10. Sering memberikan pendapat saat diskusi
(komunikatif)
11. Sering menjawab pertanyaan guru
(komunikatif)
12. Tidak mudah putus asa/pantang menyerah
(kerja keras)
13. Tidak mencontek dalam mengerjakan
ujian/tugas (jujur)
14. Tidak melakukan plagiat (jujur)
15. Mengakui kesalahan atau kekurangan yang
dimiliki (jujur)
17. Berani menanggapi jawaban teman (kritis)
18. Berani bertanya pada guru tentang materi
yang belum dipahami. (rasa ingin tahu)
177

Lampiran 8. Instrumen dan Hasil Respon Peserta Didik (Uji Coba Skala
Besar)

A. Instrumen Respon Peserta Didik


No. Indikator Pertanyaan
1 Kemudahan e-modul untuk 1. Petunjuk penggunaan e-
dipahami modul disampaikan dengan
jelas
2. Ukuran huruf e-modul yang
digunakan cukup jelas
untuk dibaca
3. Penggunaan komposisi
warna e-modul nyaman
dilihat
4. Bahasa yang digunakan
dalam e-modul mudah
untuk dipahami
5. Materi disajikan secara
runtut
6. E-modul mudah digunakan
7. Tombol e-modul berjalan
sesuai fungsinya

2. Kejelasan dalam penggunaan 1. Gambar yang ditampilkan


ilustrasi dan contoh sesuai dengan isi materi
2. Peletakan gambar
memudahkan untuk diamati
3. Contoh dan soal latihan
disajikan dengan jelas
4. Video menarik untuk
ditonton
5. LKPD dan soal evaluasi
sesuai dengan isis materi
yang dijelaskan
3. Kemampuan e-modul dalam 1. Video, gambar, dan materi
meningkatkan motivasi di e-modul meningkatkan
peserta didik semangat belajar
2. E-modul meningkatkan rasa
ingin tahu yang lebih luas
tentang materi virus
3. E-modul meningkatkan
semangat belajar
4. Kebermanfaatan e-modul 1. Pemahaman tentang materi
sebagai bahan ajar virus semakin meningkat
setelah menggunakan e-
178

modul ini
2. Manfaat materi dalam e-
modul bisa dirasakan di
kehidupan sehari-hari
3. E-modul ini meningkatkan
rasa ingin tahu setelah
mempelajarinya, kritis,
kreatif, serta mendorong
untuk mencari informasi
lebih jauh
4. Materi dalam e-modul
membuat belajar menjadi
menyenangkan
5. Materi e-modul
memberikan pengetahuan
untuk menjaga kesehatan
dan juga peduli terhadap
lingkungan
6. Materi dalam e-modul
membuat belajar menjadi
menyenangkan
Sumber: Suryani dan Setiawan (2019)
179

B. Hasil Respon Peserta Didik

Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4


Nomor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 3 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 3 3 4 3 5 4 5 5 3 3

2 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4

3 5 5 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4

4 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3

6 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4

7 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 4 3 4

8 3 5 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4

9 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 3 3 5 5 5 4 4 4

10 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4

11 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4

12 1 3 4 5 1 1 2 2 3 4 5 3 1 2 3 4 5 2 2 4 5

13 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4

14 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

15 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5

16 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5

17 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3

18 4 3 3 4 4 3 2 4 5 2 3 5 2 2 2 4 4 5 5 3 3

19 4 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
180

20 3 3 4 4 3 2 3 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

21 1 2 3 4 5 5 1 1 2 3 4 2 5 1 2 3 4 1 2 3 4

22 3 5 5 3 5 5 5 5 4 3 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4

23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5

24 3 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 3 3 4 3

25 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3

26 3 3 4 4 5 3 3 5 5 3 3 3 3 3 3 4 3 5 4 4 3

27 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4

28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

29 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4

30 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 2 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3

31 3 4 4 5 5 3 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5

32 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 4 3 4 5 5 5 3 3

33 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 5 4 3

34 3 5 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4

35 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4
Total
130 133 138 142 140 133 134 145 143 133 130 132 126 128 127 144 143 143 141 138 135
Indikator
Rata-rata 74.2 78. 81. 76.5 82.8 81.7 74.2 75. 73. 72.5 82.2 81.7 81.7 80.5 78.8 77.1
76 80 76 76 72
Indikator 86 86 143 7 57 14 86 429 143 7 9 1 1 7 57 43
Rata-rata
Aspek 77.55102041 78.05714286 72.57142857 80.38095238
Rata-rata
Total 77.14013605
Interpretasi Layak
181

Lampiran 9. Produk Akhir E-modul Problem Based Learning Bermuatan


Pendidikan Karakter

Produk Akhir E-modul Problem Based Learning Bermuatan


Pendidikan Karakter
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
201

Lampiran 10 Lembar Uji Referensi

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama Mahasiswa : Shil Viina Rohmaniyah

NIM : 11180161000027

Judul Skripsi : Pengembangan E-modul Berbasis Problem


Based Learning Bermuatan Pendidikan Karakter
pada Materi Virus

Dosen Pembimbing 1 : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd

Dosen Pembimbing 2 : Dina Rahma Fadlilah, M.Si

Tabel 1. BAB I

No. BAB 1
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

1. Syaril dan Zelhendri Zen, Dasar-Dasar


Ilmu Pendidikan, (Jakarta:Kencana,
2014), h. 32

2. I Kadek Darmayasa et al.,


“Pengembangan E-Modul Ipa
Berorientasi Pendidikan Karakter Di Smp
Negeri 1 Singaraja”, Jurnal Edutech,
Vol. 6 No. 1 (2018), h. 53–65,
3. Agil Lepiyanto, “Membangun Karakter
Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”,
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan
Biologi), Vol. 2 No. 1 (2011),
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v2i1.
20
4. Heri Gunawan, Pendidikan Karakter:
Konsep dan Implementasinya, (
Bandung:Alfabeta, 2012), h. 23
202

No. BAB 1
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

5. M D Suri dan E P Raharjo, “Pendidikan


Karakter Dalam Pembelajaran Barisan
Dan Deret Tak Hingga Dengan Model
Problem Based Learning (Pbl)”, Seminar
Nasional Pendidikan Matematika, Vol. 1
No. 1 (2020),h.179–84,
6. Rajab Agustini dan Meysurah Sucihati,
Penguatan Pendidikan Karakter Melalui
Literasi Digital Sebagai Strategi Menuju
Era Society 5.0, Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas PGRI
Palembang, 2020, h. 999-1015.
7. Mundiarto, “Membangun Karakter
Melalui Pembelajaran Sains”, Jurnal
Pendidikan Karakter, 2013, h. 153–163

8. Santoso, et al., “Urgensi Pendidikan


Karakter Pada Masa Pandemi Covid 19”,
Seminar Nasional Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang, 2020, h.
558–563

9. Nindita Ardelia dan Nengsih Juanengsih,


Implementasi Pembelajaran Abad 21
pada Mata Pelajaran Biologi di SMA
Negeri Kota Tangerang Selatan, Jurnal
Inovasi Pembelajaran Biologi, September
2021, hlm. 1-11.
10. Ida Bagus Ari Arjaya, Implementasi
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
(Character Building) dalam Sikap Ilmiah
Mata Pelajaran Sains Siswa Kelas VII
Slub Saraswatu 1 Denpasar, Seminar
Nasional FMIPA UNDIKSHA, 2013, h.
30-38
11. Nurul Huda Panggabean dan Amir Danir,
Desain Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Sains, (Yayasan Kita Menulis,
2020), h.5.
203

No. BAB 1
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

12. I Kadek Darmayasa, Nyoman Jampel,


dan AlexanderHamonangan Simamora,
loc. Cit

13. Irfan Yusuf dan Sri Wahyu


Widyaningsih, Pengembangan dan
Pemanfaatan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam Pembelajaran,
(Bandung: Media Sains Indonesia, 2022),
h. 76.
14. Slamet Triyono, “Dinamika Penyusunan
Modul”, in Dinamika Penyusunan
Modul, (Indramayu: CV. Adanu
Abimata, 2021), h. 44
15. Israfiddin, Abdul Gani, dan Saminan,
Penerapan Model Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Sikap
Ilmiah dan Hasil Belajar Peserta Didik
pada Materi Gerak di SMP Negeri 2
Delima, Jurnal Pendidikan Sains, Vol 4,
2016, h. 36-44.

16. R Rahmawati, H Santoso, dan ...,


“Pengembangan E-Modul Berbasis
Problem Based Learning Disertai Nilai
Karakter Pada Materi Ekosistem Kelas X
Sma”, in Prosiding Seminar …, 2022, h.
126–37, tersedia pada
https://prosiding.ummetro.ac.id/index.ph
p/snpb/article/download/48/29 (2022)
17. Dyan Rifiana Malikha, “Strategi
Pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) sebagai Salah Satu Metode
Pembelajaran Berkarakter dan
Berwawasan Global”, Seminar Nasional
Pendidikan dan Kewarganegaraan IV,
2018, h. 88–89, tersedia pada
http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SE
MNASPPKN/article/view/162 (2018)

Tabel 2. BAB II
204

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

1. Nurul Huda Panggabean dan Amir Danis,


Desain Pengembangan Bahan Ajar
Berbasis Sains, (Yayasan Kita Menulis,
2020), h. 1
2. Kosasih, Pengembangan Bahan Ajar, (1
ed.) (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2021),
h.1

3. Op. Cit. , h. 1-2

4. Op.Cit., h. 4

5. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,


Pengembangan Media Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana, 2021), h. 158.

6. Muhammad Yaumi, Media dan


Teknologi Pembelajaran, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2018), h. 111

7. Kosasih, Op. Cit., h. 18

8. Najuah, Pristi Suhendro Lukitoyo, dan


Winna Wirianti, Modul Elektronik :
Prosedur Penyusunan dan Aplikasinya,
Modul Elektronik : Prosedur Penyusunan
dan Aplikasinya, (Medan: Yayasan Kita
Menulis, 2020), h. 8
9. Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun
Prasetyo, “Pengembangan E-Modul Ipa
Berbasis Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa”,
Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 07,
2019, h. 91–103
205

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

10. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,


Op. Cit., h. 161-162

11. Wina Sanjaya, Perncanaan dan Desain


Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Fajar
Interpratama, 2011), h. 156

12. Daryanto, Menyusun Modul Bahan Ajar


Untuk Persiapan Guru dalam Mengajar,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 25-
26
13. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,
Op. Cit., h. 164

14. Lasmiyati dan Idris Harta,


“Pengembangan Modul Pembelajaran
untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Minat SMP”,
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 9, 2014, h. 161–74,
https://doi.org/10.21831/pg.v9i2.9077
15. Rehab Abdelhai, et al., “An e-learning
reproductive health module to support
improved student learning and
interaction : a prospective interventional
study at a medical school in Egypt”, 2012
16. H Najwa dan B Sabariman, “Penerapan
E-Modul Dengan Model Pembelajaran
Problem Based Learning Pada Mata
Pelajaran Mekanika Teknik Di SMK
Negeri 3 Surabaya”, Jurnal Kajian
Pendidikan Teknik Bangunan, Vol. 7,
2021, h. 1–8, tersedia pada
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jur
nal-kajian-ptb/article/view/41863 (2021)
17. Lidia Aprileny Hutahean, Siswandari,
dan Harini, “Pemanfaatan E-Module
Iteraktif Sebagai Media Pembelajaran di
Era Digital”, in Prosiding Seminar
Nasional Teknologi Pendidikan
206

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

Pascasarjana UNIMED, vol. 1, 2019, h.


298–305, tersedia pada
http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/3874
4 (2019)
18. Fatika Wulandari, Relsas Yogica, dan
Rahmawati Darussyamsu, “Analisis
Manfaat Penggunaan E-Modul Interaktif
Sebagai Media Pembelajaran Jarak Jauh
Di Masa Pandemi Covid-19”, Khazanah
Pendidikan: Jural Ilmiah Kependidikan,
Vol. 15, 2021, h. 139–44,
https://doi.org/10.30595/jkp.v15i2.10809
19. H Najwa dan B Sabariman, loc. ci

20. Ponidi, “Model Pembelajaran Karakter”,


in Model Pembelajaran Efektif dan
Inovatif, ed. Satria Abadi dan M.
Uslihudin (Indramayu: CV Adanu
Abimata, 2021), h. 10
21. Shilphy A Octavia, Model-Model
Pembelajaran, (Sleman: Deepublish,
2020), h. 12

22. H.Najwa dan B. Sabariman, Loc. Cit.

23. Lilis Lismaya, Berpikir Kritis dan PBL


(Problem Based Learning), (Surabaya:
Media Sahabat Cendekia, 2019), h. 13

24. Ari Anang Setyo et. al., Strategi


Pembelajaran Problem Based Learning,
(Makasar: Yayasan Barcode, 2020), h.19

25. Howard S Barrows dan Robyn M


Tamblyn, Problem-Based Learning: An
Approach to Medical Education, (New
York: Springen Publishing Company,
1980), h. 1
207

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

26. Rian Vebrianto, Problem Based Learning


untuk Pembelajaran yang Efektif di
SD/MI, (Riau: Dotplus, 2021), h.3.

27. Imami Arum Tri Rahayu,


“Mengembangkan Keterampilan
Memecahkan Masalah Melalui
Pembelajaran Berdasar Masalah”,
Journal of Vocational and Technical
Education (JVTE), Vol. 1, 2019, h. 1–6,
https://doi.org/10.26740/jvte.v1n1.p1-
28. A Husna, M Jannah, dan S Nurhalimah,
“Implementasi Model Pembelajaran
Problem Based Learning Pada Materi
Getaran dan Gelombang Berbasis
Pendidikan Karakter dalam Membentuk
Iman dan Taqwa”, Prosiding Konferensi
Integrasi Interkoneksi Islam, Vol. 2,
2020, h. 441–44, tersedia pada
http://sunankalijaga.org/prosiding/index.
php/kiiis/article/view/437 (2020)
29. Muhammad Fathurrahman, Model-Model
Pembelajaran Inovatif, (Sleman: Ar-
Ruzz Media, 2015), h. 113-114

30. Oon Seng Tan, Problem Based Learning


Innovation, (Singapore: Cengage
Learning Asia Pte. LTD, 2003), h. 30-31

31. Muhammad Fathurrahman, Op. Cit. h.


115

32. Trianto Ibnu Badar Al-Tabany,


Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 65
33. Dyan Rifiana Malikha, “Strategi
Pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) sebagai Salah Satu Metode
Pembelajaran Berkarakter dan
Berwawasan Global”, Seminar Nasional
208

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

Pendidikan dan Kewarganegaraan IV,


2018, h. 88–89, tersedia pada
http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SE
MNASPPKN/article/view/162 (2018)
34. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2014), h. 217

35. Op. Cit., h. 218

36. Oon Seng Tan, Problem Based Learning


and Creativity, (Singapore: Cengange
Learning, 2009), h. 9.

37. Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, op. cit h.


72

38. Febriyani Kimianti dan Zuhda Kun


Prasetyo, Loc. Cit.,

39. Wina Sanjaya, Op. Cit., h. 216

40. Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Op. Cit.,


h. 71-72

41. Agil Lepiyanto, “Membangun Karakter


Siswa Dalam Pembelajaran Biologi”,
BIOEDUKASI (Jurnal Pendidikan
Biologi), Vol. 2, 2011,
https://doi.org/10.24127/bioedukasi.v2i1.
201
209

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

42. Ibid

43. Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter,


(Jakarta: Kencana, 2011), h. 1

44. Agil Lepiyanto, Loc. Cit.,

45. Sukatin dan M. Shoffa Saifillah al-Faruq,


Pendidikan Karakter, (Sleman:
Deepublish, 2021), h. 55.

46. Heri Gunawan, Pendidikan Karakter:


Konsep dan Implementasinya, (Bandung:
Alfabeta, 2012), h. 23

47. R.K Hayah, “Character Education in


Islamic Boarding School and The
Implication to Students Attitude and
Critical Thinking Skills on Biodiversity
Learnig”, Journal of Physics: Conference
Series, Vol. 812, 2017, h. 1–7,
https://doi.org/10.1088/1742-
6596/755/1/011001
48. Siti Nur Aidah, Pembelajaran
Pendidikan Karakter, (Bojonegoro:
Penerbit KBM Indonesia, 2020), h. 4

49. Muchlas Samani dan Hariyanto, “Konsep


dan Model Pendidikan Karakter”, (1 ed.)
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011), h. 38
50. Mohammad Kosim, Urgendi Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran, Karsa,
Vol. 19, 2011, h. 85-92,.
210

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

51. Fadilah, et al., Pendidikan Karakter, (1


ed.) (Bojonegoro: Angrapana Media,
2021), h. 29

52. Fathul Mu‟in, Pendidikan Karakter:


Konstrusi Teoritik dan Praktik, (1 ed.)
(Sleman: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 211-
212
53. Mohammad Kosim, Loc. Cit.,

54. I Wayan Subagia, Implementasi


Pendekatan Ilmiah dalam Kurikulum
2013 untuk Mewujudnyatakan Tujuan
Pendidikan Nasional, Seminar Nasional
FMIPA UNDIKSHA III, 2013, h. 16 -29.
55. Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto,
“Relavansi pendidikan karakter dengan
sikap ilmiah dalam perspektif
pembelajaran IPA di sekolah dasar”,
Eksplorasi, Vol. XXIX, 2017, h. 208–16
56. Syarifah Widya Ulfa, “Mentradiksi Sikap
Ilmiah dalam Pembelajaran Biologi”,
Jurnal Biolokus Jurnal, Vol. 1, 2018, h.
1–10,
57. Herson Anwar, “Penilaian Sikap llmiah
Dalam Pembelajaran Sains”, Jurnal
Pelangi Ilmu, Vol. 2, 2009, h. 103–14

58. Ida Bagus Arjaya, Implementasi Nilai-


Nilai Pendidikan Karakter (Character
Building) dalam Sikap Ilmiah Mata
Pelajaran Sains Siswa Kelas VII Slub
Saraswati 1 Denpasar, Seminar Nasional
FMIPA UNDIKSHA III, 2013, h. 30-38.
59. Desy Putriyani Harahap, Martina
Restuati, dan Hardiansyah, “Pengaruh
Model Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa
Pada Materi Pokok Bahasan Virus
Dikelas X Man Rantau Prapat”, Jurnal
211

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

Pelita Pendidikan, Vol. 5, 2017, h. 47–51

60. Michael J. Pelczar dan ECS Chan,


Dasar-Dasar Mikrobiologi, (Depok: UI
Press 2015), h. 204.

61. Eric J Simon, et al., Intisari Biologi,


(Jakarta: Erlangga, 2017), h. 186

62. Neil A Campbell dan Jane B Reece,


Biologi 1, (Jakarta: Erlangga, 2016), h.
398

63. Lestanto Unggul Widodo, Mikrobiologi,


(Tangerang Selatan: Universitas Terbuka,
2015), h. 4.3

64. Ibid, h. 4.4-4.5

65. Neil A Campbell dan Jane B Reece,


Op.Cit., h.399

66. Ibid., h. 400

67. Lestanto Unggul Widodo, Op. Cit., h.


4.7- 4.9

68. Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun


Prasetyo, loc. Cit
212

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

69. Vina Serevina and Inayati Juwita Sari,


“Development of E-module Based on
Problem based learning ( PBL ) on Heat
and Temperature to Improve Student ‟ s
Science Process Skill,” vol. 17, 2018,
26–36
70. Aidil Akbar dan Abdul Razak, Module
Development Based on PBL (Problem
Based Learning) on Enviromental and
Ecosystem Change Materials for Student
of Class X SMAN 1 Singkarak,
International Journal of Progressive
Sciences and Technologies, Vol. 15.
2019, h. 46-52.

71. Darmayasa, Jampel, dan Simamora, Loc.


Cit.

72. Sujiono and Arif Widiyatmoko,


“Pengembangan Modul IPA Terpadu
Berbasis Problem based learning Tema
Gerak Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa,” Science
Education Journal 3, no. 3 (2014): 685–
693
73. Hafis M Kaunang Ataji, Agus
Sujarwanta, dan Muhfahroyin,
Pengembangan Modul Materi Virus
Terintegrasi Nilai-Nilai Islam Berbasis
E-Learning dan QR Code, Bioedusiana:
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 6. 2022,
h. 166-183
74. Angela, Hamka, dan Syamsiah,
“Pengembangan Handout Biologi
Bermuatan Pendidikan Karakter Pada
Materi”, UNM Journal of Biological
Education, Vol. 2, 2018, h. 41–47,
75. Rani Rahmawati. Handoko Santoso, dan
Triana Asih, Pengembangan E-Modul
Berbasis Problem Based Learning
Disertai Nilai Karakter pada Materi
213

No. BAB II
Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

Ekosistem Kelas X SMA, Seminar


Nasional Pendidikan IPA 2022, h. 126-
137.

Tabel 3. BAB III

No. BAB III


Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

1. Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar


Penelitian Pendidikan Sains, Science
Education Research, (Jakarta:
Uiniversitas Syarif Hidayatullah, 2014)
h. 16
2. Ibid., h. 17

3. Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan


Aditin Putria, Media Pembelajaran
Inovatif dan Pengembngannya,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2018), h. 126.
4. Ibid.

5. Robert Maribe Branch, Instructional


Design: The ADDIE Aproach, (New
York: Springer, 2009), h. 24.

6. Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan


Aditin Putria, Op. Cit., h. 135

7. Rahmat Arofah Hari Cahyadi,


“Pengembangan Bahan Ajar Berbasis
Addie Model”, Halaqa: Islamic
Education Journal, Vol. 3, 2019, h. 35–
42,
214

No. BAB III


Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

https://doi.org/10.21070/halaqa.v3i1.212
4

8. Fiqih Ismawan, Nasrulloh Isnain, dan


Rudi Apriyadi Raharjo, “Pemanfaatan
Website Berbasis CMS - WordPress
Sebagai Media Pembelajaran Guru Tk
Binakheir Cibinong – Bogor”, Jurnal
PKM: Pengabdian kepada Masyarakat,
Vol. 03, 2020, h. 68–77
9. Nunuk Suryani, Achmad Setiawan, dan
Aditin Putria,Op. Cit., h. 135

10. Ibid., h. 147

11. Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif,


Kuantitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 101

12. Lampiran

13. Bahri. Al-Fajri, et al., Evaluasi Program


Pendidikan, (Medan: UMSU Press,
2022), h. 86

14. Kurniawan.Asep, Metodologi Penelitian


Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2018), h. 127

15. Lampiran
215

No. BAB III


Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

16. Lampiran

17. Lampiran

18. Nuriana Rachmani Dewi dan Florentina


Yuni Arini, Uji Keterbacaan pada
Pengembangan Buku Ajar Kalkulus
Berbantuan Geogebra untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah dan Representasi Matematis,
Juenal Prosiding Seminar Nasional
Matematika, Vol. 1 2018, h. 299-303.
19. Lampiran

20. Lampiran

21. Sugiyono, Op. Cit., h. 94

22. Ibid, h. 147

23. Loc. Cit.

24. Ibid, h. 147


216

No. BAB III


Dosen Dosen
Pembimbing I Pembimbing II

25. I‟anatut Thoifah, Statistika Pendidikan


dan Metode Penelitian Kuantitatif,
(Malang: Madani, 2015), h. 42

26. Ibid.

27. Ajeng Mariana Sawitri et al., “respon


siswa terhadap penggunaan modul
mnemonik dengan metode rwp (reading-
writing-presentation) dalam
pembelajaran biologi di smk analis
kesehatan”, Jurnal Pembelajaran dan
Pendidikan Saiins, Vol. 2 No. 1 (2017),
h. 1–8,
28. I‟anatut Thoifah, Loc. Cit.

Tabel 4. BAB IV

Dosen
No. BAB IV Dosen Pembimbing I
Pembimbing II

1. Febriyani Kimianti dan Zuhdan Kun


Prasetyo, Pengembangan E-Modul IPA
Berbasis Problem Based Learning untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa,
Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 07,
2019, h. 91-103.,

2. Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain


Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Fajar
Interpratama, 2011), h. 156.

3. Nana, Pengembangan Bahan Ajar


Pendidikan Fisika Berbasis Model
Pembelajaran PO2WE, (1 ed.) (Klaten:
Lakeisha, 2022), h. 154
217

Dosen
No. BAB IV Dosen Pembimbing I
Pembimbing II

4. Fahmi Achta Pratama dan Hansi Effendi,


“E-Learning Bebasis Wordpress Sebagai
Alternatif Media Pembelajaran”, Jurnal
Pedagogi dan Pembelajaran, Vol. 4,
2021, h. 466,
https://doi.org/10.23887/jp2.v4i3.41534
5. Anggit Grahito Wicaksono dan Jumanto,
“Relevansi Pendidikan Karakter dengan
Sikap Ilmiah dalam Perspektif
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”,
Eksplorasi, Vol. XXIX, 2017, h. 208
6. Suyadi, Strategi Pembelajaran
Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), h. 18

7. Lampiran

8. Dyan Rifiana Malikha, “Strategi


Pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) sebagai Salah Satu Metode
Pembelajaran Berkarakter dan
Berwawasan Global”, Seminar Nasional
Pendidikan dan Kewarganegaraan IV,
2018, h. 88–89, tersedia pada
http://seminar.umpo.ac.id/index.php/SE
MNASPPKN/article/view/162 (2018)
9. Mohammad Fahri Haruna, Nurlia, dan
Sri Astuti, “Korelasi Pengetahuan Materi
Virus dengan Perilaku Siswa SMA
Mencegah Penularan Virus Corona di
Kabupaten Bangga”i, Jurnal Pendidikan
Glasser, Vol. 5, 2021, h. 63-68.
10. Lalu Muhammad Nurul Wathoni dan
Nursyamsu Nursyamsu, “Tafsir Virus
(Fauqa Ba‟Ūdhah): Korelasi Covid-19
Dengan Ayat-Ayat Allah”, el-’Umdah,
Vol. 3, 2020, h. 63–84,
https://doi.org/10.20414/el-
umdah.v3i1.2154
218

Dosen
No. BAB IV Dosen Pembimbing I
Pembimbing II

11. Ni Luh Putu Suratna Dewi, Peningkatan


Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada
Materi Virus dengan Pembelajaran
Flipped Classroom, JPE (Jurnal
Pendidikan Edutama), Vol. 7, No. 2 Juli
2020, h. 47-60
12. Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip
Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2013), h. 168

13. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,


Pengembangan Media Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana, 2021), h. 164.

14. Lasmiyati dan Idris Harta,


“Pengembangan Modul Pembelajaran
untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Minat SMP”,
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan
Matematika, Vol. 9, 2014, h. 161–74,
https://doi.org/10.21831/pg.v9i2.9077
15. Trianto Ibnu Badar Al-Tabany,
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual, (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 74
16. Ibid, h. 67

17. Herson Anwar, Penilaian Sikap Ilmiah


dalam Pembelajaran Sains, Jurnal
Pelangi Ilmu, Vol. 2, 2009, h. 108.

18. Kementrian Pendidikan Nasional,


Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa, (Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat
Kurikulum, 2010),
19. Lampiran
219

Dosen
No. BAB IV Dosen Pembimbing I
Pembimbing II

20. Lampiran

21. Lampiran

22. Aidil Akbar dan Abdul Razak, “Module


Development Based on PBL (Problem
Based Learning) on Environmental and
Ecosystem Change Materials For Student
of Class X SMAN 1 Singkarak”,
International Journal of Progressive
Sciences and Technologies, Vol. 15,
2019, h. 46–52,
23. Robert Maribe Branch, Instructional
Design: The ADDIE Aproach, (New
York: Springer, 2009), h. 122.

24. Roblyer M.D, Integrating Educational


Technology Into Teaching, (7 ed.)
(United States: Pearson, 2016),h. 199

25. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,


Op. Cit., h.168

26. Ibid.

27. E. Kosasih, Pengembangan Bahan ajar,


(Jakarta: Bumi Aksara, 2021), h. 25

28. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,


Op. Cit., h. 166
220

Dosen
No. BAB IV Dosen Pembimbing I
Pembimbing II

29. Anonim, “Cara Mengatasi Website


Lemot”, 2022, tersedia pada
https://www.niagahoster.co.id/kb/website
-lambat-atau-lemot-ketika-diaksies-
overload (2022)
30. Ibid.

31. Yosa Aulya Putri dan Yohandri, Validity


of Teaching Materials Based on Problem
Based Learning Using Contextuak
Teaching and Learning Aproach to
Improve Critical Thinking, International
Journal of Progressive Sciences and
Technologies(IJPSAT), Vol. 23 2020, h.
63-70
32. Muhammad Yaumi, Op. Cit., h. 143

33. Lasmiyati dan Idris Harta, Loc. Cit.

34. Hafis M Kaunang Ataji, Agus


Sujarwanta, dan Muhfahroyin
Muhfahroyin, “Pengembangan Modul
Materi Virus Terintegrasi Nilai-Nilai
Islam Berbasis E-Learning dan QR
Code”, Bioedusiana: Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol. 6, 2022, h. 166–83,
https://doi.org/10.37058/bioed.v6i2.2985
35. Cecep Kustandi dan Daddy Darmawan,
Loc. Cit.,

36. Neil A Campbell dan Jane B Reece,


Biologi 1, (Jakarta: Erlangga, 2016), h.
401
221

Dosen
No. BAB IV Dosen Pembimbing I
Pembimbing II

37. Kosasih, Op. Cit., h. 21.


222

Lampiran 11. Surat Izin Penelitian


223

Lampiran 12. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai