“JARIMAH PEMBERONTAKAN”
DOSEN PENGAMPU: Muhammad Al Mansur, S.Sy., M.I.S
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
karunia serta berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan harapan dan tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Jinayah. Makalah ini berjudul ”Jarimah
Pemberontakan”
Kami berterima kasih kepada dosen pengampu yang telah mengajar mata
kuliah Fiqih Jinayah. Dan kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
menambah pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Pengertian Al-Baghyu ..................................................................... 3
2.2 Unsur-unsur Jarimah Al-Baghyu ..................................................... 4
2.3 Hukuman Terhadap Pemberontak ................................................... 5
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 7
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 7
3.2 Saran ................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu
sebagai berikut ini:
1. Untuk mengetahui pengertian al-baghyu
2. Untuk mengetahui unsur-unsur jarimah al-baghyu
3. Untuk mengetahui hukuman terhadap pemberontak
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya. Akan tetapi, kalau yang satu
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu
kamu perangi sampai sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau ia telah
surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu
berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS.
Al-Hujurat (49):9)1
Al-baghyu (pemberontakan) sering diartikan sebagai keluarnya seseorang
dari ketaatan kepada imam yang sah tanpa alasan.2
Pengertian secara terminologis, al-baghyu adalah usaha melawan suatu
pemerintahan yang sah secara nyata, baik dengan mengangkat senjata atau tidak
mengindahkan ketentuan yang digariskan pemerintah. Asy-Syafi’i, seperti dikutip
H.A.Dzajuli, mengatakan, pemberontak adalah orang muslim yang menyalahi
1
Nurul Irvan, Masyrofah. Fiqh Jinayah, jakarta: Amzah, 2013, hlm 59.
2
Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta: Teras, 2009, hlm. 158.
3
iman, dengan cara tidak menaatinya dan melepaskan diri dari iman, menolak
kewajiban, yang memiliki kekuatan, argumentasi dan pimpinan.3
Contoh lain adalah golongan khawarij yang ada pada masa pemerintahan Khalifah
Ali bin Abi Thalib. Mengenai hal ini, Imam Al-Syafi’i mengatakan,
3
Rahmat hakim, hukum pidana islam (fiqh jinayah), Bandung; Pustaka setia, 2000, hal. 108.
4
Nurul Irvan, op cit, hlm. 62.
4
“sesungguhnya sekelompok orang yang menampakkan sikap seperti kaum
Khawarij dengan memisahkan diri dari jama’ah, bahkan menganggap jama’ah
tersebut kafir, tidak menyebabkan diperbolehkannya memerangi kelompok ini
sebab mereka masih berada dibawah perlindungan Iman. Hal tersebut tidak
menjadikan mereka berubah status menjadi (murtad) yang Allah SAW
perintahkan untuk diperangi.5
c. Termasuk perbuatan pidana
Maksudnya adalah usaha untuk menggulingkan pemerintahan yang sah
dan berdaulat dengan cara mengacau ketertiban umum. Apabila tindakan pelaku
itu tidak menjurus pada penggulingan pemerintahan dan tidak pula melakukan
tindak pidana (seprerti mebunuh, merampas, memperkosa, dan merampok), maka
ulama fiqh menyatakan bahwa itu tidak termasuk al-baghyu.6
5
Nurul Irvan, Masyrofah. Fiqh Jinayah, jakarta: Amzah, 2013, hlm. 68.
6
Nurul Irvan, Masyrofah, ibid, hlm. 71.
7
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2012, hlm. 76.
8
Ibid, hlm. 76.
5
yang sah. Jika tidak gerakan tersebut dikategorikan sebagai pengacau
keamanan atau perampok.
4. Gerakan tersebut mempunyai sistem kepemimpinan, karena tanpa ada
seorang pemimpin tidak mungkin kekuatan akan terwujud.
Pertanggung Jawaban Pidana dan Perdata Pelaku Jarimah Al-Baghyu
Pemisahan pertanggungjawaban pidana dan perdata bagi pelaku tindak
pidana al-baghyu berkaitan dengan waktu terjadinya jarimah ini,9 yaitu sebelum
serta sesudah terjadi pemberontakan dan pada saat terjadi pemberontakan.
a. Pertanggungjawaban sebelum dan sesudah terjadinya pemberontakan
Suluruh tindakan pemberontakan yang bersifat pidana dan perdata yang
mereka lakukan sebelum dan sesudah pemberontakan wajib mereka
pertanggungjawabkan. Apabila mereka melakukan pembunuhan,
pencurian dan pemerkosaan mereka harus dikenakan sanksi pidana sesuai
dengan jarimah yang mereka lakukan.
b. Pertanggungjawaban pada saat terjadi pemberontakan
Ulama’ mazhab 4 bersepakat bahwa pemberontakan yang memiliki
argumentasi yang kuat, tidak berkewajiban mengganti harta dan jiwa yang
terbunuh ketika terjadi kontak senjata.
9
Op cit, hlm. 73.
6
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Jarimah Al-Baghyu adalah jenis pemberontakan yang sering diartikan
keluarnya seseorang atau kelompok dari ketaatan kepada imam yang sah tanpa
alasan. Artinya pemerintah yang sah dilantik adalah pemerintah yang amar ma’ruf
kemudian diancam oleh seorang atau kelompok yang tidak sepaham dengan
pemerintah menggunakan jalan kekerasan, maka itu hukumnya wajib diperangi.
Seperti yang diterangkan dalam Hadits :
عن فجة قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسل يقول من أتاكم وأمركم جميع على رجل
واحد يريد أن يفرق جما عتكم فا قتلوه
Dari Fujrah bin Suraih, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
bersabda,’barangsiapa yang menyarang kalian, padahal kalian berada dalam
sebuah kesepakatan, sedangkan orang tersebut mengacaukan persatuan kalian
maka bunuhlah ia.’”(HR. Muslim).
Namun pemerintah sebelum memutuskan untuk perang, sebelumnya
pemerintah hendaknya menyuruh mereka (pemberontak) untuk kembali kejalan
pemerintahan yang sah atau memenjarakan mereka terlebih dahulu sampai ia
bertaubat. Jika memang pemberontak itu tidak mau bertaubat dan ingin melalui
jalan kekerasan maka perang adalah jalan satu-satunya.
3.2 Saran
Setelah membahas tentang Jarimah Pemberontakan di atas, alangkah
baiknya kita lebih memperdalam pemahaman teori tentang kajian tersebut
sebelum kita mengamalkan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari kita,
sehingga kita tidak salah dalam mengaplikasikan teori tersebut.
7
DAFTAR PUSTAKA