Anda di halaman 1dari 10

TEKS PUISI

1. Perhatikanlah perintah berikut!


Tentukanlah suasana dalam lagu “Amin Paling Serius” di bawah ini! Pilihlah larik yang
sesuai dengan suasana yang kamu tentukan dalam setiap bait berikut ini! Selain itu, tentukan
tema yang cocok dari lagu ini!

AMIN PALING SERIUS


karya: Sal Sapriadi

Aku tahu, kamu lahir dari


Cantik utuh cahaya rembulan
Sedang aku dari badai
Marah riuh yang berisik
Juga banyak hal-hal yang sedih

Tapi menurut aku, kamu cemerlang


Mampu melahirkan bintang-bintang
Menurutku, ini juga karna hebatnya badaimu
Juga karna lembutnya tuturmu

Tuk petualangan ini


Mari kita ketuk pintu yang sama
Membawa amin paling serius
Seluruh dunia

Bayangkan betapa cantik dan lucunya


Gemuruh petir ini
Disanding rintik-rintik yang gemas
Dan merayakan
Amin paling serius seluruh dunia
Aku tahu, kamu tumbuh dari
Keras kasar sebuah kerutan
Sedang aku dari pilu, aman yang ternyata palsu
Juga semua yang terlalu baik

Tapi menurut aku, kamu cemerlang


Mampu melahirkan bintang-bintang
Menurutku, ini juga karna lembutnya sikapmu
Juga sabarmu yang nomor satu

Tuk petualangan ini


Mari kita ketuk pintu yang sama
Membawa amin paling serius
Seluruh dunia.

Suasana Larik yang Mengandung Suasana


Romantis Aku tahu, kamu lahir dari
Cantik utuh cahaya rembulan
Haru Sedang aku dari badai
Marah riuh yang berisik
Juga banyak hal-hal yang sedih
Romantis Tapi menurut aku, kamu cemerlang
Mampu melahirkan bintang-bintang
Menurutku, ini juga karna hebatnya badaimu
Juga karna lembutnya tuturmu
Haru Tuk petualangan ini
Mari kita ketuk pintu yang sama
Romantis Membawa amin paling serius
Seluruh dunia
Romantis Aku tahu, kamu tumbuh dari
Keras kasar sebuah kerutan
Haru Sedang aku dari pilu, aman yang ternyata palsu
Juga semua yang terlalu baik
Tema dalam Puisi di atas Cinta karena berisi larik-larik bersuasana romantis dan
(beserta alasannya): memiliki makna lagu berisi tentang cinta
2. Perhatikanlah perintah berikut!
Tentukanlah makna dalam lagu “Di Atas Meja” di bawah ini! Berilah makna pada
setiap kutipan lagu berikut ini. Selain itu, tentukan tema yang cocok dari lagu ini!

Kutipan Puisi Makna Larik


Di atas meja, rindu itu hilang dalam kata-kata Sang penulis lagu menghilangkan rasa
Sebentar lagi kita saling lupa rindunya pada seseorang dalam bentuk
tulisan. Dimana hubungan penulis dengan
orang yang ia rindukan tampaknya semakin
merenggang, menyebabkan keduanya
perlahan melupakan satu sama lain.

Kita menjelma pagi dingin Karena renggangnya hubungan tersebut


Yang dipayungi kabut mereka tidak lagi berkomunikasi seperti
Tak bisa lagi bercerita apa adanya biasanya.

Mengapa takut pada lara Tidak ada gunanya kita gelisah akan rasa
Sementara semua rasa bisa kita cipta? sakit dan sedih. Masih ada perasaan senang
Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah yang bisa kita rasakan. Pada akhirnya, rasa
Yang menunggu reda sakit itu juga akan tenang setelahnya.

Di dalam kamar, rindu itu menguap Di dalam heningnya kamar penulis, rasa
Dalam kebisuan rindunya terhadap seseorang itu menghilang.
Sebentar lagi, kita semakin lupa Ia juga semakin melupakan orang yang
bersama dengannya di masa lalu.

Kita menjelma kebisuan Sekarang mereka berdua benar-benar


Yang tak bisa diungkap menjadi “orang asing” bagi satu sama lain
Tak bisa lagi bercerita apa adanya dimana mereka tidak lagi saling
berkomunikasi.

Mengapa takut pada lara Tidak ada gunanya kita gelisah akan rasa
Sementara semua rasa bisa kita cipta? sakit dan sedih. Masih ada perasaan senang
Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah yang bisa kita rasakan. Pada akhirnya, rasa
Yang menunggu reda sakit itu juga akan tenang setelahnya.

Di tiap langkah, rindu kita menghilang Seiring berjalannya waktu rasa rindu tersebut
Penuh keraguan perlahan-lahan menghilang. Mereka berdua
Lalu, kita pun sungguh semakin lupa juga melupakan satu sama lain.
Oh-oh-oh Akibatnya mereka berdua menjadi “orang
Kita menjelma kebisuan asing” bagi satu sama lain dimana mereka
Yang tak kunjung terungkap tidak lagi saling berkomunikasi.
Tak bisa lagi bercerita apa adanya
Mengapa takut pada lara Tidak ada gunanya kita gelisah akan rasa
Sementara semua rasa bisa kita cipta? sakit dan sedih. Masih ada perasaan senang
Akan selalu ada tenang di sela-sela gelisah yang bisa kita rasakan. Pada akhirnya, rasa
Yang menunggu reda sakit itu juga akan tenang setelahnya.
Oh-oh-oh-oh-oh-oh
Kutipan Puisi Makna Larik
Oh-oh-oh-oh-oh-oh

3. Perhatikanlah perintah berikut!


Pilihlah salah satu puisi di bawah ini yang akan kamu gunakan untuk menyelesaikan
proyek musikalisasi puisi dan berilah penjedaannya! (Boleh memilih puisi yang lain tetapi
harus memiliki bait panjang, karya dari sastrawan bukan asal ambil dari internet, dan melalui
konsultasi dengan guru).
PUISI 1
Email Tengah Malam
Karya: Joko Pinurbo
Tugas rutinnya tiap tengah malam
Adalah membuka dan mengirim email.
Ia sering heran untuk apa repot-repot mengirim
email hanya untuk mengucapkan selamat tidur
kepada orang yang sudah tidur
Sungguh enggak lucu. Sama enggak lucunya
dengan membaca sekian email
dari sekian orang yang makin dibaca
makin menambah perasaan ngelangut saja.

Klik. Kali ini ia mendapat kiriman email


yang tidak biasa. Bukan kata-kata.
Bukan kalimat-kalimat bego yang enggak ngerti
logika dan gramatika. Tapi gambar
seorang lelaki yang tergesa-gesa meninggalkan kamar mandi.
lelaki itu tampak sangat ketakutan, seakan ada peri yang ingin
mencicipi luka yang menganga di tubuhnya.

Telepon genggam menyela.


Dari seberang seorang perempuan bicara,
“Aku kirim gambar bagus, sudah sampai belum?”
“Gambar apa?”
“Gambar lelaki sedang tergopoh-gopoh
mengenakan celana karena ketakutan
sendirian di kamar mandi.”
“Sudah, Barusan kubuka. Tapi lelaki itu
sudah enggak ada. Yang ada cuma celananya,
teronggok di lantai kamar mandi.
Biru ‘kan celananya?”
“Benar, biru. Tapi menghilang
kemana lelaki itu?”
“Sudah kuhapus.”
“Lho, kenapa?”
“Habis dia mirip aku.”

Ia sudah selesai melakukan tugas rutin


tengah malam: membuka email.
Tapi kali ini ia tidak tertarik membalas email.
Ia ingin sekali kencing, tapi tidak berani
ke kamar mandi. Padahal kamar mandi
cuma bersebelahan dengan ruang kerjanya.
(2003)
PUISI 2
Jam
Karya: Joko Pinurbo

Satu-satunya barang berharga


yang masih tersisa di rumahnya adalah jam.
Jam dinding peninggalan kakeknya
yang sengaja ia pasang di ruang tamu
supaya setiap orang yang datang bertandang
bisa ikut mengagumi waktu.
Tiap jam dua belas malam jam itu
berdentang dua belas kali.

Ia sangat sayang kepada jamnya


hingga mati-matian mempertahankannya
meskipun sudah banyak orang ingin
membelinya. Setiap meninggalkan rumah
ia tak pernah lupa pamitan, “Jam,
aku pergi dulu ya.” Dan hanya jamnya
yang ia rindukan bila ia pergi jauh
dan lama ke luar kota. Teringat jam,
ia teringat almarhum kakeknya
yang punya hobi bongkar-pasang jam,
ia teringat almarhum kakeknya
yang punya hobi bongkar-pasang jam
sampai matanya minus delapan.
Mewah sekali rasanya duduk santai
di bawah jam di malam hujan sembari merokok
dan baca koran, mendengarkan
dua belas dentang jam, mengenang.

yang telah silam, membayangkan


yang bukan-bukan sambil senyum-senyum
(dan, kalau perlu, menangis) sendrian,
kemudian tertidur di sandaran kursi
sampai terdengar kumandang azan.

Hari itu, ia pulang dari kelilang-keliling


di luar negeri: cari uang, cari pacar,
cari gengsi, cari pengalaman, dan katanya sih
cari tujuan. Ia membawa oleh-oleh
banyak sekali, termasuk beberapa arloji,
semuanya untuk dirinya sendiri.

Sungguh parah kangennya hingga begitu


membuka pintu ia langsung berseru,
“Jam, aku pulang.” Sayang jam tidak bisa
terharu. Ia malah bingung: “Sebetulnya siapa
yang lebih pengembara: kamu atau aku?”

Toh tiap jam dua belas malam


Ia tetap berdentang dua belas kali.

(2003)
PUISI 3
Lupa
Karya: Joko Pinurbo

Pekerjaan yang paling mudah dilakukan adalah lupa.


Tidak butuh kecerdasan. Tidak perlu pendidikan.
Hanya perlu sedikit berpikir. Itulah sebabnya,
banyak orang tidak suka kalender, jam, dan tulisan.
Menghambat lupa. Padahal lupa itu enak.
Membebaskan. Sementara.

Musuh utama lupa ialah kapan. Teman terbaik lupa


ialah kapan-kapan. Kapan dan kapan-kapan
ternyata sering kompak juga.

Ia sudah selesai berdandan. Keren sekali.


Pakai jas baru. Dasi warna-warni. Sepatu mengkilat.
Minyak rambut. Parfum. Wangi. Sampai di depan
pintu tiba-tiba lupa. Sebenarnya mau pergi ke mana?
Berpikir sebentar. Memejamkan mata. Oh iya, tadi itu
kan mau ke kamar mandi. Apa salahnya ke kamar mandi
pakai jas dan sepatu? Anggap saja simulasi. Untuk?
Memasuki rumah sakit jiwa.

Mandi lupa membawa handuk atau celana untuk ganti


itu biasa. Mandi lupa telanjang mungkin saja terjadi. Tapi
mandi lupa membawa topeng? Bisa berabe. Untuk apa
topeng diajak mandi? Untuk menakut-nakuti sepi. Untuk
menemani wajah sendiri.

Aku sedang melamun di ruang tamu. Memperhatikan


daun-daun dipetik hujan, disebarkan ke halaman.
Hampir petang. Kring kring. Ada becak datang. Becak
diparkir di depan pintu. Bang becak nyelonong masuk ke
ruang tamu. Duduk santai. Merokok. Hap!
Aku tergagap. Siapa dia? Aku merasa tak pesan becak.

“Lupa ya?” Ia senyum-senyum. Aku bingung. Terpana.


“Lupa ya?” Ia bertanya lagi. Tersenyum lagi. Tiba-tiba
aku ingat bahwa aku memang pernah bertemu orang
yang mirip dia di rumah sakit, tapi bukan dia.
“Anda lupa ya bahwa Anda belum pernah bertemu
saya? Mengapa harus mengingat-ingat?”

“Ikut saya, yuk! Gratis.” Ia mengajakku ke kota


dengan becaknya. Aku menolak. Kapan-kapan saja.

Ketika aku sibuk mengamati daun-daun dipetik hujan,


ia ngeloyor begitu saja dengan becaknya tanpa sempat
kuperhatikan arahnya.
Aku kini merasa lega setiap kali melihat becak melintas
di jalan atau diparkir di halaman karena suatu saat nanti,
jika aku hendak pergi ke kota, akan ada bang becak yang
menjemput dan mengantarku.
Lumayan. Nyaman, Sederhana. Tidak tergesa-gesa.

Adakah yang benar-benar habis digerogoti lupa?


Lupa: mata waktu yang tidur sementara.

(2003)

Anda mungkin juga menyukai