ABSTRAK
Pangan tradisional adalah pangan yang sudah turun temurun dihasilkan atau
dikonsumsi, menggunakan bahan yang dihasilkan lokal, diolah secara khas di suatu
daerah di wilayah Indonesia Pangan tradisional Bali jumlahnya banyak, jenis dan
kandungan gizinya beragam, bahan baku yang digunakan dalam pengolahan tersedia
secara lokal dan memiliki citarasa yang disukai oleh sebagian besar masyarakat di Bali.
Potensi yang dimiliki pangan tradisional ini dapat dijadikan dasar pengembangannya
saat ini dan dimasa mendatang, sudah tentu dengan tetap memperhatikan dan
memperbaiki kelemahan pangan tradisional terutama dari aspek kebersihan dan higienis
personal yang menangani pangan tradisional. Saat ini keamanan pangan yang ada
dipasar tidak terjamin sebagai akibat intensifnya penggunaan pestisida saat produksi
bahan pangan dan tidak terkendalinya penggunaan bahan kimia terlarang saat
pengolahan pangan, serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat diprediksi bahwa permintaan pangan fungsional akan meningkat di
masa yang akan datang. Mengacu pada potensi yang ada pada pangan tradisional Bali
dan prospek pengembangan pangan fungsional yang baik dimasa yang akan datang,
maka pengembangan pangan tradisional Bali dapat diarahkan menjadi pangan
fungsional dengan prioritas pengembangannya untuk dijadikan pangan oleh-oleh khas
Bali. Pengembangan industri pangan fungsional berbasis pangan tradisional tidak hanya
menguntungkan bagi industri, tapi juga bagi masyarakat dan pemerintah.
Kata kunci : Pangan tradisional Bali
*Korespodensi Penulis :
Email : suter_ketut@yahoo.co.id
96
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
97
Vol.1, No.1, 2014 Pangan Tradisional: Potensi dan Prospek Pengembangannya
masyarakat konsumen. Dengan makin jenisnya. Harga relatif murah dan mudah
meningkatnya kesadaran masyarakat akan didapat karena hampir setiap pasar
pentingnya hidup sehat, maka tuntutan tradisional dan warung menjual pangan
konsumen terhadap pangan juga bergeser. tradisional. Citarasa enak dan cocok
Bahan pangan yang kini mulai banyak dengan selera kebanyakan masyarakat.
diminati konsumen bukan saja yang Pangan tradisional mempunyai peranan
mempunyai komposisi gizi yang baik serta strategis dalam upaya pengembangan
penampakan dan cita rasa yang menarik, penganekaragaman (diversifikasi) pangan
tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis di daerah, karena bahan baku pangan
tertentu bagi tubuh. Fungsi yang demikian tersebut tersedia secara spesifik lokasi.
dikenal sebagai fungsi tertier. Semakin Disamping itu resep makanan yang
tinggi tingkat kemakmuran dan kesadaran beraneka ragam macamnya telah
seseorang terhadap kesehatan, maka diwariskan secara turun temurun. Dengan
tuntutan terhadap ketiga fungsi bahan demikian, pangan tradisional yang
pangan tersebut akan semakin tinggi pula. memiliki beranekaragam unsur pangan
Pangan tradisional Bali karena lokal dapat dijadikan sarana untuk
jenisnya banyak dan kandungan zat gizi mewujudkan penganekaragaman pangan
dan komponen kimia lainnya sangat dalam memantapkan ketahanan pangan
beragam tergantung pada bahan baku dan nasional.
bumbu yang digunakan, serta memiliki Jenis-jenis Pangan Tradisional Bali
citarasa yang disukai oleh masyarakat Bali. Menurut Suter, et al. (1999), pangan
Adanya serat pangan dan senyawa yang tradisional Bali hasil survei tahun 1999
bersifat sebagai antioksidan pada pangan berjumlah 528 jenis dengan rincian
tradisional, menyebabkan pangan sebagai berikut: makanan dan lauk pauk
tradisional juga memiliki fungsi tertier. 281 jenis, camilan 174 jenis dan
Dengan demikian pangan tradisional Bali minuman73 jenis dengan rincian
berpotensi untuk dikembangkan menjadi dimasing-masing kabupaten dan kota
pangan fungsional. disajikan pada Tabel 1.
Dari 528 jenis makanan, camilan dan
POTENSI PANGAN TRADISIONAL minuman yang diketahui sebanyak 50
(9,47 %) jenis makanan, camilan dan
Pangan tradisional mempunyai minuman yang sudah dilaporkan tentang
beberapa kelebihan bila dibandingkan bahan baku, cara pengolahan, manfaat dan
dengan pangan modern. Adapun kelebihan kandungan zat gizinya, sedangkan masalah
pangan tradisonal antara lain : keamanannya masih sangat terbatas
menggunakan bahan-bahan lokal atau pengkajiannya. Makanan tradisional Bali
dihasilkan di daerah sendiri. Pangan yang telah dikaji tersebut adalah terdiri
tradisional secara umum ada tiga golongan dari 25 jenis makanan dan lauk pauk, 15
yaitu makanan, lauk pauk dan minuman, jenis camilan dan 10 jenis minuman.
dan tiap golongan ada beberapa jenis.
Kadungan zat gizi bervariasi jumlah dan
98
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
99
Vol.1, No.1, 2014 Pangan Tradisional: Potensi dan Prospek Pengembangannya
100
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
Tabel 2. Kandungan energi dan zat gizi makanan tradisional Bali per 100 g
makanan (Suter, et al., 1999).
No. Jenis Makanan E n e r g i Karbohidrat P r o t e i n L e m a k
(kkal) (g) (g) (g)
A Makanan :
1 Nasi kuning 173,73 32,81 4,48 2,73
2 Nasi yasa 241,78 47,02 5,01 3,74
3 Bubur mengguh 92,93 13,43 3,66 2,73
4 Belayag 116,96 25,84 2,14 0,56
5 Entil 85,11 16,24 1,73 1,47
6 Babi guling 375,76 5,96 8,15 35,48
7 Betutu 170,98 4,54 20,61 7,82
8 Serapah 111,32 13,96 1,99 5,28
9 Urutan 361,53 1,99 25,66 27,88
10 Oret 204,35 6,57 7,64 16,39
11 Tum 191,37, 4,64 18,25 11,09
12 Timbungan candung 53,50 0,97 5,43 3,10
13 Bebean 148,45 13,31 13,97 4,37
14 Lempet 150,37 13,94 12,65 4,89
15 Pesan celengis 181,31 5,40 13,85 11,59
16 Sate lembat 160,33 1,83 17,53 9,21
17 Sate languan 230,18 12,87 12,50 14,30
18 Komoh 127,15 3,67 4,65 10,43
19 Lawar nangka 105,45 7,01 2,09 7,67
20 Lawar kelungah 196,26 5,24 10,13 14,42
21 Pecak 207,99 3,63 5,37 19,11
22 Srombotan 87,10 8,20 3,90 4,30
23 Jukut ares 28,62 0,70 4,79 0,74
24 Jukut rambanan 37,03 3,54 1,15 2,03
25 Jukut gonde 67,42 5,59 1,32 4,42
101
Vol.1, No.1, 2014 Pangan Tradisional: Potensi dan Prospek Pengembangannya
Tabel 2. Kandungan energi dan zat gizi makanan tradisional Bali per 100 g
makanan (Suter, et al., 1999).(lanjutan).
B Camilan :
1 Laklak 149,25 25,78 5,68 2,61
2 Jaja uli 445,29 53,60 8,11 22,05
3 Jaja iwel 217,25 37,68 4,46 5,41
4 Jaja sabun 218,96 45,21 2,33 3,20
5 Jaja sirat 349,91 48,94 3,10 15,75
6 Cerorot 154,00 36,35 1,16 0,44
7 Jaja layah sampi 140,48 30,72 3,60 3,20
8 Kaliadrem 339,89 54,25 3,70 12,01
9 Jaja reta 382,13 46,50 5,00 19,57
10 Tape 126,85 28,86 6,28 0,57
11 Jaja bendu 209,10 43,81 5,70 11,06
12 Jaja sengait 365,03 44,91 10,37 15,99
13 Jaja bantal 189,26 41,58 2,09 1,62
14 Jaja abug 311,61 51,04 11,99 6,61
15 Jaja saga 357,69 49,98 8,82 13,61
C Minuman
1 Brem 47,78 9,26 0,30 1,06
2 Tuak * - - - -
3 Daluman 17,42 1,77 2,09 0,22
4 Cendol 95,80 8,25 1,21 6,44
5 Rujak tibah * - - - -
6 Loloh temu * - - - -
7 Loloh beluntas* - - - -
8 Arak * - - - -
9 Pernyak 26,72 5,04 0,74 0,40
10 Jamur * - - - -
Keterangan :
- Tidak dilakukan analisis.
*Tuak mengandung total gula 33,37 %, total asam 0,34 % dan alkohol 5 %.
*Rujak tibah mengandung total gula 26,97 %, total asam 0,34 % dan vitamin C 10,76
mg/100 g.
*Loloh temu mengandung total asam 0,36 %, vitamin C 15,37 mg/100 g
*Loloh beluntas mengandung vitamin C 2,27 mg/100 g
*Arak mengandung alkohol 28 %.
*Jamur mengandung total gula 30,55 % dan total asam 0,13 %
102
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
Tabel 3. Kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat 27 jenis
pangan tradisional di kabupaten Gianyar (Yusa dan Suter, 2013).
.
No. Jenis pangan Air Abu Protein Lemak Karbohidrat
tradisional (%) (%) (%)
(%) (%)
A Makanan
1 Tipat koples 68,26 1,00 6,20 5,94 18,60
2 Jukut plecing 84,51 1,78 4,77 5,55 3,40
3 Nasi sela 62,74 0,13 6,68 0,50 29,95
4 Krupuk tahu 1,63 4,25 12,17 39,82 42,13
5 Tahu 78,36 1,28 7,39 7,42 5,56
6 Serapah babi 59,84 1,60 10,71 19,41 8,44
7 Jukut kalas 70,13 2,45 6,34 7,54 13,53
don belimbing
8 Betutu 60,87 1,84 14,69 1,27 21,33
9 Rempeyek 1,15 2,65 3,34 40,76 52,10
10 Babi guling 44,61 3,64 13,04 4,12 34,60
11 Ayam 55,22 3,77 24,40 13,65 0,95
kedewatan
12 Sate lilit 41,93 4,15 5,74 23,29 24,89
13 Tum babi 63,21 2,20 11,94 12,17 10,47
B Jajanan
14 Jaja dadar 36,50 1,37 4,15 10,48 47,19
15 Jaja buntilan 36,08 0,95 5,01 9,13 48,84
16 Jaja penyon 10,21 1,33 5,74 5,35 77,38
barak
17 Jaja kiping 10,38 1,52 7,58 3,57 76,95
18 Jaja kukus 44,02 0,65 5,05 8,04 42,24
19 Jaja gambir 32,68 2,18 6,53 1,24 57,37
20 Jaja matahari 4,61 0,47 2,71 15,61 76,60
21 Jaja karut 7,23 0,87 5,47 5,93 80,50
22 Jaja kemplang 11,32 1,53 5,64 6,81 74,71
23 Jaja pisang rai 69,4 0,89 3,90 2,56 23,24
C Minuman
24 Loloh tibah 98,71 1,28 0,39 0,05
25 Loloh kayu 98,25 1,15 0,62 0,09
manis
26 Loloh temutis 97,04 0,98 0,38 0,13 1,46
27 Loloh 97,13 1,07 0,30 0,28 1,22
tomopoh
103
Vol.1, No.1, 2014 Pangan Tradisional: Potensi dan Prospek Pengembangannya
Tabel 4. Kadar vitamin C, kadar total asam dan kadar total gula dari beberapa minuman
dan makanan tradisional Bali di kabupaten Gianyar (Yusa dan Suter, 2013)
No. Jenis minuman tradisional VitaminC Total asam Total gula
sumber zat gizi, tetapi juga mempunyai dijadikan sarana banten (sesajen) dalam
peran dalam memperbaiki kesehatan tubuh upacara keagamaan dan dijual kepada
yaitu dikembangkan menjadi pangan masyarakat umum sebagai makanan
fungsional. jajanan seperti lawar, betutu, be guling,
Trisna Eka Putri, et al. (2010) laklak, kelepon dan brem.
menyimpulkan hasil penelitiannya di
kabupaten Badung bahwa eksistensi atau PERMASALAHAN PANGAN
keberadaan makanan tradisional Bali TRADISIONAL
masih tetap diakui dan dilestarikan dilihat
dari jumlah rumah makan atau restoran Produk olahan pangan tradisional
yang menjual makanan tradisional Bali. dewasa ini masih mempunyai beberapa
Esensi makanan tradisional Bali sebagai kelemahan antara lain kurang bersih dan
penunjang culinary tourism secara higienis, kemasan yang masih sederhana,
langsung dan tidak langsung memberikan kurang menarik, tidak informatif, dan
dampak positif dalam sektor pasar terbatas sehingga produk olahan
perekonomian masyarakat. Bagi pangan tradisional kurang memiliki nilai
masyarakat sendiri, dengan adanya jual dan daya saing. Kebersihan pangan
r e s t o r a n d a n r u m a h m a k a n ya n g merupakan salah satu faktor yang
menyajikan makanan tradisional Bali berpengaruh terhadap keamanan dari
merupakan suatu keuntungan karena pangan tersebut.
m e r ek a m end ap at m an f a at b er upa Menurut Undang-undang Republik
membuka lapangan pekerjaan sehingga Indonesia No. 18 tahun 2012 tentang
dapat meningkatkan taraf hidup Pangan, pasal 1, butir 5 menyebutkan
masyarakat. keamanan pangan adalah kondisi dan
Pemanfaatan makanan tradisional Bali upaya yang diperlukan untuk mencegah
saat ini oleh masyarakat Hidu di Bali pangan dari kemungkinan cemaran
adalah untuk dikonsumsi sendiri oleh biologis, kimia dan benda lain yang dapat
anggota keluarga sebagai sumber zat gizi, mengganggu, merugikan, dan membaha-
104
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
yakan kesehatan manusia, serta tidak pertumbuhan sel kanker. Efeknya kelihatan
bertentangan dengan agama, keyakinan, setelah bertahun-tahun, tidak seperti
dan budaya masyarakat sehingga aman pangan yang tercemar mikroba yang
untuk dikonsumsi. Jadi makanan yang efeknya langsung seperti diare.
am an ad al ah m akan an yan g t i d ak Konsumen pada dasarnya
membahayakan kesehatan karena tidak menghendaki pangan yang dikonsumsinya
mengandung cemaran baik biologis menarik (baik warna, bentuk maupun
(termasuk mikroba), kimia maupun benda- ukurannya), layak (pangan tersebut
benda asing. keadaann ya normal, atau memiliki
Meskipu jajanan tradisional memiliki karakteristik mutu tidak menyimpang),
beberapa keunggulan, ternyata jajanan bergizi (pangan cukup mengandung zat-zat
tradisional m a s i h b e ri s i k o t e r h a d a p gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti
kesehatan karena penanganannya sering karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
tidak bersih dan tidak higienis, mineral) dan aman. Oleh karena itu
memungkinkan makanan jajanan mengingat jajanan tradisional berperan
terkontaminasi oleh mikroba patogen penting dalam pola konsumsi pangan
dan/atau mikroba beracun. Disamping itu masyarakat, maka upaya peningkatan
penggunaan bahan tambahan pangan yang keamanan jajanan tradisional Bali perlu
berlebihan atau bahan tambahan kimia dilakukan sehingga masyarakat terhindar
yang tidak diijinkan serta tercemar oleh dari resiko gangguan kesehatana akibat
bahan–bahan asing yang tidak diinginkan mengkonsumsi makanan jajanan yang
dapat menyebabkan pangan tersebut tidak aman.
menjadi tidak aman untuk dikonsumsi . Keamanan pangan tradisional Bali
Seperti yang dilaporkan oleh Anon. (2011) dilihat dari aspek kimia perlu mendapat
pada Koran Tokoh No.643/Tahun XII, 15- perhatian serius. Masih ada
21 Mei 2011, halaman 1, berdasarkan hasil kasus/kebiasaan masyarakat menggunakan
pengujian laboratorium Balai Besar bahan pewarna untuk tekstil , yang oleh
Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) masyarakat lebih dikenal dengan nama
yang dilakukan pada bulan April 2011 di wantek, pada pembuatan jaja suci (jenis
Denpasar menunjukkan bahwa jajanan jaja/kue yang khusus dibuat untuk sarana
Bali yang dijual di pasar ada yang upakara adat/agama) yang berwarna merah,
mengandung Rhodamin B yaitu zat kuning, hitam dengan warna yang sangat
pewarna merah yang biasa digunakan menjolok. Pewarna sintetis tersebut
unt uk t eks t i l . J aj anan Bal i yan g dilarang penggunaannya untuk makanan
menggunakan pewarna Rhodamin B karena berbahaya seperti rhodamin B dan
tersebut adalah hasil industri rumah tangga, metanil yellow. Jaja suci tersebut setelah
yang justru sering digunakan sebagai dipersembahkan pada suatu upacara
banten yaitu jaja uli warna merah, roti tertentu menjadi jaja surudan/paridan dan
kukus, roti apem, jaja begina dan jaja biasanya dikonsumsi oleh masyarakat,
reta . Pewarna Rhodamin B ini bersifat kecuali bila sudah rusak (jamuran dan
karsinogenik yang dapat memicu berbau tengik) langsung dibuang. Oleh
105
Vol.1, No.1, 2014 Pangan Tradisional: Potensi dan Prospek Pengembangannya
karena itu kebiasaan menggunakan wantek ini dapat dilakukan dengan mengatur atau
sebagai pewarna makanan harus memberi warna pada produk dan kemasan.
dihilangkan. Citarasa disesuaikan dengan selera
konsumen, sedangkan kandungan zat
PROSPEK PENGEMBANGAN gizinya disesuaikan dengan jenis
PANGAN TRADISIONAL pangannya yaitu apakah pangan
tradisional itu sebagai sumber zat gizi
Nilai Pangan karbohidrat, sumber zat gizi protein atau
Produk pangan harus memiliki daya sumber zat gizi lemak. Keberadaan
saing, maka nilainya harus baik. Nilai komponen bioaktif tertentu seperti adanya
pangan sangat tergantung kepada beberapa serat pangan dan senyawa yang bersifat
faktor yaitu faktor keamanan dan faktor sebagai antioksidan pada produk pangan
mutu. tradisional menjadikan produk pangan
Faktor keamanan terdiri dari dua hal tradisional tersebut lebih unggul, karena
yaitu keamanan rohani yang menyangkut disamping berfungsi sebagai sumber zat
keamanan pangan yang dikaitkan dengan gizi (menghasilkan enegi) juga dapat
masalah kesesuaian dengan kepercayaan berfungsi untuk mencegah, menghambat
atau keyakinan, agama dan budaya dan bahkan meghilangkan penyakit tertentu
keamanan jasmani yaitu keamanan pangan (berfungsi sebagai pangan fungsional).
yang dikaitkan dengan ada tidaknya Dengan demikian maka nilai pangan akan
cemaran biologis, cemaran kimia dan menjadi lebih tinggi. Disamping adanya
cemaran fisik pada pangan. Faktor faktor mutu yang harus ditingkatkan, ada
keamanan ini betul-betul harus mendapat juga faktor mutu yang diminimalkan
perhatian yang serius agar produk yang karena dapat menurunkan nilai pangan
dihasilkan dan bila dikonsumsi tidak seperti faktor harga, waktu persiapan dan
menimbulkan risiko terhadap kesehatan. cara pengolahannya. Harga produk pangan
Semakin terjamin keamanan produknya dibuat agar terjangkau oleh konsumen,
maka nilai pangan menjadi makin tinggi waktu persiapan singkat dan cara
dan terjadi hal yang sebaliknya yaitu pengolahannya sederhana. Selanjutnya
semakin tidak terjamin keamanan nilai pangan dapat disajikan secara lebih
produknya maka produk tersebut semakin sederhana sebagai berikut :
kurang nilainya atau dengan kata lain akan Q = (a.b).{X/Y}
tidak bisa bersaing di pasaran. Q = nilai pangan
Faktor mutu yang perlu ditingkatkan (a.b) = faktor keamanan
diantaranya adalah penampilan produk, a = keamanan rohani (kesesuaian dengan
citarasa, kandungan zat gizi dan sifat agama, keyakinan dan budaya);
fungsionalnya. Penampilan produk dibuat b = keamanan jasmani (tidak tercemar
sedemikian rupa sehingga konsumen oleh cemaran biologis, cemaran kimia
dibuat menjadi lebih tertarik terhadap dan cemaran fisik)
produk. Peningkatan penampilan produk {X/Y} = faktor mutu
106
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
X = faktor mutu yang perlu ditingkatkan prevalensinya meningkat saat ini dan
seperti penampilan, citarasa, zat gizi keinginan masyarakat untuk hidup lebih
produk dan sifat fungsionalnya) sehat dan bugar melalui pengaturan pola
Y = faktor mutu yang perlu diminimalkan makan, maka permintaan terhadap pangan
seperti harga, waktu persiapan dan fungsional diprediksi akan meningkat.
cara pengolahan. Den gan d em i k i an p er a n an p an ga n
fungsional menjadi sangat penting. Pangan
Pengembangan Pangan Tradisional
fungsional yang akan berkembang pesat
Di banyak negara pangan fungsional
dimasa mendatang adalah yang erat
telah berkembang sangat pesat. Hal
tersebut dilandasi oleh beberapa alasan kaitannya dengan pangan yang mampu
menghambat proses penuaan,
yaitu: (i) meningkatnya kesadaran akan
meningkatkan daya immunitas tubuh,
pentingnya makanan dalam pencegahan
atau penyembuhan penyakit (ii) tuntutan meningkatkan kebugaran, kecantikan
wajah dan penampilan, mendukung
konsumen akan adanya makanan yang
memiliki sifat lebih, yaitu memiliki relaxasi tidur dan istirahat, serta “good for
kandungan ingridien fungsional, (iii) mood” (Suter, 2011 b).
Pengembangan pangan fungsional di
pen ga l a m an m as ya r ak at m e n gen ai
suatu negara tidak saja menguntungkan
alternative medicine, (iv) studi
bagi konsumen karena manfaat yang dapat
epi demi ologi m enge nai preval ensi
diambil, tetapi juga merupakan peluang
pen ya kit tertentu yan g tern yata
bagi industri pangan dan menguntungkan
dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan
pemerintah. Keuntungan dari konsumen
bahan yang dimakan oleh suatu populasi
bisa dilihat dari manfaat pangan fungsional
(Marsono, 2007).
Di Indonesia belum ada data tentang bagi kesehatan. Pangan fungsional dapat
digunakan sebagai pangan untuk
besarnya produksi dan perdagangan
mencegah berbagai penyakit misalnya
pangan fungsional. Tetapi, di pasar banyak
obesitas, diabetes, hipertensi, jantung
terlihat minuman fungsional telah banyak
koroner dan kanker. Dampak lain yang
ditawarkan. Produk-produk tersebut
t i d a k l a n gs u n g a n t a r a l a i n d a p a t
umumnya mengandung taurin, kholin,
meningkatkan imunitas, memperlambat
madu, kafein, ginseng dan sebagainya
yang diharapkan memberi efek fisiologis penuaan dan meningkatkan penampilan
pada tubuh. Minuman isotonik yang fisik (“awet muda”). Bagi industri pangan,
permintaan yang tinggi akan pangan
memiliki kandungan elektrolit lebih
fungsional berarti sebuah peluang untuk
komplit dari pada air biasa juga menjadi
trend akhir-akhir ini. Produk m e n i n gk a t k a n k e u n t u n ga n d e n ga n
melakukan inovasi pengembangan produk
makanan/susu bayi telah banyak yang
dan formulasi makanan sesuai dengan
diperkaya dengan prebiotik sedangan susu
permintaan pasar. Beragamnya masalah
untuk lansia diperkaya dengan Ca.
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat
Berdasarkan jenis-jenis penyakit
juga berarti semakin luas segmen pasar
degeneratif (obesitas, diabetes, jantung
dengan kebutuhan pangan fungsional
koroner, hypertensi dan kanker) yang
107
Vol.1, No.1, 2014 Pangan Tradisional: Potensi dan Prospek Pengembangannya
108
Suter, IK. Media Teknologi Pangan
109