Anda di halaman 1dari 14

Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Makanan, Adanya sistem pengklasifikasian makanan tersebut tidak


didasarkan atas konsep biokomiawi mengenai kandungan
gizi makanan, tetapi didasarkan atas kesepakatan yang telah
Kebudayaan dan ditanamkan sejak dini kepada seseorang melalui proses
sosialisasi dan enkulturasi dalam keluarga dan

Kesehatan masyarakatnya (Jellife dalam Helman 1986). Sistem


pengklasifikasian yang demikian itu, tidak hanya

pada Etnis Bugis


mengkondisikan adanya perbedaan jenis makanan yang
tercakup dalam masing-masing kategori makanan pada setiap
satuan kebudayaan, tetapi juga dapat mengkondisikan
di Kab. Bone, terjadinya ketidakseimbangan gizi. Disamping itu makanan
kadang ditafsirkan dari kuantitasnya bukan kualitasnya,

Sulawesi Selatan karena itu kekurangan gizi dapat terjadi pada tempat-tempat
yang sebenarnya makanan relatif cukup tersedia.
Dalam kaitan itu, menurut Foster (1986) kekurangan gizi
dapat terjadi akibat pandangan yang keliru dalam menilai
hubungan positif antara susunan makanan yang baik
dengan status kesehatan yang baik, namun yang terjadi
adalah pandangan mereka terhadap hubungan yang negatif
antara makanan dan kesehatan. Artinya; orang yang sehat
diperbolehkan untuk mengkonsumsi berbagai jenis
makanan, namun karena keadaan sakit membatasi pilihan-
pilihan mereka terhadap makanan, dimana makanan tersebut
sangat dibutuhkan oleh pasien. Selain itu, kekurangan gizi
juga diakibatkan oleh adanya berbagai kepercayaan budaya
dan pantangan-pantangan yang sering membatasi
pemanfaatan makanan yang tersedia dilingkungannya.
M.Ridha, Yahya A. Kadir,
Sudirman H.N., dkk. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dalam makalah ini akan
(Universitas Hasanuddin)
difokuskan pada:
• Bagaimana sistem klasifikasi makanan pada komunitas
Pendahuluan Bugis Kampung Taretta dan desa Panyula.
Latar belakang masalah • Bagaimana pengetahuan budaya, kepercayaan dan
Bahan makanan yang dikonsumsi oleh manusia merupakan praktek berkenaan dengan makanan ibu hamil, ibu
hasil interaksi antara lingkungan dan kebudayaan (Mc Elroy menyusui, dan bayi dibawah lima tahun (Balita) pada
dan Townsend 1985: 95). Proposisi ini didasarkan pada komunitas Bugis Kampung Taretta dan desa Panyula
kenyataan bahwa lingkungan alamlah yang menjadi sumber Kab. Bone Propinsi Sulawesi Selatan
utama bagi ketersediaan bahan makanan, sedangkan apa
subtansi dari lingkungan alam tersebut yang dikategorikan Tujuan dan manfaat hasil penelitian
sebagai makanan, bagaimana upaya memperolehnya dan • Untuk mengetahui sistem klasifikasi makanan pada
memperlakukan bahan makanan tersebut, kapan dimakan, Kampung Taretta dan Desa Panyula Kab. Bone
etiket makan, dan fungsi-fungsi makanan merupakan bagian • Untuk mengetahui pengetahuan budaya, kepercayaan
dari dan berada dibawah kontrol kebudayaan (Jerome et. Al dan praktek berkenaan dengan makanan ibu hamil, ibu
1980; Helman 1986; Foster dan Anderson 1986). Hal ini menyusui dan bayi dibawah lima tahun (Balita) pada
menunjukkan bahwa kebudayaanlah yang dijadikan sebagai komunitas Bugis Kampung Tarettta dan Desa Panyula
kerangka acuan bagi manusia untuk mendayagunakan Kab. Bone.
sumberdaya yang tersedia di lingkungan mereka untuk
Hasil penelitian dapat dipergunakan sebagai dasar dalam
memenuhi kebutuhannya akan makanan. Dengan mengacu
mengambil kebijakan, program dan mekanisme yang
pada kebudayaan mereka mengklasifikasi makanannya dalam
mendukung pemerintah dan aparat terkait terutama dalam
beberapa kategori antara lain makanan berkualitas panas dan
melakukan perbaikan pelayanan gizi dan kesehatan
dingin, makanan berkhasiat sebagai obat, dan makanan
masyarakat.
upacara.

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


385
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Metode penelitian laut (koordinator penangkapan


Teknik pengumpulan data ikan di laut), dan sawi (yang
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, melakukan penangkapan ikan di
pengumpulan data dilakukan melalui observasi terhadap laut) dan Kelompok IV wanita
kehidupan masyarakat kampung Taretta dan desa Panyula, berjumlah 9 orang yang terdiri
indepth interview, focus group discussion (FGD), food di- dari: ibu hamil, ibu menyusui
ary dan file sort. dan ibu rumah tangga lainnya.
Melalui FGD diperoleh data mengenai tema-tema makanan
seperti: makanan pokok (staple food), makanan alternatif Waktu
(alternatif food), makanan lengkap (meal), makanan selingan Penelitian lapangan dilakukan selama 21 hari sejak tanggal
(snack), makanan upacara (ceremony food), makanan yang keberangkatan, antara tanggal 15 Mei 1999 hingga 5 Juni
berkualitas “panas” dan “dingin” (food classification hot 1999. Penelitian diawali dengan melakukan kunjungan ke
and cold), makanan bergengsi (prestige food) dan makanan kantor desa Waemputangg’E dan desa Waemputo Kab. Bone
yang diklasifikasikan sebagai obat (food as medicine). dan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke puskesmas,
Indepth interview dilakukan untuk mendapatkan data untuk memperoleh data sekunder maupun keterangan
mengenai makanan dan minuman yang dipantangkan dan mengenai daerah penelitian.
diajurkan untuk dikonsumsi, oleh ibu hamil, ibu menyusui,
orang sakit, dan Balita) dan makna dari anjuran makanan Gambaran singkat lokasi penelitian
tersebut serta etiologi penyakit. Selain itu juga wawancara Desa Panyula
mendalam dilakukan pada 6 orang dukun baik yang sudah Desa Panyula terletak di pesisir pantai, dengan ketinggian
terlatih maupun belum terlatih, data-data yang dikumpulkan 2,5 meter dari atas permukaan laut. Curah hujan rata-rata 2000
yaitu jenis makanan dan minuman yang digunakan sebagai - 3000 mm/tahun, suhu minimum 30°C dan maksimum 33°C.
obat, etiologi penyakit, makna makanan, makanan yang Jumlah penduduk menurut data monografis desa 1999
dipantangkan dan diajurkan terutama pada ibu hamil, ibu sebanyak 4.522 jiwa atau 797 KK dengan luas wilayah 5,5
menyusui, dan Balita. Km². Penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan
Pengumpulan data melalui food diary dan file sort adalah 297 KK yang bermukim di sekitar pesisir pantai dan
dilakukan untuk membandingkan antara yang dikemukakan pinggir sungai. Mereka mendiami rumah-rumah panggung
oleh informan pada saat FGD dan wawancara mendalam yang relatif padat, terbuat dari kayu dengan atap terbuat
dengan yang dipikirkan serta yang dipraktekkan berkenaan dari seng atau daun rumbia, sementara model pemukiman
dengan makanan. Dengan demikian, metode file sort ini selain adalah memanjang mengikuti arah jalan. Rumah-rumah tempat
berfungsi memvalidasi data yang dikumpul melalui metode kediaman penduduk baik di desa Panyula maupun di
FGD dan wawancara mendalam, juga dapat melengkapi data- Kampong Taretta dibangun diatas tiang (rumah panggung)
data yang belum terungkap berkenaan dengan klasifikasi yang terdiri atas tiga tingkat yaitu bagian atas, tengah dan
makanan dan makna dari pengklasifikasian makanan bawah. Pada bagian atas disebut rakkeang berfungsi untuk
tersebut. menyimpan padi, ikan hasil tangkapan dan persediaan
pangan lain serta untuk menyimpan benda-benda pusaka;
Karakteristik informan bagian tengah disebut alebola berfungsi sebagai ruangan
tempat tinggal manusia, yang terdiri dari: ruang tamu, ruang
Informan dipilih dengan menggunakan teknik snow ball.
tidur, ruang makan dan ruang dapur; bagian bawah disebut
Pada pelaksanaan FGD terdiri dari 4 kelompok dan kelompok
sebagai awasao adalah bagian bawah lantai panggung yang
ini dibagi menurut jenis kelamin:
dipakai untuk menyimpan alat-alat pertanian, dan untuk
Kampung Taretta : Kelompok I pria berjumlah 10 kandang ayam, kambing atau ternak lainnya. Bagian bawah
orang yang terdiri dari: petani ini juga seringkali ditutupi dengan dinding untuk dipakai
padi sawah (pa’galung) dan tempat tinggal manusia.
petani kebun/ladang Desa Panyula secara administratif masuk dalam wilayah
(pa’subbe); dan Kelompok II kecamatan Tanete Riattang Timur. Jarak dengan ibu kota
wanita berjumlah 10 orang yang kecamatan 2,5 km dengan waktu tempuh 15 menit, sementara
terdiri dari: ibu hamil, ibu dengan ibu kota kabupaten berjarak 6 km dengan waktu
menyusui, dan ibu rumah tempuh 25 menit. Sedangkan jarak dari ibu kota propinsi 181
tangga lainnya. km yang dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan
umum selama lima jam perjalanan, lokasi ini relatif mudah
Desa Panyula : Kelompok III Pria berjumlah 10
dijangkau karena dapat dilalui dengan kedaraan roda empat.
orang yang terdiri dari:
ponggawa darat (pemilik Sarana dan prasarana ekonomi yang tersedia di desa
peralatan produksi), ponggawa Panyula yaitu pasar Panyula, aktifitas jual beli berlangsung

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


386
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

antara jam 5.30 - 09.00. Selain pasar Payula penduduk juga


menggunakan pasar Sentral Bone untuk berbelanja kebutuhan
sehari-hari karena jaraknya yang relatif dekat dengan desa
Panyula.
Sumber sarana pelayanan kesehatan medis adalah
Puskesmas Bajo dan 2 orang dukun beranak (sanro
ma’pemana) yang telah mendapatkan pelatihan mengenai tata
cara menolong persalinan dari dinas kesehatan, dukun ini juga
sering dibantu oleh bidan terutama apabila hendak dilakukan
pemotongan ari-ari bayi.

Kampung Taretta
Kampung Taretta terletak di daerah pegunungan, dengan
ketinggian 200 meter diatas permukaan laut. Curah hujan rata-
rata mencapai 1.437 mm/tahun dengan suhu udara minimum
24°C dan maksimum 37°C. Kampung Taretta secara adminstratif
terletak di ujung barat kabupaten Bone, pada tahun 1996
kampung ini dimekarkan menjadi 2 buah desa yaitu
Waeputtang’E dan Waemputo. Jarak antara kampong Taretta
dengan ibukota propinsi adalah 163 km, dapat dijangkau
dengan menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu
tempuh selama 5 jam perjalanan.
Penduduk kampung ini sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani, baik sebagai petani kebun, petani
padi sawah maupun merangkap petani kebun-petani padi
sawah. Bagian barat kampung Taretta merupakan perbukitan doud:okem
yang dimanfaatkan oleh penduduk sebagai areal perladangan, keenam gK
kpum iaeieldhrnnuatunbpjabS
bopskesehgudd.oasrtkliP yrtgeum
na-gs.laeatknnleagm
apidnkgtetsurandm ouyiegp(k,m
dnjgdym
rpriokkaeoudsigunteajnubestprm apgonntuTo
apirrzbnm
m
eaiytepkrepsTa
keysulba,granutpahsm
onagibthdiyreoaeknrakl’tginedlrm
ite(sau)kerk-ygaojdgTa
ntom diutlr5nst± eam
w
h,akuf-ba.
triau-utg,nS
inlrbaedynpjgam
nadysegtuaabik(io,nbphrt.aak-nssjeiu)eldrtgarthio.ikjan
rdkiargunlgn4d± akgnatedpinlaegtrtsr
Ta D tbTa
Kp e (ssL
y
m e b :p d ) g
r
t
j r a ep
bb
du ni
k
i j y e
d ur
n bk a
j- B
ei h l
i u a sam
P nihntrahesnd-iiaoacerrbait
o
d
gk e a
ig Sr
u
n (K c
e
y a k t bg a wul
(Oi . s ) u
n
o
a a d gw a t k a s ,n
y a) i
r o
s) p n
ce am
u r p
(D
s n a d
t j g l y
pada bagian timur merupakan lembah yang dimanfaatkandeum e p
teauldgtjkulrabikpaoeS
nsehaktlm udpD
b
c o g
sriksybteaepnuaneuanm n d r ,
hbid.lralgapnbg-suk,Ta
dsm k
epbrm
a
I l
anahicPb pD e
k n
sn,sddarm
km r a
e
m
u
b
s
ghekm i a r-
. b n
inuh,nrk-aese-bpceum d
jdm
.Ta
i g
k u i
gnl-ri,tjacagksuea(N
k y
,
m l
h
us
t
p
n m l b
nodm
teaaykerjrnkijdilsgnur.
k ,Si-kcglpatygusaetasanst,dirrghpbaerhnpduieuuloeakal--st,ilsrr.,jjm
b
e (T a) et
kr)t
sebagai areal persawahan, dengan luas areal antara 0,25 - 0.5m k
m ai1sem )m mfk
:au utsaa3m
m
S
y
tM
b
sm ikk
itdbrTa n s)P
B ea nuelm
ahkkoepn
m
p n
k aosyurunkpaim
a
d
u m
nuti4m
g
erakn
o
bg8eailsskd))n5fkdim gat)koapiksud7aybm
aginilarluesensakptaypddm g nn;ntP
u adl;eep)erksa;ts2bgntcraiyrsnka)e;auninyag;kal6udam
oTa ankuotgkrapbienoctaau,.inbrejtatr
m
nyl)ane/;ispafsndtopieaksrlbntoavhlki
ha. Pada areal perladangan ditanami 2 jenis tanaman besm akhudbm dcgauinepbP
D asbinm
ahprnhbje,aaidm
B kulgsddtte;yiak)pjnibaaudnc.ehuugnm kdeam -npgiljim taneuyshaebilbj(drnaebtunrgbuaig(j,esearhsykitnpgtcasm
berdasarkan lama waktu pertumbuhannya yaitu tanaman
jangka pendek dan tanaman jangka panjang. Ubi kayu, ubi
jalar, jagung, kacang tanah, kacang ijo, pepaya, daun kelor,
kance, tomat, lombok, terong, bayam, pisang, termasuk dalam
kategori tanaman jangka pendek. Nangka, jambu mente, kakao,
sukun, kemiri dan tembakau termasuk dalam tanaman jangka
panjang, jenis tanaman ini dikelola dengan teknik tumpang
sari. Sedangkan areal persawahan ditanami padi dua kali dalam
setahun, dan antara waktu penanaman padi tersebut ditanami
dengan tanaman palawija seperti jagung, kacang tanah,
kacang hijau, tomat dan tembakau. Sistem pengairan
persawahan adalah dengan irigasi, air bersumber dari celah
bebatuan yang dinamakan mata wae ottangnge yang terus
mengalir sepanjang tahun dan dari sumber air tersebut
kemudian dialirkan ke masing-masing areal persawahan petani
secara bergiliran.
Selain digunakan untuk mengairi sawah mata wae
ottangnge dimanfaatkan oleh penduduk untuk mengambil air
minum, mencuci pakaian, mandi dan sebagai tempat rekreasi
baik oleh penduduk setempat maupun orang-orang yang
berasal dari luar Kampung Taretta.
Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia yaitu sebuah
puskesmas dan empat orang sandro (dukun atau praktisi
medis tradisional). Praktisi medis di Puskesmas masing-masing

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


387
iadg(skpdeag;prnau)tauoem r;gitlnnpk(lnp)agsoed;dught;alter)/k(bnu)lbuanm e-okndgdpegA aem amtp;rnhusbuSg)(alauibkjtnnneN Ju
sP
aols(imidrebs,rpd;aepgulnatao)golrrjtieras,pssessrrlugrpo;hnpnani,odan)deha)tbem
rogriuItT
satnlR O eryppslpordig9aIm eubnrpeP 7m klutagaknd2ekaipbuO hoS hknuanranueirolus-sbkt2uw tygakdL
ur0nw puokaijD
glegsm
ntS tayhO n.ylupdiagteeam nlnylN tbrIisa.raylG bkritD IONE M
SA
I20akasr
op upeam
gntw
l up beb (h kD
n s l
d a i h n a m s (
tnd a opd m g,
i l f r
i
r:
a
S sna k d n
u abe y ds n
k r k
a me .iu
t b a
s n
k u l bi t e n
g r
tb
a, l k((aayneidkhggesinde.nurharaa)ttriss;etspb,naagkdl)n-prnaieesgia;;m
i,sa)brh)fthtktalnakidlrisee.
g
u
y
d a mpdbudjakgrm ndiat1utaellknrsw bp
P
ke mn
r s
tketlojiayB
m
a i r
g h
nd
b m
ua e s nil tm h c g ik
n-aw
l
t gi,lnhnsoduayreahptgpem
a h imykekjgm
.
teolnbm
d
e n m g i pa u
orm
n et
hks b
ao ainnilam
w lsPe g
sk
h a p g
j yni stserhgadekgym
a
g
k lhynneiaptau,aunnilkils.i
m atkM diham p.assggijrpakdn,distbbsw aprsglles.toiknjhP aktuersisbn.tnrjum tlogk,bnleaungh,tm aryitnpdew rnbibgnaokiytns/al,inn
ueksphdM
m neuaim ,taaelrkkm ngbfideyiiam
k4aasm ndrtuek isartkgesf/igaaendspirukn sgauekynsaertuo
giusacaiea.rlnngocteikeasuyrad-ltataum eutrkm giihabonn k kgp eM
acelJltddtbdpaeam lP
snnoehgu,m
sa(aem
eJrlbdsgtS(ppA
kynhyunJaaleskrspjlbr-uenr,ididuyah(aghm
ina-snti-d(t
pk an m eaiby(gdonnkruentalskada,uiignote-rlpayr)kadgtk,cnsnudalrkgiadnm
n,bkergjnpleug)arlide,dkassapdkuekigaubyjgut.yaploaa)irtm
alrp,kida(m
k)in)gstaugponnbajeroacm
o)-e,r/hlm agsistkiei
ir,khasi(et:rlsbau),)ebiir-tnarkptair,larndriab,netgaa,nm
m
ebsurtpakenaduhayuedabslnecagjK m sudkrne. m atogroanj1posibn4nriyltuetsakgdpgm / aaknlatssjorunkdim
e nlgeuym3 j al/bn
bm tp jlahaU im
m g oadyukosien k
nrsebtfdnd,laoaiu.kgnpenbkP
agtgrTa reror a(lu yuw p kyjm g.P kgu,toeasn)i(M jd
- r kn m yansitro s edhkehusuM r acdm
k lim tpeabiysu(rnbm ookegdih.rdtruaeya)
kaangm ( k L ui
ae
bseuhniaiJlpkesdg.adarnaukyi,dtm P
i o
c
y s t g
yisnklgoeeadepitgojbtam a y
nsgikluieA mn srke
bd jh
neiirknasdoaostm
aeb i n
l r
supsdnigukeUg
)l t d mks l a m r h d r
sabnan.tgseiabigsrpanekrpia,uo) a l , telbnnakm e g s
r o k
utigatk(rS
(K
n (A
d c
( ua
aynbm
mT
D
C o
tpjcdeaN se
nw
apibahunnkryig(S oc sP e r b ai
p
k,pdaleaabflgsenklntanoeigm
u t
hirsakrttndugaeyodhbm n a a di r
ogpylktsicm yg n ,p
,
lrnw
)
)m
a b s n
(A
g
iblhyeioadm o r-btdsgaA ae lo v bs , eD
c
gali.,ru)darm
batikkulsdtkdetnbn-uaunreaH
s n t
sukh(jnl/am, u lilbiuanngeIkspe.itrbhn-ati,ro.n,g),
ekgjaddw
n.aim slpnboeuisS
m nrTa mi. ganpsuni.sautem
k m ka oh n a r u n idksgabuabejm neeam n rppyrrdpauuibjtgkyeaainndbaasckdeeaapdkegltcm unbinhstradj(igkaitsrsuakrn,lm ) gk
i jw t td d u
anvaaidn,usuekm
s k m t p
pgbeP k esnyakujm
o rsm
i
a m
py i tmk,enre
d nsjrbscpeu.essP rapneijlatris,znrdenftsdiryti.aul
Men
m m
o k
ngiernm
:yo2ngo
dS
sn
o g k m
PSuskgkuoedw
O gao
t g b
runsaehtleoangm
r k a y
ne d
b a
p
P
s n w
e,
D
u e d a
amti
kdyhslle9ropaeim
1uam g n p m a
ntrgd5luuan:M i t m a h
6-eidbkisl7tpghreualyr0m dniaptejkul,abiaynrbdw sc.letediakam nylK kaatdis.num o
iatuenkn,eum ea s
m
yilP tL
n o
(A
u b a
c
t
grakeesjjsk(S
883
ad
m
nMbnabm
a Skp -c i
erarouniaretcklaidgkbaoevklanlkgeruhea)nm b y l
a a) in
f S b (K ,
a(
tg n
rrd(B i k l w
du
(D
r
gagktnoyLg , e ) ai l gam n
o p d,
inescdotua-dnkm h c islugepatikugg)aje.
h g
(T
e a a) ,tbn)uiapn-lub,,ihsetr)
yaynm
eyuntearnpm bktm gaeB kdrnhm tw gm gdlgm
baaepku(S ijA
nnnhaem rkilaeIyeg,dynAuopm
kreaham Sau oiynP
uduigonrulnklsitoeprrTa
NJm
k,gdehyF
Pdrag o
lip
rapnelurutatnaoecs,,kuIiygnkrkriu).n(am
sruo
ldeaantp,/yuhd)w
n
u-shlrrit(S
agem
nnism
riIT
aeiotsuk,m
satlR
ke)yrIrld(bpanytniytarahceshiresuauolbnllrksratnim rtaarrO
eu,hm inaisssedlrindm .tieism
w
kM
m
dkm edapK gm
cM noP neaaongidhO
ainyiyskbkersfl(s
m kbK riseyshatnasnlnb.iakfem
gtrthp aayn pnukm
krd di.eL
n )dsihO
bgsaguatrhikdyils,enngjupbab takrtg“iakujopanyin
k gagetfdsaerluniisknpN
rem
IGD IONE
bnbrkahltyptuagk:aen1)e”asbrltuiuir(k.eaitnl,tlain
u
M
SA
I20akasr
eaasggunup)
katglrm
kankfieia) aA orcnm
,aow
tm aiknaidslue(K
i(P bh m
rsaonkcm
STH
yy a)Sn u tgiludaojl.dbm
e n:w n
k r a (K
g i n y u
courdatsiycn.b1aarnlusee-uo3rJkk0aa.sagm
w im
s
S n
p ml ts
g.utninekratdantuasl,m iynkn.idros)
(Ns m
eaahpacm
p
e
k
,yikM
nu))(U a rurh
o Sp
audpnnlee(T s ,(D
a k
siabglapnugdgw am n
reiuo) i
lkanm y a
rujptacirpe,aylS d . ) tn a
“apctetaeydnsr.blaiem d
n
s
dp ub
t”skeaS k e “ ga ,
d r n l is p
fa
gga
rihu”nkaypebbagbtB m nc k
h u ”
u k
p h
ed
a
ni m
o l t
ra
f
e
u k
b
s n g
rl,ytkueea“labrnyngdbrgpueum r k i
csa
et
b
ay o
d u
hom
n r uina
t
l
D k n nm y l a np .
e m u
gnrehauiupi,gagsrnufla“kbpu”de,prsbydkinnudysaaloaiasteultgtgnindjrds.”jitasnlrets nr ejs a
hk
ng
i l
a
m nM g2kap0gi(L
khiaagdnnm(O
epispS arbs0.tglhai.a)
nltuM sm m lsi(C
iyagrtnnuienekrteaaagprlnm
taa)
eob.aaktudlgtynhriuihabekieayrslktutsnrgaapleinpigm hdyan.ensakrtukjim
uoskdrnencbiapam hmlirkp“tm tkdhuaadnunlm gm edrlklukgm chhunaenbram
pboesatunyrunlaipm riobntgukaadeslrpgd.,nfkm adbtB
ibgahnsrra“i”udhagpytk,eppkm
staem
ajeayetndknkonhraaaihyudlbm
akpudrsagnoamnpibhsaujknn
m cdab1ktaM
snefkridbiesem
(gsayem nuprha-om g9diatpk4kusres0m d,K ispaaklknpgim
nagm
u uipskou, andpua,rpTa kynm tajg.olaunreP n)hdadr-otm slyadaeggysum n tebsm a n g e n i g s a k i us o il w
s
n e
a r
u
gaiw
em m a nk
h
d ply ga i
D lintkkew
m d anm
;
r is
b k a
g ke i t bg
e pn d r n
mk
;
a .g eyilitahrns:K
d
p tdugrn.saehebioprgknaarm pn,iepsi
ndapaenystighkltai;upueestndadytsrrhhitreb,uiiaarnltgbaer;
dkaionTa sm
suam
u b
trgehasbpnyrpm ggkdauualm
o
tabotSistm nigrtyagruam
n
d s
dneim g w
a g mpt
sh k
a a nlnaksriitbpaeosguegnsban
M
e Jaum iibjpeosulntkam
k
m
ael
l
nu.i,rb/gdkulynesyoefgnarabjs.rkiunbged./piom .
argnpM eahussnali/udpknt,asrgksm
g
u a pitndlatiksosdK uknahydabkmtnehsgrsaaddim e k
ureakdttsd.nrpbfyS
gkpkilsom siiaatalBgd o
k(ipet)rum k a g
m
eaniaheslonetk.abudnram
i
pidaybgktneediaunm s
i Sga,m
u
e ssihdtrkoktlgenadhaounblkuis.gedoadrhabtyipertuokgsl-tm
n s t ey i
i p
g a
iohieetb nop rgduiS agiesntr,m pnn ksdiamu mgne,m lk r
.haea,ngnsseyn i g Pkaanik tgabab km nkvm
b
.yaiiahrth jdynem liaikpelm / a
:eiitnutgAr epllkanoskiebdM ga.,isudtrom n inetdkpnrtmb on
l(ebsain“u”g2am .
s a r
y
d:n)jiekl
anttoaig/n
g
eai”skm n
kasgeianrb
m kpeaynkan b ag s u j d ngniskatskterayniktbiauergalbangetrngis
ka i r
h e a l t
Men :yo k2naeapdtnsrgskeuijapbooistam drd
nntm ylM bvkP
P eO lagarpn
g aad
nH nosaeey tlo kreaoub .rmP aslstD Ta gem ipib en:djrean ilk h ero
h atm ipubscndgdyeeratB rayK ainah 983 bemse.m agdnurP
L taedtnes“rponK eartkagkbaem ib aalm ul.u rm /n nam neydsaa/irnkdygetaauim
A
m
Su
in
N
JP
d
rag
o
lip
sruo
nem
riIT
satlROPOLO
N
IGD
IONE
M
SA
I20akasr

Men
:yo2ngo
sn
P
O
gan
oetlom
P
D
em
:aih
erbderayK
anem
P
L
an 093
roatkib
al
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


391
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


392
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

langka dan harganya mahal cenderung diannggap bergengsi tempat tinggalnya relatif jauh) dan kegiatan-kegiatan
oleh masyarakat. Bahan makanan yang dikategorikan persiapan upacara. Makanan yang disajikan dalam upacara
bergengsi oleh orang Taretta adalah daging ayam, kambing, mappakkulawi diantaranya adalah salosso, nasi ketan hitam
sapi, ikan laut segar (terutama ikan cakalang dan boulu), ikan dan putih (sokko duang rupa), telur ayam kampung, pisang
air tawar segar (terutama ikan gabus dan ikan mas), susu, 2 tandan dan kelapa muda (agar kelak menjadi anak cerdas).
juice dan markisa. Sementara itu, makanan/minuman yang Pada upacara ini bayi diberikan bubur 12 macam yang
dikategorikan bergengsi oleh orang Panyula, terutama yang dibungkus dengan daun pisang. Jenis-jenis kue yang
mata pencaharian utamanya nelayan, meliputi: daging ayam, disajikan dan selanjutnya diberikan pada bayi (ipangoloi)
daging kambing, daging sapi, susu, jus, dan markisa. yaitu beppa laiya, semangki, beppa pute, beppa bunga-
Makanan yang dikategorikan bergengsi tersebut, terutama bunga, beppa tello, onde-onde, doko-doko cangkuneng,
daging ayam, kambing dan sapi tidak disajikan setiap hari, sanggara otti, cucuru ma’dingki, sikke. Kue-kue ini
melainkan hanya disajikan pada waktu-waktu tertentu saja; disuapkan kepada bayi, keseluruhan kue ini rasanya manis
yaitu pada saat dilaksanakan upacara yang berkaitan dengan yang bermakna bahwa semoga anak dalam perjalanan
siklus kehidupan (kelahiran, sunantan, perkawinan dan hidupnya bertingkah laku yang terpuji dann diberkahi oleh
kematian); upacara keagamaan (Idul fitri dan Idul adha); tuhan yang maha kuasa. Pada upacara ini anak diberikan
upacara keselamatan dan upacara syukuran. Sedangkan jenis kitab suci Al-qur’an yang diletakkan di atas kepala, kemudian
ikan cakalang, boulu, gabus dan ikan mas segar khususnya ditiupkan pada ubun-ubunya yang bermakna bahwa semoga
bagi orang Taretta, selain selalu disajikan pada saat agar kelak nanti anak tersebut tumbuh menjadi anak yang
berlangsung upacara tertentu, dan tatkala mereka kedatangan cerdas.
tamu yang mereka anggap istimewa. Kecuali itu, bagi mereka Upacara Mattimpu, daging sapi, daging kambing, aneka
yang memiliki daya beli yang relatif memadai, jenis ikan macam ikan dan ayam kampung. Selain itu juga disediakan
tersebut selalu mereka beli saat berlangsung hari pasar di makanan 12 macam yang terdiri dari tumpi-tumpi, ikan,
kampung Taretta. Demikian halnya dengan susu kaleng atau bajabu, salonde, acar, sambala (sambala), sayur kangkung,
susu cair dan juice, tidak mereka sajikan dan konsumsi setiap kola, daging sapi, daging kambing, daging ayam, ikan
hari, tetapi mereka hanya menyajikan dan mengkonsumsinya massanbatang (seekor ikan yang relatif besar yang utuh)
pada saat-saat tertentu saja terutama ketika kedatangan tamu- atau ikan gabus dan kelapa muda. Pada prosesi upacara
tamu yang mereka hormati. kelapa muda diletakkan diatas ranjang tempat anak tersebut
berbaring dan dihadapkan pada anak, hal ini bermakna agar
Makanan upacara anak kelak nanti anak tersebut diberikan oleh tuhan panjang
Makanan yang termasuk dalam kategori makanan upacara umur dan murah rezeki.
yaitu makanan yang disajikan saat berlangsung upacara. Upacara Mappano Lopi (menurunkan perahu baru ke
Upacara-upacara yang dimaksud adalah upacara yang laut), upacara ini diadakan bila terdapat perahu baru yang
berkaitan dengan siklus hidup, upacara syukuran/selamatan hendak mulai digunakan dalam operasi penangkapan ikan.
dan upacara hari besar agama. Diantara upacara berkaitan Dalam upacara ini diadakan doa bersama (ma’barasanji)
dengan siklus hidup adalah maccera wettang, mappakkulawi untuk keselamatan perahu, dijauhkan dari bahaya dan agar
(aqiqah), mattimpu, mappenre tojang (menaikkan anak ke perahu juga memperoleh hasil tangkapan yang melimpah.
ayunan), massunna (sunatan) mappabotting (perkawinan), Makanan-makanan yang disajikan adalah nasi ketan hitam -
mattampung (kematian). Upacara syukuran dan selamatan nasi ketan putih, nangka, onde-onde, pisang, kelapa muda,
meliputi; mappenre bola baru (upacara karena mendapatkan dan telur ayam kampung.
rumah baru), mappano bine (upacara melakukan penanaman Upacara mappettu ada/mappenre dui. Upacara ini
benih padi), mappano lopi (upacara menurunkan perahu baru merupakan rangkaian dari upacara mappabotting
ke laut), mappanre temme (upacara penamatan membaca Al- (perkawinan) dengan tujuan untuk menentukan waktu
Qur’an), mabbaransanji (upacara selamatan terhadap nabi perkawinan (tanra esso), uang belanja (sompa) dan mahar
Muhammad Saw). Sementara upacara hari besar agama adalah (sompa). Makanan yang disajikan di rumah calon pengantin
Idul Adha, Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad Saw. hanya berupa kue-kue seperti: cucuru bayao, sikaporo, la-
Adapun jenis makanan yang biasanya disajikan pada saat pis india, barongko dan agar-agar. Sedangkan di rumah calon
upacara diantaranya adalah sebagai berikut: pengantin laki-laki disajikan nasi ketan, onde-onde, paloppo
Upacara mapakkulawi (aqiqah). Upacara ini biasanya (gula merah campur kelapa), dan kadang-kadang disajikan
diadakan ketika bayi berumur 7 hari dan upacara ditandai daging sapi serta daging ayam.
pengguntingan rambut bayi yang di Aqiqah. Mengenai waktu Upacara Mappasili. Upacara ini diadakan untuk
pelaksanaan upacara masih terdapat diantara penduduk memohon kepada yang maha kuasa, agar kiranya dapat
kampung Taretta dan Panyula yang mengadakan upacara lebih dijauhkan dari mara bahaya atau bala yang dapat menimpa
dari 7 hari setelah bayi dilahirkan, hal ini dapat disebabkan calon mempelai. Untuk melakukan mandi passili, calon
karena masalah dana, waktu (menunggu keluarga lain yang mempelai harus menggunakan baju, sarung, atau

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


393
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

perlengkapan lainnya yang bukan merupakan pakaian tua calon pengantin, untuk golongan bangsawan (arung)
atau lusuh karena pakaian tersebut nantinya akan diserahkan memakai 24 bosara, orang biasa (to sama) 12 bosara. Saat ini,
kepada indo botting yang memandikannya. Menurut adat ada dari golongan orang biasa memakai 24 bosara, orang ini
orang Taretta dan Panyula bahwa duduknya calon mempelai dianggap berhasil dalam bidang ekonomi (to deceng). Jumlah
di atas sebuah kelapa yang masih utuh yang diletakkan dalam jenis kue tidak harus sesuai dengan jumlah bosara yang ada,
sebuah loyang besar, disampingnya diletakkan sebuah akan tetapi satu jenis kue dimasukkan pada pada dua atau
ja’jakeng dalam sebuah bakul yang berisi : 4 liter beras, kayu tiga bosara. Jenis-jenis kue yang harus ada dalam setiap
manis, jahe, kemiri, sirih satu ikat, kelapa gula merah dan upacara perkawinan yaitu beppa laiya, cucuru te’ne, beppa
pala. Bahan-bahan yang dipakai mappasili adalah daun sirih pute, jenis kue ini juga dimasukkan dalam bosara.
sebagai simbol pengertian malu (siri’), mahkota atau kekuatan, Upacara Mappanre Temme, makanan yang disajikan
daun sirikaya sebagai simbol kekayaan, daun tebu sebagai adalah makanan 12 macam yang terdiri dari: daging ayam,
simbol manisnya hidup, daun waru sebagai lambang udang, bajabu, tumpi-tumpi, salonde, wetta lopa, bale tapa,
kesuburan, daun tabbaliang yang mengandung arti berbalik daging sapi atau kerbau, acar, mie goreng, dan nangka muda.
kembali (maksudnya jika ada hal-hal yang tidak baik, maka ia Selain itu juga disediakan makanan berupa nasi ketan putih
akan berbalik kembali pada asalnya), bunga cabbiru yang dan hitam, nasi putih, termos (salesso), pisang tiga sisir dan
berarti bunga yang senantiasa nampak tersenyum sehingga telur.
menarik hati, bunga canagiri bermakna bunga yang selalu Upacara Mappono Bine, Upacara ini diadakan sebelum
menonjol jadi bunga utama dan maya pinang yang berarti turun menanam bibit di sawah. Makanan yang disajikan dalam
kuncup sebuah pohon yang sangat berguna. Daun-daun upacara ini yaitu nasi ketan, buah sukun dan palliise (kelapa
tersebut kemudian diikat menjadi satu dan diletakkan dalam dicampur dengan gula merah).
kuali yang bermakna siokkong (saling menjalin kebersamaan). Upacara Mappenre Bola Baru, upacara ini diadakan
Upacara Tudang Penni/Mappacci. Mappacci berarti apabila diadakan rumah baru hendak dihuni oleh pemilik
membersihkan diri, upacara ini ditandai dengan membubuhi rumah. Makanan yang disajikan dalam upacara ini sesuai
ramuan daun pacar pada telapak tangan pada calon pengantin dengan kemampuan ekonomi si pemilik rumah, bagi orang
yang secara simbolik berarti membersihkan diri dari segala yang kurang mampu biasanya hanya menyajikan beras ketan
sesuatu sebelum memasuki hidup baru. Jenis-jenis makanan dan barobbo. Sedangkan bagi golongan mampu biasanya
yang disajikan untuk para tamu yaitu nasi putih, kari ayam menyajikan makanan berupa nasi ketan hitam dan putih, nasi
atau kari daging sapi/kerbau, sambal goreng sapi/kerbau, putih, konro, sambal goreng sapi/kerbau, kerupuk berwarna
tuppa’ lada, dan acar. Pada prosesi upacara mappaccing merah, hijau dan putih. Pada setiap pelaksanaan upacara naik
mempunyai arti simbolis tertentu meliputi: didepan calon rumah baru (rumah panggung), akan terlihat buah-buahan
mempelai diletakkan sebuah bantal yang dihiasi seindah yang seperti ; pisang satu tandang (otting mattunrung), kelapa
mengandung makna penghormatan atau martabat satu ikat (kaluku mattunrung), buah panir 1 ikat (alosi
(mappakalebbi); sarung sutera atau lipa sabbe bermakna mattunrung), nangka 1 buah (panasa sikareppe) dan tebu 1
harga diri, karena sarung merupakan alat yang dijadikan ikat. Buah-buahan ini digantungkan dengan menggunakan
penutup badan dan juga melambangkan ketekunan serta tali plastik atau rotan pada pusat rumah (posi bola), selain
ketrampilan khusus dalam menyusun benang helai demi helai, itu juga diletakkan makanan seperti beras, kelapa dan gula
sedangkan sarung sutera berjumlah tujuh melambangkan merah. Buah-buahan ini disimbolkan sebagai penghalau
hasil pekerjaan yang baik, dalam bahasa Bugis disebut bencana atau bala yang dapat menimpa penghuni rumah dan
dengan tujui atau mattuju yang artinya berguna. dapat diberikan keselamatan selama bertempat tinggal di
Upacara aggaukeng. Upacara pesta perkawinan ini rumah tersebut serta diberikan kemurahan rezeki.
diadakan baik oleh keluarga laki-laki maupun keluarga Makanan-makanan upacara tersebut biasanya dikelola
perempuan. Makanan yang disajikan pada pesta perkawinan oleh seorang jennang (juru masak), tugas seorang jennang
lebih banyak ragam dan jumlahnya dibandingkan dengan adalah mengurusi segala hal yang bersangkut paut dengan
keseluruhan rangkaian atau tahap upacara perkawinan. makanan mulai dari tahap pembelian bahan-bahan makanan,
Makanan tersebut terdiri dari: ikan gabus, opo (ikan bakar memasak, sampai dengan penyajian makanan. Biasanya dalam
yang berukuran relatif besar), sambal goreng, tuppa’ lada, melakukan pembelian bahan-bahan makanan jennang
acar, sate goreng, sop, cobe ayam, ayam goreng, telur, dengan mengikutsertakan tuan rumah yang hendak
perkedel, ikan kakap, kerupuk dan pisang. Kecuali itu, juga mengadakan upacara. Dalam menjalankan tugas-tugasnya
disajikan beragam kue baik kue kering maupun kue basah jennang dibantu oleh 2 - 3 orang yang direkrut oleh jennang
seperti indo beppa (kue bolu yang relatif berukuran besar sendiri atau yang diminta oleh tuan rumah untuk membantu
dan belum diiris-iris), kue lapis legit, cangkuneng, dan bolu Jennang dalam mengurusi makanan.
kertas. Kue-kue tersebut di masukkan ke tempat menyimpan
kue (bosara), bosara ini digelar diatas tikar atau permadani.
Jumlah bosara yang disajikan sesuai dengan status sosial

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


394
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Pengetahuan budaya dan kepercayaan berkenaan guna yang gejala kliniknya berupa suhu badan naik turun);
dengan makanan ibu hamil dan ibu menyusui mattampu sala (Mola hidatidosa) sebagai akibat dari salah
Kehamilan dan menyusui ditanggapi oleh orang Taretta makan dan adanya intervensi setan dan roh jahat;
dan orang Panyula sebagai masa krisis dalam siklus kehidupan taccunncang (sungsang) yang diakibatkan oleh salah
wanita. Tanggapan seperti ini muncul dipengaruhi sistem makan; cika (sakit perut akibat perubahan cuaca dan salah
konsepsi mereka tentang anatomi dan fisiologi. Bagi mereka makan); nallari dara (keguguran akibat salah makan);
bahwa tubuh manusia terbangun atas empat unsur utama kesurupan akibat guna-guna; mega darah mega uwae
yakni, air, api, angin dan tanah. Dalam tubuh manusia, air (mengalami pendarahan yang banyak pada saat bersalin
menjelma menjadi cairan lendir dan flegma yang berkualitas sebagai akibat selelu mandi pada saat menjelang magrib atau
dingin dan lembab; api menjelma menjadi cairan darah yang sesudah magrib); naiso parakang (wanita yang baru
berkualitas panas; tanah menjelma menjadi empedu kuning melahirkan mengalami pendarahan berat yang keluar lewat
yang memiliki kualitas panas dan kering; dan angin menjelma anusnya akibat diisap oleh parakang); salang-salang (anak
menjadi empedu hitam yang memiliki kualitas dingin dan yang dilahirkan mengalami kelainan fisik sebagai akibat salah
kering. Keempat unsur tersebut harus senantiasa berada dalam makan).
keadaan seimbang, sebab bilamana salah satu diantaranya Kesadaran akan kondisi ibu hamil dan menyusui yang
yang dominan sampai pada titik ekstrim, maka individu akan demikian itu kemudian melahirkan upaya-upaya perawatan-
mengalami gangguan kesehatan. perawatan khusus agar diri, janin dan anak yang disusuinya
Oleh karena wanita yang sedang hamil tidak pernah berada dalam keadaan sehat dan normal. Salah satu diantara
mengalami menstruasi selama jangka waktu tertentu, maka upaya perawatann khusus yang dimaksud adalah merubah
potensial memiliki cairan darah dalam tubuhnya lebih banyak perilaku dietnya. Perubahan-perubahan tersebut terwujud
dibandingkan dengan cairan lainnya. Demikian halnya ibu pada adanya jenis makanan atau minuman tertentu yang
nifas dan pasca nifas cenderung mengalami diharuskan dan dipantangkan untuk dikonsumsi. Makanan
ketidakseimbangan cairan dalam tubuhya akibat dari yang diharuskan dikonsumsi adalah makanan yang
banyaknya darah yang keluar dari tubuhnya tatkala dipercayai dapat menguntungkan kesehatan ibu, janin, dan
melahirkan, sehingga flegma atau lendir dalam tubuhnya anak yang disusuinya. Sebaliknya makanan yang
cenderung lebih dominan dibandingkan dengan cairan dipantangkan untuk dikonsumsi adalah yang dipercayai
lainnya. dapat merugikan kesehatan ibu, janin, dan anak yang
Konsepsi tentang kondisi fisiologis ibu hamil dan ibu disusuinya.
menyusui yang demikian itu mereka anggap sebagai kondusif Adapun anjuran yang berkenaan dengan makanan/
bagi masuknnya agen-egen supranatural dan natural ke dalam minuman yang ditujukan kepada ibu hamil meliputi: (1)
tubuhnya. Agen-agen supranatural yang dimaksud, meliputi: dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur kangkung agar diri
paragi-agi to’linno (sorcery & witchcraft), attikengeng dan janin yang dikandungnya menjadi sehat. Anjuran ini
(menjadi sakit karena intervensi setan dan roh jahat), dan bersumber dari pengetahuan budaya mereka bahwa sayur
parakang (manusia yang dapat merubah wujud menjadi kangkung memiliki kandungan gizi tinggi; (2) dianjurkan
burung, kucing dann hewan lainnya serta mempunyai untuk mengkonsumsi buah-buahan yang berkualitas dingin,
kebiasaan mengisap darah manusia yang berada dalam keadaan seperti semangka, pisang, mentimun, dan pepaya. Buah-
hamil, nifas dan sakit). Sementara kekuatan alamiah yang buahan ini selain mereka anggap dapat menciptakan
dimaksud adalah keadaan suhu yang berkualitas ekstrim panas keseimbangan cairan dalam tubuh ibu hamil yang cenderung
atau dingin masuk ke dalam tubuhnya, baik yang bersumber panas, juga mereka percayai memiliki khasiat untuk
dari makanan maupun yang bersumber dari cuaca dan iklim. memperlancar proses persalinan; (3) dianjurkan untuk
Demikian orang Taretta dan orang Panyula menanggapi meminum madu bersama dengan telur ayam kampung
keberadaan ibu hamil dan menyusui; dan karena itu bila ia sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. Kegunaannya
lalai dalam mengantasipasi kemungkinan masuknya adalah membuat ibu hamil segar dan sehat.; (4) dianjurkan
inntervensi kekuatan supranatural dan natural tersebut, maka untuk meminum air kelapa muda secara kontinyu pada saat
dapat membawa konsekuensi negatif, tidak hanya kepada usia kandungannya telah mencapai delapan bulan. Minuman
dirinya sendiri tetapi juga terhadap janin yang dikandungnya ini dipercayai dapat membuat anak dilahirkan bersih serta
dan bahkan ketika anak itu lahir kelak. Demikian halnya bagi kelak tidak mudah terserang penyakit-penyakit kulit, seperti
ibu menyusui dan anak yang disusuinya. Konsekuensi negatif korengan dan bisul-bisul; (5) jika umur kandungannya telah
yang kemungkinan ia alami diantaranya adalah attikengeng mencapai tujuh bulan, maka ia dianjurkan untuk mengurangi
(penyakit yang disebabkan oleh gangguan setan dan roh porsi makanannya agar anak yang dikandungnya tidak terlalu
jahat); soke (penyakit yang disebabkan oleh guna-guna yang besar; sebab jika terlalu besar sulit untuk dilahirkan; (6) pada
gejala kliniknya berupa kaki bengkak dan kadang-kadang saat usia kandungannya telah mencapai sembilan bulan,
bernanah); kasiwiang (penyakit yang disebabkan oleh guna- maka ia dianjurkan untuk mengunyah-ngunyah kencur
sesaat sebelum dan setelah bangun tidur kemudian ampas

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


395
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

kencur tersebut diusapkan pada bagian perut ibu hamil agar relatif banyak, atau mengkonsumsi dua atau tiga jenis
proses persalinannya dapat berjalan dengan lancar; (7) pada makanan yang berkualitas panas dalam waktu yang relatif
saat sekitar satu minggu menjelang melahirkan, ia dianjurkan bersamaan, sebab kualitas makanan itu akan berubah menjadi
untuk meminum minyak kelapa sebanyak satu sendok teh ekstrim panas. Hal itu akan menyebabkan yang bersangkutan
dan tawe papalomo (air putih yang telah diberi mantra) setiap akan mengalami sakit perut (peddi wettang), gelisah karena
hari agar proses persalinannya berlangsung dengan lancar; merasa kepanasan (maja pa’ peneddingna), dan jika usia
(8) dianjurkan untuk meminum tawe’ (air putih yang telah kandungannya dibawah empat bulan kemungkinan besar
diberi mantera oleh dukun) hal ini dilakukan agar tidak akan mengalami keguguran (nallari dara’); (2) dipantangkan
mengalami kesulitan dalam melahirkan (9) dianjurkan kepada untuk selalu mengkonsumsi es sebab dapat menyebabkan
suami ibu hamil agar melakukan pengobatan pappilolo ukuran kepala anak yang dikandungnya menjadi besar; (3)
sikamula yaitu pengobatan yang berguna agar isteri tidak dipantangkan untuk selalu mengkonsumsi cumi-cumi dan
kesulitan dalam melahirkan. Hal yang harus dilakukan oleh kepiting; sebab bila makanan ini selalu mereka konsumsi,
suami yaitu pada malam hari saat suami menuju ke tempat maka mereka akan mengalami kesulitan dalam melahirkan dan
tidur, harus membuka celana yang dipakainya dengan ibu bayi yang dilahirkan nanti akan sakit; (4) dipantangkan
jari kaki yang dilakukan di atas tempat tidur kemudian mengkonsumsi itik dan pisang kembar, sebab dapat
diniatkan untuk obat pappilolo sikamula. Selain itu juga menyebabkan jari kaki atau tangan anak itu menyerupai kaki
dianjurkan saat suami berjalan kaki dann menemukan kayu itik atau pisang kembar tersebut; (5) dipantangkan
melintang yang menghalangi jalan (mallawa), hendaknnya mengkonsumsi jenis makanan yang telah disajikan pada
kayu tersebut dipindahkan posisinya yakni lurus searah upacara mattampung (upacara kematian). Hal ini karena jenis
dengan jalan (ipa ngoloi). makanan tersebut dipercayai telah dicicipi oleh arwah orang
Selanjutnya, anjuran yang ditujukan kepada ibu mati yang diupacarakan. Karena itu, bila dikonsumsi dapat
menyusui, meliputi: (1) dianjurkan untuk tidak menyebabkan janin yang dikandungnya akan selalu
mengkonsumsi makanan yang berkualitas dingin agar diganggu oleh arwah tersebut. Diantara gangguan yang
kandungannya cepat pulih; (2) dianjurkan untuk kemungkinann dialami adalah janin itu hilang dalam perutnya
mengkonsumsi madu bersama dengan telur ayam kampung (Mola hidatidosa) atau taccuncang (sungsang); (6)
agar ia menjadi sehat (3) sebelum bayinya diberi ASI untuk dipantangkan untuk selalu mandi pada saat menjelang atau
pertama kalinya, maka ia dianjurkan untuk mandi terlebih sesudah magrib, sebab karena ia dapat mengalami pendarahan
dahulu dan membersihkan payudaranya agar bayinya tidak berat saat melahirkan; (7) dipantangkan untuk mengkonsumsi
sakit-sakitan; (4) sesaat setelah melahirkan, ia dianjurkan ikan mujair, karena ikan ini akan menimbulkan gatal-gatal pada
untuk meminum wae tawe (air putih yang telah dimantrai anak yang berada pada rahim ibunya, hal ini ditandai dengan
oleh dukun) dan air kelapa muda secara kontinyu agar kondisi bintik-bintik merah pada bayi yang akan dilahirkan; (8)
rahimnya cepat bersih dan pulih; (5) dianjurkan untuk selalu dipantangkan untuk mengkonsumsi daun kelor, karena daun
mengkonsumsi sayur kelor, sayur pepaya, dan kacang- kelor ini bergetah sehingga dapat menimbulkan kesulitan
kacangan agar produksi air susunya menjadi banyak dan dalam melahirkan.; (9) dipantangkan untuk mengkonsumsi
lancar; (6) dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan jambu batu karena dapat mengakibatkan bayi yang dilahirkan
seksual sebelum melewati empat bulan setelah melahirkan. nanti mengalami pembengkakan /bisul-bisul pada bagian
Bagi mereka yang berhubungan seksual sebelum mencapai kepala.
empat bulan dan hamil, maka bukan hanya anak yang Sementara itu, bagi ibu menyusui dipantangkan
sementara disusuinya akan sakit-sakitan, melainkan juga anak melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) dipantangkan
yang dikandung dari hasil hubungannya itu akan sakit-sakitan mengkonsumsi makanan yang berkualitas dingin dalam jumlah
dan tidak terbebas dari gangguan penyakit kulit, seperti yang relatif banyak, atau mengkonsumsi dua atau tiga jenis
purung-purung (korengan) dan boro-boro alena (bisulan) makanan yang berkualitas dingin pada waktu yang relatif
pada saat lahir kelak; (7) Dianjurkan untuk tidak menginjakkan bersamaan sebelum mencapai 40 hari setelah melahirkan.
kaki ke tanah sebelum mencapai 7 hari setelah melahirkan, Pantangan ini dilandasi oleh kepercayaan bahwa
karena akan menyebabkan cecerang (ASI menjadi kotor). mengkonsumsi makanan yang berkualitas dingin dalam jumlah
Bagi ibu yang menderita cecerang diajurkan untuk yang relatif banyak, atau mengkonsumsi dua atau lebih
membersihkan payudaranya dengan menggunakan batu makanan secara bersamaan dapat menyebabkan ibu tersebut
pallange yang telah dibakar, kemudian ibu tersebut menderita sakit perut, bacicikeng (keputihan), dan rahimnya
menggigit panir lalu dimuntahkan/diludahi ke batu pallannge lambat pulih; (2) dipantangkan berhubungan seksual sebelum
tadi, hal ini mengandung arti telah membuang air susu yang melewati 40 hari setelah melahirkan; sebab bila mana terjadi
kotor. konsepsi ketika itu maka anaknya kelak akan menjadi
Sedangkan menyangkut pantangan yang harus dipatuhi colakeng (pertumbuhan badan tidak normal dan senantiasa
oleh ibu hamil, meliputi: (1) dipantangkan mengkonsumsi tidak terbebas dari gangguan penyakit kulit) dan kemungkinan
makanan yang berkualitas agak panas dalam jumlah yang menderita kandalakeng (lepra).

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


396
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Anjuran dan pantangan tersebut diatas, terutama yang mengkonsumsi makanan bergizi dan makanan berkualitas
berkenaan dengan makanan, berlaku pada saat ibu hamil dan dingin seperti; sayur kangkung, semangka, pisang,
menyusui berada dalam keadaan sehat. Dengan kata lain, mentimum dan pepaya. Demikian pula halnya pada ibu
bahwa anjuran dan pantangan tersebut merupakan upaya menyusui dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
preventif yang dilakukan oleh ibu hamil dan menyusui agar berkualitas dingin agar kandungannya cepat pulih, dan
diri, janin dan anak yang disusuinya tidak mengalami anjuran untuk membersihkan payudaranya sebelum anak
gangguan kesehatan atau gangguan fisik lainnya. Akan tetapi diberi ASI, serta anjuran untuk tidak melakukan hubungan
bila mana ia menderita penyakit tertentu, maka makanan yang seksual sebelum melewati empat bulan.
ia konsumsi harus disesuaikan pula dengan konsepsi mereka Keempat, pantangan-pantangan mengkonsumsi
berkenaan dengan kausalitas penyakit yang ia derita dan makanan tertentu manakala dianggap dapat merugikan
upaya perawatan serta pengobatan yang ia gunakan. Sebagai kesehatan janin, bayi, ibu hamil dan ibu menyusui.
contoh, bilamana ibu hamil atau menyusui menderita penyakit Pantangan-pantangan yang ditujukan pada ibu hamil antara
eruruang, penyakit yang dipercayai disebabkan oleh adanya lain dipantangkan mengkonsumsi dua atau tiga makanan
intervensi agen-agen supranatural, maka ia dipantangkan berkualitas panas dalam waktu yang relatif bersamaan karena
untuk mengkonsumsi pepaya, gula merah, air kelapa muda, akan berubah extrim panas, karena dapat berakibat pada
dan semua jenis makanan yang dimasak dengan minyak sakit perut dan janin yang ada dalam kandungannya akan
goreng. Demikian halnya jika ia menderita kasiwiang (typus) mengalami keguguran. Hal ini juga nampak pada pantangan
yang gejalanya berupa suhu tubuh naik turun, maka ia yang ditujukan pada ibu menyusui seperti; dipantangkan
dipantangkan mengkonsumsi semua jenis makanan yang mengkonsumsi dua atau tiga jenis makanan berkualitas
terasa kecut. Bila pantangan itu tidak dipatuhi, maka dingin dalam waktu yang relatif bersamaan karena dapat
pennyakitnya akan bertambah parah. berubah menjadi extrim dingin, karena dapat berakibat pada
Uraian tersebut diatas menunjukkan bahwa ibu hamil dan gangguan kesehatan seperti sakit perut, keputihan dan
menyusui yang seharusnya mengkonsumsi lebih banyak bacicikeng (keputihan).
makanan bergizi dibandingkan ketika ia tidak dalam keadaan Meskipun demikian pantangan-pantangan yang
hamil, namun semakin dibatasi pilihan mereka berkenaan ditujukan pada ibu hamil dan menyusui tersebut ada yang
dengan makanan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi, baik bersifat tidak logis dan hanya bersifat asosiatif. Seperti ibu
langsug maupun tidak langsung terhadap status gizi mereka hamil dipantangkan untuk mengkonsumsi es sebab dapat
dan status gizi balitanya. menyebabkan ukuran kepala anak yang dikandungnya
menjadi besar dan dipantangkan mengkonsumsi itik dan
Penutup pisang kembar karena dapat menyebabkan jari kaki atau
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan hal-hal berikut: tangan anak menyerupai kaki itik dan pisang kembar
Pertama, sistem klasifikasi makanan pada kampung Taretta tersebut.
dan desa Panyula memiliki banyak persamaan karena kontak Kelima, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
antar mereka senantiasa terjalin dan membagi bersama bahan-bahan makanan yang dianjurkan dan dipantangkan
pengetahuan budaya dan kepercayaan-kepercayaan, hanya bagi ibu hamil dan ibu menyusui, yang bagi masyarakat
saja jenis-jenis makanan yang tersedia pada tingkat rumah awam tidak dipahami agar dapat dijadikan acuan bagi petugas
tangga dan komunitas kadang-kadang berbeda oleh karena gizi puskesmas dan istansi terkait lainnya pangan untuk
perbedaan karakteristik geografis dan mata pencaharian melakukan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat.
penduduk kedua lokasi tersebut.
Kedua, sistem klasifikasi makanan mengacu pada Kepustakaan
pengetahuan budaya dan kepercayaan yang mereka miliki
yang diawariskan secara turun temurun dan terinternalisasi Foster, George M & Barbara G. Anderson
dalam keluarga dan masyarakat. 1986 Antropologi Kesehatan. Diterjemahkan oleh
Ketiga, adanya kesadaran kehamilan dan menyusui Priyanti P. Surya Dharma & Meutia F. Hatta
merupakan masa krisis dalam siklus kehidupan oleh karena Swasono. Jakarta: UI Press.
itu terdapat upaya-upaya dalam mengatasi gangguan baik Helman, Cecil
yang bersumber dari supranatural maupun yang bersumber 1984 Culture, Health and Illness. Bristol: Joh Wright
dari alam. Upaya-upaya tersebut berupa pengetahuan budaya, & Sons, Ltd.
kepercayaan-kepercayaan yang diwujudkan dalam anjuran
McElroy, Ann & Patricia K. Townsend
dan pantangan selama masa hamil dan menyusui. Anjuran
1985 Medical Antropology in Ecological Perspective.
berkenaan dengan makanan senantiasa dipatuhi untuk
New York: Duxbury Press.
menjaga keselamatan ibu hamil, ibu nifas dan pasca nifas agar
anak yang dilahirkan berada dalam keadaan sehat dan nor-
mal. Hal ini nampak pada ibu hamil yang dianjurkan untuk

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


397
Prosiding Simposium Internasional Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA I Makassar 2000

Swasono, Meutia. F. H.
1997 Kehamilan, kelahiran, perawatan ibu dan bayi
dalam konteks budaya. Penyunting: Meutia F.
Swasono. Jakarta: UI Press.

Panel 2 : Menyongsong Otonomi Daerah : Pemberdayaan Kembali Pranata Lokal


398

Anda mungkin juga menyukai