Disusun oleh :
Kelompok 1 :
2022
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat,taufiq,serta hidayah-Nya, sehingga kita dapat menyusun makalah yang berjudul
“PENGERTIAN ILMU KALAM : DEFINISI, NAMA LAIN, DAN SUMBER SUMBER
ILMU KALAM”
Tak ada gading yang tak retak.Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang masih
jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,kami memohon maaf apabila ada kesalahan ataupun
kekurangan dari makalah ini. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi lebih
baik serta berguna dimasa yang akan datang.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3
ii
BAB I PENDAHULUAN
Para pemikir Muslim percaya bahwa filsafat memiliki ruang lingkup yang jauh lebih luas
dibandingkan dengan pandangan umum tentangnya saat ini. Secara umum, ilmu kedokteran,
biologi, kimia, botani, astronomi, dan bahkan musik hanyalah merupakan cabang ilmu dari
filsafat. Tak heran jika di masa lalu, banyak filsuf yang juga ahli dalam ilmu-ilmu lainnya,
seperti Imam Ja'far Shadiq yang juga ahli di bidang kimia, biologi, dan kedokteran; Jabir ibn
Hayan yang dijuluki sebagai 'Bapak Ilmu Kimia Modern'; ataupun Ibn Sina yang juga pakar
ilmu kedokteran. Tidak heran jika filsafat disebut-sebut sebagai 'Gerbang Ilmu Pengetahuan'.
Namun untuk dapat benar-benar memahami filsafat Islam, seseorang harus telah mencapai
tahap pencerahan akal; harus membuka pikirannya dan membebaskan akalnya dari belenggu
dogma-dogma sosial maupun religius.
Di sinilah pentingnya ilmu kalam. Ia adalah 'kunci' untuk membuka 'Gerbang Ilmu
Pengetahuan'. Filsafat Islam dan kalam sangat kuat pengaruhnya satu sama lain. Dari
pengaruh-mempengaruhi tersebut, antara lain kalam mencuatkan masalah-masalah baru bagi
filsafat, dan filsafat membantu memperluas area, bidang, atau jangkauan kalam, dalam
pengertian bahwa pembahasan tentang banyak masalah filsafat jadi dianggap penting dalam
kalam. Tidaklah aneh jika banyak filsuf besar dan terkemuka, seperti Imam Ja'far Shadiq
dan Ibn Rusyd, juga merupakan ahli ilmu kalam (mutakallimun / teolog).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
ii
BAB II PEMBAHASAN
رينFو عشFFروض على نحFFذا العلم المفFFت اآلراء وفي هFF(طلب العلم فريضة على كل مسلم) قد تباينت األقوال وتناقض
ا الFF م:يFFول القاضFFل قFFا قيFFود مFFاقض وأجFFقوال وكل فرقة تقيم األدلة على علمها وكل لكل معارض وبعض لبعض من
:اءFFمندوحة عن تعلمه كمعرفة الصانع ونبوة رسله وكيفية الصالة ونحوها فإن تعلمه فرض عين قال الغزالي في اإلحي
هFFا منFFا مانعFFالمراد العلم باهلل وصفته التي تنشأ عنه المعارف القلبية وذلك ال يحصل من علم الكالم بل يكاد يكون حجاب
…الFFور إلى أن قFFدور ويمأل القلب من النFFوإنما يتوصل له بالمجاهدة فجاهد تشاهد ثم أطال في تقريره بما يشرح الص
اFين طريقFه خمسF جمعت ل:نفFال المصFال… وقFحيحا إلى أن قFاه صFان معنFعيف وإن كF ض:الFووي فقFسئل عنه الن
1
.وحكمت بصجته لغيره ولم أصحح حديثا لم أسبق لتصحيحه سواه
(Mencari ilmu adalah suatu keharusan bagi setiap muslim)Telah aku jelaskan
Qoul-qoul dan pertentangan pendapat tentang Ilmu yang di haruskan (mempelajarinya)
sekitar 20 qoul, dan setiap golongan berpegang pada dasar-dasar sesuai keilmuan, satu
sama lainnya saling bertentangan.
Namun pendapat yang paling Indah, adalah dari Imam Al Qodli: “Setiap ilmu
yang harus di pelajari (tidak ada keleluasaan untuk tidak mempelajarinya) seperti
mengetahui pencipta, kenabian Rosul-Nya, tata cara sholat dan lainnya, karena
mempelajarinya adalah kewajiban bagi setiap orang”.
Imam Ghozali dalam kitab Ikhya’ berkata: “Yang di kehendaki (dengan Ilmu
yang di haruskan mempelajarinya) adalah mengetahui (ma’rifat/Wushul) Alloh dan sifat-
Nya, dimana dengan ilmu tersebut muncul pengetahuan yang bersumber dari hati, dan hal
itu tidak akan berhasil dari Ilmu Kalam (Tauhid/teologi), bahkan ilmu kalam bisa menjadi
penghalang dan penyegah mengetahui Alloh. Ma’rifat kepada Alloh hanya bisa berhasil
dengan mujahadah (bersungguh-sungguh beribadah kepada Alloh), bersungguh-
sungguhlah maka engkau akan menemukan ma’rifat kepada Alloh!”. Kemudian Imam
Ghozali membeberkan keterangan tentang sesuatu yang bisa melapangkan dada dan
menerangi hati.
Pada waktu Imam Nawawi di tanya (tentang status) Hadist ini, beliau berkata:
“(hadist ini) adalah hadist dloif (lemah dipandang dari periwayat), walaupun Shohih
dalam segi makna (maknanya benar). Imam Mushonnif (pengarang kitab Jamiussoghir:
Imam Suyuthi) berkata: “Aku mengumpulkan hadist ini (melalui) 50 periwayat dan aku
menghukumi (hadist ini) dengan Shohih Li Ghoirihi (Shohih dengan memandang
periwayatan hadist lain) dan aku tidak menghukumi shohih suatu hadist yang belum aku
shohihkan selain hadist diatas”.
1
Munawi, Imam Abdurrouf Al-Manawi, Faidhul Qodir 5264
ii
Imam Ibnu Ruslan dalam pendahuluan karya fiqihnya menulis urgensi ilmu kalam
atau ilmu tauhid. Secara syariat, umat Islam perlu mempelajari dasar-dasar ilmu tauhid
atau ilmu kalam sebagai landasan dari bangunan keseluruhan keberagamaan mereka.
2
أول واجب على اإلنسان معرفة اإلله باستيقان
“Kewajiban awal bagi manusia adalah makrifatul ilah atau mengenal tuhan dengan
yakin,”
Maka dengan menganalisa keterangan diatas umat Islam diwajibkan secara syariat
untuk mempelajari ilmu tauhid atau ilmu kalam. Dengan ilmu kalam (teologi) atau ilmu
tauhid, mereka dapat mengerti sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah dan para rasul-
Nya, serta bagaimana seharusnya mengimani kitab-kitab suci, hal ghaib, takdir,
kebangkitan, dan hari akhir.
Untuk mendefinisikan ilmu kalam, maka cukup dengan mengatakan, "Ilmu kalam
merupakan sebuah ilmu yang mengkaji doktrin-doktrin dasar atau akidah-akidah pokok
Islam (ushuluddin). Ilmu kalam mengidentifikasi akidah-akidah pokok dan berupaya
membuktikan keabsahannya dan menjawab keraguan terhadap akidah-akidah pokok
tersebut."3
Pengertian Ilmu kalam secara etimologis ilmu adalah suatu pengetahuan dan
kalam artinya perkataan atau percakapan. Kalam yang dimaksud bukan pembicaraan
dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam pengertian pembicaraan yang bernalar
dengan menggunakan logika. Ciri utama ilmu kalam ialah rasionalitas.
Menurut Al Farabi ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat
Allah beserta eksistensi semua yang mungkin (makhluk) mulai dari penciptaan hingga
kebangkitan berlandaskan doktrin Islam. Ibnu Khaldun menjelaskan ilmu kalam adalah
ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani berdasarkan dalil-
dalil rasional.
أيها المبتدي ليطلب علما * كل علم عبد لعلم الكالم تطلب الفقه كي تصحح حكما * ثم أغفلت منزل األحكام
2
Ibnu Ruslan, Zubad.
3
Murtadha Munthahhari. :”Mengenal Ilmu Kalam”, Pustaka Zahra, 2002
ii
“Wahai para pemula. Hendaklah menuntut suatu ilmu*semua ilmu hamba bagi
ilmu kalam//kau menuntut fiqih agar kau dapat mengesahkan suatu hukum*kemudian kau
lalaikan (Zat) yang menurunkan hukum.” 4
Sedangkan TM. Hasby ash-Shidiqy menyebutkan Ilmu tauhid atau ilmu kalam
adalah ilmu yang membicarakan tentang cara-cara menetapkan akidah agama dengan
mempergunakan dalil-dalil yang meyakinkan, baik dalil itu naqli, aqli, maupun dalil
wijdani (perasaan yang halus). Jadi Ilmu Kalam adalah Ilmu yang membicarakan atau
membahas tentang masalah ketuhanan, ketauhidan (mengesakan Tuhan) dengan
menggunakan dalil-dalil pikiran dan disertai alasan-alasan yang rasional.
Menurut Syekh Muhammad Abduh ilmu kalam merupakan ilmu yang membahas
tentang wujud Allah SWT, sifat-sifat wajib yang ada bagi-NYA, sifat-sifat jaiz bagi-
NYA, dari sifat-sifat yang tidak ada bagi-NYA. Selain itu membahas juga tentang rasul-
rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahNya, apa yang wajib ada pada dirinya,
hal-hal jaiz yang dihubungkan pada diri mereka, serta hal-hal yang terlarang yang
dihubungkan kepada diri mereka.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu kalam merupakan suatu ilmu yang berisikan alasan
untuk mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil
pikiran dan berisi bantahan-bantahan terhadap orang-orang yang menyimpang dari
kepercayaan salaf dan ahli sunnah.
Sedangkan menurut Mustafa Abdul Raziq ilmu kalam merupakan ilmu yang erat
kaitannya dengan keyakinan iman atau aqidah seseorang yang berasal dari pendapat yang
rasional.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan terlihat dua karakteristik utama
bagi ilmu kalam. Pertama, materi pembahasan ilmu ini terpusat pada masalah akidah,
seperti masalah ketuhanan, kenabian, dan masalah pokok kei manan lainnya. Kedua, ilmu
kalam, dalam pembahasannya, menggunakan argumen rasional dan bukti-bukti yang
kuat. Penggunaan argumen rasionl dan bukti-bukti kuat ini merupakan suatu keharusan
bagi ilmu kalam, karena tujuan ilmu ini tidak hanya sekadar memperkukuh dan
mempertebal keyakinan, melainkan sekaligus untuk membela akidah Islam dengan
mengemukakan argumen dan sanggahan terhadap orang-orang yang menyimpang.5
a. Ilmu Tauhid
4
Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatu Tahqiqil Maqam ala Kifayatil Awam, halaman 24.
5
Dr. Suryan A. Jamrah, M.A, “ Studi Ilmu Kalam”, PT Kharisma Putra Utama, 2015
ii
Ilmu tauhid merupakan ilmu yang membahas tentang wujud Allah SWT, sifat-
sifat Allah SWT, yang membahas tentang dalil-dalil untuk membuktikan adanya Dzat
yang mewujudkan serta membahas dalil-dalil sam’iyat untuk mempercayai sesuatu
dengan yakin.
b. Ilmu Aqa’id
Ilmu Aqa’id yakni Aqa’id yang berarti simpulan atau buhul merupakan suatu
kepercayaan yang tersimpul dalam hati, atau pandangan yang bersemayam dalam jiwa
manusia dan diyakini kebenarannya sehingga tidak mudah dilepaskan.
c. Ilmu Ushuluddin
Ilmu Kalam tentu memiliki fungsi tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut:
2. Segala sesuatu yang berhubungan dengan rosul Allah sebagai pembawa risalah kepada
manusia. seperti malaikat nabi dan rosul dan beberapa kitab-kitab suci. segala sesuatu
atau hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan datang seperti adanya hari
kebangkitan, siksa kubur, surga dan neraka.
illahiyat
adalah kajian tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan Allah. misalnya
seperti wujud Allah, nama-nama Allah, sifat-sifat Allah, af’al Allah dan lain
sebagainya.
nubuwat
7
Ibn ^Asakir, Tabyin Kadhibil-Muftari, Dar al-Kitab al-^Arabi, Beirut, hlm. 339
ii
adalah kajian tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan nabi dan rosul
termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah, mu’jizat, karomah.
ruhaniyat
adalah kajian tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan alam metafisik.
misalnya seperti Malikat, Iblis, Jin, Syetan dan sebagainya
sam’iyat
adalah kajian tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam’i
(dalil naqli, atau beberapa al-quran dan sunah) misalnya seperti alam barzah, akhirat,
azab kubur, surga dan neraka.
1) Al-Qur’an
Al-Qur'an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetahuan. Sejauh mana keabsahan
ilmu harus diukur, maka pernyataan al-Qur'an bias menjadi standarnya. Menurut
Mulyadhi Kartanegara, al- Qur'an adalah buku induk ilmu pengetahuan, di mana tidak
ada satu perkara apapun yang terlewatkan. Semuanya telah tercover di dalam al-Qur'an,
baik yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (habl min Allah), hubungan
manusia dengan sesama manusia (habl min an-Naas), ataupun hubungan manusia dengan
alam dan lingkungan. Dengan demikian, al-Qur'an dapat menjadi sumber inspirasi bagi
lahirnya beragam ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu budaya dan
humaniora, ilmu-ilmu alam, terutama ilmu-ilmu agama, sebagaimana tertera dalam QS.
al-An'am: 38.8
وما من دابة في األرض وال طير يطير بجناحيه إال أمم أمثالكم ما فرطنا في الكتب من شيء ثم إلى ربهم تحشرون
Artinya: 'Dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami
alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
(QS. Al-An'am:38).
Lebih lanjut, Achmad Baiquni menegaskan bahwa "Sebenarnya segala ilmu yang
diperlukan manusia itu tersedia di dalam al-Qur'an". 10 Ayat rujukan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan tidak dimiliki oleh agama ataupun kebudayaan lain. Hal ini
mengindikasikan
ii
betapa penting ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Sekaligus juga
membuktikan betapa tingginya kedudukan sains dan ilmu pengetauan dalam al-Qur'an.
Dalam konteks ini, al-Qur'an telah memerintahkan kepada manusia untuk selalu
mendayagunakan potensi akal, pengamatan, pendengaran dengan semaksimal mungkin,
sehingga melahirkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
2) Hadist
Hadits secara bahasa (etimologi) adalah segala sesuatu yang diperbincangkan yang
disampaikan baik dengan suara maupun dengan tulisan. Secara istilah (terminologi), oleh
jumhur ulama dikatakan bahwasanya Hadits merupakan sinonim dari Sunnah. Namun
sebagian ulama membatasi pengertian Hadits terhadap apa-apa yang merupakan perkataan
beliau semata, dan di dalamnya tidak tercakup perbuatan maupun takrir (pernyataan)
beliau. Tetapi yang benar bahwasanya sunnah itu secara bahasa hanya mencakup dua hal
yaitu perbuatan dan pernyataan., sedangkan asal dari Hadits adalah perkataan. Namun
mengingat keduanya merupakan sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, maka
kebanyakan ulama hadits lebih condong menjadikan keduanya sebagai suatu yang memiliki
pengertian yang sama tanpa menghiraukan pengertian keduanya secara bahasa. Mereka
lebih condong untuk mengkhususkan pengertian hadits Marfu' sebagai Hadits yang
bersumber dari Nabi SAW dan tidak menetapkannya terhadap Hadits yang berasal dari
selain beliau kecuali dengan mentaayidnya (seperti dengan mengatakan hadits ini marfu'
kepada sahabat fulan).
Kajian hadis memasuki puncak kepopuleranya ketika memyang dikomandoi oleh
Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang mana Khalifah Umar bin Abdul Aziz memang
dikenal berbeda dengan khalifah-khalifah sebelumnya, karena beliau merupakan pencetus
kodifikasi hadis, sehingga ketika itu, hadis menjadi sebuah bahan kajian yang begitu
menggiurkan, bahkan pasca setelah tadwin muncul berbagai karya kitab yang sangat luar
biasa, sebagaimana munculnya ragam literatur hadits.
ii
pengetahuan yang telah ada dengan menggunakan akalnya untuk mendapatkan atau
mengeluarkan pengetahuan yang baru atau yang lain.8
8
Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I :”Ilmu Kalam Khazanah
Intelektual Penilaian Dalam Islam”, PT Indragiri Dot Com, 2020
ii
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberi manfaat bagi penyusun
khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
makalah ini.
ii
Daftar Pustaka
Dr. Suryan A. Jamrah, M.A, “ Studi Ilmu Kalam”, PT Kharisma Putra Utama, 2015
Dr. H. Jamaluddin, M.Us dan Dr. Shabri Shaleh Anwar, M.Pd.I :”Ilmu Kalam Khazanah
Intelektual Penilaian Dalam Islam”, PT Indragiri Dot Com, 2020
Pengertian Ilmu Kalam Menurut Para Ahli, Macam Macam dan Fungsi Ilmu Kalam
(pelajaran.co.id) Diakses pada 10 Oktober 2022
ii