Anda di halaman 1dari 8

TUGAS SEJARAH

KERAJAAN ACEH

KELOMPOK 3

nama kelompok :

1. jeryco lois
2. fazurah dwi putri
3. hanna maria
4. gusveldio akbar

KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kuasanya yang selalu memberikan
kesehatan dan memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga saya
dapat menulis makalah ini dengan baik untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah. Dalam
pembuatan makalah ini juga terdapat niat untuk belajar dan menambah pengetahuan, maaf
jika ada kesalahan baik dalam pengertian maupun kata, terimakasih. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

pekanbaru, 8 mei 2023

LATAR BELAKANG KRONOLOGI


Menurut H.J. De Graaf, Kerajaan Aceh merupakan hasil penyatuan dari dua kerajaan kecil, yaitu
Lamuri dan Aceh Darul Kamal yang awalnya tidak pernah rukun serta selalu bermusuhan.Pada
akhir abad ke-15, pusat Kerajaan Lamuri dipindahkan ke Mahkota Alam, karena serangan dari
Pidie.Lamuri lebih dikenal sebagai Kerajaan Mahkota Alam, mengikuti nama ibu kotanya.Dalam
Hikayat Aceh, pertentangan antara Mahkota Alam dan Darul Kamal berakhir setelah Makota
Alam yang saat itu dipimpin oleh Sultan Syamsu Syah menjodohkan putranya, Ali Mughayat
Syah, dengan putri Raja Darul Kamal.Kemudian pasukan Mahkota Alam melakukan
penyerangan terhadap Darul Kamal saat arak-arakan pengantaran mas kawin.Akibatnya,para
pembesar Darul Kamal termasuk Sultan Muzaffar Syah tewas terbunuh.Setelahnya, Sultan
Syamsu Syah menjadi penguasa atas dua kerajaan. Pada 1516, putranya, Ali Mughayat Syah,
naik tahta dan memindahkan pusat kerajaan.Semenjak itu, kedua kerajaan yang disatukan
tersebut diberi nama Kerajaan Aceh Darussalam dengan pusat kerajaannya Banda Aceh
Darussalam.Sultan Ali Mughayat Syah menjadi raja pertama Kerajaan Aceh Darussalam 1514-
1528 M.

Di bawah kekuasaan Sultan Ali, Kerajaan Aceh berhasil melakukan perluasan wilayah ke
beberapa daerah,yaitu Daya dan Pasai. Selain itu, kerajaan ini juga melakukan penyerangan
terhadap bangsa Portugis di Malaka serta Kerajaan Aru.

TOKOH - TOKOH

1. Teuku Umar
Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh, pada tahun 1854. Ia menjadi pejuang asal Aceh pertama yang
mendapatkan gelar pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 217/1955 yang
diterbitkan pada tahun 1955. Teuku Umar bersama sang istri, Cut Nyak Dhien juga mengandalkan taktik
perang gerilya yang terbukti ampuh. Ia juga pernah berpura-pura bekerja sama dengan Belanda demi
mengumpulkan persenjataan.Teuku Umar gugur setelah terlibat pertempuran dengan pasukan Belanda
yang dipimpin Jenderal Van Heutsz di Ujong Kalak, Meulaboh pada 11 Februari 1899.

2. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien merupakan Pahlawan Nasional yang lahir di Lampadang, Aceh Besar, pada 1848.
Bersama sang suami, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bahu-membahu berjuang bersama rakyat untuk
mengusir penjajah dari Tanah Rencong. Cut Nyak Dhien mendapatkan gelar pahlawan nasional melalui
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106/TK/1964 tanggal 2 Mei 1964. Meski Teuku Umar
wafat, tetapi hal tersebut tak membuat Cut Nyak Dhien mengendurkan perlawanannya terhadap para
penjajah. Ia tetap melakukan penyerangan kepada penjajah dengan bergerilya.Cut Nyak Dhien
meninggal dunia pada 6 November 1908 dan dimakamkan di daerah Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa
Barat.

3. Cut Nyak Meutia

Pahlawan wanita Aceh kedua yang mendapatkan gelar pahlawan nasional adalah Cut Nyak Meutia. Ia
lahir di Keureutoe, Aceh Utara, pada 15 Februari 1870. Cut Nyak Meutia diangkat menjadi Pahlawan
Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964 silam. Cut Nyak Meutia
dikenal saat ia berjuang bersama pasukan Inong Balee kala melawan Belanda. Inong Balee sendiri
merupakan sebutan untuk janda pejuang Aceh. Ia gugur pada 24 Oktober 1910 dalam sebuah
pertempuran melawan Belanda di Alue Kurieng, Aceh Utara dan dimakamkan di Kawasan Hutan Lindung
Gunung Lipeh, Aceh Utara.

4. Teuku Cik di Tiro

Pemilik nama lengkap Teuku Cik di Tiro Muhammad Saman ini lahir di Pidie, tepat pada 1 Januari 1836.
Teuku Cik di Tiro merupakan sosok ulama besar yang kembali mengobarkan semangat perjuangan
melawan penjajah pada 1881. Pada 6 November 1973, Teuku Cik di Tiro diangkat menjadi Pahlawan
Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/Tahun 1973. Bersama Teuku Chik Pante Kulu, ia
mengadakan perlawanan sengit kepada benteng-benteng Belanda dan berhasil menguasainya. Ia
meninggal karena diracun pada Januari 1891 dan dimakamkan di Manggara, Indrapuri, Aceh Besar.

5. Teuku Nyak Arif

Teuku Nyak Arief lahir adalah pejuang Aceh yang lahir di Ulee Lheue, Banda Aceh, pada 17 Juli 1899.
Sosok Teuku Nyak Arif menjadi salah satu pejuang yang ulet melakukan perlawanan kepada pihak
Belanda. Pada 1974, melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 071/TK/1974, Teuku Nyak Arif diangkat
sebagai Pahlawan Nasional. Teuku Nyak Arif pernah diangkat menjadi Ketua Nasional Indische Partij
Kutaraja. Ia juga pernah menjabat sebagai Residen Aceh. Teuku Nyak Arif meninggal di Takengon, Aceh
pada 4 Mei 1946.

6. Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 14 September 1993, melalui
Surat Keputusan Presiden No. 077/TK/Tahun 1993.Lahir pada tahun 1583, di masa kepemimpinannya,
Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di dunia. Sultan
Iskandar Muda meninggal dunia pada 1636 dan dimakamkan di dalam kompleks Kandang Mas di daerah
Banda Aceh.

7. Teuku Muhammad Hasan

Teuku Muhammad Hasan lahir di Sigli pada 4 April 1906. M Hasan dikenal sebagai seorang aktivis yang
gencar menyerukan kemerdekaan Indonesia. Pada 3 November 2006, M Hasan diangkat menjadi
Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 085/TK/Tahun 2006. M Hasan juga turut
bergabung dengan Ali Sastroamidjojo dan Muhammad Hatta, sosok yang dikenal sebagai tokoh
pergerakan nasional. Pada masa Agresi Militer Belanda II, ia bersama Syafruddin Prawiranegara
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatra Barat.

8. Laksamana Malahayati

Pahlawan Nasional dari Aceh yang terakhir adalah Laksamana Malahayati. Pemilik nama asli
Keumalahayati ini lahir di Aceh Besar pada 1550. Laksamana Malahayati diangkat sebagai Pahlawan
Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 115/TK/Tahun 2017 pada 6 November 2017. puncak
perjuangan Laksamana Malahayati terjadi pada 11 September 1599. Bersama dengan 2.000 pasukan
Inong Balee atau laskar yang terdiri atas para janda, ia berhasil membunuh salah satu pemimpin Belanda
yang terkenal, Cornelis de Houtman.

SEJARAH DALAM BENERAPA BIDANG

Pada awalnya, Aceh adalah daerah taklukan Kerajaan Pedir. Saat Malaka jatuh ke tangan Portugis,
pedagang yang semula berlabuh ke Malaka beralih ke pelabuhan di Aceh. Lalu Aceh berkembang cepat
dan lepas dari kekuasaan Kerajaan Pedir untuk berdiri sebagai kerajaan merdeka pada awal abad ke-16.
ibu kota Kerajaan aceh adalah Banda Aceh sebagai pusat kegiatan politik, ilmu pengetahuan dan bandar
transit di Asia Tenggara.

1. aspek politik.

Kehidupan politik dan pemerintahan Kerajaan Aceh dipimpin oleh seorang sultan, terdapat kurang lebih
35 Sultan di Kesultanan Aceh Darussalam.

- Sultan Ali Mughayat Syah

Beliau merupakan pendiri kerajaan Aceh sekaligus sultan pertama. Ia memerintah dari tahun 1514
hingga 1528 masehi. Pada masa kekuasaannya, kesultanan Aceh berusaha untuk meluaskan daerah
kekuasaannya. Selain itu, pada masa kepemimpinan Sultan Ali Mugyat Suyah kerajaan Aceh melakukan
serangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka.

- Sultan Salahuddin

Sultan Salahuddin merupakan putera Sultan Ali Mughayat. Ia menjadi sultan di Kerajaan Aceh pada
tahun 1528 setelah ayahnya wafat. Pada masa pemerintahannya, kesultanan Aceh mengalami
kemerosotan, sebab Sulatan tidak memperdulikan kerajaan. Masa pemerintahananya kemudian
berakhir pada tahun 1537 masehi dan digantikan oleh saudaranya.

- Sultan Alaudin Riayat Syah Al Kahar

Sultan ketiga ini merupakan saudara Sultan Salahuddin. Ia memerintah kesultanan Aceh dari tahun 1537
hingga 1568 masehi. Pada masa pemerintahan Alaudin Riayat, Kesultanan Aceh mengalami banyak
perubahan. Terutama terhadap perbaikan bentuk pemerintahan Aceh dan perluasan wilayah.
Kesultanan Aceh pada masa ini dapat menaklukkan kerajaan Aru. Selain itu, ia juga melakukan serangan
terhadap kerajaan Malaka, namun gagal. Pada masa sultan ketiga ini, kerajaan Aceh mengalami
pergolakan, yaitu terdapat pemberontakan dan perebutan kekuasaan, sehingga masa pemerintahannya
pun berakhir.

- Sultan Iskandar Muda

Sultan keempat kesultanan Aceh bernama Sultan Iskandar Muda. Pada masa ini Aceh mengalami masa
kejayaan. Kesultanan Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar dibidang perdagangan, bahkan menjadi
penghubung antara pedagang-pedagang asing. Sebab letak kerajaan Aceh sangat strategis sebagai
bandar transito. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, ia juga melanjutkan serang terhadap
Portugis dan Johor. Hal ini bertujuan untuk menguasai penuh jalur perdagangan di wilayah Selat Malaka.
Selain itu, muncul juga ahli-ahli tasawwuf seperti Syech Ibrahim As Syamsi dan Syech Syamsuddin bin
Abdullah As Samatrani.

2. aspek ekonomi.

Kehidupan ekonomi di kerajaan Aceh bertumpu di bidang pelayaran dan perdagangan. Perekonomian
Aceh tumbuh pesat, sebab letaknya strategis di Selat Malaka.
Dibawah ini beberapa komoditas perdagangan Kerajaan Aceh, meliputi :

Lada, Emas, Minyak Tanah, Kapur, Sutera, Kapas, Kapur barus, Menyan, Belerang

Dengan kemakmuran dan kemajuan dibidang perekonomian, kesultanan Aceh kemudian tumbuh
menjadi kerajaan Islam besar yang diperkuat oleh armada bersenjata yang besar dan kuat, terutama
armada lautnya.

3. aspek sosial.

Selain di bidang perekonomian, pengaruh letak yang strategis membuat kehidupan sosial budaya di
kerajaan Aceh tumbuh pesat. Hal ini disebabkan karena interaksi dengan orang-orang luar seperti
pedagang-pedagang dari Timur Tengah dan Eropa. Kehidupan sosial budaya dapat dilihat landasan
hukum yang berlaku yang didasari dari ajaran Islam. Hukum adat ini disebut hukum adat Makuta Alam.
Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor
ladanya. aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yang merupakan jalan dagang internasional

4. aspek budaya.

Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang kebudayaan. Walupun
ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk sepesat perkembangan dalam ativitas
perekonomian. Peninggalan kebuadayaan yg terlihat

PENINGGALAN KERAJAAN ACEH

1. Masjid Baitturrahman di Banda Aceh

2. Taman Sari Gunongan

3. Benteng Indra Patra


4. Meriam Kesultanan Aceh

5. Makam Sultan Iskandar Muda

6. Uang Emas Kerajaan Aceh

7. Hikayat Aceh berupa Karya Sastra

Anda mungkin juga menyukai