MAKALAH SEJARAH
KELOMPOK 3
Nama kelompok :
1. Jeryco Lois
2. Fazurah Dwi Putri
3. Hanna Maria
4. Gusveldio Akbar
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kuasanya
ini dengan baik untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah. Dalam
Di bawah kekuasaan Sultan Ali, Kerajaan Aceh berhasil melakukan perluasan wilayah ke
beberapa daerah,yaitu Daya dan Pasai. Selain itu, kerajaan ini juga melakukan penyerangan
terhadap bangsa Portugis di Malaka serta Kerajaan Aru.
B. TOKOH - TOKOH
1. Teuku Umar
Teuku Umar lahir di Meulaboh, Aceh, pada tahun 1854. Ia menjadi pejuang asal Aceh
pertama yang mendapatkan gelar pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor
217/1955 yang diterbitkan pada tahun 1955. Teuku Umar bersama sang istri, Cut Nyak Dhien
juga mengandalkan taktik perang gerilya yang terbukti ampuh. Ia juga pernah berpura-pura
bekerja sama dengan Belanda demi mengumpulkan persenjataan.Teuku Umar gugur setelah
terlibat pertempuran dengan pasukan Belanda yang dipimpin Jenderal Van Heutsz di Ujong
Kalak, Meulaboh pada 11 Februari 1899.
Cut Nyak Dhien merupakan Pahlawan Nasional yang lahir di Lampadang, Aceh Besar,
pada 1848. Bersama sang suami, Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bahu-membahu berjuang
bersama rakyat untuk mengusir penjajah dari Tanah Rencong. Cut Nyak Dhien mendapatkan
gelar pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 106/TK/1964
tanggal 2 Mei 1964. Meski Teuku Umar wafat, tetapi hal tersebut tak membuat Cut Nyak Dhien
mengendurkan perlawanannya terhadap para penjajah. Ia tetap melakukan penyerangan
kepada penjajah dengan bergerilya.Cut Nyak Dhien meninggal dunia pada 6 November 1908
dan dimakamkan di daerah Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat.
Pahlawan wanita Aceh kedua yang mendapatkan gelar pahlawan nasional adalah Cut
Nyak Meutia. Ia lahir di Keureutoe, Aceh Utara, pada 15 Februari 1870. Cut Nyak Meutia
diangkat menjadi Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada
tahun 1964 silam. Cut Nyak Meutia dikenal saat ia berjuang bersama pasukan Inong Balee kala
melawan Belanda. Inong Balee sendiri merupakan sebutan untuk janda pejuang Aceh. Ia gugur
pada 24 Oktober 1910 dalam sebuah pertempuran melawan Belanda di Alue Kurieng, Aceh
Utara dan dimakamkan di Kawasan Hutan Lindung Gunung Lipeh, Aceh Utara.
Pemilik nama lengkap Teuku Cik di Tiro Muhammad Saman ini lahir di Pidie, tepat pada 1
Januari 1836. Teuku Cik di Tiro merupakan sosok ulama besar yang kembali mengobarkan
semangat perjuangan melawan penjajah pada 1881. Pada 6 November 1973, Teuku Cik di Tiro
diangkat menjadi Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/Tahun
1973. Bersama Teuku Chik Pante Kulu, ia mengadakan perlawanan sengit kepada benteng-
benteng Belanda dan berhasil menguasainya. Ia meninggal karena diracun pada Januari 1891
dan dimakamkan di Manggara, Indrapuri, Aceh Besar.
Teuku Nyak Arief lahir adalah pejuang Aceh yang lahir di Ulee Lheue, Banda Aceh, pada
17 Juli 1899. Sosok Teuku Nyak Arif menjadi salah satu pejuang yang ulet melakukan
perlawanan kepada pihak Belanda. Pada 1974, melalui Surat Keputusan Presiden RI No.
071/TK/1974, Teuku Nyak Arif diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Teuku Nyak Arif pernah
diangkat menjadi Ketua Nasional Indische Partij Kutaraja. Ia juga pernah menjabat sebagai
Residen Aceh. Teuku Nyak Arif meninggal di Takengon, Aceh pada 4 Mei 1946.
Sultan Iskandar Muda mendapat gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 14 September
1993, melalui Surat Keputusan Presiden No. 077/TK/Tahun 1993.Lahir pada tahun 1583, di
masa kepemimpinannya, Kesultanan Aceh Darussalam berhasil menjadi salah satu kerajaan
Islam terbesar di dunia. Sultan Iskandar Muda meninggal dunia pada 1636 dan dimakamkan di
dalam kompleks Kandang Mas di daerah Banda Aceh.
7. Teuku Muhammad Hasan
Teuku Muhammad Hasan lahir di Sigli pada 4 April 1906. M Hasan dikenal sebagai
seorang aktivis yang gencar menyerukan kemerdekaan Indonesia. Pada 3 November 2006, M
Hasan diangkat menjadi Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No.
085/TK/Tahun 2006. M Hasan juga turut bergabung dengan Ali Sastroamidjojo dan Muhammad
Hatta, sosok yang dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional. Pada masa Agresi Militer Belanda
II, ia bersama Syafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di
Bukittinggi, Sumatra Barat.
8. Laksamana Malahayati
Pahlawan Nasional dari Aceh yang terakhir adalah Laksamana Malahayati. Pemilik nama
asli Keumalahayati ini lahir di Aceh Besar pada 1550. Laksamana Malahayati diangkat sebagai
Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 115/TK/Tahun 2017 pada 6
November 2017. puncak perjuangan Laksamana Malahayati terjadi pada 11 September 1599.
Bersama dengan 2.000 pasukan Inong Balee atau laskar yang terdiri atas para janda, ia berhasil
membunuh salah satu pemimpin Belanda yang terkenal, Cornelis de Houtman.
1. aspek politik.
Kehidupan politik dan pemerintahan Kerajaan Aceh dipimpin oleh seorang sultan,
terdapat kurang lebih 35 Sultan di Kesultanan Aceh Darussalam.
Beliau merupakan pendiri kerajaan Aceh sekaligus sultan pertama. Ia memerintah dari
tahun 1514 hingga 1528 masehi. Pada masa kekuasaannya, kesultanan Aceh berusaha untuk
meluaskan daerah kekuasaannya. Selain itu, pada masa kepemimpinan Sultan Ali Mugyat Suyah
kerajaan Aceh melakukan serangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka.
- Sultan Salahuddin
Sultan Salahuddin merupakan putera Sultan Ali Mughayat. Ia menjadi sultan di Kerajaan
Aceh pada tahun 1528 setelah ayahnya wafat. Pada masa pemerintahannya, kesultanan Aceh
mengalami kemerosotan, sebab Sulatan tidak memperdulikan kerajaan. Masa
pemerintahananya kemudian berakhir pada tahun 1537 masehi dan digantikan oleh
saudaranya.
Sultan ketiga ini merupakan saudara Sultan Salahuddin. Ia memerintah kesultanan Aceh
dari tahun 1537 hingga 1568 masehi. Pada masa pemerintahan Alaudin Riayat, Kesultanan Aceh
mengalami banyak perubahan. Terutama terhadap perbaikan bentuk pemerintahan Aceh dan
perluasan wilayah. Kesultanan Aceh pada masa ini dapat menaklukkan kerajaan Aru. Selain itu,
ia juga melakukan serangan terhadap kerajaan Malaka, namun gagal. Pada masa sultan ketiga
ini, kerajaan Aceh mengalami pergolakan, yaitu terdapat pemberontakan dan perebutan
kekuasaan, sehingga masa pemerintahannya pun berakhir.
Sultan keempat kesultanan Aceh bernama Sultan Iskandar Muda. Pada masa ini Aceh
mengalami masa kejayaan. Kesultanan Aceh tumbuh menjadi kerajaan besar dibidang
perdagangan, bahkan menjadi penghubung antara pedagang-pedagang asing. Sebab letak
kerajaan Aceh sangat strategis sebagai bandar transito. Pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda, ia juga melanjutkan serang terhadap Portugis dan Johor. Hal ini bertujuan
untuk menguasai penuh jalur perdagangan di wilayah Selat Malaka. Selain itu, muncul juga ahli-
ahli tasawwuf seperti Syech Ibrahim As Syamsi dan Syech Syamsuddin bin Abdullah As
Samatrani.
2. aspek ekonomi.
Lada, Emas, Minyak Tanah, Kapur, Sutera, Kapas, Kapur barus, Menyan, Belerang
3. aspek sosial.
Selain di bidang perekonomian, pengaruh letak yang strategis membuat kehidupan sosial
budaya di kerajaan Aceh tumbuh pesat. Hal ini disebabkan karena interaksi dengan orang-orang
luar seperti pedagang-pedagang dari Timur Tengah dan Eropa. Kehidupan sosial budaya dapat
dilihat landasan hukum yang berlaku yang didasari dari ajaran Islam. Hukum adat ini disebut
hukum adat Makuta Alam. Kekuasaan Aceh atas daerah – daerah pantai timur dan barat
Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yang
merupakan jalan dagang internasional
4. aspek budaya.
Kejayaan yg dialami oleh kerajaan Aceh tsb tidak banyak diketahui dlm bidang
kebudayaan. Walupun ada perkembangan dlm bidang kebudaaan, tetapi tdk sepesat
perkembangan dalam ativitas perekonomian. Peninggalan kebuadayaan yg terlihat
Yaitu salah satu peninggalan Kerajaan Aceh, setelah keraton (dalam) tak dapat
terselamatkan karena pasukan Belanda yang menyerbu Aceh. Taman ini dibangun pada saat
pemerintahan Sultan Iskandar Muda yang memerintah tahun 1607-1636. Sultan Iskandar Muda
berhasil menaklukkan Kerajaan Pahang serta Kerajaan Johor di Semenanjung Malaka.
2. Pintu Khop
Berada di Kelurahan Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Tempat ini
adalah sejarah Aceh jaman dulu yang dibangun pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda.
Selain itu, tempat ini juga adalah pintu penghubung antara istana serta taman putroe phang.
Pinto khop ini merupakan pintu gerbang yang berbentuk kubah. Pinto khop ini juga adalah
tempat beristirahat putri pahang jika telah selesai berenang, posisinya tak jauh dari gunongan.
Nah, disitulah dayang-dayang membersihkan rambut permaisuri. Selain itu, disana juga ada
sebuah kolam yang dipakai permaisuri untuk mandi bunga.
Pada masa Sultan Selim II dari Turki Utsmani, dikirimkan beberapa pembuat senjata serta
teknisi dari Turki ke Aceh. Lalu Aceh menyerap kemampuan ini serta dapat memproduksi
meriam sendiri dari kuningan. Perlu anda ketahui, meriam ini digunakan untuk
mempertahankan Aceh dari serangan penjajah.
4. Makam Sultan Iskandar Muda
Makam dari Raja Kerajaan Aceh yang paling terkenal, Sultan Iskandar Muda. Makam yang
terdapat di Kelurahan Peuniti, Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh ini sangat kental dengan
nuansa Islami. Ukiran serta pahatan kaligrafi pada batu nisannya sangat indah serta menjadi
salah satu bukti sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
Aceh ada di jalur perdagangan serta pelayaran yang sangat strategis. Berbagai komoditas
yang datang dari penjuru Asia berkumpul di sana pada saat itu. Hal semacam ini membuat
kerajaan Aceh tertarik untuk membuat mata uangnya sendiri. Uang logam yang terbuat dari
70% emas murni ini lalu dicetak lengkap dengan nama-nama raja yang memerintah Aceh. Koin
ini masih sering ditemukan serta menjadi harta karun yang sangat diburu oleh beberapa orang.
Koin ini dapat juga dianggap sebagai salah satu peninggalan Kerajaan Aceh yang pernah berjaya
pada masanya.
merupakan suatu karya sastra dalam sastra Aceh yang berupa hikayat. Adapun isi dari
hikayat ini yaitu membicarakan mengenai jihad. Karya sastra ini ditulis oleh para ulama yang
berisi ajakan, nasehat, serta seruan untuk terjun ke medan jihad untuk menegakkan agama
Allah dari serangan kaum kafir. Bisa jadi, mungkin saja hikayat inilah yang menghidupkan
semangat juang rakyat Aceh dahulu untuk mengusir penjajah.