Anda di halaman 1dari 8

Cover

Pendekatan Degradasi Termodinamika Untuk Mengukur Respon Stress Manusia


Kata Pengantar

Rasa syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunianya
penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
penulis beri judul Pendekatan Degradasi Termodinamika Untuk Mengukur Respon Stress
Manusia.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas PJBL Termodinamika dari dosen
pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan
wawasan bagi penulis dan bagi para pembaca. Khususnya tentang hal yang berkaitan dengan
Pendekatan Degradasi Termodinamika Untuk Mengukur Respon Stress Manusia.

Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Bapak Renol Afrizon,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Termodinamika. Tidak lupa pula bagi pihak-
pihak lain yang telah mendukung penulisan makalah ini kami juga mengucapkan terima kasih.

Terakhir, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan penulis, agar
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Padang, 8 Mei 2022

Penulis
Daftar Isi
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Berdasarkan hukum termodinamika kedua, kita dapat menyimpulkan bahwa


segala sesuatu di alam semesta memiliki kecenderungan untuk menuju ketidakteraturan.
Sebagai contoh, sebuah apel pada akhirnya akan menjadi busuk, kemudian benar-benar
hilang wujud fisiknya, setidaknya jika dilihat dengan mata manusia. Proses pembusukan
dan hilangnya wujud benda tersebut adalah bagian dari apa yang oleh para fisikawan
disebut “entropi”. Entropi adalah indikator yang digunakan oleh manusia untuk
merasakan bahwa waktu berjalan “maju”. Kita merasakan bahwa waktu berjalan “maju”
dengan mengamati peningkatan ketidakteraturan (entropi) di sekitar kita.

Keriput diwajah dan tingkat stress juga termasuk contoh dari perubahan entropi,
Stres merupakan masalah umum yang terjadi dalam kehidupan umat manusia.
Kupriyanov dan Zhdanov (2014) menyatakan bahwa stres yang ada saat ini adalah
sebuah atribut kehidupan modren. Hal ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup
yang tidak bisa terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, termasuk anak-
anak, remaja, dewasa, atau yang sudah lanjut usia. Dengan kata lain, stres pasti terjadi
pada siapapun dan dimanapun.

Banyak peneliti telah mempelajari fisiologi stres manusia untuk lebih memahami
kompleksitas respons stres terhadap peristiwa stres di lingkungan yang berbeda. Sistem
fisiologis manusia mempertahankan suhu inti internal (98.6 ∘ F) pada tingkat normal
dengan meningkatkan atau menghambat produksi panas dan kehilangan panas. Status
mempertahankan suhu internal yang konstan disebut keadaan homeotermikdan fenomena
itu disebut homeostasis. Suhu kulit jari, yang dianggap mewakili sistem saraf simpatis
(SNS), merupakan indikator kuat dari respons stres manusia.

Termoreseptor yang terletak di bawah kulit merespons suhu lokal dan


perubahannya. Sinyal dari termoreseptor ditransmisikan oleh sistem saraf pusat ke
hipotalamus yang pada gilirannya menentukan keadaan termal tubuh secara keseluruhan
dan mengeluarkan perintah efektor yang sesuai, yang menyebabkan perubahan suhu
tubuh melalui perubahan aliran darah dan produksi panas metabolik.

Penelitian ini memberikan pendekatan degradasi termodinamika untuk


memodelkan respons stres manusia. Suhu kulit jari digunakan sebagai indikator respon
stres terhadap stressor (atau peristiwa stres) yang diikuti dengan pemulihan. Pendekatan
entropi didemonstrasikan dengan menggunakan data dari studi eksperimental sekolah
kedokteran. Suhu kulit jari diukur dalam tiga kondisi (relaksasi,stresor tugas, dan
pemulihan) selama profil uji fisiologis.. Pendekatan baru ini dapat bermanfaat bagi
peneliti medis, khususnya di bidang kesehatan kerja untuk mengevaluasi paparan
manusia terhadap lingkungan yang penuh tekanan.

2. Rumusan masalah

1. Bagaimana perubahan keadaan entropi antara sistem fisiologis manusia dan lingkungan
fisik?

2. Bagaimana kerusakan entropi akibat penyimpangan keadaan rilex?

3. Tujuan

1. Mengetahui perubahan keadaan entropi antara sistem fisiologis manusia dan lingkungan
fisik

2. Mengetahui kerusakan entropi akibat penyimpangan keadaan rilex


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perubahan Keadaan Entropi Antara Sistem Fisiologis Manusia dan Lingkungan Fisik

Entropi mungkin merupakan sumber dari keinginan manusia untuk memperoleh


capaian yang lebih tinggi dalam hal apapun yang mereka lakukan. Ketika manusia
mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi, mereka menghabiskan lebih banyak energi
dan sumber daya. Hal ini berujung pada peningkatan entropi alam semesta.

Saat membahas peningkatan kebahagiaan manusia, biasanya hal tersebut diartikan


sebagai pendapatan per kapita yang lebih tinggi, teknologi lebih canggih yang
mempermudah hidup, ketersediaan makanan dan air bersih, teknologi medis yang lebih
baik, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut diharapkan mampu meningkatkan
kebahagiaan manusia sekaligus memperpanjang umur mereka. Peningkatan kebahagiaan
dan kelanggengan usia masih sejalan dengan entropi, karena kita akan menghabiskan
lebih banyak energi dan sumber daya ketika kita memiliki akses yang lebih baik dan
langgeng terhadap dua hal tersebut.

Sebagian orang sudah mencoba untuk meminimalkan dampak aktivitas manusia


terhadap alam semesta biasa disebut “lingkungan” dalam skala yang lebih kecil dengan
meningkatkan kesadaran tentang masalah lingkungan dan menciptakan teknologi yang
lebih efisien. Dengan melakukan ini, mereka mentahbiskan dirinya sebagai pengikut setia
entropi yang perkasa. Mereka mengeksploitasi keunikan manusia sebagai organisme
untuk meminimalkan peningkatan entropi tidak hanya di tubuh mereka, tetapi juga di
alam semesta. Dengan melakukan itu, mereka memperpanjang keberadaan peradaban
manusia. Namun perlu dingat bahwa semakin panjang usia peradaban manusia, semakin
pendeklah usia alam semesta.

Di sisi lain, ada pula orang-orang sesat di dunia ini. Mereka adalah orang-orang
yang tidak setuju dengan dogma entropi untuk melestarikan kehidupan dan meningkatkan
kebahagiaan untuk melanggengkan eksistensi manusia. Mereka adalah para pendukung
perang. Mereka adalah orang-orang yang bersorak saat pemimpin dunia atau tokoh yang
mengancam atau melecehkan negara lain dengan alasan apa pun, yang oleh karenanya
dapat menyebabkan perang nuklir skala penuh. Mereka adalah orang-orang yang
mendukung hancurnya peradaban manusia. Ketika kita melihat orang-orang ini dengan
skala kosmos, mungkin merekalah “orang baik” yang sebenarnya. Mungkin mereka
adalah versi manusia yang telah berevolusi lebih jauh, sehingga secara tidak sadar
menginginkan alam semesta hidup lebih lama tanpa peradaban kita yang merusak.

Setelah melihat dua tipe manusia di atas, kebingungan moral muncul: yang
manakah yang “baik”, mereka yang melestarikan peradaban manusia, atau mereka yang
mempercepat kehancurannya demi melestarikan alam semesta? Penulis berpendapat
bahwa hal tersebut tergantung pada perspektif, namun entropi yang perkasa mungkin
memiliki satu kepentingan yang menguntungkan umat manusia. Ia ingin manusia
melestarikan peradabannya, sehingga entropi dapat mendaur ulang alam semesta sedikit
lebih cepat apabila ia melakukannya tanpa manusia.

B. Kerusakan Entropi Akibat Penyimpangan Keadaan Rilex


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Studi ini melibatkan penggunaan ekspresi perubahan entropi untuk menilai respon stres
manusia dalam kerangka metodologi degradasi termodinamika. Diakui bahwa perubahan entropi
hanyalah degradasi entropi seperti yang diungkapkan oleh suhu kulit jari. Tingkat penuaan
diperoleh dari rasio distribusi entropi selama tugas stres dengan waktu pemulihan. Secara
khusus, metode degradasi termodinamika ini dapat digunakan dalam pengaturan profesional di
mana pekerja terkena berbagai tekanan lingkungan.

Saran

Anda mungkin juga menyukai