Proposal Natanael
Proposal Natanael
OLEH:
NATANAEL MANGERBANG PASARIBU
NIM 161501162
OLEH:
NATANAEL MANGERBANG PASARIBU
NIM 161501162
Disetujui oleh:
Pembimbing,
Diketahui oleh:
Ketua Program Studi Sarjana Farmasi,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Hipotesis Penelitian.......................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.6 Kerangka Pikir Penelitian..............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................6
2.1 Pneumonia.....................................................................................................6
2.1.1 Defenisi Pneumonia....................................................................................6
2.1.2 Etiologi Pneumonia....................................................................................6
2.1.3 Klasifikasi Pneumonia................................................................................7
2.1.4 Patogenesis Pneumonia............................................................................10
2.1.5 Patologi Pneumonia..................................................................................11
2.1.6 Faktor Resiko Pneumonia.........................................................................12
2.1.7 Epidemiologi Pneumonia.........................................................................12
2.1.8 Diagnosis Pneumonia...............................................................................13
2.1.9 Penatalaksanaan Pneumonia.....................................................................19
2.1.10 Pencegahan Pneumonia..........................................................................27
2.2 Antibiotik.....................................................................................................27
2.2.1 Definisi Antibiotik....................................................................................27
2.2.2 Golongan Antibiotik.................................................................................27
2.3 Pengetahuan.................................................................................................28
2.3.1 Tingkat Pengetahuan................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................32
3.1 Jenis Penelitian............................................................................................32
3.2 Lokasi Penelitian.........................................................................................32
3.3 Populasi dan Sampel....................................................................................32
3.3.1 Populasi....................................................................................................32
3.3.2 Sampel......................................................................................................33
3.3.3 Metode Pengambilan Sampel...................................................................35
3.4 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................35
3.5 Instrument Penelitian...................................................................................35
3.6 Pengolahan Data..........................................................................................36
3.7 Analisis Data...............................................................................................37
3.8 Langkah Penelitian......................................................................................38
BAB IV JADWAL PENELITIAN....................................................................39
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................41
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
acquired Pneumonia (CAP) dan pneumonia yang didapat di rumah sakit atau
yang lebih banyak dibandingkan HAP (Mia N. A. Fatin, Cherry Rahayu, Auliya
A. Suwantika).
Etiologi pneumonia berbeda beda pada berbagai tipe dari pneumonia, hal ini
Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita dan bayi serta
dapat terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia. Manifestasi klinik
menjadi sangat berat pada pasien dengan usia sangat muda, manula serta pada
1
Pneumonia komunitas (PK) atau community-acquired pneumonia (CAP)
masih menjadi suatu masalah kesehatan utama tidak hanya di negara yang
tahun 2001 mencatat kematian akibat pneumonia dan infeksi saluran nafas
sebanyak 34 per 100.000 penduduk pada pria dan 28 per 100.000 penduduk pada
RI, 2018)
Biaya yang terkait dengan pengobatan CAP terhitung tinggi, yakni berkisar 254–
Suwantika).
Pneumonia merupakan salah satu infeksi yang sering ditemukan pada usia
lanjut. Terdapat lebih dari sejuta kasus pneumonia yang memerlukan perawatan di
Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak
2
prevalensi, atau jumlah penderita pneumonia dibandingkan pada tahun 2013.
penyakit ini pada 2018 yaitu sekitar 2 persen, sedangkan pada tahun 2013 adalah
1,8 persen. Pengetahuan dan pemahaman tentang infeksi ini menjadi penting
disamping karena penyebarannya sangat luas yaitu melanda bayi, anak-anak dan
Pemilihan antibiotik yang kurang tepat pada suatu terapi pengobatan dan
oleh pasien maupun rumah sakit dan pemerintah. Adapun pemilihan antibiotik
dengan biaya relatif tinggi belum tentu bisa menjamin efektivitas terapi pasien.
Kondisi ini yang menarik perhatian penulis untuk lebih mengetahui gambaran
3
1.2 Perumusan Masalah
efisiensi biaya diantara model terapi antibiotik pada pasien ISPA di rawat inap
dalam penelitian ini adalah : Terdapat perbedaan efektivitas pengobatan dan efisiensi
biaya diantara model terapiantibiotik pada pasien ISPA dirawat inap RSUP Haji
Berdasarkan hipotesis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
untuk menganalisis efektivitas biaya (Cost efectiveness ratio) antara model terapi
antibiotik pada pasien ISPA di rawat inap RSUP Haji Adam Malik Medan.
a.Bagi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
mutu pelayanan kesehatan pada pasien CAP di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik.
pengobatan secara umum untuk CAP di rawat inap, serta untuk mengetahui
dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mengetahui antibiotik yang paling cost-
effective pada pasien CAP dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik.
pengaruh antara variabel bebas, yaitu umur, jenis kelamin, biaya terapi : Terapi
Obat,biaya rawat inap,biaya rawat jalan, visite dokter , biaya Check up, biaya
radiologi terhadap variabel terikat, yaitu Penurunan WBC (White Blood Cell) dan
berikut:
5
- Terapi Obat
- Rawat inap Penurunan WBC (white
- Rawat jalan Blood Cell)
- Visite Dokter - CER
- Check up - ICER
Biaya langsung medis
- Radiologi Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Penelitian
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pneumonia
2003). Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
oleh eksudat (Somantri, 2007). Menurut WHO (2011) Pneumonia adalah bentuk
dengan nanah dan cairan sehingga membuat pernafasan terasa menyakitkan dan
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang
diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif,
7
sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI,
2003).
Etiologi pneumonia berbeda beda pada berbagai tipe dari pneumonia, hal
dkk, 2009).
peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh Severe acute respiratory
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
8
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
infeksi influenza;
c. Pneumonia virus
a. Pneumonia lobaris, Sering pada pneumonia bacterial, jarang pada bayi dan
orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan
Menurut (Depkes RI, 2005) Ditinjau dari asal patogen, maka pneumonia
9
1. Community Acquired Pneumonia (CAP)
Merupakan pneumonia yang didapat diluar rumah sakit atau panti jompo.
(RSV). Pada anak-anak patogen yang biasa dijumpai sedikit berbeda yaitu
2. Nosokomial Pnuemonia
sakit. Patogen yang umum terlibat adalah bakteri nosocomial yang resisten
enterik golongan gram negatif batang seperti E.coli, Klebsiella sp., Proteus sp.
Pada pasien yang sudah lebih dulu mendapat terapi cefalosporin generasi ke-
tiga, biasanya dijumpai bakteri enterik yang lebih bandel seperti Citrobacter
3. Pneumonia Aspirasi
cairan lambung. Pneumonia jenis ini biasa didapat pada pasien dengan status
kombinasi dari flora mulut dan flora saluran napas atas, yakni meliputi
10
Streptococci anaerob. Sedangkan pada Nosocomial Aspiration Pneumoniae
bakteri yang lazim dijumpai campuran antara Gram negative batang + S. aureus
biak dan menimbulkan penyakit. Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada
1. Inokulasi langsung
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara kolonisasi.
atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5-2,0 m melalui udara dapat
mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila
terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi
aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini
merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari
sebagian kecil secret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga
pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alcohol dan pemakai oba (drug
abuse).
11
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 /ml,
8-10
sehingga aspirasi dari sebagian kecil secret (0,001 – 1,1 ml) dapat memberikan
titer inoculum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia. Pada pneumonia
saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa penelitian tidak ditemukan
reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN
bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada waktu terjadi peperangan antara host
dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang terisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel
darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif
12
4. Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan .
Merokok
Obstruksi Bronkial
kortikosteroid
2005).
Pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi pada balita dan bayi serta
menjadi penyebab penyakit umum terbanyak (Depkes RI, 2001). Pneumonia dapat
terjadi sepanjang tahun dan dapat melanda semua usia. Manifestasi klinik menjadi
sangat berat pada pasien dengan usia sangat muda, manula serta pada pasien
Pneuonia merupakan salah satu infeksi yang sering ditemukan pada usia
lanjut. Terdapat lebih dari sejuta kasus pneumonia yang memerlukan perawatan di
13
Pneumonia pada usia lanjut berkaitan dengan meningkatnya morbiditas,
Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak
di dunia, dan sekitar 935.000 (15%) kematian anak disebabkan oleh pneumonia.
peringkat ke delapan sedunia (Depkes RI, 2014). Data Riset Kesehatan Dasar
diagnosis tenaga kesehatan jumlah orang yang mengalami gangguan penyakit ini
pada 2018 yaitu sekitar 2 persen, sedangkan pada tahun 2013 adalah 1,8 persen.
pneumonia pada bayi lebih tinggi yaitu sekitar 0,16 % dibandingkan dengan
kelompok anak umur 1-4 tahun sebesar 0,05 % (Kemenkes RI, 2019).
dan gejala, hasil pemeriksaan laboratorium dan mirkobiologis, evaluasi foto x-ray
dada. Gambaran adanya infiltrate dari foto x-ray merupakan standar yang
lainnya yang lazim dipakai adalah kultur darah, khususnya pada pasien dengan
pneumonia fulminan, serta pemeriksaan Gas Darah Arteri (Blood Gas Arterial)
yang akan
14
menentukan keparahan dari pneumonia dan apakah perlu-tidaknya dirawat di ICU
1. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
meningkat dapat melebihi 40℃, batuk dengan dahak mukoid atau purulen
b. Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pada
disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada
stadium resolusi.
2. Pemeriksaan penunjang
a. Gambaran radiologis
intersitial serta gambaran kaviti. Foto toraks saja tidak dapat secara khas
disebabkan oleh
15
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aerugionosa sering
terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus .
b. Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif
1. Batuk-batuk bertambah
16
Penilaian derajat keparahan penyakit pneumonia komuniti dapat dilakukan
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu lebih
a. Kriteria minor
17
1. Membutuhkan ventilasi mekanik
4. Kreatinin serum >2 mg/dl atau peningkatan > 2mg/dl, pada penderita
Berdasar kesepakatan PDPI, kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap
2. Bila skor PORT kurang dari 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila
septik]) atau 2 dari 3 gejala minor tertentu (Pa O2 / Fi O2 kurang dari 250 mmHg,
foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral, dan tekanan sistolik < 90
mmHg).
18
Kriteria minor dan mayor yang lain bukan merupakan indikasi untuk perawatan
Pneumonia atipik
Pada pneumonia selain ditemukan bakteri penyebab yang tipik sering pula
psittasi, Coxiella burnetti, virus Influenza tipe A & B, Adenovirus dan Respiratory
Demam, batuk non produktif dan gejala sistemik berupa nyeri kepala dan
myalgia. Gejala klinis pada tabel dibawah ini dapat membantu menegakkan
b. Pada pemeriksaan fisis terdapat ronki basah tersebar, konsolidasi jarang terjadi.
4. Uji serologi
5. Cold agglutinin
19
6. Uji fiksasi komplemen merupakan standar untuk diagnosis M. pneumoniae
pneumoniae
Untuk membantu secara klinis gambaran perbedaan gejala klinis atipik dan tipik
dapat dilihat pada gambar 2, walaupun tidak selalu dijumpai gejala-gejala tersebut
Gambar 2.3 Gejala pada pneumonia atipik dan tipik (Sumber: PDPI, 2003)
infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara
empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah
berspektrum sempit sesuai pathogen. Terapi CAP dapat dilaksanakan secara rawat
jalan. Namun pada kasus yang berat pasien dirawat di rumah sakit dan mendapat
20
Menurut PDPI (2003) Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan
data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena beberapa
alasan yaitu:
pneumonia
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
sebagai berikut :
Golongan Penisilin
TMP-SMZ
Makrolid
Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
Aminoglikosid
Tikarsilin, Piperasilin
21
Karbapenem : Meropenem, Imipenem
Siprofloksasin, Levofloksasin
Vankomisin
Teikoplanin
Linezolid
Haemophillus influenzae
TMP-SMZ
Azitromisin
Fluorokuinolon respirasi
Legionella
Makrolid
Fluorokuinolon
Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
Doksisiklin
Makrolid
Fluorokuinolon
22
Dalam hal mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati
dirumah. Juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang
c. Pecandu alcohol
3. Pseudomonas aeruginosa
a. Bronkiektasis
d. Gizi kurang
23
Penatalaksanaan pneumonia komuniti dibagi menjadi :
Bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
jam
24
Petunjuk terapi empiris menurut PDPI (2003) :
Rawat jalan
moksifloksasin, gatifloksasin).
azitromisin)
Rawat Inap
(siprofloksasin)
3. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik : Sefalosporin anti pseudmonas i.v atau
carbapenem i.v ditambah aminoglikosida i.v ditambah lagi makrolid baru atau
25
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan / memburuk maka
pengobatan disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitivity (PDPI, 2003).
bahwa terapi untuk pneumonia sesuai etiologi dari pneumonia tersebut atau lebih
26
Menurut Depkes (2005) Antibiotika pada terapi pneumonia, seperti pada
27
2.1.10 Pencegahan Pneumonia
usia lanjut, penyakit kronik, diabetes, penyakit jantung koroner, PPOK, HIV,
2.2 Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
1. Penicillin
2. Cefalosporin
β-laktam lain yaitu berikatan dengan penicillin protein binding (PBP) yang
28
3. Makrolida
Eritromisina merupak prototipe golongan ini sejak ditemukan pertama kali pada
4. Tetrasiklin
amino keribosom bakteri (sub unit 30S) .Generasi pertama meliputi tetrasiklin,
5. Quinolon
DNA-gyrase.
6. Sulfonamida
2.3 Farmakoekonomi
analisis dari biaya terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan, tentang proses
29
program pelayanan terapi (Vogenberg, 2001).
membantu para pembuat kebijakan dalam menentukan pilihan atas alternatif- alter
natif pengobatan yang tersedia agar pelayanan kesehatan lebih efektif dan efisien
(Trisna, 2010).
membantu dalam pengambilan keputusan klinik dalam pemilihan terapi yang efektif
(CUA),dan Cost of Illness (COI) yang penting bagi pembuat keputusan dalam sistem
metode, mengukur biaya dalam rupiah tetapi berbeda dalam mengukur dan
telah dibuktikan memiliki efek yang sama, serupa, atau setara. Jika dua terapi atau
dua (jenis, merek) obat setara secara klinis, yang perlu dibandingkan hanya biaya
untuk melakukan intervensi. Sesuai prinsip efisiensi ekonomi, jenis atau merek obat
30
yang menjanjikan nilai terbaik adalah yang membutuhkan biaya paling kecil per
periode terapi yang harus dikeluarkan untuk mencapai efek yang diharapkan
(Newbydan Hill, 2003). Pada pola ini perlu studi epidemiologis sebelumnya, yang
mungkin menunjukkan bahwa dua intervensi atau lebih terhadap suatu kegiatan
memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang
berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program
mana yang akan dipilih didasarkan pada discounted unit cost dari masing-masing
terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis atau pengambil keputusan
menggambarkan total biaya program atau alternatif dibagi dengan outcome klinik,
dipresentasikan sebagai unit moneter per outcome klinik spesifik yang dihasilkan
sehingga klinisi dapat memilih alternatif dengan biaya lebih rendah untuk setiap
Analisis manfaat biaya (AMB) adalah suatu teknik analisis dalam ilmu
(Kemenkes RI., 2013). Contoh dari cost benefit analysis adalah membandingkan
31
Pengukuran dapat dilakukan dengan menghitung jumlah episode penyakit yang
hidup atau quality adjusted life years (QALYs) dan hasilnya ditunjukkan dengan
biaya per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat
benar sehat, maka nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1 (satu). Keuntungan dari
analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup sedangkan kekurangan
tertentu dalam suatu populasi. Metode evaluasi ini sering disebut sebagai beban
langsung dari suatu penyakit maka dapat ditentukan nilai relatif dari pengobatan
kepada masyarakat, biaya dari pencegahan dapat dikurangkan dari biaya yang harus
penyakit tertentu. Jadi, nilai dari biaya pencegahan dan pengobatan dapat diukur
melalui COI (Shanchez, 1994). Metode yang digunakan untuk biaya pelayanan
32
dinilai dengan menjumlahkan masing-masing komponen biaya yang diperlukan
yaitu:
a.Biaya langsung medis (Direct Medical Cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh
pasien terkait dengan jasa pelayanan medis, yang digunakan untuk mencegah
Biaya langsung non-medis adalah biaya yang dikeluarkan pasien tidak terkait
Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien,
Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis,
tidak dapat diukur dalam mata uang. Biaya yang sulit diukur seperti rasa
e.Opportunity
Jenis biaya ini mewakili manfaat ekonomi bila menggunakan suatu terapi pengganti
dibandingkan dengan terapi terbaik berikutnya. Oleh karena itu, jika sumber daya
33
telah digunakan untuk membeli program atau alternatif pengobatan, maka
tujuan yang lain. Dengan kata lain, Opportunity Cost adalah nilai yang
penghasilan/pendapatan.
f.Incremental cost
Disebut juga biaya tambahan, merupakan biaya tambahan atas alternatif atau
hasil (outcome) yang ditawarkan. Incremental Cost adalah biaya tambahan yang
a. Analisis
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
b. Sintesis
c. Evaluasi
masyarakat.
Ada dua cara manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu
dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
trial, dan adoption agar tercapai tujuan dan sasaran yaitu terkendalinya
35
36
37
38
39
40
BAB III
METODE PENELITIAN
menganalisis keefektifan biaya pada terapi pasien CAP rawat inap di RSUP Haji
Adam Malik dari sudut pandang BPJS dan biaya Pribadi berdasarkan nilai CER
dan ICER. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dari rekam medis
pasien CPA dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2020
- Desember 2021.
tersedianya data pasien CPA dan RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan
Rumah Sakit Pendidikan dan sebagai pusat rujukan di Provinsi Sumatra Utara.
3.3.1 Populasi
Populasi . Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medis
pasien penyakit CPA rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode
41
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel Sampel pada penelitian ini adalah rekam medis pasien CPA
yang menjalani rawat inap di RSUP Haji Adam Malik dengan kriteria
sebagai berikut:
Kriteria inklusi:
a.Pasien CPA yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat
Haji adam Malik Januari 2019 – Desember 2020 yang dibiayai oleh BPJS
c.Pasien dengan rekam medis lengkap dan memuat informasi dasar yang
jeniskelamin).
infeksi.
Kriteria ekslusi:
Pasien yang pulang dengan CPA status PAPS ( pulang atas permintaan
rekam medis dan status pasien CPA yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik
Medan periode Januari 2020 - Desember 2021. Data diperoleh berdasarkan rekam
a.Data karakteristik pasien meliputi nomor rekam medis, nama inisial, jenis
42
b. Data klinis pasien berupa hasil pemeriksaan laboratorium,pemeriksaan
Radiologi,
c.Data biaya antibiotik yang digunakan pasien selama pasien dirawat di rumah
sakit, berdasarkan nama, jenis, dosis, frekuensi, lama pemberian dan cara
pemberian.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang
Validitas berasal dari kata validity yang artinya adalah sejauh mana
ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Variabel (pertanyaan)
dikatakan valid jika skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan
skor
43
totalnya. Teknik korelasi yang digunakan yaitu korelasi Pearson Product Moment
(Hastono, 2006).
ukur dapat dipercaya dan digunakan dengan pengukuran yang tetap konstan
apabila dilakukan pengukuran lebih dari dua kali untuk alat ukur yang sama.
reliabel jika seseorang menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner secara
atau kuesioner, apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,
mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat entry
data.
memproses data agar data yang sudah dientry dapat dianalisis. Pemprosesan
data dilakukan dengan cara mengentry data dari kuesioner ke paket program
komputer.
44
d. Pembersihan data (cleaning), dilakukan untuk pengecekan kembali data yang
(Hastono, 2006).
Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data
data tersebut dari hasil yang sudah ada sebelumnya pada tahap hasil pengolahan
paket program statistk yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data
segala bentuk file data, modifikasi data, membuat tabulasi berbentuk distribusi
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat
dan analisis bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk
dengan membuat distribusi dari setiap variabel yang diteliti (Notoadmojo, 2010).
masing variabel, maka dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Apabila diinginkan
analisis hubungan antar dua variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat
45
bivariat. Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi dua
variabel bebas terikat. Dalam penelitian ini analisa bivariat dilakukan dengan
menggunakan uji chi square. Derajat kepercayaan dalam penelitian ini yang
digunakan adalah 95% dengan α sebesar 5%. Sehingga bisa diasumsikan jika p
value <0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara variabel yang
diteliti. Sedangkan jika p value >0,05 berarti dapat disimpulkan bahwa tidak
46
BAB IV
JADWAL PENELITIAN
Minggu
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
1. Studi Literatur
2. Diskusi dan
Bimbingan Judul
3. Penetapan Judul
Penelitian
4. Pengajuan Judul
dan Pembuatan
Kuesioner Online
5. Studi Literatur
Penyusunan
Proposal
6. Penyusunan
Proposal Penelitian
7. Diskusi dan
Bimbingan
Proposal
8. Pengajuan Proposal
dan Ethical
clearance.
47
9. Penelitian Survei
Online
Penyusunan Hasil
Penelitian
Bimbingan Hasil
Penelitian
Penyusunan Bahan
Seminar
Pengajuan Seminar
Seminar
16. Seminar
Pengajuan Sidang
18. Sidang
48
DAFTAR PUSTAKA
Castillo JG, Sanchez FJ. 2017. Pneumonia. Dalam: Halter JB, Ouslander JG,
StudenskiS, High KP, Asthana S, Ritchie CS, et al, editor (penyunting).
Hazzard’s geriatric medicine and gerontology.Edisi ke-7. New York: The
mcgraw Hill Companies Inc. Halaman. 1957-70.
Davey P. 2005. At a glance medicine. Jakarta : Erlangga . Halaman 174.
Depkes RI. 2002. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2005. Pharmaceuitical care untuk penyakit infeksi saluran
pernafasan. Jakarta : Departemen kesehatan RI.
Febryery, L. C. 2012. Evaluasi Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta terhadap Tindakan
Swamedikasi Acne Vulgaris. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Gultom, Y.T., Lestari, S. 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus
Tentang Manajemen Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Soebroto Jakarta Pusat. Skripsi. Jakarta: FIK UI. Halaman: 38.
Hastono, S.P. 2006. Basic Data Analysis for Health Research Training. Jakarta:UI
Press. Halaman 6, 56, , 90.
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Naseh, S. 1993. Keunggulan dan Keterbatasan Beberapa Metode Penelitian
Kesehatan. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 3(1).
Halaman 24.
Noor, J. DR. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Kencana Prenada Media
Group Notoatmodjo,S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Halaman: 70-71.
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Halaman 131-132, 138-147.
PDPI. 2003. Pneumonia Komuniti Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
PDPI. 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia.
Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Prasetyo, B., dan Jannah, L.M. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi. Edisi Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal. 4, 136,
168.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Press.
Somantri I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Halaman 67.
Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III Edisi V. Jakarta : Interna Publishing. Halaman 2196-2205
49
Suharso. 2010. Model Analisis Kuantitatif: Teori dan Konsep Instrumen Kebijan
Publik. Jakarta: Indeks. Halaman 63.
Suriassumatri, Jujun, S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Tjay, T.H., Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek- Efek Sampingnya. Edisi VI. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Kompas- Gramedia.
World Health Organization. 2019. Pneumonia. [Online].
Https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/pneumonia. [diakses:
21 juni 2020].
50