Amoris Laetitia merupakan seruan apostolic pascasinode dari sidang umum biasa XIV sidang para uskup tentang keluarga.
Seruan ini ditujukan bagi seluruh hirarki gereja, para pendamping & pelayan pastoral keluarga kristiani, dan seluruh umat
katolik yang ingin memahami ajaran magisterium & pandangan Paus tentang situasi perkawinan & pastoral keluarga masa
kini.
- Suka cita keluarga adalah suka cita gereja. Pewartaan kristiani tentang keluarga merupakan kabar baik
- Kompleksitas persoalan keluarga mengindikasikan perlunya diskusi terbuka secara terus menerus
- Mengundang keluarga-keluarga kristiani untuk menghargai anugrah perkawinan & keluarga, bertekun dalam cinta
kasih yang diperkuat oleh nilai-nilai kemurahan hati, komitmen, kesetiaan dan kesabaran
- Mendorong setiap orang menjadi tanda kerahiman & kedekatan pada keluarga bermasalah
- Semua pihak dipanggil untuk mengasihi & mencintai keluarga. Keluarga bukanlah masalah; keluarga pertama &
utama adalah sebuah kesempatan
- Pasangan yang mencintai melahirkan kehidupan. Dengan itu jalan keselamatan berkembang
- Kehadiran anak-anak merupakan tanda kelangsungan keluarga melalui sejarah keselamatan dari generasi ke
generasi
- Ruang kehidupan keluarga bisa berubah menjadi Gereja Rumah Tangga, tempat untuk Ekaristi, tempat kehadiran
Kristus. Rumah yg dihiasi kehadiran Allah, doa bersama & berkat Tuhan
- Maz. 78:3-6 Anak-anak dibesarkan dalam iman. Rumah menjadi tempat pewartaan iman, memperkenalkan puji-
pujian kepada Tuhan, Kekuasaan Tuhan & perbuatan ajaibNya
- Keluarga adalah tempat dimana orang tua menjadi guru iman pertama bagi anak-anaknya
- Orang tua berkewajiban mendidik anaknya secara serius sebagaimana diajarkan oleh orang-orang bijak (Ams. 3:11-
12; 6:20-22; 22:15; 23:13-14; 29:17)
Dalam Perkawinan:
- Orang tua berkewajiban sangat berat & primer untuk sekuat tenaga mendidik anak-anak (bdk Kn 1136; FC 60)
- Anak-anak bias dididik oleh ayah & ibu (utuh)
- Anak-anak memiliki jaminan kebutuhan (kehidupan) yang jelas & pasti
- Anak-anak bukanlah hak milik keluarga. Mereka memiliki tujuan hidupnya sendiri bahkan Yesus menunjukkan
anak-anak sebagai”GURU”. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat & menjadi seperti anak
kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga (Mat.18:3-4)
- Anak-anak dipanggil untuk menghormati ayah & ibu mereka (Kel.20:12). Siapa yang menghormati bapaknya,
menebus dosanya; siapa memuliakan ibunya seperti orang yang menimbun harta benda (Sr 3:3-4)
- Allah adalah sumber penghiburan, teman seperjalanan untuk setiap keluarga yang sulit dan menderita (22)
- Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka dan maut tidak akan ada lagi, tidak akan ada lagi
perkabungan atau ratap tangis atau duka cita (Why 21:4)
- Suka cita akan memenuhi hati & hidup semua orang yang menjumpai Yesus (EG1)
1. Budaya individualistik
2. Ritme hidup masa kini
3. Perubahan antropologi & budaya – otonomi yg luas
4. Menurunnya jumlah perkawinan
5. Bertumbuhnya jumlah orang yang memutuskan hidup sendiri atau hidup bersama tanpa ada ikatan
6. Sekularisme/ketidaktertarikan pada institusi gereja
7. Kemiskinan yang ekstrem
8. Anak diluar nikah & eksploitasi seksual anak-anak
9. Migrasi
10. Kaum lansia perlu dihormati
11. Komunikasi kurang-kecanduan TV
12. Ketagihan narkoba & alcohol
13. KDRT
14. Ketidakhadiran orangtua/ bapak
15. Ideologi gender
Pada prinsipnya, baik pria maupun wanita mempunyai kebutuhan yang khas secara fisik & afektif. Kebutuhan ini perlu
dipahami & dicermati sehingga dapat meminimalisir konflik.
Ambillah waktu yg berkualitas, ini berarti anda siap mendengarkan dengan sabar & perhatian terhadap semua yg akan
dikatakan orang lain. Ini membutuhkan disiplin diri untuk tidak berbicara sampai waktu yg tepat.
Banyak keluarga yg jauh dari menganggap diri mereka sempurna hidup dalam kasih memenuhi panggilan mereka dan
terus melangkah maju walaupun mereka jatuh berkali-kali sepanjang jalan mereka.
Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, maka terikat kewajiban amat berat untuk mendidik
mereka. Oleh karena itu orang tualah yang harus diakui sebagai PENDIDIK mereka yang PERTAMA dan UTAMA (Concile
Vatican II, Gravissimum Educationis no.3)
Hubungan yg baik antar generasi merupakan jaminan untuk masa depan & juga merupakan jaminan bagi suatu masyarakat
yang betul-betul manusiawi. Suatu masyarakat dengan anak-anak yg tidak menghormati orang tuanya adalah Masyarakat
Tanpa Kehormatan (Amoris Laetitia 189)
Kesimpulan Amoris Laetitia:
1. Keluarga adalah tempat dimana Allah & cintaNya hadir & bekerja
2. Seluruh keluarga perlu dibantu untuk bertumbuh dalam cinta
3. Keluarga dalam kesulitan & dalam relasi pribadi yg tidak ideal, harus dirawat & dibantu dengan Cinta & Belas Kasih
1. Cinta yg memberi & terus menerus -> himne cinta St. Paulus (1 Kor.13:4-7)
2. Cinta yg mengampuni -> relasi cinta rusak ketika direduksi dalam sebuah sifat yg mendominasi
Keluarga adalah tempat orang belajar menjadi tanpa pamrih, menemukan cara membantu orang berpindah dari
situasi DOSA ke situasi RAHMAT
3. Cinta yg selalu baru (AL 163) -> transformasi cinta
Tidak ada keluarga yg jatuh dari surga, sudah sempurna terbentuk; keluarga-keluarga perlu terus menerus bertumbuh dan
menjadi matang dalam kemampuannya mencintai
Hidup perkawinan & keluarga menjadi semakin kokoh kalau selalu terhubung dengan Allah & seluruh anggota
keluarga
Iman dihayati dalam keluarga; hadirat Tuhan tinggal dalam keluarga-keluarga yang nyata & konkret dengan semua
masalah & pergumulan sehari-hari, berbagai suka cita & harapan (AL 315)
Perkawinan adalah sarana Aku & Kamu untuk saling menyempurnakan karena kita disatukan bukan dalam
Kesempurnaan
Kasih sejati sebagai pusat hidup keluarga (compassionate)
Belas Kasih adalah inti terdalam dari Cinta
Keluarga adalah tempat dimana cinta dirasakan, Suka Cita dialami & pemberian diri menjadi spiritnya, solidaritas &
hospitalitas perlu dikembangkan dalam keluarga
o Cinta itu adalah kekaguman ditengah rutinitas, kita tetap memberi pujian untuk pasangan & anak-anak kita
agar tangki cinta tidak kosong
o Cinta itu adalah kehadiran dimana satu sama lain bisa hadir untuk mendengarkan, meneguhkan &
menciptakan kebersamaan
o Cinta itu tindakan melakukan hal-hal yg sederhana & terus menerus
Komitmen VS momen (jatuh cinta adalah momen, sementara mencintai adalah sebuah komitmen)