Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TIM PENDAMPING KELUARGA


( TPK )

DISUSUN OLEH:
Wasim Sutarsim, SE.

Penyuluh KB Kecamatan Haurgeulis


Kabupaten Indramayu

PERWAKILAN BKKBN PROVINSI JAWA BARAT


2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat karunianya kami dapat menyusun makalah ini selesai pada waktunya.
Makalah ini kami beri judul “Tim Pendamping Keluarga (TPK)”
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi Tugas Akreditasi bagi
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Periode bulan Juli - Desember 2021. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk memberikan tambahan wawasan bagi
pembaca terutama bagi pemerhati, pengambil kebijakan dan praktisi program
Bangga Kencana. Khususnya bagi kami sebagai penulis, makalah ini diharapkan
mampu meningkatkan keterampilan dalam hal menulis Karya Ilmiah, dan bagi
kami sebagai Penyuluh KB, tulisan ini diharapkan menjadi pengetahuan dasar
tentang Materi Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang merupakan salah satu
program Perioritas Nasional dari Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), sebagai modal dasar
serta penunjang dalam melaksanakan Advokasi dan KIE sebagai tugas dan fungsi
utama Penyuluh KB.

Ucapan terima kasih tidak lupa disampaikan kepada :


1. Ibu Dra. TRINANI ROCHAENINGSIH, MM. selaku Kepala DPPKB
Kabupaten Indramayu yang telah memberi persetujuan atas makalah ini.
2. Bapak H. Cariman, SKM., MM. selaku Kepala UPTD PPKB Kecamatan
Haurgeulis, yang telah berkenan untuk memberi legalitas pada makalah ini.
3. Bapak Absori, SE. Sebagai Penyuluh KB Senior di Kecamatan Haurgeulis
yang telah memberi bimbingan dalam pembuatan makalah ini. Seluruh pihak
yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
bentuk materi, dukungan semangat dan doa, sehingga makalah ini berhasil
diselesaikan.

Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan kami, agar

i
kedepannya bisa menulis makalah dengan lebih baik lagi. Keritik dan saran dapat
ditujukan kepada penulis melalui interaksi langsung maupun melalui media
dimana makalah ini dipublikasikan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membaca, khususnya bagi kami
sebagai penulis sekaligus sebagai Penyuluh Keluarga Berencana.

Haurgeulis, 01 Desember 2021


Mengetahui Penulis
Ka. UPTD PPKB Kec. Haurgeulis

H. CARIMAN, SKM., MM. WASIM SUTARSIM, SE.


NIP. 19751018 199703 1 003 NIP. 19701017 201001 1 002

Menyetujui:
Kepala DPPKB Kabupaten Indramayu

Dra. TRINANI ROCHAENINGSIH, MM.


Pembina Utama Muda
NIP. 19641028 198503 2 003

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………….……………………………………..…… i
KATA PENGANTAR..…………………………………………………….…. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………....… iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….… 2
C. Tujuan……………………………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Tujuan Dibentuknya Tim Pendamping Keluarga…………………..…. 3
B. Sasaran Tim Pendamping Keluarga..............…………………………... 3
C. Unsur-Unsur Pembentuk Tim Pendamping Keluarga…………….…... 4
D. Peran Masing-Masing Unsur Dalam Tim Pendamping Keluarga.….... 5
E. Kasus Stunting Di Kabupaen Indramayu................................................ 12
F. Jumlah Tim Pendamping Keluarga Di Kabupaen Indramayu............. 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………….…….. 15
B. Saran……………………………………………………………………..... 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tahun 2020 - 2024, Bada Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) diberi mandat untuk berpartisipasi dalam mensukseskan terhadap 2
(dua) dari 7 (tujuh) Agenda Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada
RPJMN IV 2020 - 2024, yaitu untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia
(SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing, serta mendukung Revolusi Mental
dan Pembangunan Kebudayaan. SDM yang berkualitas dan berdaya saing,
yaitu SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter,
dalam rangka menghadapi kondisi Indonesia berada pada Bonus Demografi
yang diperkirakan terrjadi antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2045,
dimana kondisi komposisi penduduk yang usia produktif lebih banyak dari
pada penduduk yang usia tidak produktif.
Persoalan SDM saat ini yang perlu mendapatkan intervensi segera adalah
masalah stunting. Presiden Republik Indonesia, memberikan amanat melalui
Peraturan Presiden Nomor: 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting. Berdasarkan Perpres RI tersebut, BKKBN ditugaskan sebagai
koordinator pelaksanaan percepatan penurunan stunting di lapangan.
Dalam upaya penurunan stunting peran keluarga merupakan sesuatu yang
perlu dioptimalkan. Keluarga perlu memperhatikan periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dalam pencegahan stunting dan perlu didampingi
oleh pendampingan petugas BKKBN yang bersinergi dengan Kader PKK
maupun bidan, yang disebut sebagai pendamping keluarga. Pendamping
keluarga yang dimaksud terdiri dari tiga komponen, yaitu seorang Kader KB,
seorang Kader PKK dan seorang bidan atau tenaga kesehatan terutama yang
menangani gizi. Oleh karena itu tiga komponen itu disebut Tim Pendamping
Keluarga, yang masing-masing memiliki tugas dan fungsinya dalam
pendampingan keluarga. keluarga/calon pengantin. Keluarga yang menjadi

1
2

sasaran terdiri dari, keluarga yang memiliki calon pengantin, ibu hamil, ibu
pasca melahirkan dan bayi bawah lima tahun.

B. Rumusan Masalah
a. Mengapa dibentuk Tim Pendamping Keluarga?
b. Siapa sasaran Tim Pendamping Keluarga?
c. Apa saja unsur Tim Pendamping Keluarga
d. Apa saja peran setiap anggota Tim Pendaping Keluarga?

C. Tujuan
a. Memahami tujuan dibentuknya Tim Pendamping Keluarga
b. Mengetahui sasaran Tim pendampingan keluarga
c. Mengetahui beberapa unsur kader dengan latar belakang berbeda
d. Mengetahui peran setiap anggota dalam Tim Pendamping Keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tujuan Dibentuknya Tim Pendamping Keluarga


Masalah kependudukan bagi bangsa Indonesia merupakan persoalan yang
sangat serius, dan harus segera mendapat penanganan yang serius pula dari
pemerintah dan seluruh komponen bangsa ini. Laju Pertumbuhan Penduduk
sebagai aspek kuantitas harus selalu terkontrol dengan baik, sedangkan
pengawasan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi yang lahir merupakan salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Penduduk tumbuh seimbang dan SDM yang berkualitas, merupakan dua
aspek yang menjadi alasan pemerintah telah berfikir dan bekerja keras untuk
mencari solusi dengan melakukan langkah-langkah strategi, salah satunya
membuat program pendampingan keluarga, terutama keluarga yang memiliki
potensi terjadinya stunting yang di Indonesia angka prevalensinya masih
tinggi, yaitu 27% pada tahun 2021, artinya dari 1000 kelahiran bayi di
Indonesia ada 270 bayi mengalami stunting. Dengan kondisi seperti itu,
Presiden Republik Indonesia melalui Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021
Tentang Percepatan Penurunan Stunting, dengan menunjuk BKKBN sebagai
penanggung jawab pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting, yang
diharapkan dapat menurun menjadi 14% pada tahun 2024. Untuk
merealisasikan target tersebut, sebagai langkah awal BKKBN telah
membentuk lebih kurang 200.000 Tim Pendamping Keluarga di ahir tahun
2021 yang tersebar di seluruh Indonesia.

B. Sasaran Tim Pendamping Keluarga


Tim Pendamping Keluarga berkedudukan di desa/kelurahan dan
berkoordinasi dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)

3
4

Desa/Kelurahan. Jumlah TPK di setiap desa/ kelurahan jumlahnya berbeda-


beda disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing desa/kelurahan.
Masing-masing anggota TPK berperan sesuai latar belakangnya dalam
melakukan pendampingan keluarga, yaitu serangkaian kegiatan
pendampingan dalam upaya mencegah stunting sejak dini melalui identifikasi
keluarga yang berpotensi stunting, yang dilakukan terhadap keluarga yang
memiliki :
 Calon pengantin/calon pasangan usia subur,
 Ibu hamil,
 Ibu pasca persalinan, dan
 Anak usia 0-59 bulan.
Dalam rangka deteksi dini faktor risiko stunting dan melakukan upaya untuk
meminimalisir atau pencegahan faktor risiko stunting, dengan melakukan:
 Identifikasi Faktor risiko stunting (Surveilans/pengamatan berkelanjutan)
 KIE / Penyuluhan;
 Fasilitasi pelayanan kesehatan dan rujukan;
 Fasilitasi penerimaan bantuan sosial;
 Pelayanan lainnya untuk melakukan pencegahan kepada keluarga dengan
risiko melahirkan anak-anak stunting.

C. Unsur Yang Membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK)


Dalam satu tim terdiri dari tiga orang/kader dengan latar belakang yang
berbeda, yaitu:
1. Satu orang dari unsur Bidan/ahli gizi/tenaga kesehatan lain, yang
berperan memberi pelayanan kesehatan sekaligus sebagai koordinator
dalam Tim Pendamping Keluarga, dalam upaya percepatan penurunan
stunting;
2. Satu orang dari unsur Kader PKK, yang berperan sebagai mediator
sekaligus pendamping keluarga dalam upaya percepatan penurunan
stunting;
5

3. Satu orang dari unsur Kader KB, yang berperan sebagai pendamping
keluarga dalam upaya percepatan penurunan stunting.

D. Peran Masing-masing Anggota Tim Pendamping Keluarga


Dalam melakukan perannya sebagai kader bagian dari TPK masing-masing
kader tidak lepas dari kewengannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang
ada yang telah mengatur batas kewenangan kegiatan praktik seorang bidan
atau tenaga kesehatan lainnya.
1. Pendampingan keluarga oleh bidan
Kewenangan bidan sesuai Permenkes No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan diantaranya memberikan pelayanan
Kesehatan Ibu, Kesehatan Anak, Kesehatan Reproduksi Perempuan dan
Keluarga Berencana. Dengan tidak lepas dari kewenangannya maka bidan
dapat melakukan pendampingan kepada keluarga berisiko stunting.

a. Pendampingan sekaligus memberikan pelayanan kesehatan kepada


calon pengantin terutama calon Pasangan Usia Subur (PUS):
 Menjelaskan resume hasil skrining risiko stunting berdasarkan
Output Aplikasi Pendampingan Keluarga yaitu Aplikasi Elsimil.
 Menjelaskan treatment (perawatan/penanganan) untuk menurunkan
faktor risiko stunting sesuai output Aplikasi Pendampingan
Keluarga/Aplikasi Elsimil.
 Menjelaskan treatment (perawatan/penanganan) pencegahan
stunting sesuai rekomendasi Aplikasi Pendampingan Keluarga/
Aplikasi Elsimil.
 Memantau dan memastikan kepatuhan catin dalam mengkonsumsi
suplemen zat besi dan vitamin A sesuai anjuran
 KIE dan Komunikasi Antar Pribadi/Konseling terhadap PUS baru
yang belum layak hamil untuk menunda kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi (Pil atau Kondom)
6

b. Pendampingan bidan terhadap ibu hamil:


 Skrining awal kondisi kesehatan dan kehamilan.
 Pemeriksaan kesehatan kehamilan berkoordinasi dengan dokter
(minimal 6 kali selama kehamilan)
 Pendampingan kepada keluarga yang memiliki ibu hamil dalam
pencegahan faktor risiko stunting melalui surveilans ibu hamil dan
janin minimal 5 kali;
 KIE dan komunikasi antar pribadi/Konseling tentang kehamilan
sehat.
 Fasilitasi rujukan dan koordinasi dengan tim pelayanan ANC
terpadu

c. Pendampingan bidan kepada ibu bersalin:


 Melakukan deteksi dini faktor resiko,
 Melakukan pertolongan persalinan,
 Melakukan rujukan jika diperlukan dan melakukan pendampingan
pada kasus rujukan

d. Pelayanan bidan kepada ibu pasca bersalin:


 Kunjungan Nifas dan Kunjungan Neonatal/KN dan KF minimal 3
kali,
 Memastikan ibu pascasalin menggunakan KBPP MKJP,
 Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi masa nifas,
 Rujukan jika diperlukan dan pendampingan pada kasus rujukan,
 KIE dan Komunikasi Antar Pribadi/Konseling serta pelayanan
KBPP (utamakan MKJP)

e. Pendampingan bidan kepada bayi 0-59 bulan:


 Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, Melakukan
skrining awal faktor risiko stuntingpada bayi.
7

 Melakukan pendampingan tumbuh kembang bayi baru lahir


minimal 3 kali (saat lahir, usia 6 bulan dan 5 tahun) untuk verifikasi,
validasi dan memfasilitasi rujukan jika diperlukan

2. Pendampingan Keluarga Oleh Kader PKK


a. Pendampingan Kader PKK kepada Calon Pasangan Usia Subur:
 Menginformasikan dan memastikan calon pengantin/calon Pasangan
Usia Subur mendaftarkan pernikahan paling sedikit tiga bulan
sebelum menikah.
 Menginformasikan dan memastikan calon pengantin/calon PUS
melakukan registrasi di Aplikasi Pendampingan Keluarga
 Menghubungkan calon pengantin/calon PUS kepada fasilitas
kesehatan dan memastikan untuk mendapatkan fasilitasi dalam
melakukan treatment (perawatan/penanganan) pencegahan stunting
seperti suplemen untuk meningkatkan status gizi dalam
mempersiapkan kehamilan yang sehat.
 Menginformasikan dan memastikan calon pengantin mengikuti kelas
dan/atau mendapatkan materi bimbingan perkawinan di institusi
agamanya masing-masing.
 Melakukan KIE kepada PUS baru yang belum layak hamil menunda
kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Pil atau Kondom)

b. Pendampingan Kader PKK kepada ibu hamil:


 Memastikan dan memfasilitasi ibu hamil melakukan ANC 6 kali
dan memiliki buku KIA.
 Memastikan kepatuhan ibu hamil terhadap saran dokter, Bidan dan
tenaga kesehatan lainya.
 Memastikan pemenuhan asupan gizi ibu hamil. KIE tentang gizi dan
kesehatan reproduksi
8

 Membantu ibu hamil resiko menerima penyaluran program bansos


stunting.
 Memasang/Menempel Stiker P4K (Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) bahwa dirumah tersebut ada ibu hamil.
 Koordinasi dengan keluarga ibu hamil untuk melakukan persiapan
dana persalinan.

c. Pendampingan Kader PKK kepada ibu pasca bersalin:


 KIE tentang pemberian ASI Ekslusif.
 KIE tentang 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
 Membantu penyaluran program bansos stunting tepat sasaran. KIE
tentang KBPP (utamakan MKJP).

d. Pendampingan Kader PKK kepada bayi 0-59 bulan:


 Melakukan pendampingan pola asuh tumbuh kembang anak.
 Memastikan bayi mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan.
 Memastikan bayi diatas 6 bulan mendapatkan MPASI dengan gizi
cukup (gizi seimbang dan bervariasi).
 Memastikan bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai
jadwal.
 membantu penyaluran bansos stunting kepada bayi baru lahir 0-59
bulan.
 Melakukan koordinasi dengan Kader Posyandu dan Kader BKB
(Bina Keluarga Balita).

3. Pendampingan Keluarga Oleh Kader KB


a. Pendampingan Kader KB kepada calon penganti terutama calon
pasangan usia subur:
 KIE dan fasilitasi Pelayanan Program Bangga Kencana dan
pembinaan keluarga
9

 KIE tentang pencegahan stunting pada fase calon pengantin/calon


PUS dan memastikan mereka mendapatkan informasi pencegahan
stunting secara menyeluruh.
 Menginformasikan dan memastikan calon pengantin khususnya
calon PUS melakukan pemeriksaan kesehatan ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Memfasilitasi dan memastikan calon pengantin/calon PUS
memasukkan/meng-input hasil pemeriksaan kesehatan di Aplikasi
Pendamping Keluarga secara benar.
 mengecek dan memastikan calon pengantin/calon PUS mengetahui
kondisi risiko stunting sesuai resume skrining dari outputAplikasi
Pendamping Keluarga.
 Mengecek dan memastikan calon pengantin/calon Pasangan Usia
Subur mengetahui treatment (perawatan/penanganan) yang harus
dilakukan untuk menurunkan faktor risiko stunting sesuai
rekomendasi Aplikasi Pendamping Keluarga.
 Melaporkan pelaksanaan pendampingan catin melalui aplikasi,
termasuk status kesehatan, pelaksanaan rekomendasi, dan KIE calon
pengantin secara berkala (minimal 2 kali atau lebih sesuai
kebutuhan).
 Melaporkan kondisi keluarga kepada Pemerintah Desa/Kelurahan
dan TPPS Desa/Kelurahan

b. Pendampingan Kader KB kepada ibu hamil:


 Memfasilitasi ibu hamil mendapatkan pemeriksaan kehamilan
dengan skema 2,1,3 dan mendapat pelayanan dokter 1 kali pada
TRIMESTER 1 dan 1 kali pada TRIMESTER 3.
 Memastikan/memfasilitasi ibu hamil untuk mendapat asupan gizi
dan air bersih yang layak.
 KIE tentang gizi dan kesehatan reproduksi.
10

 KIE dan konseling tentang KBPP (utamakan MKJP).


 Membantu Program Bansos tepat sasaran dan tepat guna

c. Pendampingan Kader KB kepada ibu bersalin:


 Memastikan ibu bersalin untuk mendapat pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan sesuai ketentuan SPM.

d. Pendampingan Kader KB kepada ibu pasca bersalin:


 Melakukan pendampingan pola asuh tumbuh kembang anak.
 Memastikan bayi mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan.
Memastikan bayi diatas 6 bulan mendapatkan MPASI dengan gizi
cukup (gizi seimbang dan bervariasi).
 Memastikan bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.
 Membantu penyaluran bansos stunting bagi bayi 0-59 bulan.
 Melakukan koordinasi dengan Kader Posyandu dan Kader BKB

e. Pendampingan Kader KB kepada bayi 0-59 Minggu:


 Memastikan bayi mendapatkan ASI Ekslusif selama 6 bulan.
 Memastikan bayi diatas 6 bulan mendapatkan MPASI dengan gizi
cukup (gizi seimbang dan bervariasi).
 Memastikan bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap sesuai
jadwal.
 membantu penyaluran bansos stunting kepada bumil beresiko
stunting.
 Melakukan pendampingan kepada keluarga balita untuk melakukan
pengasuhan sesuai dengan usia anak.
 Memastikan anak mendapatkan stimulasi sesuai usia agar tumbuh
kembangnya optimal. Melakukan koordinasi dengan Kader
Posyandu dan Kader BKB (Bina Keluarga Balita)
11

Gb 1. Alur Pendampingan Keluarga Berkelanjutan

Gb 2. Kedudukan TPK dalam Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)

Gb 3. Unsur-unsur Tim Pendamping Keluarga


12

E. Kasus Stunting Di Kabupaen Indramayu


Berdasarkan data yang diambil dari APLIKASI GESIT yang diakses pada Hari
Jum’at Tanggal 27 Desember 2021 Pukul 19:00 WIB, kasus balita stunting di
Kabupaten Indramayu berjumlah 2.081 kasus, yang tersebar di 31 kecamatan.
Jika kasus stunting di Kabupaten Indramayu pada tahun 2021 kita tarik benang
merah, ternyata ada korelasinya dengan kasus Kurang Eneri Kronis (KEK)
pada ibu hamil pada tahun 2018, dimana 6,5% atau 2.802 ibu hamil KEK, dan
tahun 2019 dimana 5,8% atau 2.586 ibu hamil KEK sepert tercatat dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu Tahun
2019. Sudah barang tentu kasus stunting yang masih terbilang tinggi di
Kabupaten Indramayu ini harus bisa dijadikan bahan evaluasi bagi seluruh
pihak terkait, kemudian mengambil sikap yang serius, bergandengan-tangan,
bersinergi satu dengan yang lain dengan tujuan yang sama yaitu mengantisipasi
terjadinya kasus-kasus stunting dikemudian hari.

Seperti yang kita ketahui, bahwa kasus stunting umumnya dimulai dari
kurangnya asupan gizi pada ibu hamil hingga bayi usia 5 tahun, para pakar gizi
mengatakan bahwa masa bayi dalam kandungan hingga usia 5 tahun itu
diumpamakan seperti pondasi pada sebuah bangunan yang kokoh. Dengan
perumpamaan itu kiranya tidak berlebihan jika saat ini kita mulai untuk
melakukan langkah-langkah sistematis yang terprogram dalam pendampingan
terhadap keluarga yang memiliki ibu hamil dan keluarga yang memiliki balita,
bahkan sebelum seorang calon ibu hamil idealnya harus sudah direncanakan
segala sesuatunya, ini adalah langkah awal dalam upaya mengantisipasi
terjadinya keluarga berisiko stunting, termasuk calon pengantin khususnya
calon Pasangan Usia Subur yang harus segera mendapat pendampingan untuk
identifikasi sesuai Aplikasi Pendampingan Catin Elsimil, dengan tujuan agar
dalam masa berbulan madu dimana ada kemungkinan terjadi fertilisasi kondisi
kedua pengantin baru itu benar-benar dalam kondisi sehat baik fisik maupun
mental.
13

F. Jumlah Tim Pendamping Keluarga Di Kabupaen Indramayu


Kasus stunting yang terbilang tinggi di Kabupaten Indramayu tidak dapat
diabaikan begitu saja, sudah saatnya kita melakukan langkah-langkah nyata
jika kita tidak mau ada kasus-kasus stanting baru. Mengawali langkah nyata
yang dimaksud, dan merupakan bukti keseriusan Dinas PPKB Kabupaten
Indramayu, pada ahir tahun 2021 berhasil merekrut tenaga kader TPK lebih
dari 4.200 orang, yang tergabung dalam 1.413 tim, tersebar di 317
desa/kelurahan, 31 kecamatan, rata-rata 5 tim perdesa/kelurahan. Berharap
kasus stunting dapat ditekan dengan meminimalisir keluarga berisiko stunting
melalui langkah-langkah sesuai peran dan kewenangan masing-masing unsur
kader dalam TPK sperti yang sudah diuraikan secara detil awal pembahasan.
Apakah cukup sampai disini? Tentu tidak, pekerjaan besar baru akan dimulai,
saatnya seluruh tenaga lini lapangan bersama mitra kerjanya dan pengambil
kebijakan bergerak bersama bersinergi untuk mewujudkan mimpi menjadi
kenyataan, menurunkan kasus stunting di Kabupaten Indramayu, bila
memungkinkan hingga nol. Apakah bisa? Bisa! Selama ada komitmen dan
konsisten dari seluruh pemangku kebijakan serta seluruh komponen
masyarakat untuk tetap serius dalam melakukan upaya investigasi melalui
pendampingan terhadap keluarga berisiko stunting. Kalimat kuncinya adalah
“Dampingi keluarga berisiko stunting”, dengan memperhatikan 4 keluarga
sasaran, yaitu :
 Keluarga yang mempunyai calon pengantin/calon PUS;
 Keluarga yang mempunyai ibu hamil;
 Keluarga yang mempunyai ibu pasca persalinan; dan
 Keluarga yang mempunyai bayi umur 0-59 bulan.
Lakukan pendampingan secara proporsional tanpa yang bersangkutan merasa
risi atau merasa terbebani. Sosialisasikan tanpa henti melalui Advokasi + KIE
terkait Program Bangga Kencana agar masyarakat mampu memahami secara
utuh. Selalu updating ilmu pengetahuan seiring perkembangan teknologi.
14

DATA KASUS STUNTING DAN JUMLAH TPK DI KABUPATEN INDRAMAYU


PADA BULAN DESEMBER 2021
15

JUMLAH KASUS JUMLAH TPK


NO. KECAMATAN JUMLAH DESA
STUNTING *) **)

1 HAURGEULIS 10 153 77
2 KROYA 9 92 47
3 GABUSWETAN 10 87 47
4 CIKEDUNG 7 12 33
5 LELEA 11 65 42
6 BANGODUA 8 33 24
7 WIDASARI 10 2 30
8 KERTASEMAYA 13 180 47
9 KRANGKENG 11 276 56
10 KARANGAMPEL 11 25 58
11 JUNTINYUAT 12 252 62
12 SLIYEG 14 36 46
13 JATIBARANG 15 74 54
14 BALONGAN 10 21 32
15 INDRAMAYU 18 163 90
16 SINDANG 10 13 34
17 CANTIGI 7 12 24
18 LOHBENER 12 87 41
19 ARAHAN 8 33 29
20 LOSARANG 12 102 40
21 KANDANGHAUR 13 73 77
22 BONGAS 8 8 43
23 ANJATAN 13 89 79
24 SUKRA 8 40 38
25 GANTAR 7 65 49
26 TERISI 9 34 38
27 SUKAGUMIWANG 7 6 28
28 KEDOKANBUNDER 7 ? 42
29 PASEKAN 6 3 24
30 TUKDANA 13 6 39
31 PATROL 8 39 43
KAB. INDRAMAYU 317 2.081 1.413
Ket
.
*) Sumber: Aplikasi GESIT Tanggal 27/12/2021 Pukul 19.00 WIB
**) Sumber : DPPKB Kab. Indramayu (Jadwal Pelaksanaan Orientasi TPK)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pembahasan makalah ini adalah:
Tingginya prevalensi stuntung di Indonesia, menuntut pemerintah dan seluruh
komponen bangsa ini untuk lebih serius dalam menangani stunting, terlebih
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional sebagai badan yang
diberi tanggung jawab atas penurunan persentasi stunting di Indonesia.
Dengan satu komando, di bawah Peraturan Presiden No 72 Tahun 2021
Tentang Percepatan Penurunan Stunting, jajaran tenaga Program Bangga
Kencana mulai dari Kepala Badan hingga tenaga lini lapangan (Kader KB) di
tingkat desa diharapkan bisa bersinergi, untuk menggerakkan seluruh potensi
yanga ada sebagai kekuatan tenaga lini lapangan yang ada. Tidak main-main,
200.000 Tim Pendamping Keluarga (TPK) di seluruh Indonesia di bentuk,
dengan harapan mampu menurunkan prevalensi dari 27% pada tahun 2021,
menjadi 14% pada tahun 2024, tentu saja salah satu upaya dalam
mempersiapkan SDM Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing, SDM
yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter dalam
menyongsong Bonus Demografi Indonesia yang diperkiraan puncaknya pada
tahun 2030.

Upaya pemerintah untuk menurunkan stunting dengan membentuk suatu tim


yang terdiri dari tiga orang dengan latar belakang berbeda, yaitu seorang dari
unsur bidan/perawat/ahli gizi/tenaga kesehatan lainnya, seorang dari unsur
kader PKK dan seorang dari unsur kader KB, yang disebut Tim Pendamping
Keluarga (TPK), yang disetiap desa jumlahnya berbeda-beda disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan desa/kelurahan masing-masing. Tugas dan
fungsi TPK adalah melakukan langkah-langkah antisipasi sejak dini
terjadinya stunting dengan melakukan pendampingan kepada keluarga yang

16
17

berisiko stunting. Keluarga yang menjadi sasaran adalah keluarga yang


mempunyai:
 Calon pengantin;
 Ibu hamil;
 Ibu pasca bersalin; dan
 Bayi usia 0-59 bulan.

Kasus stunting di Kabupaten Indramayu dalam tahun 2021 terjadi sebanyak


2.081 menuntut keseriusan dan komitmen dari seluruh pengambil kebijakan
yang terkait termasuk seluruh komponen masyarakat. Dinas PPKB
Kabupaten Indramayu menyikapi tingginya kasus stunting itu dengan
merekrut 1.200 kader lebih dalam 1.413 TPK yang tersebar di 317
desa/kelurahan. Dengan harapan dapat menghentikan kasus stunting di
Kabupaten Indramayu

B. Saran
Penulis, yang juga berprofesi sebagai Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)
yang secara langsung merasakan berbagai kesulitan serta kendala yang ada di
lapangan dalam melakukan Advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi,
tentu saja sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan masyarakat, terutama
yang terkait wawasan/pengetahuan tentang Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yang diharapkan
seiring meningkatnya wawasan/pengetahuan masyarakat akan diikuti
meningkatnya kualitas prilaku hidup bersih dan sehat. Sehingga harapan
memiliki Pertumbuhan Penduduk yang seimbang dan SDM SDM yang sehat
dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter akan segera terwujud,
dalam menyongsong Bonus Demografi Indonesia yang diperkirakan
berpuncak pada tahun 2030, dimana usia penduduk yang produktif benar-
benar berkualitas.
Saran penulis kepada:
18

1. Pemerintah, sebagai pengambil kebijakan terkait Program Bangga


Kencana agar bersinergi dengan berbagai pihak terkait, agar para
pengambil kebijakan ditingkatan bawahnya tidak kebingungan dalam
mengambil keputusan. Hal ini penting dilakukan mengingat Program
Bangga Kencana harus mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait,
sehingga legalitasnya dimaklumi bersama.

2. Kader Tim Pendamping Keluarga, sebagai komponen tenaga lini


lapangan yang melakukan interaksi langsung dengan masyarakat, sebagai
pendamping masyarakat, hendaknya selalu updating wawasan/ilmu
pengetahuan, ini penting mengingat dinamika yang terjadi di masyarakat
terus meningkat seiring perkembangan teknologi. Tingkatkan
pengengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pendampingan
kelurga. Lakukan langkah-langkah pendampingan dengan penuh
kesabaran, tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman serta beban terhadap
keluarga yang sedang didampingi.

3. Masyarakat Umum, sebagai domain dari tujuan utama seluruh


pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, untuk mencapai
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945. Mari kita mulai dari diri sendiri untuk berubah lebih baik,
lebih sehat dalam pola pikir dan prilaku, dalam berkeluarga sekaligus
bermasyarakat. Jangan sungkan dan malas untuk menggali informasi,
terutama wawasan tentang keluarga yang ideal. Keluarga yang
mengandung makna sakinah, mawahdah warohmah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Modul 1 Materi Orientasi Tim Pendamping Keluarga, Strategi & Kebijakan


Percepatan Penurunan Stunting Di Indonesia oleh Tim BKKBN Tahun 2021.

2. Modul 2 Materi Orientasi Tim Pendamping Keluarga, Overview


Pendampingan Keluarga Dalam Percepatan Penurunan Stunting oleh Tim
BKKBN Tahun 2021.

3. https://www.bkkbn.go.id/detailpost/tim-pendamping-keluarga-hadir-di-tengah-
masyarakat-untuk-bantu-langkah-preventif-cegah-stunting

4. https://www.tribunnews.com/kesehatan/2021/12/14/maruf-amin-sebut-
prevalensi-stunting-di-indonesia-masih-berkisar-27-persen

5. https://stunting.go.id/perpres-nomor-72-tahun-2021-tentang-percepatan-
penurunan-stunting

6. https://www.info.populix.co/post/bonus-demografi

7. http://dinkes.indramayukab.go.id/wp-content/uploads/2020/09/LKjIP-Dinkes-
2019-2.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai