Anda di halaman 1dari 1

NAMA: CRISTHENSEN JUANCLAUDII RATU

NIM: 201841148
MK: AGAMA SUKU

“Agama suku dan kekristenan di tanah Minahasa”


Dalam perspektif berbeda, perubahan dan dominasi versi (versi pertama dalam penempatan tulisan
ini) narasi kultural mengenai asal-usul orang Minahasa mungkin bisa dimengerti secara positif.
Perubahan dan dominasi tersebut dapat dilihat sebagai hasil perjumpaan dan persentuhan narasi
Minahasa dan narasi kekristenan. Perjumpaan dan persentuhan yang tidak terelakkan dan
memungkinkan terjadi transformasi diantara dua narasi tersebut. Menurut penulis buku agama dan
budaya Nusantara, perubahan dan dominasi versi zending, tidak hanya menegaskan tentang pengaruh
kekristenan yang kemudian mengonstruksi narasi-narasi identitas yang baru. Lebih dari itu, pengaruh
kekristenan cenderung memarginalisasi narasi kultural menjadi asing bagi orang Minahasa.
Karenanya, persentuhan dan perjumpaan narasi kultural dan kekristenan lebih tepat dipahami sebagai
upaya penetrasi yang tidak hanya merubah makna, tetapi juga mendorong orang Minahasa sebagai
pemilik narasi untuk meyakini kebenaran dari penetrasi tersebut.
Pluralitas agama di Minahasa semakin mengental karena perjumpaan dengan kekristenan melalui para
misionaris Katolik dan Protestan yang datang bersamaan dengan kepentingan perdagangan dan
perluasan wilayah kekuasaan oleh Portugis dan Belanda. Di awali dengan penolakan para ukung
terhadap upaya pengkristenan, tetapi kemudian secara perlahan pakasa’an dikristenkan secara masal.
Setelah di temukan tradisi lisan mengenai pembaptisan para ukung atau para pemimpin taranak yang
diikuti dengan pembaptisan masal kepada seluruh anggota taranak. Bahkan Pembaptisan para ukung
adalah juga simbolisasi dari turut dikristenkannya budaya Minahasa. Lewat tradisi lisan tersebut,
dapat menyimpulkan/menjelaskan tentang mengapa dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat di
tanah Minahasa mengklaim kekristenan sebagai Minahasa begitu pun sebaliknya. Dalam konteks
yang lebih terkini, penetrasi kekristenan merembes ke pelaksanaan ritual-ritual kutural yang dilakukan
oleh para pelaku ritual. Seorang tonaas (Taroreh) menjelaskan kuatnya pemahaman Minahasa adalah
kristen dan kristen adalah Minahasa dalam masyarakat, juga dialaminya ketika mempersiapkan diri
untuk melakukan ritual agama Minahasa, ia yang berlatar-belakang Katolik selalu mengawali
ritualnya dengan berdoa secara katolik dan menggunakan Alkitab dalam pelaksanaan ritualnya.
Setelah ia memahami secara mendalam keberadaan agama Minahasa, dia kemudian menyimpulkan
bahwa kekristenan itu adalah pendatang di tanah Minahasa jauh setelah orang-orang di tanah ini
mengenal tentang Opo Empung atau Yang Maha Kuasa, Pencipta Alam Semesta dalam keagamaan
lokal Minahasa.

Anda mungkin juga menyukai