Anda di halaman 1dari 12

PAPER

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN SOSIAL

Disusun Oleh :
RIZKI WIDIANTI (B1031201007)
KELAS AKUNTANSI A PAGI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PEMIKIRAN PEMIMPIN TERHADAP
PENETAPAN OPERATING PROCEDURE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Rizki Widianti
Universitas Tanjungpura

ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemikiran pemimpin terhadap
penetapan operating procedure dan pengambilan keputusan. Metode yang digunakan dalam
penulisan paper karya ilmiah ini ialah menggunakan studi pustaka atau bisa disebut juga dengan
metode literatur, dimana sumber-sumber atau bahan materi yang diambil berasal dari pencarian
data-data dari berbagai sumber yang relevan seperti artikel, Kitab Suci, maupun media lainnya.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan satu sama lain antara pemikiran
pemimpin terhadap penetapan operating procedure dan pengambilan keputusan.

Kata kunci. Pemikiran Pemimpin; Operating Procedure; Pengambilan Keputusan.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seringkali perusahaan mengalami kesulitan ketika cakupan skala usahanya semakin
membesar. Kondisi demikian menuntut prosedur yang standar agar setiap karyawan memiliki
tugas yang terstandar dan tidak saling lempar tanggung jawab yang membuat organisasi berjalan
lambat. Menyusun pedoman prosedur operasional standar ( SOP ) yang efektif pada dasarnya
menunjukan bahwa organisasi mempunyai kemauan memperbaiki langkah-langkah kegiatan
serta pengambilan keputusan dan memperbaruinya sesuai dengan tuntutan perubahan yang
dialami. Pedoman atau manual SOP adalah salah satu modal paling penting bagi organisasi untuk
mengendalikan seluruh keputusan dan kegiatan yang dilakukannya dalam koridor yang
sistematis dan efektif. Semakin besar organisasi, semakin besar pula tuntutan untuk mempunyai
perangkat kontrol yang memadai. Aspek operasi harus sama baik dengan aspek administrasi. Sisi
pendapatan harus juga sama baiknya dengan pengendalian biaya. Semua itu hanya bisa terwujud
apabila organisasi memiliki panduan yang jelas tentang pengambilan keputusan dan kegiatannya.
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan beberapa orang yang saling berinteraksi secara
intensif. Interaksi tersebut disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha
pencapaian tujuan bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan
sebagaimana mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, operasional procedure,
bahan baku, dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut
dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan (leadership) (Siagian,
2008)
Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam kepemimpinan adalah dalam hal
pengambilan keputusan; terkadang hal ini menjadi perkara yang tidak mudah bagi seorang
pemimpin untuk memutuskan suatu perkara. Terkadang ego, kepentingan, kondisi bawahan, hal
yang menjadi pokok bahasan menjadi factor-faktor yang mempengaruhi seorang pemimpin
dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam makalah singkat ini, kami membahas tentang
kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang menjadi dua hal yang mutlak ada dalam
kehidupan berorganisasi pada khususnya dan kehidupan manusia secara umum selaku makhluk
sosial. Menurut Julie Benezet, penulis buku The Journey of Not Knowing, How 21st Century
Leaders Can Chart a Course Where There Is None, ada banyak perusahaan mengucurkan dana
untuk membiayai pelatihan tentang dasar-dasar kepemimpinan seperti visi, pemikiran strategis
dan komunikasi. Para peserta keluar dari tempat pelatihan dengan pemikiran baru, kosakata baru
yang diucapkan dan rencana-rencana tindakan pribadi. Lalu mereka kembali ke meja kerjanya
dan melanjutkan proyek-proyek, melakukan urusan seperti biasanya secara terperinci, mengikuti
garis-garis batas yang telah ditentukan dan menampilkan hasilnya. Apa yang salah dengan itu
semua? Tidak ada, tapi itu bukan kepemimpinan.
Kepemimpinan sesungguhnya hanyalah tentang menemukan gagasan baru yang akan
membuat organisasi menjadi lebih baik dan meyakinkan banyak orang agar gagasan baru itu
dapat diterima dan menjadi kenyataan. Hal baru itu dapat berupa produk yang memungkinkan
penyimpanan informasi secara lebih baik, pembentukan tim dimana pemilihan anggota
ditentukan di antara anggota dan bukan oleh manajer atau budaya komunikasi yang
mengedepankan dukungan secara terbuka, semua itu memerlukan pemikiran baru dan perilaku.
Masih lagi dikatakan bahwa tidak ada jaminan untuk sukses.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh antara pemikiran pemimpin terhadap penetapan operating
procedure
2. Apakah terdapat pengaruh antara pemikiran pemimpin terhadap pengambilan keputusan

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh antara pemikiran pemimpin terhadap penetapan Operating
procedure.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara pemikiran pemimpin terhadap pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemikiran Pemimpin
Sebagai pemimpin, tentunya harus bersikap terbuka atas segala pemikiran yang ada. Begitulah
cara kerja atau desain berpikir seorang pemimpin. Apalagi untuk menemukan ide-ide jitu nan
kreatif dan solutif, dibutuhkan sebuah eksperimen sederhana.
Seorang pemimpin harus berkemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban
atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan
bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran.
Pemimpin kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat
meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru. Faktor-
faktor yang memengaruhi kreativitas adalah dorongan dari dalam diri sendiri (motivasi intrinsik).
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas,
mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya.
Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk
hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya. Hal
ini juga didukung oleh pendapat yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik
untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian,
dorongan, dan pelatihan dari lingkungan
B. Operating Procedure
Hampir semua organisasi dan perusahaan di dunia mempunyai Standard Operating Procedure
(SOP) sebagai acuan dalam melakukan proses pekerjaan. Idealnya, SOP disusun berdasarkan
prosedur kerja dan kebutuhan setiap perusahaan. Maka dalam penerapannya, setiap SOP yang
digunakan akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya, meski mungkin ada
kemiripan. SOP biasanya dibuat oleh pihak yang berwenang, seperti tim khusus yang mewakili
setiap divisi perusahaan, HRD manajer, manajer keuangan, manajer pemasaran, Quality
Management Representative (QMR), bahkan meminta bantuan jasa konsultan SOP.
Sandard Operating Procedure (SOP) adalah sekumpulan instruksi atau kegiatan yang dilakukan
seseorang guna menyelesaikan pekerjaan secara aman, tanpa dampak yang merugikan terhadap
lingkungan (mematuhi peraturan perundangan terkait) serta memenuhi persyaratan operasional
dan produksi. (Kenneth A. Friedman, PhD) SOP ini merupakan kesepakatan tertulis yang berisi
aturan, kebijakan, spesifikasi teknis yang harus digunakan secara konsisten untuk menjamin
proses, produk dan jasa yang menjadi luarannya sesuai dengan tujuan dan kualitas yang
ditentukan. Setidaknya ada 6 alasan utama mengapa suatu institusi harus mempunyai SOP, yaitu:
1. Mengetahui peran dan posisi masing-masing Unit Kerja di dalam institusi tersebut;
2. Memberikan kejelasan mengenai proses kerja dan tanggung jawab;
3. Menjelaskan keterkaitan antara satu proses kerja dengan proses kerja lainnya;
4. Menjaga konsistensi dalam menjalankan proses kerja;
5. Meminimalisir terjadinya kesalahan dalam melakukan proses kerja;
6. Membantu melakukan evaluasi terhadap setiap proses kerja.
SOP ini perlu dibuat untuk menggambarkan suatu proses yang melibatkan lebih dari 1
(satu) Bagian, dan atau membutuhkan suatu kondisi pilihan (decision). Untuk proses yang
sederhana, berupa langkah-langkah instruksional, dan hanya melibatkan 1 (satu) Bagian
saja maka cukup dibuatkan Instruksi Kerja (IK).
C. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan memiliki beberapa definisi dari para ahli:
Menurut Eisenfuhr (dalam Lunenburg, 2010) pengambilan keputusan adalah proses membuat
pilihan dari sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini memiliki tiga
kunci elemen. Pertama, pengambilan keputusan melibatkan membuat pilihan dari sejumlah
pilihan. Kedua, pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekedar pilihan
akhir dari antara alternatif. Ketiga, "hasil yang diinginkan" yang disebutkan dalam definisi
melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan
terlibat dalam mencapai keputusan akhir (dalam Lunenburg, 2010).
Selain itu, menurut Terry (1994) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Sementara Wang dan Ruhe (2007) berpendapat
bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang memilih pilihan yang lebih disukai atau suatu
tindakan dari antara alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang diberikan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, pengambilan keputusan bisa disimpulkan bahwa
suatu proses pemilihan dari antara alternatif untuk mencapai suatu hasil.
2. Gaya Pengambilan Keputusan
Para peneliti telah mengklasifikasikan gaya pengambilan keputusan dalam berbagai cara. Harren
(1979) telah mengklasifikasikan gaya pengambilan keputusan dalam berkarir menjadi tiga
kategori:
a. Rasional. Gaya ini berciri dengan kemampuan untuk mengenali konsekuensi dari keputusan
sebelumnya untuk keputusan nanti. Hal ini membutuhkan perspektif waktu yang panjang di
mana beberapa keputusan berurutan dipandang sebagai means-end chain, untuk memperjelas
fikiran seorang individu. Individu mengantisipasi kebutuhan untuk membuat keputusan di masa
depan dan mempersiapkan mereka dengan mencari informasi tentang diri dan situasi yang
diantisipasi. Keputusan individu dilakukan melalui dengan berhati-hati dan logis, dimana
informasi yang akurat tentang situasi diperoleh dan penilaian diri individu ialah realistis. Gaya
ini merupakan pembuat keputusan aktualisasi diri yang ideal.
b. Intuitif. Seperti dalam gaya rasional, pengambil keputusan intuitif menerima tanggung jawab
untuk pengambilan keputusan. Gaya intuitif, bagaimanapun, melibatkan sedikit antisipasi masa
depan, perilaku mencari informasi, atau mempertimbang faktor-faktor logis. Sebaliknya, hal ini
ditandai dengan penggunaan fantasi, perhatian untuk menyajikan perasaan, dan kesadaran diri
emosional sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Komitmen untuk tindakan tercapai
relatif cepat, dan dasar "kebenaran" yang dirasakan secara internal. Seringkali individu tidak
dapat menyatakan secara eksplisit bagaimana ia memutuskan sesuatu. Gaya ini cenderung
menghasilkan pengambilan keputusan yang efektif dibanding gaya rasional, karena
ketidaktepatan dari waktu ke waktu dalam keadaan internal individu dan kapasitas yang terbatas
untuk secara akurat mewakili situasi yang asing dalam fantasi.
c. Dependen. Berbeda dengan gaya rasional dan intuitif, gaya dependen ditandai dengan
penolakan tanggung jawab pribadi untuk pengambilan keputusan dan proyeksi tanggung jawab
yang di luar diri. Individu sangat dipengaruhi oleh harapan dan keinginan pemerintah dan rekan-
rekan miliki tentang dia. Individu tersebut cenderung pasif dan patuh, memiliki kebutuhan tinggi
untuk persetujuan sosial dan untuk memahami lingkungan menyediakan pilihan terbatas.
Meskipun gaya ini dapat mengurangi kecemasan terkait dengan pengambilan keputusan, ada
kemungkinan untuk pada akhirnya mengakibatkan kurangnya pemenuhan atau kepuasan pribadi.
Selain itu, Scott dan Bruce (1995) perpanjangkan kategori gaya pengambilan keputusan untuk
menyertakan gaya keempat dan kelima,
d. Avoidan ditandai dengan upaya untuk menghindar pengambilan keputusan.
e. Spontan memiliki rasa kesegeraan dan keinginan untuk melalui proses pengambilan
keputusan dengan sesegera mungkin.
Bersama lima gaya ini membentuk pengukuran Gaya Pengambilan Keputusan Umum atau
General Decision Making Style (GDMS). Lima gaya pengambilan keputusan yang diuraikan
oleh Scott dan Bruce (1995) telah terbukti berkorelasi dengan stres, gaya berpikir, sensasi
mencari, locus of control, dan prestasi akademik (Wood, 2012).
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan ialah penting untuk
memahami apa keputusan yang akan dibuat. Artinya, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
dapat mempengaruhi hasil.
menurut Hasan (dalam Tjiong, 2014), faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan yaitu;
1. Posisi atau kedudukan
Ketika mengambil sebuah keputusan, posisi seseorang dapat dilihat dari letak posisi, apakah
individu sebagai pembuat keputusan atau sebagai seorang staf, dan tingkatan posisi, yaitu
sebagai strategi, kebijakan, peraturan, organisasional, operasional, atau teknis. Hal ini terkait
apakah individu dalam keluarga dapat mementukan dan memilih keinginannya sendiri atau harus
mengikuti keinginan orangtua.
2. Masalah
Masalah adalah penghalang tercapainya suatu tujuan dan penyimpangan dari apa yang
diharapkan. Masalah yang ada dapat memengaruhi individu keinginannya untuk berkuliah.
3. Situasi
Situasi adalah keseluruhan faktor yang terjadi dalam suatu keadaan yang saling berhubungan
satu sama lain dan memberi pengaruh terhadap diri seseorang dan apa yang akan dilakukan.
Situasi yang terjadi di sekitar individu dapat mempengaruhi keinginan untuk mengambil
pendidikan di luar daerah.
4. Kondisi
Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang menentukan perbuatan seseorang. Kondisi
yang dihadapi individu dapat memengaruhi keputusan individu mengambil pendidikan di luar
daerah.
5. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai, baik tujuan individu maupun kelompok umumnya telah ditentukan.
Tujuan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan objektif. Tujuan individu menjadi
faktor dalam memutuskan untuk mengambil pendidikan di luar daerah.
D. Pengaruh antara pemikiran pemimpin terhadap penetapan operating procedure
Kepemimpinan dan standar operasional prosedur merupakan faktor penting bagi tercapainya
kinerja karyawan. Standar Operasional Prosedur (SOP) menjadi serangkaian petunjuk tertulis
yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan tugas-tugas Kementerian Koordinator Bidang
Kemaritiman dan Investasi yaitu Standar Operasional Prosedur (SOP). Dalam penyusunan SOP,
diperlukan adanya Pedoman Penyusunan SOP yaitu dokumen yang berfungsi sebagai acuan
dalam penyusunan SOP yang memuat langkah-langkah persiapan penyusunan, tahap-tahap
penyusunan, serta pembuatan diagram alur kegiatan dari setiap unit organisasi.
Keberhasilan dalam penyusunan SOP memerlukan komitmen pimpinan yang kuat terhadap
organisasi, berkemauan, tegas, dan menerima serta melakukan perubahan. Pimpinan merupakan
change leader (pemimpin perubahan) yang akan menjadi acuan bagi seluruh pegawai yang
menjadi bawahannya. Terdapat siklus dari penyusunan SOP diantaranya: persiapan penyusunan
SOP; penilaian kebutuhan SOP; penyusunan dokumen SOP; pengembangan SOP; penerapan
SOP; dan monitoring dan evaluasi SOP. Seorang pakar management, Martinus Tukiran,
mengatakan bahwa definisi dari Leader adalah “seseorang yang mampu menyelesaikan tugas
menggunakan tangan orang lain (dengan menggerakkan orang lain). Karena fungsi
management adalah 4. Apa saja? Planning, Organizing, Actuating, and Control.
Jadi seorang pemimpin membuat perencanaan, bagaimana agar target dapat dicapai lebih
efektif (Planning). Lalu dia akan membagi tugas kepada anggota timnya, siapa mengerjakan
apa (Organizing), dan selanjutnya ia mendampingi tim nya dalam melakukan eksekusi
(actuating), terakhir ia melakukan monitoring untuk memastikan tim mengerjakan tugas secara
efektif dan efisien (control)”.
SOP baru akan berjalan dengan benar jika pemimpin dapat melakukan monitoring & controlling
secara efektif terhadap anggota timnya. Sehingga Sebagai pemimpin, tentunya harus bersikap
terbuka atas segala pemikiran yang ada. Begitulah cara kerja atau desain berpikir seorang
pemimpin. Apalagi untuk menemukan ide-ide jitu nan kreatif dan solutif, dibutuhkan sebuah
eksperimen sederhana yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam
pendekatan atau cara pemikiran Seorang pemimpin harus berkemampuan untuk memproduksi
sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu
masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah. Pemikiran.
Penerapan standar operasional prosedur perusahaan akan membuat perusahaan menjalankan
kegiatan secara efektif dan efisien. Berpacu pada kinerja karyawan, produktivitas, hingga
efektivitas dalam menjalankan suatu kegiatan perusahaan. Sebelum menjalankan kegiatan,
karyawan dapat memperhatikan standar operasional prosedur terlebih dahulu yang mencakup
seluruh alur kegiatan karena hal ini dapat menuntun karyawan menjalankan kegiatan secara
disiplin dan teratur.Untuk meningkatkan kinerja karyawan pada perusahaan dapat dilakukan
dengan cara memperhatikan gaya kepemimpinan dari atasan, kedisiplinan kerja karyawan pada
perusahaan, dan juga dilaksanakannya penerapan standar operasional prosedur (SOP).
Banyaknya karyawan yang tidak disiplin dan tidak menjalankan alur kegiatan pekerjaan
sesuai dengan standar operasional prosedur yang ada sehingga memicu penurunan terhadap
kinerja karyawan. Sehingga perusahaan diharuskan melakukan upaya agar kinerja karyawan
meningkat dengan memerhatikan beberapa faktor yang dapat mendukung peningkatan terhadap
kinerja karyawan perusahaan.
Standard Operating Procedures (SOP) merupakan suatu standar atau pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan
organisasi. Supaya SOP dapat berjalan secara efektif, konsisten, standar, dan sistematis
diperlukan sistem pengawasan dan pengendalian oleh manajemen, karena SOP hanya efektif
apabila memiliki kontrol yang memadai. Hal tersebut lebih mudah diterapkan bila ada peran dari
seorang pemimpin yang dapat memulainya terlebih dahulu serta dapat mengendalikan
bawahannya membawa ke tujuan yang diharapkan. Karena begitu besar pengaruh pemimpin
terhadap apa yang akan dilakukan oleh bawahannya.
E. Pengaruh antara pemikiran pemimpin terhadap pengambilan keputusan
Dalam dunia kepemimpinan, sudah tidak asing lagi dengan yang namanya “Make good
decisions” atau membuat keputusan yang baik. “Make good decisions” adalah salah satu dari
sekian banyak poin yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Dalam kehidupan sosial, pasti
ada masalah yang relatif pelik dan sulit untuk diselesaikan. Disinilah dituntut kearifan seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Jadi dalam membuat keputusan, seorang pemimpin tidak hanya melihat dari sudut pandang
pribadi. Melainkan harus memperhatikan beberapa pandangan orang lain agar keputusan yang
diambil dapat diterima oleh semua pihak yang bersangkutan. Bagimana cara melakukan
pengambilan keputusan yang baik ? Dalam memutuskan suatu hal, pemimpin perlu menguasai
persoalan terlebih dahulu. Pemimpin harus mengetahui apa yang akan dihadapi. Setelah itu,
melakukan penyelidikan terhadap persoalan tersebut. Setelah itu, mempertimbangkan nilai plus
dan minus dari setiap pilihan.
Selain itu pemimpin perlu berpikir jernih dan logis, namun tentu hal tersebut membutuhkan
waktu lebih, kita tidak bisa melakukannya dengan buru-buru karena mungkin kita akan
kehilangan beberapa fakta ketika kita melakukannya dengan terburu-buru. Terlebih ketika kita
berada di bawah tekanan “sebagai seorang pemimpin,” pemikiran cepat akan mengambil alih.
Ketika kita terburu-buru dalam membuat keputusan, kita akan melompat pada kesimpulan cepat
yang cenderung penuh dengan kebiasan dan firasat daripada berpikir dengan hati-hati dan
faktual. Kita bisa meluangkan waktu untuk berpikir jernih dan mengumpulkan fakta. Sebelum
membuat keputusan besar kita bisa mencoba mengambil waktu tenang untuk menyusun
keputusan dengan mengumpulkan fakta yang ada baik secara mandiri maupun diskusi dengan
orang lain. Hal itulah yang membuat proses pengambilan keputusan besar dapat mengambil
waktu berhari-hari. Dalam keadaan terdesak, kita cenderung menggunakan pemikiran cepat kita
untuk memilih keputusan. Pemikiran cepat hanya berdasar pada firasat dan dapat menjadi bias,
untuk itu perlu untuk kita mempertimbangkan fakta, informasi, dan opsi di sepanjang jalur
pengambilan keputusan. Dengan mempertimbangkan fakta, informasi, dan opsi yang ada kamu
dapat dikatakan terbuka pada semua kemungkinan, baik kemungkinan baik maupun buruk.
Sehingga seorang pemimpin dalam mengambil keputusan harus memiliki Kecakapan Berfikir
Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi yang
tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala yang
terjadi dalam kelompoknya, sehingga dapat membuat keputusan yang bermanfaat dalam tujuan
organisasi.
Dari perumusan masalah dan tujuan penelitian dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran
sebagai berikut :
Penetapan Operating
Procedure

Pemikiran
pemimpin

Pengambilan Keputusan

BAB III
KESIMPULAN

1. Pengaruh Pemikiran pemimpin terhadap penetapan Operating Procedure


Dalam penyusunan SOP, diperlukan adanya Pedoman Penyusunan SOP yaitu dokumen yang
berfungsi sebagai acuan dalam penyusunan SOP yang memuat langkah-langkah persiapan
penyusunan, tahap-tahap penyusunan, serta pembuatan diagram alur kegiatan dari setiap unit
organisasi. Keberhasilan dalam penyusunan SOP memerlukan komitmen pimpinan yang kuat
terhadap organisasi, berkemauan, tegas, dan menerima serta melakukan perubahan, serta
pemikiran yang baik dari seorang pemimpin. SOP baru akan berjalan dengan benar jika
pemimpin dapat melakukan monitoring & controlling secara efektif terhadap anggota timnya.
Sehingga Sebagai pemimpin, tentunya harus bersikap terbuka atas segala pemikiran yang ada.
serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran Seorang
pemimpin harus berkemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang
berbeda-beda, mencari alternatif atau arah Pemikiran.
2. Pengaruh pemikiran pemimpin terhadap pengambilan keputusan
Dalam memutuskan suatu hal, pemimpin perlu menguasai persoalan terlebih dahulu.
Pemimpin harus mengetahui apa yang akan dihadapi. Setelah itu, melakukan penyelidikan
terhadap persoalan tersebut. Setelah itu, mempertimbangkan nilai plus dan minus dari setiap
pilihan. Sehingga seorang pemimpin dalam mengambil keputusan harus memiliki Kecakapan
Berfikir Abstrak, Dalam arti seorang pemimpin harus mempunyai otak yang cerdas, intelegensi
yang tingggi. Jadi seorang pemimpin harus dapat menganalisa dan mumutuskan adanya gejala
yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga dapat membuat keputusan yang bermanfaat dalam
tujuan organisasi

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai