Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa RAJA NANDA SYAHPUTRA NASUTION


: ………………………………………………………………………………………..

043633972
Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : ………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama Mata Kuliah :I


SIP4111/ASAS-ASAS MANAJEMEN
………………………………………………………………………………………..

Kode/Nama UPBJJ 21-JAKARTA


: ………………………………………………………………………………………..

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1.) Mengapa perencanaan disebut sebagai sebuah proses tanpa akhir?

Perencanaan disebut sebagai suatu proses tanpa akhir karena selama perencanaan
masih dalam proses, tidak ada batasan pembahasan yang dilakukan untuk dapat
diperoleh keputusan akhir yang berupa rencana, pada saat ini memungkinkan
diadakan perubahan baik pada sistem maupun materinya. Oleh karena itu, rencana
bukan merupakan hasil akhir dari proses perencanaan, akan tetapi perencanaan
adalah suatu catatan yang kompleks dari sejumlah putusan yang saling berkaitan
antara perencanaan awal dengan perencanaan berikutnya.
Perencanaan bisa dikatakan sebagai proses tanpa akhir karena dalam perencanaan
selalu diperlukan antisipasi dan adaptasi bagi terhadap berbagai keadaan. Jadi,
jelas bahwa perencanaan disebut sebagai proses tanpa akhir karena ia berkaitan
dengan strategi dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang ada.

2.) a. Apa yang dimaksud dengan organisasi sebagai suatu sistem?


Mirrian Sofyan (2005:1.10) menyatakan teori modren memandang organisasi sebagai
suatu sistem yang berproses. Sistem adalah bagian-bagian dari organisasi yang
berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan secara keseluruhan. Bagian-
bagian itu terdiri atas faktor luar dan faktor dalam organisasi.

Organisasi merupakan suatu sistem yang berproses secara terbuka, artinya sistem
tersebut tidaklah statis. Sebagai sistem yang berproses maka organisasi memiliki
peluang untuk melakukan perubahan atas masukan ataupun pengaruh dari lingkungan
sekitarnya. Untuk itu organisasi seharusnya terbuka terhadap masukan-masukan
yang ada. Dikatakan terbuka karena sebagai suatu sistem. organisasi mendapat
masukan atau dipengaruhi sumber energi dari lingkungan sekitarnya, misalnya
modal, material, informasi, sumber tenaga manusiawi (masukan/input). Masukan
tadi diolah menjadi suatu hasil produksi melalui proses transformasi dan untuk
selanjutnya diteruskan sebagai suatu keluaran (output) berupa barang atau jasa
untuk digunakan oleh pengguna. Para pengguna itu nantinya akan memberikan umpan
balik yang dapat berperan sebagai masukan dalam proses selanjutnya. Umpan balik
tadi sesungguhnya berperan sebagai suatu mekanisme yang turut mengatur kehidupan
suatu organisasi.

Dan definisi-definisi para ahli dapat disimpulkan, bahwa Pengembangan

Organisasi merupakan:

a. Perubahan terencana.

b. Berorientasi kepada persoalan dan usaha pemecahannya.

c. Menggunakan pendekatan kesisteman. d. Bagian integral dari proses manajemen.

e. Usaha yang dilakukan secara terus-menerus. 1. Membenkan perhatian utama


kepada peningkatan.

g. Berorientasi kepada pelaksanaan.

b. Mengapa seorang manajer harus mendelegasikan wewenang?

Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang vital dalam organisasi. Atasan


perlu melakukan pendegasian wewenang agar mereka bisa menjalankan operasi
manajemen dengan baik. Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi
logis dari semakin besarnya organisasi. Bisa seorang atasan tidak mau
mendelegasikan wewenang, maka sesungguhnya itu tidak butuh siapa-siapa selain
dia sendiri.

Yang penting disadari adalah di saat kita mendelegasikan wewenang kita


memberikan otoritas pada orang lain, namum kita sebenarnya tidak kehilangan
otontas orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka
takut bisa mereka melakukan delegasi, mereka kehilangan wewenang, padalah tidak,
karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan.

Pendelegasian

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu elemen penting dalam


fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan bidan menerima prinsip prinsip
delegasi agar menjadi lebih produktif dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Delegasi wewenang adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang
kepada bawahannya. Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang

Manager perawat/bidan menetapkan dan memberkan tugas dan tujuannya kepada orang
yang diberi pelimpahan; 2. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk
mencapai tujuan:

3. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit


menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab. Manajer perawat/bidan menerima
pertanggungjawaban (akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.
Alasan pendelegasian:

Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan.


1. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil yang lebih

baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.

2. Agar organisasi berjalan lebih efisien.

3. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat memusatkan perhatian


terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih penting.

4. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan berkembang.


bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk belajar dari kesalahan
atau keberhasilan.

4. Mengapa ilmu perilaku diperlukan dalam pelaksanaan fungsi aktuasi?

Fungsi manajemen yang akan diuraikan fungsi aktuasi (aduating). Tanpa adanya
aktuasi ini, hasil nyata dari fungsi-fungsi manajemen lainnya seperti
perencanaan ataupun pengorganisasian tidaklah dapat diwujudkan. Fungsi aktuasi
ini merupakan gerak pelaksanaan dari kegiatan kegiatan yang berupa fungsi
perencanaan dan fungsi pengorganisasian. Fungsi aktuasi ini adalah fungsi yang
harus dijalankan oleh setiap manajer dalam hubungan dengan pegawai atau pekerja
di bawahnya. Sebagai suatu proses, aktuasi dimulai dari diri sendiri. Dalam diri
seorang manajer selayaknya tertanam tekad untuk mencapai kemajuan dan kemampuan
untuk bekerja sama secara harmonis dengan orang-orang lain. Tanpa adanya tekad
dan kemampuan ini sulitlah diharapkan terjadinya aktuasi terhadap orang-orang
lain.

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah objektivitas. Untuk terlaksanya
fungsi aktuasi yang baik manajer dituntut untuk bersikap objektif. Manajer
selayaknya mengevaluasi tindakan, kegiatan, ataupun reaksi anggota perusahaannya
berdasarkan hasil-hasil pengamatan

Pendekatan perlaku adalah pendekatan yang menekankan pada pemahaman perilaku


orang-oramg didalam sebuah organisasi sehingga seorang manajer harus mempelajari
secara mendalam tindakan orang yang berada dalam sebuah organisasi tersebut.
Tindakan ini disebut dengan perilaku organisasi yaitu suatu kajian ilmiah yang
mengkaji tindakan orang-orang yang terlibat dalam organisasi tersebut.
Pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang percaya bahwa jika manajer
berfokus pada karyawan bukan pada produksi mekanistik, maka pekerjaan menjadi
lebih puas dan dengan demikian, lebih produktif. Mereka mendukung gagasan
manajer harus patemalistik dan memelihara dalam rangka membangun kelompok kerja
yang produktif dan kuat. Studi ini merupakan sebuah bidang telaah akademik
khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari
berbagai ilmu. Antara lain yaitu ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi,
dan psikologi. Gerakan ilmu perilaku menekankan perlunya untuk studi ilmiah dari
elemen manusia organisasi. Model ini menekankan perlunya karyawan untuk tumbuh
dan berkembang mempertahankan harga diri dan tetap produktif. Prespektif
manajemen perilaku (behavioral management perspective)menekankan pada pentingnya
manajemen memerhatikan perilaku dan kebiasaan individu manusia yang terdapat
dalam sebuah organisasi dan pentingnya pula manajemen. melakukan perubahan
perilaku dan kebiasaan manusia yang ada dalam organisasi agar organisasi dapat
berjalan dengan baik.

3). Apa yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin dan apa ciri-ciri
yang membedakan pemimpin dan bukan pemimpin?

Seorang pemimpin harus bisa menggerakkan pikiran dan perasaan. Sering kita
dengar bahwa seorang pemimpin yang hebat, selain harus punya keahlian atau ilmu
yang tinggi, juga harus menguasai emosi dirinya sendiri. Artinya, Intelligence
Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) harusnya tinggi dan seimbang.
Dari sisi IQ, seorang pemimpin harus memiliki logical thinking, creative
thinking, dan practical thinking. Logical thinking meliputi kemampuan untuk
berpikir secara logis dan sistematis. Creative Thinking dapat dimaknai sebagai
kemampuan untuk berpikir dengan perspektif yang baru dan berbeda. Sedangkan
practical thinking adalah kemampuan untuk berpikir sesuai dengan konteks yang
ada.
Ketiga kemampuan intelektual ini saling melengkapi. Kasarnya seperti ini.
Logical thinking tanpa kedua kemampuan lainnya, hasilnya adalah ide yang
sistematis dan mudah dipahami. Namun, nantinya akan sulit mendapatkan penyegaran
akan hal-hal baru serta mengawang-awang karena sulit diimplementasikan.
Sementara Creative Thinking tanpa Logical dan Practical Thinking hasilnya adalah
ide yang baru namun tidak sistematis karena konsepnya absurd. Sementara
Practical Thinking tanpa keduanya hanya menghasilkan ide yang mudah diterima dan
diimplementasikan, tanpa ada argumentasi logis dan perspektif baru. Istilah
zaman sekarangnya ‘Ya, B aja’.
Sebuah ide harus bisa disampaikan dengan jelas. Ide-ide yang disampaikan dengan
sistematis akan lebih mudah dipahami dibandingkan ide yang disampaikan secara
acak dan asal-asalan. Sedangkan logis dikelompokkan berdasarkan alasan yang
masuk akal, dan tidak asal.
Pemimpin yang hebat tidak hanya diartikan seseorang yang pintar. Hal ini tidak
akan ada artinya bila Anda tidak dapat mengendalikan dan mengelola emosi.
Tentunya Anda sering mendengar cerita tentang sosok yang terlihat bijaksana dari
luar. Namun, setelah Anda mengenalnya lebih jauh, ternyata sosok pemimpin yang
bijaksana tadi memiliki masalah dengan emosinya sendiri. Tidak peduli apa pun
gelar akademis Anda atau seberapa banyak perusahaan yang telah Anda dirikan,
setiap pemimpin harus memiliki kemampuan dalam mengelola emosinya.
Sama seperti IQ, dalam mengelola emosi terdapat tiga tahapan. Pertama,
recognition of emotion atau yang diartikan dengan kemampuan untuk mengenali
kondisi emosi diri sendiri. Hal ini untuk memperbaiki diri jika Anda sendiri.
Kita bisa memulai dengan pertanyaan, seperti sosok pemimpin seperti apa yang
Anda inginkan? Sosok pemimpin seperti apa Anda saat ini? Bagaimana Anda bisa
berubah menjadi sosok pemimpin seperti yang Anda dambakan?
Kedua, expression of emotion, yakni kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara
tepat. Anda pasti kenal sosok Oprah Winfrey atau Andy F. Noya. Keduanya terkenal
bisa menguasai emosi dari setiap narasumber di acaranya. Tidak hanya narasumber,
bahkan penonton di layar kaca pun turut meneteskan air mata.
Apalagi tidak semua orang paham dengan apa yang ada di otak Anda. Seorang
pemimpin adalah mereka yang bisa memengaruhi orang lain lewat ucapan dan
tindakan. Ekspresi emosi akan menjadikan kalimat menjadi bernyawa. Ekspresikan
emosi Anda dengan elegan.
Terakhir, management of emotion atau kemampuan untuk memengaruhi dan mengubah
emosi orang lain. Contoh mudahnya adalah Bung Karno. Sosok legendaris ini
terkenal sebagai orator dan kemampuannya dalam membangun emosi melalui kata-
kata. Keahliannya menginspirasi banyak orang. Bahkan banyak politikus dalam
negeri yang mencoba menjadi seperti beliau.
Untuk menyentuh emosi orang lain, Anda bisa menggunakan kecakapan dalam hal
berbicara dan mengolah kata. Tenang saja, kami yakin tidak semua orang ahli
dalam hal ini, apalagi untuk menjadi sehebat Bung Karno dalam berorasi. Sebab
itu, Anda bisa menggunakan medium nonverbal untuk memengaruhi emosi orang lain.
Misalnya melalui medium gambar, video, film, musik, hingga cerita.
Ketika Anda menjadi seorang pemimpin, tentunya Anda tidak sedang memimpin diri
Anda sendiri. Ada beberapa orang mulai dari belasan, puluhan, ratusan, hingga
ribuan kepala yang harus Anda pimpin. Itulah kenapa seorang pemimpin harus bisa
bersosialiasi dengan orang lain. Agar seorang pemimpin dapat dengan mudah
melebur di lingkungan, baik kantor dan lingkungan di luar, mereka harus bisa
menguasai tiga hal. Yaitu social awareness, social relationship management, dan
social problem solving.
Social Awareness dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memahami konteks dan
situasi sosial yang sedang terjadi. Social Awareness adalah kemampuan dalam
memahami apa yang dirasakan orang lain atau dikenal dengan empati. Dengan
memiliki social awareness, Anda bisa memiliki pengaruh lebih besar terhadap
orang-orang di lingkungan Anda. Ini lantaran Anda memahami kondisi orang
tersebut sehingga Anda bisa nyambung ketika membicarakan banyak hal.
Sementara, social relationship management merupakan kemampuan menjalin hubungan
dengan berbagai pihak. Anda pasti pernah mengalami situasi seperti ini. Ketika
berada di sebuah seminar, kemudian berkenalan dengan satu orang, lantas
mengucapkan ‘Oh, kerja di perusahaan A. Kenal sama dengan si X dong.”
Atau ketika Anda akhirnya berhasil kopi darat dengan seseorang yang Anda temukan
di Tinder, “Loh, kamu lulusan dari Kampus B? Aku punya teman di situ namanya
si X, kenal dong ya.”
Tentunya Anda akan berpikir, ‘Teman saya yang satu ini, kok, terkenal banget
ya. Di mana-mana, ada aja yang kenal.’ Anda mungkin perlu berpikir ulang
tentang lingkungan Anda sehari-hari. Bisa jadi, Anda cenderung mencari teman
atas dasar kesamaan, baik sifat, pengalaman, dan asal daerah. Hal itu memang
tidak salah. Sebab, kumpul dengan orang yang satu latar memang membuat kita
nyaman dan nyambung.
Di sisi sebaliknya, hal seperti ini lumayan bahaya. Berkumpul hanya dengan orang
yang satu ide dan latar bisa mengurangi kemampuan Anda dalam menghadirkan ide
dan gagasan baru. Seorang pemimpin harus bisa menerima gagasan dari beragam
latar. Karenanya, kita perlu melebarkan jaringan pertemanan melampaui faktor
kesamaan dan kedekatan.
Sementara, Social Problem Solving adalah kemampuan untuk menyelesaikan masalah
sosial. Mungkin ini adalah tahapan yang sulit. Kemampuan untuk menyelesaikan
masalah sosial membutuhkan level tingkat dewa, karena ini bukan hanya perkara
pribadi. Butuh kematangan emosi dan kemampuan komunikasi untuk menyelesaikannya.
Dari beragam penjelasan itu, yang terpenting dari menjadi seorang pemimpin
adalah kesadaran akan visi dan misi pribadi. Menurut Ricky J. Pesik, Wakil
Kepala Badan Ekonomi Kreatif, pemimpin adalah salah satu sosok yang menentukan
sukses tidaknya sebuah bisnis. Bahkan, tidak sedikit investor yang menanamkan
modal ke sebuah perusahaan karena faktor pemimpinnya memiliki visi yang jelas.
“Industri kreatif ini sangat bergantung pada visi dari setiap founder-nya.
Karena dalam industri kreatif itu basisnya adalah kreasi. Dan dalam menciptakan
sebuah kreasi sangat diperlukan vision dari seorang leader,” terang Ricky.
Selain masalah visi dan misi, hal lainnya adalah kepercayaan pada diri sendiri,
serta kemampuan memotivasi diri sendiri. Bayangkan bila Anda tidak yakin dengan
usaha yang Anda bangun saat ini. Apakah hal tersebut akan membuat bawahan Anda
yakin dengan instruksi yang Anda berikan?
Dan, di luar itu, tentunya ada hal mendasar yang harus dimiliki seorang
pemimpin. Yakni sikap jujur, konsisten, bertanggung jawab, dan murah hati.

6 ciri yang membedakan pemimpin dan non-pemimpin: dorongan, keinginan untuk


memimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kemampuan kognitif,
pengetahuan bisnis.

Anda mungkin juga menyukai