Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong

benda yang diputar. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan

kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran

kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi

yang menghubungkan poros spindle dengan poros ulir (Rochim, 2007).

Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang mempunyai gerakan utama

berputar yang berfungsi untuk mengubah bentuk dan ukuran dengan cara

menyayat benda kerja dengan menggunakan mata pahat. Benda kerja dipegang oleh

pencekam yang dipasang oleh ujung poros utama (spindle), dengan mengatur

lengan pengatur yang terdapat pada kepala diam. utaran poros utama (n) dapat

dipilih sesuai dengan aturan yang telah di standarkan, misalnya 630, 710, 800,

900, 1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, dan 2000 rpm. Untuk mesin bubut

dengan putaran motor variable ataupun dengan sistem transmisi variable,

kecepatan putaran poros utama tidak lagi bertingkat melainkan

berkesinambungan (Taufik Rohim, 1993).

Mesin bubut merupakan mesin perkakas untuk proses pemotongan logam

(metal-cutting process). Operasi dasar dari mesin bubut adalah melibatkan benda

kerja yang berputar dan cutting tool-nya bergerak linier. Kekhususan operasi mesin
bubut adalah digunakan untuk memproses benda kerja dengan hasil atau bentuk

penampang lingkaran atau benda kerja berbentuk silinder. (Marsyahyo, 2003).

Bagian utama mesin bubut adalah sumbu utama (main spindle), eretan

(carriage), kepala lepas (tailstock), meja mesin (Bed), transporter dan sumbu

pembawa. Mesin perkakas produksi adalah suatu alat yang berfungsi sebagai

pembuat komponen atau macam-macam benda kerja misalnya komponen-

komponen pemesinan, perkakas-perkakas untuk keperluan industri, benda-

benda untuk kebutuhan rumah tangga, dan benda-benda lain yang merupakan hasil

pengerjaan mesin perkakas (Suarman Makhzu, 2013)

Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang mempunyai gerakan utama

berputar yang berfungsi untuk mengubah bentuk dan ukuran benda kerja dengan cara

menyayat benda kerja tersebut dengan suatu pahat penyayat, posisi benda searah

sumbu mesin bubut untuk melakukan penyayatan atau pemakanan

(Hadimi, 2008).

Proses pemesinan pada mesin bubut adalah terjadinya gerak relatif antara

pahat dan benda kerja akan menghasilkan variasi chip yang berakibatkan pada

perubahan gaya, sehingga amplitudo getaran terus membesar dengan cepat.

Amplitudo yang membesar akan menimbulkan suara yang melengking yang berasal

dari pahat yang memotong benda kerja (Nur, 2011)

Pada proses pembubutan berlangsung, benda kerja berputar dan pahat

disentuhkan pada benda kerja sehingga terjadi penyayatan. Penyayatan dapat


dilakukan kearah kiri atau kanan, sehingga menghasilkan benda kerja yang berbentuk

silinder. Jika penyayatan dilakukan melintang maka akan menghasilkan bentuk alur,

pemotongan atau permukaan yang disebut facing (membubut muka). Selain dapat

dilakukan kearah samping dan kearah melintang, penyayatan dapat juga diarahkan

miring dengan cara memutarkan eretan atas sehingga menghasilkan benda kerja yang

berbentuk tirus. Penyayatan yang beralur dengan kecepatan dan putaran tertentu dapat

menghasilkan alur yang teratur seperti membubut ulir (Makmur, 2014).

Mesin Bubut merupakan suatu mesin perkakas yang digunakan untuk

memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan

benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian

dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar

dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan

gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (Dwipayana, 2018).

Prinsip kerja mesin bubut yaitu poros spindel akan memutar benda kerja

melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui

roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem

berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang

membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk

ulir (Putra, dkk., 2016).

Mesin bubut menggunakan penggerak utama dari putaran motor listrik.

Putaran motor listrik diteruskan ke gearbox dengan menggunakan belt (sabuk V).
Kelemahan dari belt adalah adanya selip antara belt dengan pulinya, sehingga rasio

putaran berselisih sekitar 1%. Pada gearbox, putaran dari motor listrik diteruskan oleh

susunan roda gigi pengatur kecepatan menuju ke spindle. Putaran dari spindel dapat

diubah-ubah kecepatannya sesuai dengan ukuran dan jenis bahan dari benda kerja.

Semakin besar diameter benda kerja, maka semakin lambat putaran yang digunakan

dan sebaliknya. Selain diteruskan putaran ke spindel utama, putaran motor juga

dipindahkan untuk memutar poros poros cacing atau poros transporter untuk

pembubutan otomatis dan pembuatan ulir. (Hendra, 2016).

Pahat bubut merupakan salah satu alat potong yang sangat diperlukan pada

proses pembubutan, karena pahat bubut dengan berbagai jenisnya dapat membuat

benda kerja dengan berbagai bentuk sesuai tututan pekerjaan misalanya, dapat

digunakan untuk membubut permukaan/facing, rata, bertingkat, alur, champer, tirus,

memperbesar lubang, ulir dan memotong. Kemampuan/performa pahat bubut dalam

melakukan pemotongan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, jenis

bahan/ material yang digunakan, geometris pahat bubut, sudut potong pahat bubut

dan bagaimana apakah teknik penggunaanya sudah sesuai petunjuk dalam katoalog

(Husein, 2015).

Dimensi atau ukuran mesin bubut biasanya dinyatakan dalam diameter benda

kerja yang dapat dikerjakan pada mesin tersebut. misalnya sebuah mesin bubut

ukuran 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda kerja sampai

diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari sebuah mesin bubut adalah

panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan dalam panjang maksimum benda
kerja diantara kedua pusat mesin bubut, sedangkan sebagian pabrik lain menyatakan

dalam panjang bangku (Sutrisna, 2017).

Berdasarkan cara pengoperasiannya mesin bubut dibagi menjadi dua jenis

yaitu mesin bubut manual dan mesin bubut otomatis. Mesin bubut manual adalah

mesin bubut yang proses pengoperasiannya secara manual dilakukan oleh manusia

secara langsung, sedangkan mesin bubut otomatis adalah mesin bubut yang

perkakasnya secara otomatis memotong benda kerjadan mundur setelah proses

diselesaikan, dimana semua pegerakan sudah diatur atau diprogram secara otomatis

dengan mengunakan komputer. (Mustaqim, 2013)

Teknologi yang terus berkembang menjadi tuntutan baru bagi industri

manufaktur agar produk yang dihasilkan bermutu dengan waktu ptoduksi

yang efisien dan cost yang rendah. Proses pemesinan ialahproses produksi dengan

membuang beberapa bagian yang tidak dibutuhkan hingga membentuk produk

dengan bentuk dan ukuran yang permukaannya baik (El Hofy, 2014).

Mesin bubut merupakan satu diantara mesin perkakas yang sering

digunakan. Mesin bubut ialahyang digunakan untuk mengurangi benda dengan

proses penyatan benda yang sedang berputar. Mesin ini bekerja dengan memutar

benda kerja lalu menyayat secara melintang sejajar sumbu utama. Gerak

memotong merupakan putaran dari benda kerja sedangkan gerak umpan

merupakan gerakan dari pahat (Rumondor et al., 2020).


Benda kerja yang dihasilkan olehproses pemotongan tersebut memiliki

kualitas tertentu dan bila diketahui dari ketelitian dimensi, ketelitian bentuk

serta kehalusan permukaan bendakerja tersebut. Salah satu faktor yang

mempengaruhi ketelitian benda kerja adalah ketelitian mesin bubut yang

dipergunakan dalam proses pemotongan benda kerja itu (Indrawan, A, Aziz, et al.,

2020)

Parameter pemesinan harus disesuaikan dengan berbagai kriteria

pemotongan untuk mencapai hasil yang optimal. Desain Taguchi adalah metode

yang kuat, yang digunakan secara luas untuk mendapatkan penyesuaian

optimal untuk mengontrol faktor (Rifelino et al., 2021)

Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen adalah

permukaan yang halus. Dalam prakteknya memang tidak mungkinuntuk

mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betul-betul halus.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, faktor manusia (operator) dan

faktor-faktor dari mesin yang digunakan untuk membuatnya. Akan tetapi, dengan

kemajuan teknologi terus berusaha membuat peralatan yang mampu

membentuk permukaan komponen degan tingkat kehalusan yang cukup tinggi

menurut standar ukuran yangberlaku dalam metrologi yang dikemukakan oleh para

ahli pengukuran geometris benda melaluipengalaman penelitian (Bangun,

2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas permukaan suatu benda kerja pada

proses pemesinan diantaranya adalah sudut dan ketajaman pisau potong dalam proses

pembuatannya, variasi kecepatan potong, posisi senter, getaran mesin, perlakuan

panas yang kurang baik dan sebagainya (Munadi, 2013).

Kalpakjian Serope dan Schmid R. Steven (2014) mengatakan bahwa

parameter yang sangat menentukan kekasaran permukaan adalah kedalaman

pemakanan (depth of cut), laju pemakanan (feed rate) dan kecepatan potong.

Demikian pula Rochim, (2013) bahwa hasil komponen proses pembubutan

terutama kekasaran permukaan sangat dipengaruhi oleh sudut potong pahat,

kecepatan makan (feeding), kecepatan potong (cutting speed), kedalaman

pemotongan (depth of cut) dan lain-lain

Pada proses pemesinan cairan pendingin juga berpengaruh pada kualitas

kekasaran permukaan benda kerja. Jika pendingin yang digunakan tingkat penyerapan

panasnya baik maka hasil permukaan benda kerja akan semakin baik dan sebaliknya

jika tingkat penyerapan panas pada pendingin kurang baik maka hasil permukaan

benda kerja akan kurang baik (Suardy, 2018).

Kecepatan potong yang tinggi akan menurunkan rasio pemampatan geram dan

penyempitan luas penampang pemakanan. Pemampatan geram dan penyempitan luas

penampang pemakanan berpengaruh pada kualitas permukaan (Setiyana, 2015).

Anwar (2017), menyatakan bahwa proses permesinan merupakan suatu proses

untuk menciptakan produk melalui tahapan-tahapan dari bahan baku untuk diubah
atau diproses dengan cara-cara tertentu secara urut dan sistematis untuk menghasilkan

suatu produk yang berfungsi.

Zubaidi (2018), menyatakan bahwa keausan pahat dipengaruhi geometri

pahat, selain itu juga dipengaruhi oleh semua faktor yang berkaitan dengan proses

permesinan, antara lain : jenis material benda kerja dan pahat, kondisi pemotongan

(kecepatan potong, kedalaman pemotongan, dan gerak makan), cairan pendingin, dan

jenis proses permesinan.

Proses pemotongan logam ini biasanya dinamakan proses pemesinan, yang

dilakukan dengan cara membuang bagian benda kerja yang tidak digunakan menjadi

geram (chips) sehingga terbentuk benda kerja. Proses pemesinan adalah proses yang

paling banyak dilakukan untuk menghasilkan suatu produk jadi yang berbahan baku

logam. Diperkirakan sekitar 60% sampai 80% dari seluruh proses pembuatan suatu

mesin yang komplit dilakukan dengan proses pemesinan. (Poeng, 2014)

Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan

translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang

berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang

menghubungkan poros spindel dengan poros ulir. (Prasetyo, 2014)

Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen adalah

permukaan yang halus. Dalam prakteknya memang tidak mungkin untuk

mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betul- betul halus. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor manusia (operator) dan faktor-
faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk membuatnya. Akan tetapi, dengan

kemajuan teknologi terus berusaha membuat peralatan yang mampu membentuk

permukaan komponen degan tingkat kehalusan yang cukup tinggi menurut standar

ukuran yang berlaku dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran

geometris benda melalui pengalaman penelitian. (Siswanto, 2018)

Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen adalah

permukaan yang halus. Dalam prakteknya, memang tidak mungkin untuk

mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betul-betul halus. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya faktor manusia (operator) dan faktor-

faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk membuatnya (Priambodo, 2019).

Permukaan yang dimaksud di sini adalah batas yang memisahkan benda padat

dengan sekelilingnya. Dalam prakteknya, bahan yang digunakan untuk benda

kebanyakan dari besi atau logam. Oleh karena itu, benda-benda padat yang bahannya

terbuat dari tanah, batu, kayu dan karet tidak akan disinggung dalam pembicaraan

mengenai karakteristik permukaan dan pengukurannya (Handoko, 2018).


METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 02 Maret 2023

Pukul 16.15-17.41 di Jl. Pinang Baris No.66 B, Lalang, Kec. Medan Sunggal, Kota

Medan, Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah laptop.

Sedangkan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum adalah literatur

referensi online.

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum ini yaitu:

1. Dicari bahan untuk materi praktikum pada berbagai referensi online, seperti

jurnal, makalah, atau skripsi.

2. Disusun Laporan Praktikum sesuai ketentuan yang berlaku.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Mesin Bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam

proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan potong pahat

(tools) sebagai alat untuk memotong benda kerja tersebut. Fungsi mesin bubut yang

paling utama adalah memutar benda kerja pada spindle terhadap pahat pada

kecepatan tertentu untuk memotong bahan berlebih dan menghasilkan bentuk dan

ukuran yang diinginkan untuk pekerjaan tersebut.

Berikut merupakan hasil praktikum Praktek Pekerjaan Mesin Bubut beserta

fungsinya:

Tabel 1. Komponen yang terdapat pada mesin bubut

NO Nama Alat Gambar Fungsi

1. Hand Wheel Dioperasikan secara


manual dengan tangan
untuk menggerakkan
carriage, cross slide,
tailstock, dan bagian
lain yang dilengkapi
dengan handwheel.

2. Bet center Untuk membuat lubang


pada bagian ujung
permukaan benda yang
sedang dikerjakan.
3. Handle center Untuk meluruskan
bet bahan seperti senter bor
(fleksibel).

4. Handle rotasi Untuk mengatur arah


mata pisau mata pisau.

5. Saddle handle Untuk menggerakkan


eretan arah memanjang.

6. Bet pengatur Untuk menggerakkan


kanan kiri pahat arah melintang.

7. Handle otomatis Untuk menggerakkan


meja meja mesin bubut
secara otomatis ke
kanan atau kekiri.
8. Ragum penjepit Pengaturan ketinggian
mata pisau mata pahat
menggunakan ganjal.
Cara pengencangan
pahat dengan cara
mengencangkan baut-
baut yang terdapat di
bagian atas tool post.
9. Ragum Pengikat mencekam benda kerja
(Claw) yang akan disaya
menggunakan mesin
bubut.

10. Mata Pisau Mata pisau ini menjadi


bagian utama dalam
fungsi pisau yang dapat
membuat benda
terbelah dan cenderung
bersifat tajam.

11. Handle start Untuk mengaktifkan


(on/off) dan mematikan mesin
bubut.
12. Penyetel maju Untuk melakukan
mundur mata gerakan melintang.
pisau disini adalah
komponennya bisa
mendekat dan menjauhi
operator ketika diputar
secara manual maupun
otomatis.
Mengubah energi listrik
13. Dinamo
menjadi energi mekanik
atau memberikan mesin
tenaga untuk bergerak.

14. Dial indikator Untuk melihat apakah


digital ragum pengikat sudah
bulat total dan alat
bantuan dari dial
indicator digital sampai
kemiringannya pas.

15. Dial Indikator Sebagai acuan untuk


Manual membulatkan ragum
pengikat
16. Cekam (Chuck Untuk menjepit/
mesin bubut) mengikat benda kerja
pada proses
pembubutan

17. Lampu Untuk menerangkan


objek.

Pembahasan

Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong

benda yang diputar. Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan

kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran

kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi

translasi yang menghubungkan poros spindle dengan poros ulir (Rochim, 2007 dalam

Rumondor dkk, 2021).

Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam

proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dengan menggunakan mata potong

pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut. Mesin bubut

merupakan salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda
kerja yang menjadi bentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu

dipasang pada chuck (pencekam) yang terpasang pada spindle mesin, kemudian

spindle dan benda kerja diputar dengan kecepatan putar sesuai perhitungan. Alat

potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja disayatkan pada benda

kerja yang berputar (Karim dkk, 2016).

Komponen – komponen utama dari mesin bubut yaitu mesin bubut yaitu

kepala tetap (head stock), cekam (chuck), toolpost, sumbu pengatur gerak maju

pemotongan (feed shaft), eretan (carriage), compound rest, tailstock, bed dan lead

screw.

Pengoperasian mesin bubut pada dasarnya sama dengan pengoperasian mesin

perkakas lainnya. Membubut pada prinsipnya adalah membuat benda bulat dengan

diameter tertentu dengan jalan penyayatan. Mesin bubut menggunakan penggerak

utama dari putaran motor listrik. Putaran motor listrik diteruskan ke gearbox dengan

menggunakan belt (sabuk V).

Kelemahan dari belt adalah adanya selip antara belt dengan pulinya, sehingga

rasio putaran berselisih sekitar 1%. Pada gearbox, putaran dari motor listrik

diteruskan oleh susunan roda gigi pengatur kecepatan menuju ke spindle. Putaran dari

spindledapat diubah ubah kecepatannya sesuai dengan ukuran dan jenis bahan dari

benda kerja.
Semakin besar diameter benda kerja, maka semakin lambat putaran yang

digunakan dan sebaliknya. Selain diteruskan putaran ke spindle utama, putaran motor

juga dipindahkan untuk memutar poros - poros cacing atau poros transporter untuk

pembubutan otomatis dan pembuatan ulir. Pemindahan putaran ke poros cacing ini

melalui susunan roda gigi yang dapat dipindah-pindahkan posisinya disesuaikan

dengan kisar dan jenis ulir yang akan dibuat ( Riawan, 2013).

Poros spindle akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga

memutar roda gigi pada poros spindle. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan

disampaikan ke roda gigi poros - poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir

tersebut di ubah gerak. Translasi pada eretan yang membawa pahat. Perawatan mesin

bertujuan agar kondisi mesin selalu dalam keadaan siap pakai dan agar pemakaian

mesin bubut dapat lebih lama. Perawatan mesin bubut yang benar dan teratur dapat

membuat kinerja mesin bubut optimal serta awet.

Perawatan mesin bubut dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1. Perawatan alat

a) Pengecakan pahat ukuran sudut pemakanan sesuai atau tidak.

b) Pengecakan pahat rumah pahat, ukuran lubang tidak mengalami

kelonggaran.

c) Pengecakan senter kepala lepas.

d) Pemeriksaan handle pengubah transmisi daya atau kecepatan putar.


2. Perawatan umum

Untuk menjaga agar mesin tidak cepat rusak diperlukan perawatan

pengoperasian yang benar dan seksama. Prosedur perawatan mesin bubut ini adalah:

a) Mesin bubut ini tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.

b) Dalam pelaksanaan perawatan seperti pengantian oli pelumasan mesin dan

pemberian grease, diharuskan memakai oli yang dipersyaratkan oleh pabrik

pembuat mesin.

c) Setelah selesai mengoperasikan mesin, bersihkan bagian-bagian mesin

dari beram-beram hasil pemotongan dan cairan pendingin.

d) Untuk pemasangan benda kerja pada poros utama, tidak diperkenankan

memukul benda kerja secara keras dengan menggunakan palu.

e) Jaga dan perhatikan secara seksama selama pengoperasian mesin, jangan

sampai beram-beram yang halus dan keras terutama beram besi tulang jatuh

kemeja mesin dan terbawa oleh eretan.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam

proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dengan menggunakan mata

potong pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja tersebut.

2. Poros spindle akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga

memutar roda gigi pada poros spindle

3. Semakin besar diameter benda kerja, maka semakin lambat putaran yang

digunakan dan sebaliknya.

4. Mesin bubut menggunakan penggerak utama dari putaran motor listrik.

Putaran motor listrik diteruskan ke gearbox dengan menggunakan belt (sabuk

V).

Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebaiknya para praktikan lebih

memahami mengenai nama dan fungsi dari tiap tiap komponen yang ada pada mesin

bubut, juga bagaimana cara penggunaan mesin bubut, serta berhati-hati dalam

penggunaannya.
DAFTAR PUSTAKA

Rochim, T. 2007. Klasifikasi Proses Gaya dan Daya Pemesinan, Institut Teknologi
Bandung.

Rochim, Taufiq. 1993. Teori & Proses Permesinan, Indonesia: Penerbit ITB.

Marsyahyo, Eko, 2003, Mesin Perkakas Pemotongan Logam, Toga Mas, Malang.

Suarman Makhzu (2013). Teknologi Pemesinan.FT-UNP Padang.

Hadimi. 2008. Pengaruh Perubahan Kecepatan Pemakanan Terhadap Kekasaran


Permukaan Pada Proses Pembubutan. Jurnal Ilmiah Semesta Teknika, Vol.
11, No. 1, 18-28

Nur, Ichlas. 2011. Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap Getaran Mesin Perkakas.
Jurnal poli rekayasa, Vol. 6, No. 2.

Makmur, H. 2014. Analisa Pengaruh Kecepatan Potong Proses Pembubutan Baja


Amutit K 460 Terhadap Umur Pahat HSS. Jurnal Austenit. Vol. 1 (3): hal.
10.

Dwipayana, H., dan Fadli, K. 2018. Optimasi Perawatan Pada Mesin Bubut
Automatic Feed Bench Lathe BV 20 Di Laboratorium Proses Manufaktur
Universitas Tamansiswa Palembang. Universitas Tamansiswa Palembang
Putra, I., dan Adil, R. 2016. Pengaruh Kecepatan Asutan Dan Kedalaman Potong
Terhadap Kekasaran Permukaan Aluminium Pada Bubut CNC TU-2A.
Institut Teknologi Padang.

Hendra dan Hernadewita. 2016. Analisa Pengaruh Kondisi Pemotongan Benda Kerja
(Panjang Penjuluran) Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Mesin Bubut
Gallic 16N. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 3 (1): hal. 55-56.

Sutrisna, R., dkk. 2017. Pengaruh Variasi Kedalaman Potong Dan Kecepatan Putar
Mesin Bubut Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja Hasil
Pembubutan Rata Pada Bahan Baja ST 37. Indonesia: Universitas
Pendidikan Ganesha.

Husein, S. 2015. Pengaruh Sudut Potong Terhadap Getaran Pahat Dan Kekasaran
Permukaan Pada Proses Bubut Mild Steel ST 42. Skripsi tidak diterbitkan.
Jember: Universitas Negeri Jember.

Mustaqim, K., dkk. 2013. Pengaruh Kecepatan Pemakanan Terhadap Kekasaran


Permukaan Material JIS G-3123 SS 41 Dengan Metode Taguchi.
Universitas Muhammadiyah Jember

Anwar, M. J., & Widodo, E. (2017). Karakterisasi Laju Korosi Baja ST 40 Berlapis
Polyester Putty Dalam Lingkungan Air Payau. R.E.M. (Rekayasa Energi
Manufaktur) Jurnal, 2(2), 69–76.Sumbodo, W. (2008). Teknik Produksi
Mesin Industri Kelas 10.

Bangun, D. (2001). Pengaruh Variasi Kecepatan Dan Variabel Putaran


Permukaan Pada Proses Frais Mmc Matriks. Jurnal Teknik Mesin, 15–22.
El Hofy, H. A. . (2014). Fundamental of Machining Processes(2nd ed.). Taylor
& Francis Group, LLC.

Handoko, Prayoga, 2018. Studi Parameter Permesinan Optimum pada Operasi CNC
End Milling Surface Finish Bahan Aluminium. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.

Indrawan, E., A, Y., Aziz, A., Rifelino, R., & Tawakal, M. I. (2020).
Analisis Kualitas Geometri Mesin Bubut Maximat Super 11.
INVOTEK: Jurnal Inovasi Vokasional Dan Teknologi, 20(3), 71–
80. https://doi.org/10.24036/invotek.v20i3.636

Kalpakjian, Serope and Scmid R Steven. 2014. Manufacturing Engineering and


Technologi Fourth edition. London: Prentice Hall.

Munadi, Sudji. 2013. Dasar-dasar Metrologi. Jakarta: Proyek Pengembangan


Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan

Poeng, R. 2014, Sistem Manufaktur, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sam


Ratulangi, Manado.

Prasetyo, M. H., & Irfa’I, M. A. (2014). Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel,
dan Kedalaman Pemakanan Terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja
S45C dengan Menggunakan Software Mastercam pada Mesin Mori Seiki
CL2000. JTM, 3(1), 141–146.

Priambodo, B. 2019. Teknologi Mekanik, Erlangga Jakarta.


Rifelino, Rahim, B., & Indrawan, E. (2021). Optimization of CNC
Turning Parameters Using Taguchi Method. Teknomekanik, 4(1), 42–48.

Rochim, Taufiq. 2013. Teori & Teknologi Proses Permesinan. Jakarta: Higher
Education Development Support Project.

Rumondor, M. J., Poeng, R., & Gede, I. N. (2020). Pengaruh Kecepatan Aliran
Pendingin terhadap Panas Pemotongan pada Pembubutan Benda
Kerja silindris. Jurnal Online Poros Teknik Mesin, 9(2), 149–160.

Setiyana, Budi. 2015. Pengaruh Kecepatan Potong Pada Proses Pemesinan Kecepatan
Tinggi Terhadap Geometrid dan kekerasan Geram Untuk beberapa Geram
dengan Variasi Nilai Kekuatan Tarik. (Online), (http://
eprints.undip.ac.id/1662/1/pengaruh_k
ecepatan_potong_pada_proses_pemesi nan_kecepatan_tinggi_doc.pdf)
diakses 25 april 2014.

Siswanto, B., & Sunyoto. (2018). Pengaruh Kecepatan dan Kedalaman Potong pada
Proses Pembubutan Konvensional Terhadap Kekasaran Permukaan
Lubang. Jurnal Dinamika Vokasional Teknik Mesin, 3(2), 82–86.

Suardy. 2018. Analisis kekasaran Permukaan hasil pembubutan pada baja St 42


menggunakan cairan pendingin sintetik dan semi sintetik. (Online),
(http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 72087176_0216-4582.pdf) diakses
4 maret 2014.

Zubaidi, A., Syafa’at, I., & Darmanto. (2018). Analisis Pengaruh Kecepatan Putar
dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Material FCD
40 pada Mesin Bubut CNC. Jurusan Teknik Mesin, 8(1), 40–47

Anda mungkin juga menyukai