Anda di halaman 1dari 3

Analisis Ekonomi Terhadap Rancangan

Undang-Undang Perampasan Aset

ASRIYANI

B012221064

Rancang Undang-Undang Perampasan Aset atau yang juga


dikenal dengan istilah asset recovery merupakan salah satu aturan yang
harus ada ketika suatu negara sudah menandatangani konvensi tersebut.

RUU ini nantinya akan berguna untuk merampas aset pejabat


negara dari pendapatan yang tidak wajar, serta tidak dapat dibuktikan
diperoleh secara sah. Mengingat, perampasan aset melalui RUU ini tidak
memerlukan adanya bukti kesalahan dari pelaku kejahatan yang sulit
dibuktikan dalam sidang pengadilan, sementara kerugian negara secara
nyata yang telah terjadi. Selain itu juga apabila terdapat situasi di mana
terdakwa meninggal, sakit permanen dan memiliki imunitas sehingga sulit
diadili dalam persidangan pidana, RUU ini menjadi solusi untuk
menyelamatkan uang negara yang dikorupsi.

Ketiadaan payung hukum yang kuat dalam menyita aset koruptor


membuat tindak pidana korupsi seringkali dianggap berisiko rendah,
namun berimbalan tinggi. Ini karena negara hanya dapat menyita aset
yang terbukti sebagai kerugian negara. Kita sudah sering melihat
hukuman penjara tidak memberikan efek jera bagi pelaku tindak pidana
korupsi. Pendekatan hukum pidana saat ini pun belum mampu
menyelesaikan persoalan kerugian negara dengan lebih cepat dan efisien.
Berbagai pemberitaan di media terkait Operasi Tangkap Tangan (OTT)
serta vonis pengadilan yang dijatuhkan tidak cukup mampu membendung
laku korupsi. Harapannya dengan merampas aset yang diperoleh para
perampok negara ini akan memberikan efek jera yang kuat.

RUU Perampasan Aset akan mengatur mekanisme mulai dari


penelurusan, penyitaan dan pemblokiran aset yang diduga hasil
kejahatan, sampai pengelolaan aset yang telah dirampas. RUU
Perampasan Aset memungkinkan aset-aset hasil kejahatan itu diatur dan
diawasi dengan baik sehingga tidak ada lagi aset yang nilainya turun,
lelangnya tidak jelas, sampai kehilangan barang bukti. Bahkan untuk aset
hasil kejahatan yang, misalnya, sudah menjadi pabrik atau hotel, akan
dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam RUU Perampasan
Aset.

Aset yang telah ada tidak ditutup begitu saja, akan dikelola oleh
negara, seperti hotel yang menjadi asset tindak korupsi tetap jalan, hanya
pengurusannya, keuangannya, langsung diberikan kepada yang berhak.
Sehingga masyarakat yang bekerja di situ tidak jadi korban. RUU
Perampasan Aset tentu saja memuat sejumlah terobosan. Salah satu
yang diatur adalah soal konsep pembuktian terbalik (illicit enrichment).

RUU jika di tinjau dari karkteristik hukum ekonomi yakni biaya,


harga, nilai, dan manfaat maka, biaya disini ada pengmpulan tentang ide-
ide dalam merumuskan RUU dan disusun sedemikian rupa. Selanjutnya
adalah harga yang dimaksud disini adalah jumlah dari aset yang dirampas
dari hasil kejahatan tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka.
Berbicara tentang nilai, maka nilai dari RUU Perampasan Aset ini adalah
untuk kembalinya kerugian negara yang telah dicuri oleh pelaku tindak
pidana balik pidana korupsi maupun pencucian uang. Manfaat yang
didapat dari usulan Undang-Undang ini adalah menimbulkan efek jera
atau rasa takut terhadap pelaku kejahatan tindak pidana korupsi, serta
asset yang dimiliki oleh pelaku tidak mati begitu saja tapi dijalankan oleh
negara sebagai pengelola asset.

Anda mungkin juga menyukai