Anda di halaman 1dari 39

ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP)

Bidang Keahlian : Semua Bidang Keahlian


Program Keahlian : Semua Program Keahlian
Mata Pelajaran : Bahasa Sunda
Satuan Pendidikan : SMK AK Nusa Bangsa
Fase/Kelas : E/ X
Tahun Pelajaran : 2022/2023
Alokasi Waktu : 72 Jam Pelajaran

Capaian Pembelajaran :

Pada akhir fase E, peserta didik secara umum memiliki kemampuan berbahasa Sunda untuk berkomunikasi dan bernalar sesuai dengan tujuan, konteks sosial-
budaya, dan akademis. Peserta didik mampu memahami, mengolah, menginterpretasi, dan mengevaluasi informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan kehendak)
dari berbagai tipe teks berbahasa Sunda tentang beragam topik. Peserta didik mampu mengkreasi informasi atau pesan (gagasan, pikiran, dan kehendak) untuk
berbagai tujuan. Peserta didik mampu berbicara dengan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari dan melibatkan banyak orang. Peserta didik mampu menulis
berbagai teks berbahasa Sunda untuk merefleksi dan mengaktualisasi diri dalam berbagai media sesuai dengan kaidah bahasa dan norma budaya Sunda.

KELAS
PROFIL
DOMAIN/ ALUR CAPAIAN Nomor PEKAN/ KATA/FRASE
NO. PELAJAR
ELEMEN PEMBELAJARAN PER- TUJUAN PEMBELAJARAN Modul JP KUNCI
PANCASILA
TAHUN
1. Berbicara dan Peserta didik mampu Setelah mempelajari kegiatan 01 2/4 JP - Tarjamah - Beriman dan
Mempresentaseka menyajikan informasi atau pembelajaran ini diharapkan 02 2/4 JP - Biantara bertaqwa
n (Nyarita jeung pesan (gagasan, pikiran, atau peserta didik mampu: 03 2/5 JP - Panumbu - Berakhlak
Midangkeun) perasaan) dan kreativitas 1. Menampilkan biantara catur mulia
dalam bentuk monolog, dengan cara membaca atau 05 2/4 JP - Kawih - Berkebinekaan
dialog, dan gelar wicara mendeklamasikan dengan 06 2/4 JP - Dongeng global
berbahasa Sunda secara logis, memperhatikan kesantunan - Mandiri
sistematis, kritis, kreatif, dan penggunaan kaidah - Gotong royong
sesuai kaidah bahasa dan bahasa. - Kreatif
norma budaya Sunda. 2. Menampilkan sisindiran - Bernalar kritis
Peserta didik mampu secara lisan/tulisan sesuai
mengkaji dan mengkreasi dengan konteks dan fungsi
teks berbahasa Sunda sesuai sosialnya dengan sikap
kaidah bahasa dan norma berani, semangat, mandiri,
budaya Sunda serta dan cermat.
menyajikan, 3. Mendemonstrasikan
mempertahankan, dan panumbu catur dalam
menyimpulkannya dalam kegiatan diskusi, debat, dan
suatu percakapan atau sejenisnya yang sesuai
diskusi. dengan konteks penggunaan
bahasa dengan sikap kritis,
semangat, dan cermat.
4. Menyajikan isi teks warta
dengan memperhatikan
struktur dan aspek
kebahasaan dengan
semangat, berani, mandiri
dan cermat.
5. Menyajikan hasil analisis
novel melalui berbagai
media (seperti bagan, cerita
bergambar, animasi) dengan
memperhatikan struktur dan
kaidah kebahasaan.

2. Menulis (Nulis) Peserta didik mampu Setelah mempelajari kegiatan 01 2/4 JP - Tarjamah - Beriman dan
menyajikan informasi atau pembelajaran ini diharapkan 02 2/4 JP - Biantara bertaqwa
pesan (gagasan, pikiran, atau peserta didik mampu: 04 2/5 JP - Panumbu - Berakhlak
1. Menganalisis isi, struktur, catur mulia
perasaan) dan kreativitas
dan aspek kebahasaan teks 05 2/4 JP - Kawih - Berkebinekaan
dengan bahasa Sunda dalam biantara dengan kritis dan 07 2/4 JP - Dongeng global
tipe teks tulis nonfiksi secara semangat. - Mandiri
benar, logis, kritis, kreatif, 2. Menyusun teks biantara - Gotong royong
dan santun untuk tujuan dengan memperhatikan - Kreatif
tertentu sesuai kaidah bahasa struktur, kesantunan dan - Bernalar kritis
kaidah Bahasa.
dan norma budaya Sunda. 3. Menganalisis isi, struktur,
Peserta didik mampu dan aspek kebahasaan
mendekonstruksikan atau sisindiran. Menuliskan
sisindiran yang kreatif,
memodifikasi karya sastra
inovatif agar memiliki daya
(fiksi) serta menyajikannya jual dipasaran.
dengan berbahasa Sunda 4. Menganalisis isi, struktur,
dalam berbagai media (tulis, dan aspek kebahasaan teks
cetak, elektronik, atau carita pondok dengan kritis
medsos) sesuai kaidah dan semangat agar dapat
menciptakan teks carita
bahasa dan norma budaya pondok yang sesuai dengan
Sunda. Peserta didik mampu strukturnya, juga
menganalisis informasi menggunakan kebahasaan
faktual dan yang baik dan benar serta
menyajikannya secara logis, disajikan secara kreatif dan
inovatif sehingga kalian
kritis, dan kreatif dalam tipe
dapat menjadi penulis teks
teks tulis ilmiah berbahasa carita pondok yang andal.
Sunda untuk tujuan tertentu 5. Menganalisis isi, pola
sesuai kaidah bahasa dan penyajian, dan aspek
norma budaya Sunda. kebahasaan teks warta dari
media massa cetak atau
elektronik. Menyususn teks
berita berdasarkan
pengamatan atau hasil
wawancara sesuai dengan
struktur dan kaidah
kebahasaannya dengan rasa
ingin tahu, cermat, dan
tanggung jawab.
6. Menganalisis isi, struktur,
dan aspek kebahasaan teks
biografi. Menulis teks
biografi sederhana dengan
memperhatikan struktur dan
penggunaan kaidah bahasa.

3. Membaca dan Peserta didik mampu Setelah mempelajari kegiatan 02 2/4 JP - Tarjamah - Beriman dan
Memirsa (Maca mengevaluasi dan pembelajaran ini diharapkan 04 2/5 JP - Biantara bertaqwa
jeung Miarsa) mengkreasi berbagai peserta didik mampu: 05 2/5 JP - Panumbu - Berakhlak
1. Mengidentifikasi nilai-nilai 06 2/3 JP catur mulia
informasi (perasaan,
yang terkandung dalam 07 2/4 JP - Kawih - Berkebinekaan
gagasan, pikiran, dan sisindiran, carita pondok, 08 2/2 JP - Dongeng global
kehendak) dan struktur tipe warta, novel, biografi, dan - Mandiri
teks (fiksi dan nonfiksi) wawacan yaitu nilai moral, - Gotong royong
berbahasa Sunda di media sosial, edukasi, dan religius - Kreatif
cetak dan elektronik dengan dengan kritis dan semangat - Bernalar kritis
agar dapat menerapkan
berpikir logis. Peserta didik
dalam kehidupan sehari-
mampu mengapresiasi hari sehingga menjadi
beragam teks (fiksi dan pribadi yang baik dan
nonfiksi) berbahasa Sunda terpuji.
di media cetak dan 2. Memahami isi yang
elektronik untuk terkandung dalam
sisindiran, carita pondok,
menanggapinya. warta, novel, biografi, dan
wawacan sehingga dapat
menjelaskan bagian-bagian
penting dan
merekonstruksi kembali
hikayat tersebut dengan
kreatif, inovatif dan
semangat sehingga suatu
hari nanti kalian dapat
menjadi salah satu penulis
sisindiran, carita pondok,
warta, novel, biografi, dan
wawacan yang baik dan
handal.

4. Menyimak Peserta didik mampu Setelah mempelajari kegiatan 01 2/4 JP - Biantara - Beriman dan
(Ngaregepkeun) mengevaluasi dan pembelajaran ini diharapkan 02 2/4 JP - Kawih bertaqwa
mengkreasi berbagai peserta didik mampu: 03 2/5 JP - Panumbu - Berakhlak
1. Menyimak biantara yang catur mulia
informasi (perasaan,
berlangsung dengan sikap - Berkebinekaan
gagasan, pikiran, dan menghargai, semangat, dan 04 2/5 JP - Carita global
kehendak) dengan berpikir cermat, sehingga dapat pondok - Mandiri
logis dari menyimak tipe membandingkan dan 05 2/4 JP - Warta - Gotong royong
teks (fiksi dan nonfiksi) mengembangkan 06 2/3 JP - Dongeng - Kreatif
berbahasa Sunda dalam keterampilan berbicara di - Bernalar kritis
depan umum.
berbagai bentuk (monolog, 2. Menyimak sisindiran yang
dialog, dan gelar wicara) dibacakan/ditampilkan
serta mengapresiasi dan sehingga mampu
menanggapinya. membandingkan nilai- nilai
dan bahasa sisindiran
dengan kesenian rakyat
lainnya dengan kreatif,
kritis, disiplin, jujur dan
bekerja keras.
3. Menyimak panumbu catur
yang berlangsung dalam
kegiatan diskusi, debat, dan
sejenisnya sehingga mampu
mengembangkan
keterampilan berbicara
yang baik di depan umum
dengan memerhatikan isi
dan nilai-nilai baik secara
lisan atau tertulis dengan
kritis, kreatif, cermat dan
terampil.
4. Menyimak Carita pondok
yang dibacakan sehingga
mampu membandingkan
nilai-nilai dan bahasa carita
pondok dengan novel, dan
cerita rakyat lainnya
dengan kreatif, kritis,
disiplin, jujur dan bekerja
keras.
5. Menyimak warta yang
dibacakan/ditampilkan
sehingga mampu
membandingkan nilai-nilai
dan bahasa yang digunakan
dalam warta dengan
biantara dan panumbu catur
dengan kreatif, kritis,
disiplin, jujur dan bekerja
keras.
6. Menyimak hasil analisis
novel yang dibacakan
sehingga mampu
membandingkan nilai-nilai
dan bahasa novel dengan
carita pondok, dan cerita
rakyat lainnya dengan
kreatif, kritis, disiplin, jujur
dan bekerja keras.
7. Menyimak wawacan yang
dibacakan/ditampilkan
sehingga mampu
membandingkan nilai-nilai
dan bahasa yang digunakan
dalam wawacan dengan
carita pondok dengan novel
dengan kreatif, kritis,
disiplin, jujur dan bekerja
keras

Mengetahui, Bogor, Juli 2022


Kepala SMK AK Nusa Bangsa Guru Mata pelajaran,

Rini Damayanti, S.Si., M.Pd. Yopa Nurpadilah, S.Pd.


MODUL AJAR
INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Yopa Nurpadilah, S.Pd
Satuan Pendidikan : SMK AK Nusa Bangsa
Fase :E
Kelas : 10
Alokasi Waktu : 2 ( dua ) JP

B. Kompetensi Awal
1. Menganalisis unsur kebahasaan dan rasa bahasa teks terjemahan;
2. Menerjemahkan teks kedalam Bahasa Sunda atau sebaliknya dengan memperhatikan struktur kebahasaan dan rasa bahasa.

C. Profil Pelajar Pancasila


1. Mandiri
2. kreatif
3. Berkebinekaan Global

D. Sarana dan Prasarana


Laptop, HP, Koran, Majalah, Link GMeet atau ZoomMeet

E. Target Peserta Didik


1. Peserta didik regular;
2. Peserta didik yang mengalami kesulitan/lambat;
3. Peserta didik dengan capaian tinggi/cepat

F. Model Pembelajaran
PJJ Daring
KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian terjemahan dengan tepat;
2. Peserta didik mampu menjelaskan kaidah terjemahan dengan tepat;
3. Peserta didik mampu merinci langkah-langkah menerjemahkan dengan benar;
4. Peserta didik mampu menerjemahkan prosa berbahasa Indonesia ke dalam berbahasa Sunda;
5. Peserta didik mampu menyunting terjemahan yang dibuat dengan tepat.

B. Pemahaman Bermakna
1. Mikaweruh padika narjamahkeun;
2. Ngalarapkeun kecap serepan jeung paribasa tarjamahan

C. Pertanyaan Pemantik
1. Naon pentingna tarjamahan bahasa?
2. Dimana sadérék pernah manggih tarjamahan?

D. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Pendahuluan ( 15 Menit )
a. Guru dan Peserta didik bertanya jawab tentang kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini.
b. Peserta didik bertanya jawab untuk menyamakan konsep tentang terjemahan.
c. Peserta didik membaca materi terjemahan dari buku, file, dan atau sumber dari internet.
2. Kegiatan Inti ( 60 Menit )
a. Peserta didik mengamati teks terjemahan dan membacanya;
b. Peserta didik dibagi dalam 4 kelompok (disesuaikan dengan jumlah siswa);
c. Peserta didik dalam kelompok diminta untuk mengidentifikasi teks terjemahan;
d. Peserta didik diminta menganalisis kaidah-kaidah menterjemahkan dalam kelompoknya;
e. Masing-masing kelompok mencatat hasil temuannya;
f. Masing-masing kelompok berdiskusi tentang kaidah-kaidah terjemahan;
g. Masing-masing kelompok mengumpulkan hasil diskusi mereka dengan bahasa yang baik dan santun.
3. Kegiatan Penutup
a. Guru dan peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran;
b. Peserta didik merefleksi pembelajaran hari ini dengan panduan guru.

E. Asesmen
Asesmen Diagnostik
1. Naon anu dimaksud tarjamahan?
2. Kumaha cara-cara narjamahkeun anu bener?
3. Bacaan anu kumaha baé anu sok ditarjamahkeun téh?

Asesmen Formatif
1. Pék tarjamahkeun téks dumasar kana bahasa anu bener!
2. Presentasikeun hasil tarjamahan sadérék!

Asesmen Sumatif
A. Pilihan Ganda
Pilih salasahiji jawaban nu benerna.
1. Tarjamahan tina kalimah "Saya merasa bangga menjadi orang Sunda." anu merenah, nyaéta…
a. Kuring ngarasa bangga jadi urang Sunda.
b. Kuring ngarasa reueus jadi urang Sunda.
c. Kuring ngarasa sugema jadi urang Sunda.
d. Kuring ngarasa agul jadi urang Sunda.
é. Kuring ngarasa ngeunah jadi urang Sunda.

2. Kecap-kecap basa Sunda anu hésé ditarjamahkeun kana basa Indonésia, nyaéta kecap…
a. pangantét
b. paréntah
c. panyambung
d. panganteur
é. sulur

3. Paribasa nu mangrupa tarjamahan tina basa Indonésia, nyaéta ...


a. Adam lali tapel.
b. Wong becik ketitik wong ala ketara.
c. Waktu sarua jeung duit.
d. Aya hurang handapeun batu.
é. Gindi pikir belang bayah.

4. Paribasa Indonésia "Biar lambat asal selamat" hartina mirip jeung paribasa Sunda ..
a. Kajeun panas tonggong asal tiis beuteung.
b. Kajeun kendor asal ngagémbol.
c. Kaduhung tara ti heula,
d. Jauh-jauh panjang gagang
é. Ulah gancang pincang.

5. leu di handap henteu kaasup kana carpon nu mangrupa tarjamahan tina basa Inggris, nyaéta …
a. Carpon "Keteg Jajantung" ditarjamahkeun ku Atép Kurnia
b. Carpon "Haji Murod" ditarjamahkeun ku Atép Kurnia jeung Hawé Setiawan
c. Carpon "Ngulampreng" ditarjamahkeun ku Hawé Setiawan
d. Carpon "Pependeman Nabi Sulaeman" ditarjamahkeun ku Moh. Ambri
é. Carpon "Ucing Hideung" ditarjamahkeun ku Yuliana Mustota

6. Lamun rék narjamahkeun, urang merlukeun kamus, nyaéta kamus …


a. ékabasa
b. dwibasa
c. istilah
d. asing
é. énsiklopédia

7. leu di handap tilu kamampuh basa nu kudu kacangking mun urang rék narjamahkeun, iwal kamampuh ...
a. gramatikal
b. fonologis
c. sosiolinguistik
d. semantik
é. pragmatik

8. leu di handap urang asing anu henteu nyusun kamus basa Sunda, nyaéta ....
a. R.H. Robins
b. A. Geerdink
c. H. J. Oosting
d. S. Coolsma
é. Jonathan Rigg

9. Anu teu kaasup kana kecap-kecap basa Sunda serepan tina basa Arab, nyaéta ...
a. abdi
b. iman
c. ahlak
d. agama
é. takwa

10. Unsur serepan anu acan sagemblengna kaserep kana basa Sunda ditulisna ....
a. digurathandapan
b. dikekentengan
c. dikandelkeun
d. dicondongkeun
e. biasa

F. Pengayaan dan Remedial


Pengayaan
1. Téangan tuluy tarjamahkeun hiji artikel/bahasan/warta ka basa Sunda!
2. Téangan tuluy tarjamahkeun salah sahiji puisi/lirik lagu ka basa Sunda!

Remedial
1. Téangan artikel pondok tina internet basa Indonesia tuluy tarjamahkeun kana basa sunda!
2. Téangan artikel pondok tina internet basa sunda tuluy tarjamahkeun kana basa Indonesia!

LAMPIRAN
A. Lembar Kerja Peserta Didik
leu di handap aya sawatara kalimah dina basa Sunda, pék ku hidep tarjamahkeun kana basa Indonésia!
1. Manéhna keur ulin di buruan imah.
2. Pa Guru nuju ngawulang di kelas.
3. Néng Susi keur ngajajanteng ungguan kabogohna di sisi jalan.
4. Urang sadaya kedah ngamumulé tur miara basa, sastra, jeung aksara Sunda.
5. Prabu Siliwangi téh raja Pajajaran nu munggaran.

leu di handap aya sawatara kalimah dina basa Indonésia, pék ku hidep tarjamahkeun kana basa Sunda!
1. Dia sedang bekerja di sawah.
2. Seluruh penduduk di kawasan Merapi diungsikan ke Kabupaten Sleman.
3. Hasil pertandingan Persib vs Persija berakhir seri.
4. Kita harus bekerja sama membangun bangsa dan negara.
5. Semua siswa diharapkan bisa serius dalam mempelajari bahasa Sunda.
B. Bahan Bacaan
Maca Téks Tarjamahan

Saya dilahirkan di rumah peninggalan nenek moyang ibu, yang terletak di samping balai desa Cibolérang, Jatiwangi, tapi
sewaktu umur saya baru beberapa belas bulan saya dibawa pindah ke rumah kakek di kampung Pasuketan, sebab kakek membeli
rumah di sana. Selanjutnya saya tinggal di sana hingga lulus Sekolah Rakyat.
Hal saya dibawa pindah ke Pasuketan penting diceritakan, sebab kalau saja saya terus tinggal di rumah peninggalan nenek
moyang ibu yang terletak di samping balaidesa, tentu kisah hidup saya akan berbeda.
Desa Cibolérang adalah salah satu di antara tiga desa yang membentuk kota kewedanaan (kini kecamatan) Jatiwangi. Dua
desa lainnya adalah desa Sutawangi dan Cicadas. Sutawangi di tengah-tengah, Cicadas di sebelah barat, sedang Ciborélang di
sebelah timur. Kota Jatiwangi yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah kabupaten Majalengka, secara kultural terletak
di daerah tapal batas kultur Sunda dan (Jawa) Cirebon. Waktu itu, ada dua bahasa sehari-hari yang digunakan oleh orang
Jatiwangi, yakni bahasa Sunda dan bahasa (Jawa) Cirebon, tergantung dari lingkungan sosial dan pekerjaan masing-masing.
Di sekitar balai desa Cibolérang yang terletak di sebelah selatan jalan raya Cirebon-Bandung di seberang pasar -disebut "Pasar
Baru" karena pasar lama terletak di depan balai desa Sutawangi- penduduk sehari-hari menggunakan bahasa Cirebon. Orang
Kaum (masjid terletak tepat di sebelah barat-laut desa, karena sepelataran) berbicara dalam bahasa Cirebon. Demikian pula orang
pasar berbicara dalam bahasa Cirebon, meskipun penduduk yang tinggal di sebelah utara, timur dan barat pasar -jadi, yang terletak
di sebelah utara jalan raya Bandung-Cirebon- kebanyakan menggunakan bahasa Sunda. Jadi, kalau saja
saya tetap tinggal di rumah peninggalan nenek moyang ibu yang disebut Blok Salasa, tentu saya pun sehari-hari menggunakan
bahasa Cirebon...

Hasil Tarjamahan
Kuring dilahirkeun di imah titinggal karuhun ti indung, nu perenahna gigireun balédésa Ciborélang, Jatiwangi, tapi waktu umur
kuring kakara sawatara welas bulan kuring dibawa pindah ka bumi Aki di Kampung Pasuketan, da Aki ngagaleuh bumi di dinya.
Saterusna kuring matuh di dinya nepi ka anggeus Sakola Rayat.
Perkara dibawa pindah ka Pasuketan téh penting dicaritakeun, sabab lamun kuring terus matuh di imah titinggal karuhun ti
indung nu ayana di gigireun balédésa téa, tanwandé lalakon hirup kuring baris béda.
Désa Ciborélang téh salah sahiji ti tilu désa nu ngawangun kota Kawadanan (ayeuna mah kacamatan) Jatiwangi. Nu dua deui
nyaéta désa Sutawangi jeung Cicadas. Sutawangi di tengah, Cicadas beulah kuloneunana, Ciborélang wétaneunana. Kota
Jatiwangi anu sacara administrasi kaasup ka Kabupatén Majalengka téh, sacara kultural aya di daérah tapel wates kultur Sunda
jeung (Jawa) Cirebon. Harita, basa sapopoé anu digunakeun ku urang Jatiwangi, aya dua, nyaéta basa Sunda jeung basa (Jawa)
Cirebon, gumantung ka lingkungan sosial jeung pagawean masing-masing.
Di sabudereun balédésa Ciborélang anu perenahna kiduleun jalan raya Cirebon-Bandung di peuntaseun pasar -disebut "Pasar
Baru" da anu heubeul mah ayana di hareupeun balédésa Sutawangi- jalma téh sapopoéna ngagunakeun basa Cirebon. Urang
Kaum (masjid perenahna kulon-kaléreun balédésa pisan, da sapalataran) nyaritana ngagunakeun basa Cirebon. Kitu deui urang
pasar nyararitana maké basa Cirebon, sanajan ari anu caricing di kaléreun, wétaneun jeung kuloneun pasar mah -jadi nu aya di
sakaléreun jalan raya Bandung-Cirebon –réréana ngagunakeun basa Sunda baé. Jadi, lamun kuring terus cicing di imah tuturunan
ti karuhun indung nu disebut Blok Salasa, tanwandé kuring gé sapopoé téh ngagunakeun basa Cirebon...

a. Medar Tarjamahan
Tarjamahan téh nyaéta karya hasil narjamahkeun tina basa séjén. Istilah séjén sok aya nu nyebut alih basa.Prosés narjamahkeun,
boh karya ilmiah boh karya (sastra) biasana diusahakeun sangkan papak pisan jeung aslina. Pangpangna dina karya sastra,
kagiatan narjamahkeun téh lian ti mertahankeun segi-segi séjénna, anu pangutamana téh dina segi basana (gaya basa, pilihan
kecap, ungkara, jsté.) jeung kualitas senina.

b. Cara narjamahkeun
Narjamahkeun teu meunang sakecap-sakecap, tapi kudu merhatikeun konteksna atawa ma’na kalimahna.
Conto : Hujan deras membuat sungai Citanduy meluap dalam beberapa hari ini
Nurutkeun kamus, kecap :
- deras ngandung harti tarik
- membuat ngandung harti nyieun
- meluap ngandung harti leber
Upama nurutkeun harti saujratna tina kamus, eta kalimah jadi : Hujan tarik nyieun Sunge Citanduy leber dina sababaraha poe ieu.
Tapi kucara merhatikeun konteks kalimahna eta kecap-kecap teh sarua hartina jeung “gede”, “nyababkeun”, “caah gede”. Kusabab
kitu tarjamahan anu bener nyaeta : Hujan gede nyababkeun Sunge Citanduy caah gedé dina sababaraha poé ieu.

c. Perhatikeun kecap-kecap anu sama’na (sinonim), boh nu aya dina basa Indonesia jeung dina basa Sunda.
Conto :
Sunda Indonesia
- mandi - mandi
- jam - jam
- surat - surat
kira-kira kira-kira

Kamus digunakeun sabage pedoman sangkan tarjamahan teu mengpar jauh tina ma’na dasarna. Maksudna, kamus teh mangrupa
modal utama dina narjamahkeun hiji basa, tapi kamus lain hiji-hijina patokan dina ngahartikeun hiji kecap.

Ajip Rosidi (kurang leuwih taun 80-an) kungsi midangkeun artikel nu nétélakeun yén tarjamahan téh kudu "geulis" jeung "satia".
Geulis maksudna kaéndahanana kudu bisa kapindahkeun, ari satia maksudna ulah méngpar tina rakitan wacana sumber.
Kaedah-kaedah narjamahkeun prosa:
a. Mahaman eusi teks anu ditarjamahkeun (dima’naan)
b. Merhatikeun galur carita
c. Kudu luyu jeung eusi/amanat nu nulisna atawa paham kana maksud pangarang

Kaedah-kaedah anu ngabedakeun dina narjmahkeun wangun prosa jeung sajak :


a. Narjamahkeun prosa mah itungannna kalimah per kalimah sedengkeun dina sajak mah kecap per kecap (leuwih bangga)
b. Dina narjamahkeun sajak henteu cukup modal kamampuh ngagunakeun basa aslina tapi kudu weuruh kana basa sarta budaya
hasil tarjamahnna
c. Anu narjamahkeun sajak mah kudu mibanda pangalaman kapenyairan, pangalaman ngaracik kekecapan, pangalaman
ngagunakeun metaphor, pangalaman ulin jeung imaji, jeung pangalaman ngagunakeun diksi.

Langkah-langkah membuat terjemahan :


a. Menampilkan contoh teks terjemahan
b. Membaca dalam hati (Ngilo)
c. Pencarian ide untuk tema terjemahan dilakukan di awal atau dengan cara guru menentukan tema terjemahan untuk kemudian
di dibuat siswa
d. Memahami alur cerita (prosa)/isi dalam Puisi (sajak)
e. Menerjemahkan sesuai dengan kaidah-kaidahnya
f. Membacakan hasil terjemahan sesuai dengan tata cara menyampaikan terjemahan dan saling koreksi dengan teman sebangku
atau kelompok
g. Mengkomunikasikan hasil Terjemahan/hasil suntingan Terjemahan orang lain.

C. Glosarium
Tarjamahan = disebut ogé alih basa, nya éta mindahkeun téks tina basa sumber (asal) kana basa séjén (anyar). Contona tina basa
Indonesia kana basa Sunda atawa sabalikna.

D. Daftar Pustaka
Google
Sudaryat, Y. 2017. Panggelar Basa Sunda. Jakarta: Erlangga

Mengetahui, Bogor, Juli 2022


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Rini Damayanti, S.Si., M.Pd. Yopa Nurpadilah, S.Pd.


MODUL AJAR
INFORMASI UMUM
G. Identitas Modul
Nama Penyusun : Yopa Nurpadilah, S.Pd
Satuan Pendidikan : SMK AK Nusa Bangsa
Fase :E
Kelas : 10
Alokasi Waktu : 2 ( dua ) JP

H. Kompetensi Awal
1. Membandingkan jenis dongeng, berdasarkan isi, struktur, dan aspek kebahasaan;
2. Menampilkan berbagai jenis dongeng dengan cara ngadongeng, monolog, atau dramatisasi.

I. Profil Pelajar Pancasila


4. Mandiri
5. kreatif
6. Berkebinekaan Global

J. Sarana dan Prasarana


Laptop, HP, Infocus

K. Target Peserta Didik


4. Peserta didik regular;
5. Peserta didik yang mengalami kesulitan/lambat;
6. Peserta didik dengan capaian tinggi/cepat

L. Model Pembelajaran
Projek Based Learning
KOMPONEN INTI
G. Tujuan Pembelajaran
6. Peserta didik mampu menjelaskan unsur intrinsik dongeng dengan tepat;
7. Peserta didik mampu menjelaskan unsur pamohalan dongeng dengan tepat;
8. Peserta didik mampu membedakan wanda dongeng;
9. Peserta didik mampu menyebutkan unsur bahasa dongeng;
10. Peserta didik mampu menceritakan kembali isi dongeng;
11. Peserta didik mampu menampilkan dongeng dengan cara ngadongeng, monolog, atau dramatisasi.

H. Pemahaman Bermakna
3. Mikaweruh perkara dongeng;
4. Maham unsur-unsur dongeng.

I. Pertanyaan Pemantik
3. Kungsi teu sadérék ngadéngé dongéng?
4. Ti saha sadérék kungsi ngadéngé dongéng?

J. Kegiatan Pembelajaran
4. Kegiatan Pendahuluan ( 15 Menit )
d. Guru dan Peserta didik bertanya jawab tentang kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini.
e. Peserta didik bertanya jawab untuk menyamakan konsep tentang teks cerita dongeng.
f. Peserta didik membaca teks cerita dongeng dari buku, file, dan atau sumber dari internet.
5. Kegiatan Inti ( 60 Menit )
h. Peserta didik Membaca dan mengamati beberapa contoh dongeng.
i. Peserta didik Mengamati dan memahami unsur-unsur dongeng.
j. Peserta didik Bertanya jawab isi dari contoh dongeng.
k. Peserta didik Mencari informasi/ referensi tentang cara membacakan atau mendongeng dari berbagai sumber.
l. Peserta didik Mencari kata-kata sulit dan menemukan artinya dalam kamus.
m. Peserta didik Membandingkan berbagai contoh teks cerita dongeng.
n. Peserta didik Mengevaluasi dan mendiskusikan kaidah teks cerita dongeng.
o. Peserta didik Menyampaikan cerita dongeng secara lisan.

6. Kegiatan Penutup
c. Guru dan peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran;
d. Peserta didik merefleksi pembelajaran hari ini dengan panduan guru.

K. Asesmen
Asesmen Diagnostik
4. Naon anu dimaksud dongeng téh?
5. Naon wae unsur-unsur intrinsic anu aya dina dongeng?

Asesmen Formatif
3. Pék baca salah sahiji dongéng tuluy analisis unsur-unsur intrinsikna!
4. Caritakeun deui eusi dongéng anu kungsi dibaca ku sadérék baca!

Asesmen Sumatif
Uraian
Sebutkeun unsur intrinsik anu aya dina dongéng ”Nini-nini Malarat jeung Deleg Kasaatan”?
1. Tema
2. Tokoh
3. Alur
4. Latar/tempat kajadian
5. Amanat

L. Pengayaan dan Remedial


Pengayaan
3. Jelaskeun naon anu disebut dongéng!
4. Jelaskeun papasingan dongéng dumasar kana eusina! Contoan!

Remedial
3. Pék tuliskeun deui salah sahiji dongéng sunda anu hidep apal. Upama poho deui, bisa maca buku kumpulan dongéng atawa
nanyakeun ka kolot di imah!

LAMPIRAN
E. Bahan Bacaan

Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan


Jaman baheula aya nini-nini nu kacida malaratna. Papakéanana geus butut sarta laip, disampingna ogé ngan ukur bisa
nutupan orat. Kitu deui dahar leueutna salawasna ngan sapoé sakali baé, malah-malah sakapeung mah sapoé dua poé henteu
manggih-manggih sangu, ngan ukur nginum cai wungkul. Ari buburuh dederep henteu kaduga jeung geus henteu laku, wantu-
wantu enggeus kolot kurang tanagana.
Imahna ge nyempil, ditangkodkeun kana tonggong imah baturna, kitu ogé hateupna bilikna geus balocor, henteu aya pisan
anu daék nulung mangngoméankeun, ku tina henteu boga sanak baraya, sumawona anak incu, éstuning nunggul pinang.
Ari éta nini-nini téh sakitu nya kokolotanana henteu pisan nyaho ka Gusti Allah, tong boro ngalampahkeun téa kana
paréntahna, jenenganana ogé henteu apal, pangrasana ieu bumi jeung langit téh jadi sorangan baé, euweuh anu midamel.
Dina hiji mangsa éta nini-nini geus dua poé henteu manggih kadaharan. Manéhna ngarasa lapar kacida. Ti dinya manéhna
tuluy ngajentul di imahna bari humandeuar pokna, “Aduh, cilaka teuing diri aing ieu, nya ayeuna paéh langlayeuseun téh”.
Sanggeus ngomong kitu téh jung manéhna indit ka tegal, néangan dangdaunan atawa bongborosan nu ngeunah dihakan,
keur tamba ulah langlayeuseun teuing. Geus kitu bral leumpang ngajugjug ka tegal kaso, anu deukeut kana talaga, sarta di
sabeulahna deui aya walungan gedé.
Barang datang ka dinya, éta nini-nini téh manggih lauk deleg pirang-pirang, rék pindah ti walungan ka talaga. Sanggeus nepi
kana tengah-tengah éta tegal deleg teh kabeurangan, panon poé geus kacida teuing panasna, jadi deleg kabéh kagaringan,
awakna seuseut nepi ka henteu bisa maju leumpangna.
Di dinya éta nini-nini téh bungah kacida, pikirna geus tangtu manggih untung meunang lauk pirang-pirang boga keur nukeuran
sangu. Tapi manéhna héran neuleu aya hiji deleg, anu panggedéna ti sakabéh baturna, jeung deui leumpangna ogé pangheulana,
kawas-kawas nu jadi ratuna sarta bisaeun ngomong, pokna, “Yaa Allah kuring neda hujan! Yaa Allah kuring neda hujan!” Kitu
baé omongna bari tatanggahan ka luhur.
Barang geus kira-kira satengah jam lilana, datang hujan gedé naker mani cileungcangan. Ti dinya éta deleg barisaeun deui
leumpang, tuluy kebat meuntas ka talaga. Ari nini-nini téh datang ka ngadégdég awakna tina bawaning tiris kahujanan sarta léngoh
balikna teu barang bawa.
Kacaritakeun éta nini-nini téh sanggeus datang ka imahna tuluy mikir bari ngomong di jero haténa, “Ih boa lamun aing ogé
neda widi ka nu ngaran Allah téh, meureun dipaparin, ari piomongeunana mah nya cara deleg téa baé, ngan bédana aing mah
rék neda duit.”
Ti dinya éta nini-nini ség baé tapakur di imahna, bari ngomong tatanggahan ka luhur nurutan sakumaha kalakuan deleg téa.
“Yaa Allah kuring neda duit! Yaa Allah kuring neda duit!” Kitu baé omongna teu eureun panedana ka gusti Allah, geus teu aya
pikiran deui ka nu séjén.
Ari jalma anu imahna di tangkodan ku imah nini-nini téh, banget ngéwaeunana, ku sabab gandéng jeung bosen, unggal poé
unggal peuting ngadéngékeun omongna éta nini-nini, ngan kitu baé, taya pisan répéhna. Tuluy baé nyentak ka nininini téh pokna,
“Nini! Répéh aing gandéng, ngan kitu baé euweuh deui kasab, moal enya Allah téh sumping ka dieu, méré duit ka manéh. Jeung
kitu baé mah anggur ngala suluh, ngala daun ka leuweung, meureun aya hasilna. Jeung deui, lamun manéh henteu beunang
dicarék, geura undur baé imah manéh ulah ditangkodkeun ka imah aing.” Tapi ku si nini teu dipaliré.
Barang geus nepi ka lima poéna, anu boga imah téh beuki kacida garétékeunana, henteu beunang dicarék, sarta dititah
undur henteu los. Ti dinya éta jalma tuluy nyokot karung goni beunang ngeusian ku beling datang ka pinuh sarta dipékprékan,
supaya jejel ambeh beurat. Niatna rék dipaké ngabobodo ka nini-nini téa, sina dinyanaan duit paparin Allah ragrag ti luhur, jeung
sugan nyeurieun ditinggang tonggongna ku éta karung ambeh kapok moal ngomong kitu-kitu deui.
Kira-kira geus wanci sareupna ku éta jalma karung téh dibawa naék ka para, tuluy diponcorkeun ditindihkeun ka handap
mener kana tonggongna. Nini-nini téh kalenger tina bawaning nyeri. Ana geus inget, nénjo aya karung ngadungkuk teh kacida
atoheunnana, panyanana nya éta karung duit, paparin ti Allah.
Geus kitu karung téh disembah ku nini-nini téh bari ngomong kieu, “Nuhun Allah! Nuhun! Naha loba-loba teuing maparin duit
téh, mana ari keur Ajengan, aya kénéh nun?” Ti dinya tuluy geuwat dibuka. Geus kitu kersana Nu Agung, dumadakan éta beling
kabéh jadi duit.
Ti wates harita éta nini-nini téh jadi sugih teu kinten-kinten. Kitu deui dipikanyaah ku tatanggana jeung tambah alus budina,
suka tutulung ka jalma-jalma nu miskin, sumawonna ka nu keur kasusahan, margi ngaraskeun ka dirina basa keur malarat kénéh.
Kacaritakeun éta jalma anu méré karung beling téa, kabitaeun naker neuleu éta nini-nini téa jadi beunghar lantaran dibobodo
karung beling ku manéhna. Geus kitu boga niat hayang nurutan.
Ti dinya tuluy nganjang, ménta dibales ku éta nini-nini téa sina nindih ku karung beling ka manéhna, pokna, “Nini sabenerna
éta duit téh asalna beling beunang kula ngarungan, dipaké ngabobodo ka sampéan, kusabab satadina kaula kesel ngadéngékeun
anjeun ngomong baé nyuhunkeun duit ka Allah, tatapi éta beling dumadakan jadi duit kabéh. Ku kituna ayeuna kaula rék neda
dibales ku sampéan, hayang ditinggang ku karung beling, tangtu bakal jadi duit ogé cara nu geus kalampahan, tatapi kaula mah
hayang ditinggang ku dua karung, nu galedé, ambeh kaula leuwih beunghar manan nini.”
Wangsul nini téh, “Hadé, heug baé geura tapakur, cara kaula baréto”.
Ti dinya éta jalma téh tuluy balik. Sadatang ka imahna heug baé tapakur nurutan sakumaha polahna nini-nini téa, sarta
ngomong, pokna, “Yaa Allah kuring neda duit! Yaa Allah kuring neda duit!” Kitu baé omongna, jeung pikirna ujub kacida
nangtukeun yén bakal meunang duit ti Allah dua karung goni parinuh.
Barang geus nepi ka lima poéna, nini-nini téh tuluy ka imahna éta jalma nu keur tapakur téa, bari mawa dua karung beling
beunang mékprékan, sarta tuluy dibawa naék ka para, ti dinya heug éta dua karunganana ditindihkeun kana tonggongna si jelema.
Barang blug ninggang, sek baé kapaéhan, malah-malah tulang tonggongna nepi ka potong. Sanggeus inget geuwat ménta
parukuyan ka pamajikanana, heug karung téh dikukusan, ari mentas dikukusan tuluy disembah, bari ngomong nurutan cara omong
nini-nini téa, pokna, “Nuhun Allah! Nuhun! Naha maparin duit réa-réa teuing, mana ari keur Ajengan? Aya deui?”
Barang geus tamat ngomong karungna dibuka, béh beling kénéh baé henteu daékeun jadi duit. Ti dinya kacida
hanjakaleunana datang ka ngalembah rék ceurik tina bawaning aral, ség baé bijil omongna suaban ngahina ka Gusti Allah, pokna,
“Ih naha Allah téh wét pilih kasih, dipangnyieunkeun duit sawaréh! Ari kaula henteu! Jeung deui kumaha, naha Allah téh geus
diganti deui? da nu baréto mah bisa nyieun duit ku beling, ari Allah nu jeneng ayeuna bet henteu bisaeun?”
Ti wates harita éta jalma gering heubeul pisan nyeri cangkéng, tatamba kapirang-pirang dukun. Tina aya kénéh berkah Allah
bisa cageur ogé, tatapi tanpadaksa, jadi bongkok tonggongna, datang ka henteu kuat nyiar kahirupan rosa-rosa. Lawas-lawas
manéhna jadi malarat cara nininini téa, kawas-kawas jadi tépa malaratna éta nini ka éta jalma téa. ***

(Nyutat ti Majalah Walanda, TIJDSCHRIFT voor INDISCHE TAAL, LAND EN VOLKENKUNDE, wedalan taun
1872. Dongeng Sunda Buhun ieu dikukumpul ku J.A. UILKENS, mangrupa carita ra’yat urang Ciamis. [Dicutat tina blog ”Kumpulan
Carita jeung Dongeng”])
A. Perkara Dongeng

Dongeng nyaeta carita rekaan anu mere kesan pamohalan tur ukuranana parondok. Memang aya oge anu kesan
pamohalanana teh teu karasa, nyaeta dongeng-dongeng anu nyaritakeun kahirupan sapopoe saperti dongeng-dongeng si
kabayan.
Contona nyaeta :
1. Dongeng “Sakadang kuya jeung sakadang monyet”
2. Dongeng “Sasakala tangkuban parahu”
3. Dongeng “Sasakala maung panjalu”

Eusi dongeng umumna ngandung atikan moral. Dogeng teh karya balarea, hartina tara kanyahoan saha anu ngarangna.
Sumberna sacara lisan, dongeng di dongengkeun deui. Munasababna upama aya hiji dongeng mibanda rupa-rupa versi teh.

B. Papasingan Dongeng

Dumasar kana eusina, dongeng teh bisa dipasing-pasing jadi sababaraha golongan nyaeta :

1. Dongeng Sasakala (Legenda)

Dongeng sasakala (legenda) nyaeta dongeng anu eusina nyaritakeun asal muasal kajadian hiji tempat, barang,
sasatoan atawa tutuwuhan.
Contona dongeng :
a. Sasakala Situ bagendit
b. Sasakala gunung tangkuban parahu
c. Sasakala talaga warna
d. Sasakala maung panjalu
e. Sasakala uncal tandukan
f. Sasakala pare
2. Dongeng Babad (Sage)

Anu dimaksud dongeng (sage) teh nyaeta dongeng anu eusina nyaritakeun kajadian atawa jelema anu ngandung unsur
sajarah. Contona :
a. Dongeng kean santang
b. Dongeng seh abdul muhyi
c. Dongeng prabu siliwangi
d. Dongeng dipati imbana gara
e. Dongeng sunan penana di puntang

3. Dongeng Sasatoan (fabel)

Dongeng Sasatoan (fabel) nyaeta dongeng anu palakuna sasatoan sarta paripolahna dicaritakeun kawas jelema,
upamana bae bisa nyarita jeung ngagunakeun akal pikiran. Contona :
a. Sakadang kuya jeung sakadang monyet
b. Sakadang peucang

4. Dongeng Jelema Biasa( Farabel )

Dongeng kahirupan jalma biasa (parabel) nyaeta dongeng anu eusina nyaritakeun jalma biasa. Conto anu paling kamashur dina
sastra sunda nyaeta dongeng-dongeng sikabayan.

a. Dongeng Para Nabi/Wali


b. Dongeng Pieunteungeun
c. Dongeng Pamuk

5.Dongeng Mite

Dongeng anu aya patalina sareng kapercayaan kalelembut atawa hal-hal gaib ( Mite )
Contona :

a. Dongeng nyirorokidul
b. Dongeng Dedemit
c. Dongeng jurig

D. Struktur Dongeng

-pendahuluan: pernyataan umum kalimah panganteur pikeun muka hiji dongeng


- kajadian/ kajadian dina dongeng: kajadian anu disusun sacara runtuyan wayah (kronologis)
-panutup

E. Warna kecap dina Basa Sunda di antarana :

1. Kecap Barang
Kecap barang sabenerna ngarupakeun ” ngaran ti sakumna mahluk”
Contona ngaran :
a. Jelema
b. Sato
c. Tutuwuhan

Kecap barang aya dua rupa :


Nu nyata/konkret : – Jalma, Batu, Tangkal
Nu teu nyata/abstrak : – Kasieun, kalakuan, kumbaheun.

2. Kecap Pagawean
Kecap pagawean nyaeta sagala kecap anu mangrupa gerak laku mahluk/mangrupa kalakuan.
Contona : – Dahar, sare, ulin, nulis.

3. Kecap Sipat/kaayaan
Nyaeta kecap anu nerangeun kaayaan atawa sipat
Contona : – Bangor, goreng, alus.

4. Kecap Gaganti (kecap sulur)


Nyaeta kecap nuduhkeun nu bogana, nyaeta :
ka 1 tunggal : kuring, abdi,
ka 2 tunggal : maneh, anjeun
ka 3 tunggal : manehna, anjeuna
ka 1 jamak : kuring sarerea, abdi sadayana
ka 2 jamak : maaneh, aranjeun
ka 3 jamak : maranehanana, aranjeunanana

5. Kecap Bilangan
a. Anu nuduhkeun jumlah : – hiji, dua, tilu
b. Nuduhkeun tingkat : – kahiji, kadua, katilu

6. Kecap Panyeluk
Biasana digunakeun pikeun ngedalkeun emosi atawa perasaan anu kuat, diantarana lamun reuwas, nyeri, kaget, sumanget, contona :
hey ! halo ! ah !
aduh ! kurang ajar !
7. Kecap Panunjuk
Nunjuk nu deukeut : ieu
Nunjuk nu jauh : itu

8. Kecap Pangantet
Ngantetkeun dua bagian kalimah, nulisna di pisahkeun
Cntona : di dapur, ka kota, kana mobil.

9. Kecap Panyambung
Nyambungkeun sababaraha omongan nepi ka jadi kalimah ngantet
Contona : jeung, terus, tuluy, lantaran.

10. Kecap Anteuran


Kecap nu sok marengan kecap pagawean malar leuwih anteb.
Contona : gek diuk, jol datang, bray caang, blug labuh, burusut ngising.

11. Kecap Sandang


Keur ngahormat : Sang ratu, Sang raja, Sang jendral, Hang tuah, Si geulis.
Keur sato : Sakadang kuya, Sakadang monyet, Sang kancil.

12. Kecap Panganteb


Keur mere tekenan kana omongan anu dipentingkeun, conto : Mila teh bageur, Mia mah teu bisa.
Keur nuduhkeun/ngantebkeun warna, contona : beureum euceuy (burahay), koneng enay (umyang), bodas ngeplak (nyacas)

13. Kecap Sawandana/Sinonim


Conto :
Beunghar = Sugih
Untung = Mucekil
Pancen = Tugas
Subur = Makmur
14. Kecap Sabalikna/Antonim
Conto :
Nanjak = Mudun
Tonggoh = Landeuh
Lega = Heureut
Getol = Ngedul

Ciri- ciri Dongeng


• ngagunakeun alur basajan;
• carita singget sarta usik gancang;
• sipat inohong henteu diuraikan
secara rinci;
• ditulis kawas gaya penceritaan
secara lisan.

Kalimat Pembuka dina Dongeng


biasana kalimah pembuka dongeng kawas ieu
-dina jaman baheula basa
-beribu-ribu warsih anu tuluy
- di hiji negri anu laér
-kecap sahibul hikayat

F. Kiat Sukses ngadongeng

Ceuk Elin Sjamsuri dina buku Dongéng Aki Guru, sarat suksés
ngadongéng téh di antarana:

a. Kudu apal kana lalakon. Sakapeung kudu tapis improvisasi lamun


pareng poho kana lalakonna.
b. Kudu ngabogaan téhnik vokal anu hadé, utamana dina ngarobahrobah
sora tokoh-tokoh dongéng.

c. Kudu apal suasana dongéng. Upamana suasana pilemburan,


pileuweungan, karaton, jeung sajabana.

d. Kudu maké éksprési anu merenah, boh dina pasemon, lentong, peta,
jeung réngka.

F. Lembar Kerja Peserta Didik

Lengkepan tabel dihandap ?

Dongeng Dongeng Dongeng Dongeng Dongeng


legenda Sage fabel farabel Mite
Wangenan

Conto

Jawab panya dihandap kalwan jentre ?

1. Aya sabaraha hiji kecap barang nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
2. Aya sabaraha hiji kecap pagawaean nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
3. Aya sabaraha hiji kecap sipat/kaayaan nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
4. Aya sabaraha hiji kecap gaganti / kecap sulur nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
5. Aya sabaraha hiji kecap bilangan nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
6. Aya sabaraha hiji kecap panyeluk nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
7. Aya sabaraha hiji kecap panunjuk nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
8. Aya sabaraha hiji kecap pangantet nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
9. Aya sabaraha hiji kecap panyambung nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
10. Aya sabaraha hiji kecap anteuran nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
11. Aya sabaraha hiji kecap sandang nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
12. Aya sabaraha hiji kecap panganteb nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
13. Aya sabaraha hiji kecap sawandana/Sinonim nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?
14. Aya sabaraha hiji kecap sabalikna/Antonim nu aya dina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan?

Pancén Mandiri
1. Analisis struktur dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan Dumasar strukturna !
2. Sebutkeun fungsi sosial tina dongeng Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan Dumasar strukturna ?
3. Analisis unsur-unsur tina dongengan Nini-Nini Malarat Jeung Deleg Kasaatan Dumasar strukturna !
4. Jieun naskah drama tina dongeng!

G. Glosarium
Dongéng = carita rékaan anu dikarang dina wangun basa lancaran kalawan sumebarna sacara lisan, nyaéta tatalépa ti hiji jalma
ka jalma séjénna.
H. Daftar Pustaka
Google
Sudaryat, Y. 2017. Panggelar Basa Sunda. Jakarta: Erlangga

Mengetahui, Bogor, Juli 2022


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Rini Damayanti, S.Si., M.Pd. Yopa Nurpadilah, S.Pd.


MODUL AJAR
INFORMASI UMUM
M. Identitas Modul
Nama Penyusun : Yopa Nurpadilah, S.Pd.
Satuan Pendidikan : SMK AK Nusa Bangsa
Fase :E
Kelas : 10
Alokasi Waktu : 2 ( dua ) JP

N. Kompetensi Awal
1. Membandingkan bentuk, struktur, dan unsur kebahasaan teks kawih Sunda klasik dan pop;
2. Melantunkan kawih Sunda klasik dan pop dengan memperhatikan bentuk, ekspresi, dan intonasi (lentong).

O. Profil Pelajar Pancasila


7. Mandiri
8. kreatif
9. Berkebinekaan Global

P. Sarana dan Prasarana


Laptop, HP, Koran, Majalah, Link GMeet atau ZoomMeet

Q. Target Peserta Didik


7. Peserta didik regular;
8. Peserta didik yang mengalami kesulitan/lambat;
9. Peserta didik dengan capaian tinggi/cepat
R. Model Pembelajaran
PJJ Daring
KOMPONEN INTI
M. Tujuan Pembelajaran
12. Menyebutkan pengertian kawih dengan benar.
13. Membedakan kawih klasik dengan kawih pop dengan benar.
14. Mengelompokkan teks kawih Sunda klasik dan Pop berdasarkan bentuknya melalui media pembelajaran dengan benar.
15. Membedakan antara teks kawih Sunda klasik dan pop berdasarkan unsur kebahasaannya dengan benar.
16. Melantunkan kawih Sunda pop dengan memperhatikan bentuk, ekspresi, dan intonasi (lentong) dengan baik.
17. Melantunkan kawih Sunda klasik dengan memperhatikan bentuk, ekspresi, dan intonasi (lentong) dengan baik.

N. Pemahaman Bermakna
5. Mikaweruh perkara kawih;
6. Maham unsur-unsur kawih.

O. Pertanyaan Pemantik
5. Di mana sadérék kungsi ngaregepkeun kawih?
6. Apal henteu rumpaka kawih?
7. Saha nu ngawihna?
8. Kumaha rarasaan sadérék sabada ngaregepkeun éta kawih?

P. Kegiatan Pembelajaran
7. Kegiatan Pendahuluan ( 15 Menit )
g. Guru dan Peserta didik bertanya jawab tentang kegiatan yang akan dilaksanakan hari ini.
h. Peserta didik bertanya jawab untuk menyamakan konsep tentang teks cerita dongeng.
i. Peserta didik membaca teks cerita dongeng dari buku, file, dan atau sumber dari internet.
8. Kegiatan Inti ( 60 Menit )
p. Peserta didik mendengarkan beberapa contoh kawih.
q. Peserta didik Mengamati dan memahami unsur-unsur kawih.
r. Peserta didik Bertanya jawab isi dari contoh kawih.
s. Peserta didik Mencari informasi/ referensi tentang cara menyanyikan kawih dari berbagai sumber.
t. Peserta didik Mencari kata-kata sulit dan menemukan artinya dalam kamus.
u. Peserta didik Membandingkan kawih klasik dengan kawih pop.
v. Peserta didik Mengevaluasi dan mendiskusikan klasifikasi kawih klasik dan kawih pop bedasarkan bentuknya.
w. Peserta didik melantunkan kawih klasik dan pop.

9. Kegiatan Penutup
e. Guru dan peserta didik menyimpulkan kegiatan pembelajaran;
f. Peserta didik merefleksi pembelajaran hari ini dengan panduan guru.

Q. Asesmen
Asesmen Diagnostik
6. Naon anu dimaksud kawih?
7. Nu kumaha ari kawih klasik jeung kawih pop sunda?

Asesmen Formatif
5. Mun ditilik tina kabasaan rumpakana tuliskeun naon baé bédana antara kawih klasik jeung kawih pop Sunda!
6. Tuliskeun lima judul kawih klasik!

Asesmen Sumatif
Uraian
BUBUY BULAN
(Benny Corda)

Bubuy bulan, bubuy bulan sangrai béntang


Panon poé, panon poé disasaté
Unggal bulan,unggal bulan abdi téang
Unggal poé,unggal poé ogé hadé

Situ Ciburuy laukna hésé dipancing


Nyérédét haté ninggali ngeplak caina
Tuh itu saha nungalangkung unggal énjing
Nyérédét haté ninggali sorot socana

(https://m.youtube.com/watch)

Soal:
1. Ditilik tina eusi rumpaka kawih “Bubuy Bulan” pada kahiji jeung pada kadua. Jentrekeun eusina!
2. Tuliskeun gaya basa nu aya dina kawih ”Bubuy Bulan”!
3. Nurutkeun hidep kumaha pilihan kecap dina kawih “Bubuy Bulan” merenah atawa henteu? Jéntrékeun alesanna!
4. Tina rumpaka kawih “Bubuy Bulan” naha murwakanti atawa henteu? Jéntrékeun alesanna!

R. Pengayaan dan Remedial


Pengayaan
5. Naon anu disebut kawih, kakawihan, jeung tembang?
6. Naon anu disebut pada jeung padalisan dina rumpaka kawih?

Remedial
4. Téangan salah sahiji kawih sunda tuluy analisis rumpakana!
5. Analisis téma, nada, rasa, jeung amanat anu aya dina rumpaka kawih anu geus ditéangan tadi!

LAMPIRAN
I. Bahan Bacaan
Niténan conto rumapaka kawih:

BUBUY BULAN
(Benny Corda)

Bubuy bulan, bubuy bulan sangrai béntang


Panon poé, panon poé disasaté
Unggal bulan,unggal bulan abdi téang
Unggal poé,unggal poé ogé hadé

Situ Ciburuy laukna hésé dipancing


Nyérédét haté ninggali ngeplak caina
Tuh itu saha nungalangkung unggal énjing
Nyérédét haté ninggali sorot socana

(https://m.youtube.com/watch)

Hariring nu Kungsi Nyanding


(Mang koko)

Purnama nu kungsi leungit


Ayeuna datang ka buruan deui
Anu kungsi kapiati
Kiwari urang ditepangkeun deui

Hariring nu kungsi nyanding


Ayeuna ngahaleuang deui
Hayu pataréma tineung
Cacapkeun mengpeung aya kasempetan

Ayeuna mangsa nu endah


Hayu urang suka bungah
Caang bulan opat belas
Narawangan hate bangblas

(lirik-lagu-sunda.blog.com)

J. Glosarium
Kawih = musik sunda anu dihaleuangkeun tur jadi bagian tina kabeungharan seni sunda
K. Daftar Pustaka
Google
Sudaryat, Y. 2017. Panggelar Basa Sunda. Jakarta: Erlangga

Mengetahui, Bogor, Juli 2022


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Rini Damayanti, S.Si., M.Pd. Yopa Nurpadilah, S.Pd.

Anda mungkin juga menyukai